Anda di halaman 1dari 87

“Dia” Inspirasiku

Akhmad Syahrul DienHaq

i
ii
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT , Tuhan


semesta alam . Semoga shalawat dan salam tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW .
Berkat rahmat dan taufiq serta hidayahnya juga
kerja keras dengan penuh ketekunan maka kami
dapat menyelesaikan novel dengan judul “Dia”
Inspirasiku.
Novel ini berkisah tentang remaja sekolah
yang mengalami pahitnya hidup karena
kehilangan kedua orang tuanya dan juga
mendapat perlakuan yang buruk dari teman di
sekolahnya.
Penulis menyadari jika novel yang dibuat
masih belum pantas untuk disebut sebagai karya
novel yang bagus. Penulis menyadari ada
penulisan kata, tata Bahasa dan Teknik tulisan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk memperbaiki kualitas
novel penulis.
Pasuruan, 19 Juni 2022

Penulis
iii
Daftar Isi

Halaman Judul..........................................................i

Kata Pengantar........................................................iii

Daftar Isi.................................................................iv

Profil Penulis..............................................................

Bab 1 : Pertemuan....................................................1

Bab 2 : Terpisah.....................................................40

Bab 3 : Kembali.....................................................45

iv
Bab 1
Pertemuan

Juni adalah bulan dimana tahun pelajaran baru


dimulai.

Momen ini biasanya pelajar akan menyambutnya


dengan gembira, karena mereka akan Kembali duduk di
bangku sekolah. Pelajar dengan gembira biasanya datang
lebih pagi untuk melihat-lihat sekeliling sekolah sekaligus
mencari kelas mereka yang baru.

Tidak terkecuali Dien.

Ketika jam weker berbunyi, Dien mengulurkan


tangannya-mematikan suara bising dari jam nya. Dia
melompat turun dari atas ranjang dan mengambil
handuknya. Hari ini merupakan hari pertamanya dia
Kembali ke sekolah. Ia tidak boleh terlambat!.

1
Tidak butuh waktu lama bagi Dien untuk mandi.
Setelah Dien memakai seragam, dia menyisir rambutnya-
memastikan agar rambutnya tetap terlihat rapi-sebelum
akhirnya Dien meraih tas ransel dan beranjak keluar kamar.

Hari ini jalan terlihat sangat ramai-banyaknya


pengendara sepeda motor di pagi hari. Setelah libur yang
cukup Panjang kini semua orang Kembali menjalakan
aktivitas mereka seperti biasanya.

Ketika Dien tiba di sekolah dia melihat sekeliling.


Dalam hati dia begitu gembira karena dapat diterima di
sekolah favoritnya. Sekolah terlihat begitu sepih, hanya ada
tukang kebun yang terlihat sedang menyapu.

Sekolah itu terlihat sangat indah dengan adanya


tanaman hias, suasana yang dingin berasal dari pohon yang
bisa digunakan untuk tempat berteduh-dan juga disediakan
tempat untuk duduk sehingga bisa digunakan siswa untuk
membaca atau makan dibawah pohon. Dien melangkahkan
kakinya dengan sangat pelan, matanya terfokus pada
pemandangan sekolah.

2
Rasa penasaran Dien membuatnya berjalan melihat
seluruh bangunan di sekolah, Yang pertama ia cari adalah
kantin sekolah—Dien pergi menusuri jalan sambil melihat
denah sekolah. Terlihat kantin sekolah yang berada di
bagian belakang sekolah—— Dien terkejut melihat
kantinnya begitu bersih dan terlihat sangat rapi dan juga
luas.

Setelah ia puas melihat-lihat kantin, Dien


menggerakkan kakinya pergi mencari kelas. Dengan
memperhatikan sekelilingnya, terlihat banyak tanaman yang
sangat hijau di setiap depan kelas. Tanaman itu baru saja
disiram oleh tukang kebun-terlihat daun tanaman itu masih
meneteskan air.

Setelah berjalan cukup lama ia berhenti dan


melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Dien
memperhatikan dengan seksama bagaimana kelas barunya.
Karena masih pagi belum terlihat satu orang yang datang,
karena kelas masih sepi dia memanfaatkan situasi ini untuk
mencari tempat duduk bagian belakang dan dekat dengan
jendela.

3
Terasa angin berhembus dari luar jendela membuat
Dien mengantuk. Tanpa sadar dia meletakkan kepalanya di
atas meja dan memejamkan matanya. Dien tidur terlelap di
dalam kelas, hingga teman satu kelasnya datang. Mereka
berbicara dengan keras hingga membangunkan Dien.

Murid yang baru saja datang itu berjumlah 6 orang,


dua orang laki laki dan sisanya perempuan. setelah menaruh
tas mereka di atas kursi setelah itu mereka pergi lagi, tidak
ada yang menyapa atau membangunkan Dien. Mereka
seolah olah tidak melihat Dien.

Dien mulai terbangun ketika ada perempuan yang


duduk di depannya.

“Maaf aku tidak sengaja membuatmu terbangun,”


ucap perempuan itu.

“Ah iya, tidak masalah.”

“Kenapa kau tidur disini?,” tanya perempuan itu.

4
“Ketika aku sampai, di dalam kelas tidak ada
siapapun, mungkin karena aku yang datang terlalu pagi,
karena disini ada hembusan angin membuatku mengantuk
dan tanpa sadar aku tertidur.”

“Apa kau tidak berkumpul dengan teman yang


lain?.” Tanya dia.

“Aku tidak punya teman sejak SMP, dan hanya aku


saja yang masuk ke jurusan ini.”

“Berarti kita sama.” Kata perempuan itu dengan


suara keras dan riang.

“Apa kau juga tidak ada teman di SMP?,” tanyaku


dengan kebingungan karaena baru bangun dari tidur.

“ahahhaha, bukan begitu, maksudku aku baru saja


pindah dari tempat tinggalku, karena pekerjaan ayahku aku
sering pindah mengikutin kemana ayahku ditugaskan, aku
baru saja pindah ke kota ini bulan kemarin, Oh iya Apa kau
tidak bosan dengan duduk diam di kelas sendirian?,” kata
dia.

“Tidak, aku lebih suka suasana yang sepi.”

5
“Kamu dingin juga ya ternyata, oh iya aku belum
mengenalmu, namaku Nur .”

“Namaku Dien senang bertemu denganmu.”

“Senang bertemu denganmu juga Dien, semoga kita


bisa akrab.” Kata Nur dengan suara riang.

Pertama kali aku bertemu perempuan seperti


Nur.Dia terlihat seperti mudah akrab dengan orang lain
berkebalikan denganku yang tertutup. Kesan pertamaku
padanya adalah dia cantik, ia memakai kacamata membuat
dia terlihat orang yang rajin dan juga pakaian dia sangat
rapi. Meskipun ia ingin akrab dengankum aku berharap itu
tidak akan terjadi. Aku ingin menghindar darinya itulah
yang muncul di pikiranku.

Kriiiiiiing

Bel masuk telah berbunyi seluruh murid berlarian ke


lapangan untuk mengikuti upacara bendera.

6
Di tengah lapangan yang panas itu kami berdiri
dengan tenang mengikuti jalannya upacara. Terik dari
matahari menyentuh kulit kami semua, banyak murid yang
mulai mandi keringat. Karena hari ini merupakan awal
tahun ajaran baru dan pertama kalinya murid baru masuk ,
pidato yang dibawakan oleh kepala sekolah terasa sangat
Panjang. Murid yang lain alih alih mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh Pembina upacara, semuanya sibuk dengan
berbicara sendiri. Hingga ada yang ditegur oleh guru dan
team disiplin.

Setelah 30 menit upacara selesai, peserta upacara


langsung dibubarkan dan masuk ke kelas mereka masing
masing.

Di dalam kelas yang tadi pagi sepi sekarang sudah


berubah menjadi pasar. Semuanya berbicara dengan keras
menjawab dan berkenalan dengan yang lain, mereka terlihat
seperti orang yang sedang menjual dan membeli barang di
pasar. Kulihat Nur sudah mulai akrab dengan yang lain,
tidak heran karena dia pasti sudah paham bagaimana cara
berteman.

