i
ii
Kata Pengantar
Penulis
iii
Daftar Isi
Halaman Judul..........................................................i
Kata Pengantar........................................................iii
Daftar Isi.................................................................iv
Profil Penulis..............................................................
Bab 1 : Pertemuan....................................................1
Bab 2 : Terpisah.....................................................40
Bab 3 : Kembali.....................................................45
iv
Bab 1
Pertemuan
1
Tidak butuh waktu lama bagi Dien untuk mandi.
Setelah Dien memakai seragam, dia menyisir rambutnya-
memastikan agar rambutnya tetap terlihat rapi-sebelum
akhirnya Dien meraih tas ransel dan beranjak keluar kamar.
2
Rasa penasaran Dien membuatnya berjalan melihat
seluruh bangunan di sekolah, Yang pertama ia cari adalah
kantin sekolah—Dien pergi menusuri jalan sambil melihat
denah sekolah. Terlihat kantin sekolah yang berada di
bagian belakang sekolah—— Dien terkejut melihat
kantinnya begitu bersih dan terlihat sangat rapi dan juga
luas.
3
Terasa angin berhembus dari luar jendela membuat
Dien mengantuk. Tanpa sadar dia meletakkan kepalanya di
atas meja dan memejamkan matanya. Dien tidur terlelap di
dalam kelas, hingga teman satu kelasnya datang. Mereka
berbicara dengan keras hingga membangunkan Dien.
4
“Ketika aku sampai, di dalam kelas tidak ada
siapapun, mungkin karena aku yang datang terlalu pagi,
karena disini ada hembusan angin membuatku mengantuk
dan tanpa sadar aku tertidur.”
5
“Kamu dingin juga ya ternyata, oh iya aku belum
mengenalmu, namaku Nur .”
Kriiiiiiing
6
Di tengah lapangan yang panas itu kami berdiri
dengan tenang mengikuti jalannya upacara. Terik dari
matahari menyentuh kulit kami semua, banyak murid yang
mulai mandi keringat. Karena hari ini merupakan awal
tahun ajaran baru dan pertama kalinya murid baru masuk ,
pidato yang dibawakan oleh kepala sekolah terasa sangat
Panjang. Murid yang lain alih alih mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh Pembina upacara, semuanya sibuk dengan
berbicara sendiri. Hingga ada yang ditegur oleh guru dan
team disiplin.
7
Kemudian wali kelas kami datang. Pelajaran
dimulai, wali kelas kami mulai memperkenalkan diri, wali
kelas kami seorang guru perempuan yang terlihat masih
muda dan belum berpengalaman, Namanya adalah Bu
Sylviana biasanya dipanggil dengan Bu Sisil. Setelah itu
dilanjutkan dengan memperkenalkan satu persatu murid di
kelas.
8
Setelah itu berlanjut ke murid yang lain, ku heran
mereka yang menerima sifat sombong dia. Kelas menjadi
ramai akibat itu dan sepertinya seisi kelas menerima dia
meskipun sifatnya yang buruk.
9
Setelah semuanya memperkenalkan diri pelajaran
dimulai. Pelajaran hari ini merupakan Bahasa Indonesia.
Wali kelas kami orangnya sangat ramah dia menjelaskan
dengan rinci dan pelan agar muridnya dapat mengerti apa
yang Bu Sisil ajarkan.
10
Setelah memperkenalkan diri kali ini dilanjutkan
dengan pemilihan struktur kelas. Seperti biasa akan ada
ketua kelas, wakil ketua, bendahara dan juga sekretaris.
Pemilihan struktur kelas akan berdasarkan pemilihan suara
terbanyak agar terlihat adil dan sesuai dengan yang
diajarkan pada Al Qur’an pada surah Ali Imran ayat 159
yang memiliki arti berikut :
11
Setelah keadaan mulai mereda, Bu Sisil menyuruh
mereka untuk menuliskan siapa calon yang akan jadi
pengurus kelas. Satu orang maju dan menuliskan nama
mereka.
1. Tama
2. Rumi
3. Riki
4. Nina
12
Pemilihan berlangsung cepat, semuanya sudah
memutuskan siapa yang mereka pilih. Hasil yang didapat
adalah.
1. Tama : 16 suara
2. Rumi : 8 suara
3. Riki : 7 suara
4. Nina : 5 suara
13
Bel telah berbunyi, guru pengajar keluar dari kelas
menandakan jam pelajaran sudah selesai karena tadi pagi
diadakan upacara dan penyambutan murid baru maka jam
pelajaran berbeda dari yang biasanya. Banyak murid yang
langsung pergi keluar dari kelas untuk pergi ke kantin atau
menemui teman mereka yang berbeda kelasnya.