7
Kemudian wali kelas kami datang. Pelajaran
dimulai, wali kelas kami mulai memperkenalkan diri, wali
kelas kami seorang guru perempuan yang terlihat masih
muda dan belum berpengalaman, Namanya adalah Bu
Sylviana biasanya dipanggil dengan Bu Sisil. Setelah itu
dilanjutkan dengan memperkenalkan satu persatu murid di
kelas.

Dalam waktu perkenalan terdapat satu orang yang


bisa dibilang dia menyebalkan. Dengan nada sombong dia
memperkenalkan dirinya seolah olah dia merasa pintar dan
di atas. Dia juga anak orang kaya yang sering sombong
ketika ada kesempatan. Nama nya ada Rumi, anak seorang
pengusaha kaya di kota ini, meskipun orang tuanya adalah
orang yang baik hati, dermawan dan juga sering membantu
orang lain berbeda dengan anaknya. Rumor nya dia sering
menghamburkan harta orang tua nya dan tidak mau
meneruskan usaha orang tua nya. Rumi menyebutkan bahwa
dia malu menjadi pengusaha dan bahkan dia malu pada
orang tuanya. Cita–citanya adalah menjadi seorang model
yang terkenal dan kuliah di luar negeri.

8
Setelah itu berlanjut ke murid yang lain, ku heran
mereka yang menerima sifat sombong dia. Kelas menjadi
ramai akibat itu dan sepertinya seisi kelas menerima dia
meskipun sifatnya yang buruk.

Ada juga satu orang yang kelihatan dia adalah anak


yang paling susah di atur dan suka bertindak seenaknya.
Namanya adalah Tama. Pada saat perkenalan dia berbicara
dengan nada yang sangat keras hingga menggetarkan kaca
yang ada di sampingku.

Tiba saatnya Nur memperkenalkan dirinya. Dengan


suaranya yang lembut seperti kapas perlahan dia
menyebutkan Namanya dan tujuan yang ingin dicapainya.
Tidak terduga dia memiliki cita cita yang sama denganku
yaitu pergi ke luar negeri.

Sekarang tiba giliranku memperkenalkan diri,akan


tetapi ketika aku memperkenalkan diriku muncul rasa iri
dengki dan benci di sekitarku. Semua orang di kelas
menatapku dengan dingin, seolah–olah mereka tidak suka
denganku. Tidak terlalu lama aku memperkenalkan diri
dengan begitu cepat, aku tidak mengerti alasan mereka
menatapku dengan tajam.

9
Setelah semuanya memperkenalkan diri pelajaran
dimulai. Pelajaran hari ini merupakan Bahasa Indonesia.
Wali kelas kami orangnya sangat ramah dia menjelaskan
dengan rinci dan pelan agar muridnya dapat mengerti apa
yang Bu Sisil ajarkan.

Murid yang baik tentu saja akan diam mendengarkan


dan memahami apa yang dijelaskan oleh guru yang sedang
berdiri di depan. Tapi tidak dengan kelas yang satu ini,
muridnya tidak ada yang memperhatikannya. Ada yang
berbicara dengan teman sebangkunya, ada yang makan di
saat Bu Sisil menjelaskan, dan ada yang bermain Hp.
Meskipun Bu Sisil telah menegur mereka namun hal itu
justru diharaukan dan mereka tetap melanjutkan kegiatan
mereka.

Ku merasa kasihan dengan Bu Sisil di hari pertama


beliau mengajar sudah dihadapkan dengan murid yang
seperti ini. Bahkan dia harus menanggung beban menjadi
wali kelas kami yang kemungkinan kedepannya akan
meinumbulkan masalah bagi Bu Sisil.

10
Setelah memperkenalkan diri kali ini dilanjutkan
dengan pemilihan struktur kelas. Seperti biasa akan ada
ketua kelas, wakil ketua, bendahara dan juga sekretaris.
Pemilihan struktur kelas akan berdasarkan pemilihan suara
terbanyak agar terlihat adil dan sesuai dengan yang
diajarkan pada Al Qur’an pada surah Ali Imran ayat 159
yang memiliki arti berikut :

“Maka Berkat rahmat Allah engkau(Muhammad)


berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya engkau
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka dalam
urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal.”

Semua ribut sendiri karena ada yang tidak ingin


terpilih dan ada juga yang ingin mengajukan orang lain.
Semuanya berisik dan tidak memperhatikan Bu Sisil yang
mencoba menenangkan situasi.

11
Setelah keadaan mulai mereda, Bu Sisil menyuruh
mereka untuk menuliskan siapa calon yang akan jadi
pengurus kelas. Satu orang maju dan menuliskan nama
mereka.

1. Tama
2. Rumi
3. Riki
4. Nina

4 orang yang akan dipilih menjadi pengurus kelas


dan sekarang yang lain diberi kesempatan untuk memilih
mereka. dan jujur saja aku tidak mengenal mereka semua
dan ini cukup sulit mengingat aku belum mengetahui sifat
mereka.

Yang ku tahu adalah Nina orangnya pendiam, dia


terlihat tidak terpengaruh dengan sekitarnya. Untuk Riki
sepertinya aku pernah mendengar Namanya tapi aku tidak
begitu mengingatnya sekarang.

Aku memutuskan untuk memilih Nina karena dia


terlihat dapat diandalkan dan bisa memegang tanggung
jawab sebagai ketua kelas.

12
Pemilihan berlangsung cepat, semuanya sudah
memutuskan siapa yang mereka pilih. Hasil yang didapat
adalah.

1. Tama : 16 suara
2. Rumi : 8 suara
3. Riki : 7 suara
4. Nina : 5 suara

Dari hasil yang didapat Tama memenangkan suara


karena dia yang mendapat suara paling tinggi, maka Tama
menjadi ketua kelas, sedangkan Rumi akan menjadi wakil
nya dan Riki menjadi sekrtaris, untuk posisi bendahara
dipegang oleh Nina.

Setelah pemilihan struktur kelas dilanjutkan dengan


pelajaran. Meskipun begitu tidak semuanya focus pada
pelajaran, justru salah satu dari mereka membanggakan
dirinya sendiri karena telah dipilih menjadi ketua kelas.

Terlihat di wajahnya yang tersenyum Bahagia dan


dia menunjukkan segera ingin istirahat untuk pamer pada
yang lain.

13
Bel telah berbunyi, guru pengajar keluar dari kelas
menandakan jam pelajaran sudah selesai karena tadi pagi
diadakan upacara dan penyambutan murid baru maka jam
pelajaran berbeda dari yang biasanya. Banyak murid yang
langsung pergi keluar dari kelas untuk pergi ke kantin atau
menemui teman mereka yang berbeda kelasnya.

Kelas serasa kosong seketika padahal tadi ramai.


Hanya ada aku di kelas sendirian. Aku membuka bekal yang
ku simpan di tas. Bekal ini aku membuatnya sendiri tadi
pagi, karena aku perlu menghemat uang untuk biaya sehari
hari dan juga keinginanku untuk kuliah nantinya.

Saat aku menikmati bekal yang ku makan, tiba tiba


kelompok dari Tama yang diikuti laki laki dari kelas ini
datang. Mereka sepertinya sedang dalam suasana hati yang
baik karena mereka semua tertawa begitu keras. Kemudian
mereka membicarakan tentang apa yang mereka lakukan di
kantin. Sepertinya mereka mengganggu murid dari kelas
lain dan meminta uang dari mereka. seperti penampilan dari
pemimpinnya mereka terlihat senang menindas orang yang
lemah.

14
Karena tidak ingin terlibat dengan mereka aku
berpura pura tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Aku melanjutkan makan. Sepertinya mereka juga tidak
sadar jika aku sedang diam di kelas daritadi.

Tidak lama kemudian tiba kelompok dari rumi yang


kelompoknya berisi perempuan semua. Sama seperti
kelompok Tama, yang satu ini lebih berisik ada yang
tertawa, ada yang diam dan Rumi yang paling mencolok di
antara mereka semua. Seperti ratu yang dipuja oleh
pengikutnya. Rumi adalah ratunya karena tentu saja dia
yang paling cantik di kelas ini, hal itu membuatnya
semakin sombong, dan pengikutnya tadi adalah teman
sekelas yang lainnya.

Tidak semua murid di kelas ini bergabung ke


kelompok Tama dan Rumi. Ada juga yang membentuk
kelompok sendiri – sendiri. Berbeda denganku, aku
memutuskan tidak mengikuti mereka semua. Karena
pengalamanku sebelumnya aku masih takut untuk
berinteraksi dengan orang lain.

15
Seperti yang ku pikirkan tadi saat terpilihnya Tama
menjadi ketua kelas, saat jam istirahat dia menjadi sombong
dan memamerkannya pada yang lain. Di sisi lain hal itu juga
dilakukan oleh Rumi.

“Lihat sekarang aku menjadi ketua kelas, terima


kasih ku ucapkan pada kalian yang telah memilihku,” kata
Tama dengan keras dan sombong.

“Kamu memang cocok Tama menjadi ketua kelas


tidak ada orang lain yang bisa menandingi dirimu.” Kata
Riki.

“Kamu benar Riki, tidak ada satupun di kelas ini


yang bisa mengalahkanku.” Ucap Tama

“Selamat Tama terpilih menjadi ketua kelas, kau


cocok dengan itu, semoga kita bisa bekerja sama dengan
baik.” Kata Rumi sambil menghampiri Tama.

“Terima kasih Rumi, aku mengharapkan kerja sama


kita dengan baik.”

“Baik Tama.”

16
Bel telah berbunyi sekali lagi menandakan jam
istirahat telah berakhir, semuanya Kembali ke tempat duduk
mereka masing masing. Tapi saat istirahat tadi aku tidak
melihat Nur di kelas. Terus ku lihat dia berlari menuju kelas
untungnya guru pengajar belum datang. Dia bertanya
padaku.

“apakah aku terlambat? Apakah guru untuk


pelajaran selanjutnya sudah datang?” tanya Nur dengan
panik.

“kamu tidak terlambat, bel baru saja berbunyi, dan


guru belum datang, darimana kamu Nur?.”

“Ah aku dari kelas temanku. Aku lupa jam berapa


jam pelajaran selanjutnya dimulai, ketika aku mendengar
bel aku langsung berlari menuju kelas, kukira bakal
terlambat, ” kata Nur dengan nafas yang tidak beraturan.

“Lebih baik kau minum dulu biar tidak Lelah.”

17
Tidak lama kemudian guru pengajar datang. Kali ini
beliau adalah guru laki laki. Dari penampilannya dia seperti
orang yang sabar dan tidak akan marah pada muridnya.
Namun aku belajar di hari ini agar tidak menilai orang dari
luarnya.

Nama guru pengajar kami kali ini adalah Pak Faris,


mengajar matematika. Ketika kelas dimulai berbeda dengan
Bu Sisil tadi yang tidak langsung memberikan pelajran
karena masih awal. Tapi Pak Faris berbeda kami langsung
diberikan materi. Tidak hanya itu kami juga diberi soal dan
disuruh untuk mengerjakan di papan tulis.

Kali ini tidak ada murid yang berisik karena mereka


takut pada Pak Faris. Beliau tidak seperti Bu Sisil yang
tidak suka Marah dan lebih sabar ketika berbicara. Maka
Pak Faris adalah kebalikan dari Bu Sisil, beliau berbicara
dengan nada yang sangat keras sehingga murid yang lain
terlihat takut padanya.

Namun dengan Pak Faris yang seperti ini membuat


kelas ini tidak membuat keributan seperti saat Bu Sisil
mengajar tadi.

18
Suasan kelas lebih hening, tidak ada yang
berani satupun berbicara atau bermain Hp. Mereka takut
kena marah dan sekarang semua focus mendengarkan
pelajaran Pak Faris. Namuun ada satu orang yang masih aja
berbuat seenaknya sendiri saat pelajaran. Saat pelajaran Pak
Faris dia justru enak tidur. Muka nya ditutupi dengan buku
sehingga dari depan tidak terlihat seperti tertidur, tapi Pak
Faris mengetahui itu Nama anak itu adalah Riki duduk di
dekat jendela dan bangku paling belakang.. Awalnya Pak
Faris membiarkan nya.

Ketika jam pelajaran hampir seleesai dan Pak Faris


sudajh menjelaskan semua materi hari ini, beliau langsung
menghampiri Riki. Teman yang ada di depan Riki langsung
mencoba membangunkannya namun dicegah oleh Pak Faris.

19
Pak Faris mengambil buku yang di depan Riki,
terlihat ada Hp juga di depannya. Saat Hp nya diambil dan
dimatikan Riki langsung terbangun. Dia terlihat seperti
orang kebingungan karena satu kelas menatap ke arahnya
dan ketika dia berbalik ke belakang dia melihat Pak Faris
yang ada di belakangnya dan membawa buku dan Hp milik
Riki.

“Kamu itu ya waktu pelajaran saya malah dibuat


main, waktu pelajaran itu menyimak guru yang ada di depan
bukannya malah tidur dan bermain Hp.” Kata Pak Faris
dengan sangat marah.

Murid yang lain hanya bisa diam dan memehartikan


Riki yang sedang bingung.

“Maaf pak saya berjanji tidak akan mengulangi lagi,


saya menyesal pak,” kata Riki sambil memohon pada Pak
Faris untuk mengembalikan Hp nya.

“Saat ini Hp mu akan saya sita, saya peringatkan


kamu untuk tidak mengulangi lagi pada saat jam pelajaran
saya, ingat kamu itu datang ke sekolah untuk belajar bukan
bermain atau tidur, hargai guru yang berada di depan.”

20
Riki langsung terdiam tidak berbicara dan
menunduk. Pak Faris meletakkan Kembali buku miliknya
namun Hp milik Riki tidak dikembalikan dan disimpan oleh
Pak Faris. Kemudian bel istirahat berbunyi Pak Faris
langsung meninggalkan kelas setelah mengambil buku
miliknya.

Kelas berakhir dan sekarang jam istirahat kedua.


Setelah merapikan buku, aku bergegas pergi ke mushola
untuk melaksanakan sholat Dzuhur. Saat menuju ke
mushola aku tidak sengaja bertemu dengan teman satu
kelasku saat di SMP.

“Hi Dien apa kabar, sudah lama kita tidak bertemu,”


sapa dia.

“Hi Zahra, kabarku baik bagaimana denganmu?,


kamu berada di kelas mana?.”

“Kabarku baik, aku satu jurusan denganmu tapi kita


beda kelas, apa kamu tidak tau?,” tanya Zahra.

21
“Maaf aku tidak tahu akan hal itu.”

“Tidak masalah, apa kamu mau pergi ke mushola?,


bolehkah aku pergi bersamamu.”

“Kalau kau tidak keberatan.”

Zahra dulunya adalah orang yang sering


membantuku saat di Smp, dia membantuku belajar dan juga
mengatasi traumaku. Meskipun hingga saat ini aku masih
terikat rantai dari kenangan pahit itu.

Setelah selesai aku Kembali bertemu dengan Zahra.

“Kita bertemu lagi, ada yang ingin kutanyakan


padamu, ayo kita cari tempat duduk.”

“Baiklah.”

Setelah kami menemukan tempat duduk yang


sepi.Kemudian Zahra bertanya padaku.

“Dien, maaf jika aku bertanya yang bisa


menyinggungmu, apakah kau masih terus mengingat
kejadian itu?.”

22
“Iya, aku tidak bisa pernah melupakannya, terkadang
aku merasakan Kembali kejadian itu meski sudah berlalu.”

“Maaf kalau aku tidak bisa membantumu Dien, dan


juga maaf karena bertanya seperti itu,” kata Zahra
menyesal.

“Kau sudah banyak membantuku saat di Smp, dan


juga kau tidak perlu menyesal, ini adalah masalahku aku
harus bisa mengatasinya sendiri.”

“Kamu benar, jika kamu butuh bantuan kamu bisa


meminta bantuan padaku, aku dengan senang hati akan
membantumu.”