14
Karena tidak ingin terlibat dengan mereka aku
berpura pura tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Aku melanjutkan makan. Sepertinya mereka juga tidak
sadar jika aku sedang diam di kelas daritadi.
15
Seperti yang ku pikirkan tadi saat terpilihnya Tama
menjadi ketua kelas, saat jam istirahat dia menjadi sombong
dan memamerkannya pada yang lain. Di sisi lain hal itu juga
dilakukan oleh Rumi.
“Baik Tama.”
16
Bel telah berbunyi sekali lagi menandakan jam
istirahat telah berakhir, semuanya Kembali ke tempat duduk
mereka masing masing. Tapi saat istirahat tadi aku tidak
melihat Nur di kelas. Terus ku lihat dia berlari menuju kelas
untungnya guru pengajar belum datang. Dia bertanya
padaku.
17
Tidak lama kemudian guru pengajar datang. Kali ini
beliau adalah guru laki laki. Dari penampilannya dia seperti
orang yang sabar dan tidak akan marah pada muridnya.
Namun aku belajar di hari ini agar tidak menilai orang dari
luarnya.
18
Suasan kelas lebih hening, tidak ada yang
berani satupun berbicara atau bermain Hp. Mereka takut
kena marah dan sekarang semua focus mendengarkan
pelajaran Pak Faris. Namuun ada satu orang yang masih aja
berbuat seenaknya sendiri saat pelajaran. Saat pelajaran Pak
Faris dia justru enak tidur. Muka nya ditutupi dengan buku
sehingga dari depan tidak terlihat seperti tertidur, tapi Pak
Faris mengetahui itu Nama anak itu adalah Riki duduk di
dekat jendela dan bangku paling belakang.. Awalnya Pak
Faris membiarkan nya.
19
Pak Faris mengambil buku yang di depan Riki,
terlihat ada Hp juga di depannya. Saat Hp nya diambil dan
dimatikan Riki langsung terbangun. Dia terlihat seperti
orang kebingungan karena satu kelas menatap ke arahnya
dan ketika dia berbalik ke belakang dia melihat Pak Faris
yang ada di belakangnya dan membawa buku dan Hp milik
Riki.
20
Riki langsung terdiam tidak berbicara dan
menunduk. Pak Faris meletakkan Kembali buku miliknya
namun Hp milik Riki tidak dikembalikan dan disimpan oleh
Pak Faris. Kemudian bel istirahat berbunyi Pak Faris
langsung meninggalkan kelas setelah mengambil buku
miliknya.
21
“Maaf aku tidak tahu akan hal itu.”
“Baiklah.”
22
“Iya, aku tidak bisa pernah melupakannya, terkadang
aku merasakan Kembali kejadian itu meski sudah berlalu.”
23
“Tadi dia bilang padaku kalau Nur sering pindah
sekolah karena pekerjaan orang tuanya yang sering
dipindah.”
“Boleh.”
24
“Apa kamu masih ingat denganku Nur?, dulu kita
pernah satu kelas saat kelas tujuh.”
25
Mereka semua berkumpul di tempat duduk Riki.
Membicarakan yang terjadi hari ini mereka berbicara
tentang Pak Faris.
26
Sudah beberapa menit berlalu guru pengajar untuk
mata pelajaran berikutnya masih belum datang. Suasana
kelas masih seperti tadi, semuanya tetap berkumpul di
bangku Riki. Berbeda dengan tadi kali ini mereka
membicarakan hal lain. Sepertinya mereka mengakrabkan
satu sama lain. Mereka memperkenalkan diri sekali lagi
sudah berapa kali mereka bertemu dengan orang baru dan
melakukan hal itu.
27
“Dien apa kamu tidak merasa terganggu dengan
suasana ribut ini?.”
28
“Iya aku kenal dia di Smp saat di kelas 8 aku sekelas
dengannya dan kebetulan dia duduk di samping ku, dia
sering membantuku saat kesulitan, bisa dibilang aku punya
hutang padanya yang cukup sulit bagiku untuk
membayarnya.”
29
Kemudian guru pengajar datang, semuanya langsung
bubar dan Kembali ke tempat duduk mereka masing
masing. Guru kali ini adalah seorang laki laki dia sepertinya
bukan tipe orang yang sabar dan ramah.
30
“Ayo maju saja tidak perlu takut, tidak perlu
khawatir jika kalian salah, kita di sini untuk belajar,
silahkan maju absen satu.”