“Terima kasih Zahra, kau teman terbaik.”

“Oh iya Dien apa kamu kenal dengan Nur?.”

“Dia teman sekelasku, apa kamu mengenalnya


juga?.”

“Aku sepertinya pernah mengenalnya dulu di Smp,


tapi aku tidak begitu mengingatnya karena dia sepertinya
pindah setelah beberapa hari sekolah.”

23
“Tadi dia bilang padaku kalau Nur sering pindah
sekolah karena pekerjaan orang tuanya yang sering
dipindah.”

“Begitu ya, mungkin dulu aku pernah satu kelas


dengannya tapi dia pindah sebelum aku mengenalnya.”

“Bagaimana kalau kamu bertemu dengannya dan


mananyakan langsung padanya?.”

“Kamu benar juga, karena kamu kenal dengannya


bisakah kamu memperkenalkanku padanya?.”

“Aku baru kenal dia hari ini, kami tidak begitu


akrab.”

“Kamu kan teman sekelasnya, “

“Oh itu Nur, mau kupanggil dia sekarang?.”

“Boleh.”

Nur terlihat berjalan sendirian setelah dari mushola.


Ku ajak dia bertemu dengan Zahra.

“Nur dia Zahra, katanya udlu dia pernah satukelas


denganmu di Smp.”

24
“Apa kamu masih ingat denganku Nur?, dulu kita
pernah satu kelas saat kelas tujuh.”

“Kamu Zahra ya, aku tidak begitu ingat maaf.”

“Tidak perlu minta maaf jika kau tidak


mengingatnya, kalau begitu perkenalkan aku Zahra semoga
kitab isa akrab.”

“Namaku Nur, salam kenal.”

Setelah itu kami bertiga melanjutkan pembicaraan


sambil makan. Tempat duduk yang kami pilih tepat di
bawah pohon sehingga terasa sejuk, dan angin yang
berhembus membuat suasana semakin nyaman dan
membuat ingin tidur.

Bel berbunyi pelajaran selanjutnya akan dimulai.


Kami mulai Kembali ke kelas masing masing. Suasana
kelas kali lebih ramai, semuanya berbicara dengan suara
yang keras.

25
Mereka semua berkumpul di tempat duduk Riki.
Membicarakan yang terjadi hari ini mereka berbicara
tentang Pak Faris.

“Kau cukup berani Ki tidur di jam pelajaran, jarang


ada murid baru yang melakukan hal itu,” ujar Tama.

“Kau memiliki nyali yang besar Riki, aku senang


bertemu denganmu.” Kata Rimi sambil tertawa.

Semua yang berada di dekat Riki ikut tertawa


mengikuti Rimi dan Tama. Mereka seperti bangga pada Riki
atas perbuatannya tadi.

Seluruh orang di kelas tertawa dengan Bahagia.


Mereka tertawa dan bangga pada perbuatan yang kurang
sopan dan tidak menghargai guru. Tidak mengerti dengan
apa yang mereka pikirkan aku tidak memutuskan untuk
menjauh dari mereka semua. Nur juga merasa aneh dengan
apa yang mereka lakukan, dia hanya bisa geleng kepala dan
duduk.

26
Sudah beberapa menit berlalu guru pengajar untuk
mata pelajaran berikutnya masih belum datang. Suasana
kelas masih seperti tadi, semuanya tetap berkumpul di
bangku Riki. Berbeda dengan tadi kali ini mereka
membicarakan hal lain. Sepertinya mereka mengakrabkan
satu sama lain. Mereka memperkenalkan diri sekali lagi
sudah berapa kali mereka bertemu dengan orang baru dan
melakukan hal itu.

Mereka berbicara dengan keras, suara Rumi dan


Tama yang paling menonjol. Selain itu ada beberapa orang
yang keluar untuk membeli camilan, mereka adalah
pengikut Rumi. Sedangkan murid laki laki bermain game
Bersama sambil teriak teriak seperti hewan yang terkena
perangkap dan tidak bisa lepas.

Sedangkan di sisi lain aku dan Nur terdiam dan tidak


sedikitpun berbicara kami berdua sibuk dengan buku yang
kami baca. Kami tenggelam di dunia yang ada tercipta
karena imajnasi. Tidak memperdulikan dengan situasi kelas
yang berisik dan mengganggu. Kemudian Nur berbicara
padaku.

27
“Dien apa kamu tidak merasa terganggu dengan
suasana ribut ini?.”

Karena takut mereka akan mendengar hal dan bisa


membuat mereka marah, dan sebisa mungkin aku
menghindarinya. Aku berbicara dengan suara yang pelan
pada Nur.

“Iya aku terganggu dengan mereka tapi sebelum itu


kecilkan suaramu ketika berbicara, mereka bisa mendengar
kita.”

Nur bingung karena tidak mengerti maksudku,


kemudian dia bertanya.

“Kenapa kamu menyuruhku berbicara pelan?.”

“Aku merasa mereka akan marah jika kita berbicara


dengan keras tentang mereka.”

“Aku paham, maaf aku tidak mengerti tadi.”

“Sudah jangan kamu pikirkan, lebih baik tidak


membicarakan mereka lagi.”

“Kamu benar, oh iya Dien apakah kamu akrab


dengan Zahra?.”

28
“Iya aku kenal dia di Smp saat di kelas 8 aku sekelas
dengannya dan kebetulan dia duduk di samping ku, dia
sering membantuku saat kesulitan, bisa dibilang aku punya
hutang padanya yang cukup sulit bagiku untuk
membayarnya.”

“Apakah terjadi sesuatu yang buruk padamu?,”


tanya Nur dengan cemas.

“Tidak terjadi apapun, aku baik baik saja.” Tentu


saja itu sebuah kebohongan.

Aku tidak ingin dia mendengar cerita yang berat di


awal dia masuk sekolah.

“Maaf aku tidak bermaksud menanyakan hal


pribadi.”

“Sudah cukup kamu minta maaf, sudah berapa kali


kamu bilang maaf padaku dalam sehari.”

Kemudian Nur tersenyum. Dia terlihat begitu cantik


sesaat aku merasa senang karena sudah bertemu dengannya.

29
Kemudian guru pengajar datang, semuanya langsung
bubar dan Kembali ke tempat duduk mereka masing
masing. Guru kali ini adalah seorang laki laki dia sepertinya
bukan tipe orang yang sabar dan ramah.

Kemudian beliau memperkenalkan diri.

“Perkenalkan nama saya Pak Sendy, saya mengajar


Bahasa inggris dikelas ini, mohon kerja samanya agar kita
diberi kelancaran untuk mencari ilmu di sekolah ini.”

Kelas kali ini menjadi sepi, apa mungkin karena


mereka mengantuk. Semuanya hanya diam tadi padahal
mereka berisik sekali.

“Karena hari ini adalah hari pertama saya bertemu


dengan kalian, saya ingin kalian memperkenalkan diri di
depan menggunakan Bahasa Inggris, kalian maju sesuai
dengan urutan absen, ayo absen 1 silahkan maju ke depan.”

Seketika kelas Kembali gaduh, seperti sarang lebah


ketika diganggu semuanya langsung ribut dan juga panik.
Ada alasan mereka panik, karena mereka tidak mengerti
Bahasa Inggris atau mereka tidak siap maju.

30
“Ayo maju saja tidak perlu takut, tidak perlu
khawatir jika kalian salah, kita di sini untuk belajar,
silahkan maju absen satu.”

Dengan rasa terpaksa absen pertama maju. Dia


tidak begitu lancar dalam pengucapan Bahasa inggris—nya
dan masih sering bingung. Menurutku wajar ketika seorang
masih kesulitan karena mungkin saja dia masih belum
mengerti, namun berbeda dengan yang lain. Tama dan Rumi
mentertawakan karena dia tidak bisa.

“Apa ini padahal hanya perkenalan diri sederhana,


dan dia tidak bisa itu memalukan, apa kamu tidak pernah
belajar bahasa inggris di sekolahmu sebelumnya?.” Kata
Rumi sambil tertawa.

Itu bukanlah hal yang pantas untuk ditertawakan


apalagi di depan semua orang dan terdapat guru pengajar.
Apa dia tidak kelewatan berkata seperti itu pada teman nya
sendiri. Dia menangis karena sudah dipermalukan di depan
teman kelasnya pada hari pertama sekolah. Melihat hal itu
Pak Sendy langsung menegur Rumi.

31
“Kamu yang disana sebaiknya tidak berbicara seperti
itu pada temanmu, dia sudah bagus berani maju ke depan ,
sudah saya bilang sebelumnya kalau kalian salah tidak
masalah, saya tidak akan marah, karena kalian juga harus
belajar bahasa asing, untuk kamu tidak perlu sedih belajar
lebih giat lagi, mengerti.”

Dia hanya mengangguk kemudian kembali ke


tempat duduknya. Setelah itu dilanjutkan ke absen
berikutnya. Ketika giliranku maju semua yang di kelas
menatapku dengan dingin seolah olah mereka tidak
menyukaiku. Karena mereka membuatku tidak nyaman aku
memutuskan untuk menyelesaikan dengan cepat. Untung
aku bisa sedikit Bahasa inggris, jadi perkenalan itu dapat
berlangsung cepat dan singkat.

Setelah selesai aku Kembali ke tempat duduk ku.


Namun ada yang sengaja membuatku terjatuh. Dia dengan
sengaja menjegalku saat berjalan. Hal itu dianggap lucu
oleh yang lain dan hampir seluruh kelas tertawa. Melihat
itu Pak Sendy Marah pada yang lain. Ini sudah ke dua
kalinya Pak Sendy marah di kelas ini. Hal ini bisa membuat
kelas kami dicap buruk oleh guru yang lain, dan juga Bu
Sisil yang paling merasa malu pada murid muridnya.

32
Setelah itu dilanjut ke absen berikutnya. Tepat bel
pulang berbunyi semuanya sudah selesai. Pak Sendy setelah
mengucapkan salam beliau langsung pergi dari kelas. Dan
suasana kelas menjadi ribut Kembali.

“Dien apa kamu mau pulang sekarang?,” tanya Nur.

“Iya, aku ambil sepeda dulu di tempat parkir, kenapa


kamu bertanya?.”

“Bisakah kita pergi Bersama?.”

“Boleh kalau kamu tidak keberatan.”

Kami berdua segera merapikan buku dan bergegas


pulang. Saat keluar dari kelas kami bertemu dengan Zahra.

“Hi Nur, Dien apa kalian mau pergi ke depan?.”


Tanya Zahra.

“Iya, kamu dijemput Ra?.” Tanya Nur.

“Iya, kalau kamu Nur?.”

“Aku dijemput juga, orang tuaku sudah ada di depan


menunggu.”

33
“Kalian tadi pelajaran apa, suara teman kalian
terdengar hingga ke kelasku, ku dengar tadi ada yang
tertawa dengan keras sambil mengejek seseorang, dan guru
kalian juga marah marah, apa itu benar?,” tanya Zahra.

“Tadi kami pelajaran Bahasa Inggris, gurunya Pak


Sendy, beliau meminta kami memperkenalkan diri tapi
dalam Bahasa Inggris, ada beberapa orang yang tidak bisa
dan ditertawakan oleh seseorang, bahkan Dien juga terjatuh
karena ulah mereka.”

“Siapa yang kamu maksud?.” Tanya Zahra, dia


kelihatan bingung saat mendengar penjelasan dari Nur.

“Aku meminta Nur untuk tidak membicarakan di


depan umum, bisa terjadi hal yang tidak baik nantinya,
kamu paham kan.”

“Iya, maaf sudah bertanya lain kali aku berhati


hati.”.

“Sudah sudah jangan dipikirkan, kita berpisah disini


aku ambil sepeda kalian pergi saja ke depan.”

“Iya, hati hati Dien , kami pergi dulu.”

34
Setelah berpisah dengan mereka, aku pergi ke
parkiran sepeda. Kulihat ada orang yang sepertinya
menunggu seseorang dan berjumlah banyak.

“Sepertinya dia sudah datang.” Kata salah satu orang


disana.

Kuamati dari kejauhan ternyata mereka adalah tama


dan anggota kelompoknya.

“Kalian sedang menunggu siapa?,” tanyaku dengan


baik.

“Kami menunggumu.” Kata Tama.

“Ada perlu apa?.”

Aku tidak paham mengapa mereka menungguku di


parkiran dan tidak hanya seorang saja.

“Kami dengar dari Riki kalau kau murid yang pintar,


rajin dan baik, dan sepertinya kau dekat dengan Nur tadi.”
Kata Tama.

“Apa ada masalah?.”

35
“Sebenarnya tidak kalau kau berhenti mendekati
Nur.”

“Aku tidak mendekatinya,” jawabku.

Tanpa kusadari mereka sudah membentuk lingkaran


dan aku tepat berada di tengah. Aku mulai cemas dan mulai
berpikiran yang buruk.

“Kalau kau tidak mau berhenti dekat dengan Nur


kau akan merasakan akibatnya,.” Kata Tama dengan nada
yang marah dan membuat seolah olah Nur miliknya.

Kemudian ketika aku memegang sepedaku dan


hendak ingin pulang, salah satu dari mereka memegang
tanganku dengan keras.

“Lepaskan tanganku.”

“Baiklah semuanya, beri dia pelajaran sampai dia


tidak berani macam macam pada kita.”

Ketika Tama mengatakan itu satu persatu dari


mereka mulai memukulku. Karena mereka berjumlah lebih
banyak dan mereka mengelilingiku itu membuatku jadi
target yang mudah. Meskipun aku membalas balik dan
menghindar mereka tetap saja dapat menghajarku.

36
Kemudian terdengar suara murid lain yang ingin
mengambil sepeda mereka. Kemudian Tama dan yang lain
langsung bubar dan pergi. Sedangkan aku tidak bisa bangun
karena sakit semua.

Kulihat Zahra dan Nur berlari menuju arahku. Aku


mencoba untuk berdiri.

“Dien apa kamu baik baik saja?,” tanya Nur.

“Apa yang terjadi padamu Dien?, karena kami


menunggu lama tapi kamu belum Kembali jadi kami pergi
melihatmu, saat kudengar ada yang berkelahi kami langsung
berlari.” Kata Zahra.

Mereka berdua sepertinya berlari dengan cepat,


kelihatan mereka sangat Lelah dan hampir kehabisan nafas.

“Aku baik baik saja, sekarang aku akan pulang.”

Meskipun berkata begitu tubuhku tidak bisa


digerakkan sepenuhnya. Itu sungguh menyiksaku tiba tiba
dihajar oleh mereka. Hari ini sepertinya hari yang buruk di
awal sekolah.

37
“Bagaimana kamu akan pulang?, kau berdarah dan
lukanya cukup parah.” Kata Nur, dia terlihat sangat cemas
dengan kondisiku.

“Biar aku yang akan membawa sepedamu, nanti


kamu akan biar diantar oleh ayahku,” kata Zahra.

“Kamu bisa jalan Dien?, akan kubantu kamu pergi


ke gerbang.”

“Terima kasih Nur dan juga Zahra.”

Nur membantuku berjalan menuju pintu gerbang dan


Zahra menuntun sepedaku. Setelah Zahra menjelaskan pada
ayahnya, dia bersedia mengantarku tapi sepedaku disuruh
tetap meletakkan di sekolah. Karena Nur dijemput dengan
mobil aku tidak jadi diantar ayahnya Zahra.

“Dien bagaimana kalau kau ikut denganku, kita ke


rumah sakit untuk memeriksa lukamu, kamu terluka cukup
parah jika tidak ditangani segera itu bisa bahaya.” Kata Nur.

“Benar kata dia, lebih baik kamu diperiksa, biar aku


yang mengembalikan sepedamu.”

“Apa kamu tidak ikut Zahra?,” tanya Nur.

38
“Tidak perlu, setelah menaruh sepeda ini ke tempat
parkir aku akan pulang, ayahku juga sudah menunggu,
tolong jaga Dien, maaf Dien aku tidak bisa banyak
membantu.”

“Iya terima kasih Zahra.”