31
“Kamu yang disana sebaiknya tidak berbicara seperti
itu pada temanmu, dia sudah bagus berani maju ke depan ,
sudah saya bilang sebelumnya kalau kalian salah tidak
masalah, saya tidak akan marah, karena kalian juga harus
belajar bahasa asing, untuk kamu tidak perlu sedih belajar
lebih giat lagi, mengerti.”
32
Setelah itu dilanjut ke absen berikutnya. Tepat bel
pulang berbunyi semuanya sudah selesai. Pak Sendy setelah
mengucapkan salam beliau langsung pergi dari kelas. Dan
suasana kelas menjadi ribut Kembali.
33
“Kalian tadi pelajaran apa, suara teman kalian
terdengar hingga ke kelasku, ku dengar tadi ada yang
tertawa dengan keras sambil mengejek seseorang, dan guru
kalian juga marah marah, apa itu benar?,” tanya Zahra.
34
Setelah berpisah dengan mereka, aku pergi ke
parkiran sepeda. Kulihat ada orang yang sepertinya
menunggu seseorang dan berjumlah banyak.
35
“Sebenarnya tidak kalau kau berhenti mendekati
Nur.”
“Lepaskan tanganku.”
36
Kemudian terdengar suara murid lain yang ingin
mengambil sepeda mereka. Kemudian Tama dan yang lain
langsung bubar dan pergi. Sedangkan aku tidak bisa bangun
karena sakit semua.
37
“Bagaimana kamu akan pulang?, kau berdarah dan
lukanya cukup parah.” Kata Nur, dia terlihat sangat cemas
dengan kondisiku.
38
“Tidak perlu, setelah menaruh sepeda ini ke tempat
parkir aku akan pulang, ayahku juga sudah menunggu,
tolong jaga Dien, maaf Dien aku tidak bisa banyak
membantu.”
denganmu.”
39
Bab 2
Terpisah
Sesampainya dirumah, mereka membantuku
menyiapkan makananan. Setelah kami semua makan, Nur
bertanya padaku.
40
“Mereka tidak ada yang peduli bahkan di hari
kematian ayah dan ibu, tidak ada satupun dari mereka yang
datang meski sudah kuberi kabar.”
41
“Terus bagaimana dengan keseharianmu?, apakah
kamu bekerja?,” tanya Nur.
42
“Tenang saja kamu tidak perlu menggantinya, kami
ikhlas membantu, disebutkan juga pada Al-Qur’an surah Al-
Qashas: 35 yang memiliki arti
“Terima kasih.”
43
“Kami akan pulang sekarang, jaga dirimu baik-baik,
semoga cepat sembuh.” Kata Nur.
44
Bab 3
Kembali
Pagi yang cerah, sinar matahari tersenyum dan
tanaman terlihat senang. Air embun terjatuh dari daun daun
hijau yang segar. Setelah menyelesaikan sarapan aku
bergegas mandi. Setelah itu aku menunggu Nur datang ke
rumah.
45
“Dien, aku ingin bertanya padamu?,” ucap Nur
membuuka obrolan.
46
Kami sampai disekolah, kulihat sudah ada Zahra
yang menunggu di depan gerbang.
48
lakukan. Hal ini mengingatkanku pada kenangan lama
sebelum aku masuk SMK.
49
berharap ada orang yang membantuku melewati semua ini,
dan menemaniku agar aku tidak sendiri lagi.
Hari itu saat aku ingin berbicara pada Nur, dia sering
menghindar dariku. Sepertinya dia sudah tidak mau
berbicara denganku. Sampai sekarang dia masih tidak mau
berbicara padaku. Saat ku tanya pada Zahra.
“Iya, kenapa?.”
50
“Apa kamu bisa membantuku berbicara dengan
Nur?.”
“Tapi.”
“Kemana?.”
“Baiklah.”
51
Bel pulang telah berbunyi, Nur langsung pergi
meninggalkan kelas sebelum aku memanggilnya. Zahra
sudah memberitahuku tempat untuk kita bertemu.
Tempatnya tidak terlalu jauh dari sekolah, ku injak pedal
sepedaku dan pergi ke sana dengan cepat. Butuh waktu
sekitar 20 menit dari sekolah, setelah meletakkan sepeda di
tempat parkir aku bergegas mencari Zahra di dalam taman.
Kulihat sekeliling sambil melihat sekililing. Kemudian
Zahra memberitahuku kalau dia menunggu di dekat pintu
masuk.
52
“Waktu itu aku marah pada Nur, dan dia terlihat
sedih waktu itu.”
53
Apa yang pernah kualami dulu pada saat SMP?.