Setelah itu Nur mengantarku ke rumah sakit untuk


diberi perawatan. Dalam perjalanan Nur bertanya.

“Bagaimana kamu bisa seperti ini? Apa kamu


membuat masalah?.”

“Tidak, mereka kelompok nya Tama, saat aku


hendak mengambil sepedaku, mereka sudah ada disana
Bersama dengan yang lain.”

“Terus kenapa mereka mengahajarmu hingga babak


belur seperti ini?.”

“Entah kenapa mereka meyuruhku untuk tidak dekat

denganmu.”

Nur terdiam setelah itu hingga tiba di rumah sakit.


Setelah diperiksa dan diberi pengobatan aku diantar pulang
ke rumah.

39
Bab 2

Terpisah
Sesampainya dirumah, mereka membantuku
menyiapkan makananan. Setelah kami semua makan, Nur
bertanya padaku.

“Dien kemana orang tuamu? Apakah mereka semua


nya kerja?.”

Aku terdiam mendengar pertanyaan Nur.

“Orang tuaku sudah meninggal semua sejak aku


SMP.”

“Maaf Dien aku bertanya seperti itu, jadi sekarang


kamu tinggal sendirian?.”

“Iya, aku sudah tidak punya siapapun lagi.”

“Bagaimana dengan saudara ayah atau ibumu?,”


tanya ayah Nur.

40
“Mereka tidak ada yang peduli bahkan di hari
kematian ayah dan ibu, tidak ada satupun dari mereka yang
datang meski sudah kuberi kabar.”

“Kalau boleh tau orang tua mu meninggal karena


apa?,” tanya Nur.

“Suatu hari ayahku mengajak pergi ibu untuk


mengunjungi teman mereka yang sakit, tapi saat di
perjalanan ada sebuah mobil yang menerobos lampu merah
dan dia mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi,
kemudian menabrak sepeda yang dikendarai ayah dan ibu.”

“Apakah mereka semua meninggal di tempat?.”

“Ayah terluka parah di kepala karena benturan keras


dan meninggal seketika, sedangkan ibu kata polisi masih
hidup waktu itu namun ketika dibawa ke rumah sakit dia
sudah berhenti menghembuskan nafas.”

“Terus bagaimana dengan pengendara itu?,” tanya


ayah Nur.

“Polisi mengatakan dia kabur setelah kecelakaan itu,


namun beberapa jam kemudian diberita muncul bahwa dia
menabrak sebuah pohon besar, dan tewas.”

41
“Terus bagaimana dengan keseharianmu?, apakah
kamu bekerja?,” tanya Nur.

“Aku terpaksa harus bekerja untuk memenuhi


kebutuhan sehari hari, tidak ada orang yang bisa
kuandalkan, jadi aku harus berusaha sendiri, setelah
sepulang aku akan bekerja di sebuah restoran, uang dari
sana ada yang aku tabung dan kupakai untuk beli makan
sehari hari.”

“Dien, kami akan pulang, apa kamu baik baik saja


jika kami tinggal?,” kata Nur.

“Aku baik baik saja, kalian sudah banyak membantu


hari ini, terima kasih karena sudah mengantar saya ke rumah
sakit dan membiayai pengobatannya, saya akan
menggantinya jika ada uang”

42
“Tenang saja kamu tidak perlu menggantinya, kami
ikhlas membantu, disebutkan juga pada Al-Qur’an surah Al-
Qashas: 35 yang memiliki arti

Dia (Allah) berfirman, “Kami akan menguatkan


engkau (membantumu) dengan saudaramu, dan Kami
berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka
mereka tidak akan dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu
berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan
orang yang mengikuti kamu yang akan menang,” ucap Ayah
Nur.

“Sekali lagi saya ucapkan terima kash banyak.”

“Kalau begitu kami pamit pulang, oh iya besok apa kamu


sekolah?,” tanya Nur.

“Iya, mungkin aku akan berangkat naik kendaraan


umum.”

“Besok pagi kami akan menjemputmu, kita akan


berangkat sekolah bersama,” kata Nur.

“Terima kasih.”

43
“Kami akan pulang sekarang, jaga dirimu baik-baik,
semoga cepat sembuh.” Kata Nur.

“Terima kasih Nur.”

Setelah mereka pergi aku langsung pergi ke kamar


untuk istirahat. Meskipun sudah minum obat masih terasa
nyeri. Aku mulai mengantuk, pandanganku mulai gelap
setelah itu aku langsung tertidur.

Suara adzan Ashar telah berbunyi, kemudian aku


mencoba untuk bangun dan melaksanakan sholat ashar.
Setelah itu aku membersihkan rumah dengan rasa sakit yang
menusuk ke tiap tulang.

Setelah semuanya aku Kembali beristirahat agar


tidak terlalu capek. Ku lihat sekarang sudah jam 4 sore
setelah istirahat beberapa menit kemudian aku ganti baju.
Sebenarnya aku ingin mandi tapi dokter tidak menyarankan
untuk mandi sekarang.

Pada malam hari aku belajar tentang materi yang


diberikan pada hari ini dan menyiapkan buku untuk
pelajaran besok.

44
Bab 3

Kembali
Pagi yang cerah, sinar matahari tersenyum dan
tanaman terlihat senang. Air embun terjatuh dari daun daun
hijau yang segar. Setelah menyelesaikan sarapan aku
bergegas mandi. Setelah itu aku menunggu Nur datang ke
rumah.

Jam 06:15 Nur datang.

“Selamat pagi Dien, bagaimana kondisi tubuhmu?,


apakah masih terasa sakit semua?.” Tanya Nur.

“Aku baik baik saja, rasa sakitya tidak separah


kemarin.”

“Bagus kalau begitu, ayo kita berangkat.”

Di dalam mobil suasana begitu hening, tidak ada


satupun dari kami yang berbicara. Jujur saja aku malu saat
dalam kondisi seperti ini. Situasi ini merupakan yang
pertama kalinya untukku.

45
“Dien, aku ingin bertanya padamu?,” ucap Nur
membuuka obrolan.

“Kamu ingin bertanya tentang apa?”

“Apa kamu pernah merasa kalau kemarin adalah


bukan pertama kalinya kita bertemu?.”

“Kamu juga merasa begitu?.”

“Iya, saat aku membantumu kemarin, tiba tiba aku


merasa kalau aku sudah mengenalmu dari lama tapi aku
lupa.”

“Kalau kamu tidak ingat sebaiknya jangan dipaksa,


mungkin kita memang baru pertama kali ini bertemu.”

“Sepertinya aku salah mengingat, maaf sudah


bertanya seperti itu.”

“Kamu terlalu banyak meminta maaf Nur untuk


masalah yang sepele.”

Kemudian Nur tertawa mendengar hal itu. Ini


pertama kalinya ku lihat dia tertawa dengan riang.
Senyumannya itu seketika melelehkan hatiku dan
membuatku terpana padanya seketika.

46
Kami sampai disekolah, kulihat sudah ada Zahra
yang menunggu di depan gerbang.

“Pagi Zahra.” sapa Nur.

“Selamat pagi Nur, dan Dien pagi, bagaimana


kabarmu? Apakah tubuhmu sudah baik baik saja?.”

“Sudah mendingan Ra.”

“Bagus, aku khawatir padamu kemarin.”

“Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku.”

“Iya, ayo kita ke kelas apa kamu bisa berjalan ?.”

“Iya, aku bisa jalan sendiri.”

Kami bertiga berjalan menuju kelas. Seperti biasa


suasana sekolah masih terasa sangat sepi, masih belum ada
yang datang. Kelas yang kemarin sepi sekarang tiba tiba
menjadi ramai. Kami bertiga kebingungan karena murid di
kelas bukan tipe yang akan datang di pagi hari, kemarin
hampir semua datang terlambat.

“Aku mengantar Dien sampai sini saja, aku akan


pergi ke kelas ku sendiri.”

“Terima kasih Zahra.”


47
“Iya Nur.”

Setelah Zahra pergi kami berdua masuk ke dalam


kelas. Suasana kelas sangat ramai, sepertinya semuanya
sudah datang. Saat masuk ke dalam kelas aku terkejut pada
tulisan yang ada di papan tulis. Tulisan itu berisi ejekan
padaku semuanya. Yang lain tertawa Bahagia dan sangat
menikmati ini.

Meskipun begitu aku memilih untuk diam dan tidak


menanggapi mereka. Selain di papan tulis mereka juga
mencoret coret mejaku.

“Dien kenapa kamu diam saja?, apa kamu tidak mau


melawan mereka?.”

“Tidak perlu, itu hanya akan menambah masalah


untukku.”

“Kenapa kamu tidak lapor pada guru saja?.”

“Sudah kubilang tidak perlu, kamu berisik ini


masalahku jangan ikut campur.”

Karena emosi aku mengatakan hal itu pada Nur,


kulihat dia menjadi sedih. Aku tidak tau apa yang harus aku

48
lakukan. Hal ini mengingatkanku pada kenangan lama
sebelum aku masuk SMK.

Sejak hari itu keseharianku kini tidak lagi berwarna


seperti Pelangi, sekarang berubah menjadi kertas kosong
yang hampa. Aku berada jauh di dunia lain seperti tidak
berada di kelas yang sama dengan mereka. Aku menjauh
dari mereka semua termasuk Nur. Sementara itu semua
orang di kelas masih terus melakukan hal yang buruk
padaku bahkan kejadian di SMP ikut tersebar dengan cepat
di telinga semua orang.

Sekarang kebohongan yang mereka katakan sudah


sampai ke seluruh siswa di sekolah. Mereka menyebarkan
berita ku yang buruk seperti aku yang selalu mukul teman
sekelasku, mengambil uang mereka, merusak barang barang
mereka, dan kebohongan yang lain.

Semua murid di sekolah kini mulai membenciku,


mereka terkadang melempariku dengan batu atau apapun
yang bisa mereka lempar. Meski ada guru yang melihatnya
namun mereka tidak ada yang terlihat peduli. Aku harus
menanggung rasa sakit ini sendiri dan meski sedikit aku

49
berharap ada orang yang membantuku melewati semua ini,
dan menemaniku agar aku tidak sendiri lagi.

Di setiap kali setelah melaksanakan sholat aku selalu


berdoa agar masalah ini bisa mereda dengan cepat. Hari
berlalu dengan cepat daan tidak ada yang berubah. Kini aku
sudah tidak pernah bertemu dengan Nur dan Zahra.

Aku masih menyesal dengan apa yang kukatakan


pada Nur waktu itu. Ingin rasanya aku Kembali ke waktu
itu. Sepertinya sekarng sudah terlambat untuk meminta
maaf pada Nur.

Hari itu saat aku ingin berbicara pada Nur, dia sering
menghindar dariku. Sepertinya dia sudah tidak mau
berbicara denganku. Sampai sekarang dia masih tidak mau
berbicara padaku. Saat ku tanya pada Zahra.

“Zahra, apa kamu masih sering bicara pada Nur?.”

“Iya, kenapa?.”

“Apa dia marah padaku?.”

“Iya, dia sangat marah padamu, Nur tidak akan


berbicara padamu sampai kamu mengakui kesalahanmu
sendiri.”

50
“Apa kamu bisa membantuku berbicara dengan
Nur?.”

“Tidak, Nur berpesan padaku agar kau memahami


apa kesalahanmu hingga membuat dia tidak mau berbicara
denganmu.”

“Tapi.”

“Dien, bagaimana kalau nanti sepulang sekolah


kamu ikut denganku.”

“Kemana?.”

“Nanti akan kukasih tau tempatnya, sepulang


sekolah kamu langsung saja pergi kesana.”

“Baiklah.”

Setelah Zahra mengatakan itu padaku, aku semakin


bingung bagaimana cara meminta maaf pada Nur. Aku tidak
bisa bertemu dengannya karena dia sering menghindar dan
sekarang meski aku sudah mengetahui kessalahanku karena
marah padanya waktu itu. Aku merasa Nur tidak mungkin
marah karena hal itu.

51
Bel pulang telah berbunyi, Nur langsung pergi
meninggalkan kelas sebelum aku memanggilnya. Zahra
sudah memberitahuku tempat untuk kita bertemu.
Tempatnya tidak terlalu jauh dari sekolah, ku injak pedal
sepedaku dan pergi ke sana dengan cepat. Butuh waktu
sekitar 20 menit dari sekolah, setelah meletakkan sepeda di
tempat parkir aku bergegas mencari Zahra di dalam taman.
Kulihat sekeliling sambil melihat sekililing. Kemudian
Zahra memberitahuku kalau dia menunggu di dekat pintu
masuk.

“Aku tadi mencarimu disini tidak ada.”

“Aku baru saja datang, tadi ada urusan yang harus


ku selesaikan terlebih dahulu.”

“Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?.”

“Kenapa kau tidak duduk dahulu, tidak enak kalau


kamu berdiri, kita bicara dengan santai saja.”

“Baiklah, sekarang sudah, katakana apa yang ingin


kamu bicarakan.”

“Jadi apa kamu sudah mengetahui kesalahanmu?.”

52
“Waktu itu aku marah pada Nur, dan dia terlihat
sedih waktu itu.”

“Sepertinya kamu tidak menyadarinya.”

“Apa ada yang kalian sembunyikan?.”

“Tidak bukan aku, tapi Nur.”

“Kenapa dengannya?, apa kamu tahu?.”

Zahra menghela napasnya, kemudian dia menatap


langit yang yang dipenuhi dengan awan awan putih.

“Dien apa kamu masih ingat dengan kejadian di


SMP?.”

“Iya kenapa, itu adalah kenangan terpahit yang


kualami dalam hidupku.”

“Seandainya kamu seakrang bertemu dengan


mereka, apa kamu akan memaafkan?.”

“Tidak, karena aku membenci mereka.”

53
Apa yang pernah kualami dulu pada saat SMP?.
Untuk sekarang sebisa mungkin aku menghindar dari
kenyataan tersebut. Aku selalu berlari agar kejadian itu bisa
kulupakan. Namun sekeras apapun aku mencoba itu tidak
akan menghilang dengan mudah seperti merobek kertas.
Kenangan menyedihkan itu seperti tembok besi dia kokoh,
kuat dan akan sangat sakit jika kau memukulnya. Semakin
aku ingin melupakannya senyuman dan ekspresi mereka
terus menghantuiku.

Waktu SMP dulunya aku hanya murid normal, aku


sering pergi dengan teman teman ku, mengobrol dengan
normal, aku sering menghabiskan waktu istirahat Bersama
mereka. Semuanya sangat ramah dan mereka senang
berteman denganku.

Suatu hari saat aku Bersama dengan teman temanku


di sebuah caffe, aku mendengar kabar bahwa orang tuaku
meninggal karena kecelakan. Aku terkejut mendengar kabar
itu dan ingin pergi ke rumah sakit melihat kondisi mereka,
namun mereka semua mencegahku untuk pergi.

54
“Dien mau kemana kamu? Kita baru saja nyampai.”

“Orang tua-ku kecelakaan aku harus segera pergi


melihatnya.”

“Hah jadi kamu ingin meninggalkan kami demi


melihat orang tua mu yang sudah meninggal?.”

Aku yang mendengar itu langsung kaget. Kenapa dia


berbicara seperti itu. Padahal selama ini dia selalu baik
padaku, begitu mendengar ucapannya itu membuatku
seperti tertusuk duri yang tajam.

“Mereka adalah orang tua-ku, mereka yang


membesarkanku, aku khawatir dengan keadaan mereka
sekarang, dan juga mereka belum tentu meninggal.”

“Sudahlah Dien orang tuamu mungkin sekarang


sudah tidak ada di dunia ini, lebih baik kau tetap disini
Bersama kami.”

Mereka tetap menahanku disini dan tidak


membiarkanku pergi dan semuanya mengatakan hal yang
seenaknya. Apa selama ini aku berteman dengan orang yang
salah. Apa yang terjadi pada temanku sekarang, kenapa
mereka bisa berkata sekejam itu padaku.