Untuk sekarang sebisa mungkin aku menghindar dari
kenyataan tersebut. Aku selalu berlari agar kejadian itu bisa
kulupakan. Namun sekeras apapun aku mencoba itu tidak
akan menghilang dengan mudah seperti merobek kertas.
Kenangan menyedihkan itu seperti tembok besi dia kokoh,
kuat dan akan sangat sakit jika kau memukulnya. Semakin
aku ingin melupakannya senyuman dan ekspresi mereka
terus menghantuiku.
54
“Dien mau kemana kamu? Kita baru saja nyampai.”
55
“Jadi apakah kamu akan meninggalkan kami Dien,
dan melihat orang tuamu, atau kau tetap disini, asal kamu
tahu kalau kau pergi sekarang kami akan merasa tersakiti,
jadi jangan harap besok kamu akan mengalami hari yang
indah di sekolah, apa kamu mengerti?, sekarang pilih pergi
atau tetap Bersama kami?.” Kata salah satu dari mereka.
56
Salah satu dari mereka mengatakan itu dengan
marah, hanya dia yang kuingat sampai sekarang. Nama nya
adalah Riki. Tidak kusangka kita akan bertemu lagi meski
aku tidak begitu ingat bagaimana wajahnya pada saat itu.
57
Setelah 30 menit bersepeda aku akhirnya tiba di
rumah sakit. Aku bertanya pada resepsionis kemudian
menuju ke ruangan yang ditunjukkan. Aku terkejut dengan
apa yang kulihat dan tidak mempercayainya. Yang kulihat
adalah ayah dan ibu sudah terbaring tidak bernyawa di atas
Kasur. Aku segera menghampiri mereka. Tidak bisa ku
berhenti menangis dan tidak bisa menerima kenyataan.
58
Aku tidak sekolah selama beberapa hari untuk
menenangkan diri. Saat aku Kembali ke sekolah kulihat
semua teman di kelas melihatku dengan dingin, mungkin
karena aku pergi meninggalkan mereka di café. Tanpa
memperdulikan mereka aku langsung duduk. Tiba tiba Riki
datang membawa ember berisi air kemudian dia
menyiramkan air tersebut padaku. Hal itu dilakukan juga
oleh yang lain, ada juga yang melempariku dengan kertas.
59
Setelah Riki mengatakan itu murid laki laki yang ada
di kelas langsung datang dan menghajarku. Meski mencoba
untuk melawan mereka, aku kalah jumlah dibandingkan
mereka. Mereka berhenti setelah ada guru yang kebetulan
lewat. Aku babak belur dan terdapat banyak luka di seluruh
tubuhku. Setelah mendapat perawatan dan juga di tanya apa
yang terjadi di ruang BK, mereka membuktikan kalau aku
tidak bersalah, setelah itu sepetinya mereka tidak bisa
menerima sehingga mereka melanjutkan membuli ku dan
menyebarkan rumor buruk ke seluruh siswa.
60
“Dien apa kamu baik baik saja?, kamu tiba tiba
melamun?,” tanya Zahra.
61
“Dien apa kamu tahu, kalau Nur selama ini sering
membantumu, dia sering berbicara dengan guru yang lain
tentang masalah yang kau hadapi sekarang, dia mencari cara
agar mereka berhenti menyakitimu.”
63
Dien berlari menuju tempat ke Nur menunggu. Dari
kejauhan terliihat Nur sedang duduk sendirian di bangku
taman.
64
Setelah aku mengatakan itu Nur terdiam. Tidak ada
satu kata pun yang keluar dari mulut kami. Suasana sunyi.
Kemudian Nur berkata.
65
Nur menghela nafas seolah olah dia ingin
mengatakan sesuatu yang penting.
66
Nur kemudian dibawa ke rumah sakit untuk dirawat.
Luka yang diterimanya sangat parah, meski begitu kenapa
harus Nur yang mengalami hal sepertii ini. Aku
menyalahkan diriku sendiri karena tidak bisa melindunginya
saat itu.
“Tidak .”
“Kenapa?.”
67
“Itu karena dia berusaha membantumu, dia
menghentikan orang yang mencoba melukaimu, ada yang
tidak suka dengan perbuatan Nur mereka akhrinya melukai
Nur.”
68
“Ketika mereka mulai menganggumu di hari itu, Nur
datang padaku untuk memberitahunya tentang masa lalu
mu, meski aku menolaknya dia tetap memaksaku untuk
memberitahunya, karena terpaksa aku menceritakan semua
yang terjadi, tiba tiba Nur mengatakan kalau dia pusing
terus pingsan, aku kaget waktu itu kemudian dia kubawa ke
rumah sakit untuk diperiksa dan ternyata dia baik baik saja
namun karena dia terkejut pada ceritaku itu membuat
ingatan dia yang lama Kembali.”
69
“Kamu benar Zahra, kalau begitu aku pergi dulu.”
70
“Tadi kami mendapat laporan dari salah satu
pengunjung taman bahwa ada murid perempuan dilempar
dengan batu kemudian dia terluka di kepalanya, saat kami
datang korban katanya sudah dibawa ke rumah sakit oleh 2
orang temannya, kemudian kami mencari pelaku dari saksi
mata yang melihat kejadian itu, setelah mendapat ciri-ciri
pelaku kami segera mencarinya, kemudian kami
menemukan satu orang yang memakai seragam, Namanya
Tama.”
71
“Zahra apa kamu baik baik saja?, kamu melamun?.”
Tanyaku.
“Iya.”
72
Sementara orang tua Nur berbicara dengan polisi,
dokter keluar dari ruang operasi. Orang tua Nur langsung
menghampiri dokter itu dan menanyakan bagaimana kabar
Nur. Aku dan Zahra juga khawatir dengan keadaanya.
73
Kemudian Nur dipindahkan ke ruang lain, orang tua
nya mengikuti sambil menangis dan terus terusan
memanggil Namanya agar dia segera terbangun. Ketika
kami ingin menyusul mereka, polisi tadi meminta kami
untuk ikut ke kantor polisi. Demi membantu menemukan
pelaku yang sebenarnya kami harus ikut dengan mereka.
74
“Sepertinya, tapi belum pasti mereka menangkap
Riki secepat itu.”
75
Setelah kejadian itu sekarang aku bisa pergi ke
sekolah tanpa merasa terganggu. Kehidupan sekolahku yang
normal kini kembali. Mereka yang dulunya menggangguku
telah berhenti dan meminta maaf padaku. Mereka diancam
oleh Riki untuk menuruti perintahnya. Aku memaafkan
mereka karena manusia tempatnya salah dan sebagai orang
muslim kita harus saling memaafkan mereka yang berbuat
salah dan menuntun mereka kembali ke jalan yang benar.
76
Zahra dan aku tiap hari pergi ke rumah sakit untuk
menjenguk Nur dan berharap dia segera bangun. Terkadang
Zahra menginap di rumah sakit untuk menjaga Nur saat
libur sekolah. Dia sangat khawatir hingga berbuat seperti
itu. Doa kami berdua hanya satu yaitu Nur membuka
matanya.
77
Setelah menyelesaikan Pendidikan ku. Aku berusaha
dengan keras mencari uang dan belajar bagaimana cara
membuat Nur terbangun. Aku sering bertukar informasi
dengan Zahra yang saat ini di luar negeri. Aku mempunyai
keingininan untuk membangun rumah sakit sendiri. Agar
Nur bisa mendapat perawatan yang baik. Aku meminta
pendapat Zahra dan memintanya membantuku dalam
mewujudkan mimpi itu. Kemudian Zahra bertanya alasan
aku mendirikan rumah sakit.
78
Rumah sakit yang ku dirikan dengan bantuan Zahra
kini kuberi nama Rumah Sakit Cahaya. Nama ini kuambil
dari arti nama Nur dalam Bahasa arab yang berarti cahaya.
79
Setelah seminggu Nur sembuh aku melamarnya
karena dari dulu aku sudah menyukainya. Aku beryukur dia
menerima tawaranku. Kami semua sangat Bahagia disini itu
karena Zahra. Berkat Zahra aku bisa meminta maaf dengan
benar pada Nur dan mengetahui kondisinya. Aku dan Nur
mengucapkan rasa syukur dan terima kasih padanya. Dia
adalah sahabat sejati kami yang selalu mendukung kami
berdua.
80
Biografi Penulis
Akhmad Syahrul Dienhaq
merupakan siswa dari SMKN 1
pasuruan.. lahir di Pasuruan
tanggal 17 Maret 2003.
BIOGRAFI EDITOR
81
Dr. Suprapto adalah seorang guru
Bahasa Indonesia di SMK Negeri 1
Pasuruan. Beliau lahir di
Pasuruan,30 November 1965. Saat
ini,beliau bertempat tinggal di
Perumahan Pesona Candi 4 AH 12 A
Sekargadung,Pasuruan.
BIOGRAFI PENELAAH
82
tinggal di jalan Ir. H. Juanda Kepel Kecamatan Bugul Kidul
Pasuruan.
83