55
“Jadi apakah kamu akan meninggalkan kami Dien,
dan melihat orang tuamu, atau kau tetap disini, asal kamu
tahu kalau kau pergi sekarang kami akan merasa tersakiti,
jadi jangan harap besok kamu akan mengalami hari yang
indah di sekolah, apa kamu mengerti?, sekarang pilih pergi
atau tetap Bersama kami?.” Kata salah satu dari mereka.

Meskipun mereka adalah teman temanku, meski aku


sering menghabiskan waktu dengan mereka, namun orang
tuaku tidak akan kutinggalkan. Meski pertemanan kita
berakhir hari ini, aku tidak peduli karena mereka hanya
teman. Ayah dan Ibu yang membesarkanku dan membiayai
sekolahku kini terkena musibah dan aku harus berada di sisi
mereka sekarang.

“Aku akan pergi, aku khawatir dengan ayah dan ibu


ku, jadi aku akan pergi sekarang, tidak perduli apa kalian
akan membenciku karena kondisi orang tua ku adalah yang
utama.”

“SEKARANG KAMU PERGI DARI SINI


JANGAN PERNAH KAMU BERTEMAN DENGAN
KAMI LAGI.”

56
Salah satu dari mereka mengatakan itu dengan
marah, hanya dia yang kuingat sampai sekarang. Nama nya
adalah Riki. Tidak kusangka kita akan bertemu lagi meski
aku tidak begitu ingat bagaimana wajahnya pada saat itu.

Setelah itu aku segera bergegas ke lokasi kejadian,


di tengah jalan aku ditelpon oleh kepolisian. Aku berhenti
sejenak dan menerima panggilan itu. Saat aku mengangkat
panggilan itu, sseketika pikiranku terasa kosong. Tidak ada
hal yang bisa kupikirkan selain kenyataan bahwa orang tua
ku telah meninggal dan kini sedang dibawa ke rumah sakit.
Di tengah jalan itu aku ingin berteriak sekeras mungkin dan
tidak terima dengan apa yang terjadi.

Aku kayuh sepedaku secepat mungkin, jarak ke


rumah sakit begitu jauh. Meski begitu aku memaksakan
kaki ku untuk mengayuh pedal dengan cepat. Tubuh terasa
Lelah di tengah perjalanan hampir saja aku terjatuh. Namun
aku tidak peduli lagi, karena ingin melihat kondisi mereka,
aku melupakan rasa Lelah ini.

57
Setelah 30 menit bersepeda aku akhirnya tiba di
rumah sakit. Aku bertanya pada resepsionis kemudian
menuju ke ruangan yang ditunjukkan. Aku terkejut dengan
apa yang kulihat dan tidak mempercayainya. Yang kulihat
adalah ayah dan ibu sudah terbaring tidak bernyawa di atas
Kasur. Aku segera menghampiri mereka. Tidak bisa ku
berhenti menangis dan tidak bisa menerima kenyataan.

Kemudian polisi menjelaskan apa yang sebenarnya


terjadi. Dia mengatakan kalau waktu itu ayahku berhenti
karena lampu merah tiba tiba ada mobil yang berniat
menerobos lampu merah hingga menabrak sepeda yang
dikendarai. Ayah mengalami benturan di kepala dan tewas
seketika. Sedangkan ibu dia masih hidup kemudian
meninggal saat dibawa ke rumah sakit.

Hari itu orang tua ku langsung dimakamkan.


Suasana duka menyelimutiku. Tidak ada satupun saudara
dari ibu atau ayah yang datang untuk melayat. Setelah
pemakaman orang tua ku, dari polisi memberi kabar bahwa
pelaku yang menyebabkan kematian orang tua ku
ditemukan tewas karena menabrak. Aku tidak tahu apakah
harus senang karena dia menerima hal yang pantas dengan
apa yang dia lakukan atau sebaliknya.

58
Aku tidak sekolah selama beberapa hari untuk
menenangkan diri. Saat aku Kembali ke sekolah kulihat
semua teman di kelas melihatku dengan dingin, mungkin
karena aku pergi meninggalkan mereka di café. Tanpa
memperdulikan mereka aku langsung duduk. Tiba tiba Riki
datang membawa ember berisi air kemudian dia
menyiramkan air tersebut padaku. Hal itu dilakukan juga
oleh yang lain, ada juga yang melempariku dengan kertas.

“Jadi Dien bagaimana keadaan orang tua mu?,


apakah sudah sehat atau sekarang sudah berada di dalam
tanah?.” Kata Riki

Aku langsung marah medengar apa yang dia


katakan. Tidak bisa menahan diri aku langsung memukul
wajahnya dengan keras hingga terpental cukup jauh. Semua
yang dikelas kebingungan, mereka kemudian membantu
Riki untuk bangun. Mereka lebih membantu Riki meski dia
sudah mengatakan hal yang begitu kejam padaku.

“Kamu sekarang berani ya Dien?, teman teman


bagaimana kalau kita membalasnya, pukul dibalas pukul.”
Kata Riki.

59
Setelah Riki mengatakan itu murid laki laki yang ada
di kelas langsung datang dan menghajarku. Meski mencoba
untuk melawan mereka, aku kalah jumlah dibandingkan
mereka. Mereka berhenti setelah ada guru yang kebetulan
lewat. Aku babak belur dan terdapat banyak luka di seluruh
tubuhku. Setelah mendapat perawatan dan juga di tanya apa
yang terjadi di ruang BK, mereka membuktikan kalau aku
tidak bersalah, setelah itu sepetinya mereka tidak bisa
menerima sehingga mereka melanjutkan membuli ku dan
menyebarkan rumor buruk ke seluruh siswa.

Kejadian itu membuatku trauma hingga aku lulus


dari SMP. Kemudian saat SMK aku memilih sekolah yang
jauh dari mereka namun tidak kusangka aku justru bertemu
dengan orang yang menjadi dalang dibalik semua kejadian
itu, orang itu adalah Riki. Tidak kusangka dia ikut masuk ke
SMK dan jurusan yang sama denganku.

Kini kejadian yang sama saat SMP juga terulang


Kembali, aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat dan
sekarang orang yang dekat denganku marah, dia juga tidak
mau berbicara denganku.

60
“Dien apa kamu baik baik saja?, kamu tiba tiba
melamun?,” tanya Zahra.

“Aku baik baik saja, kamu tidak perlu khawatir.”

“Apa kamu sedang memikirkan kejadian saat SMP,


kau berkeringat banyak seolah olah kamu ketakutan.”

“Iya, maaf membuatmu khawatir aku baik baik saja


sekarang.”

“Dien, aku tahu selama ini kamu selalu sendiri


berjuang mengatasi masalahmu sendiri, tidak ada orang
yang membantumu, tidak ada yang selalu ada di sampingmu
untuk mendukungmu, namun saat di SMK pada hari
pertama kamu bertemu dengan Nur, dia juga khawatir
padamu, meski kalian baru kenal satu hari.”

“Tapi Ra aku sudah marah pada Nur waktu itu dan


saat aku ingin minta maaf padanya, dia justru menghindar
kamu tahu sendiri.”

61
“Dien apa kamu tahu, kalau Nur selama ini sering
membantumu, dia sering berbicara dengan guru yang lain
tentang masalah yang kau hadapi sekarang, dia mencari cara
agar mereka berhenti menyakitimu.”

“Aku tidak tahu kalau Nur akan melakukan itu


semua untukku, aku kecewa pada diriku sendiri.”

“Nur marah padamu karena kamu tidak


memahaminya, , dia juga marah pada dirinya sendiri karena
tidak mengerti masalah apa yang sebenarnya kamu hadapi,
selain itu ada hal yang Nur sembunyikan darimu, dia pernah
mengatakan padaku, namun lebih baik kamu bertemu
dengannya sekarang agar masalahmu dengannya bisa selesai
dan kalian Kembali baikan.”

“Bagaimana aku bisa bertemu dengannya, dia aja


sering menghindar dariku.”

“Dia ada di sisi lain taman ini, Nur sudah


menunggumu sekarang lebih baik kamu temui dia, dan
semoga berhasil Dien, hanya Nur yang bisa selamatkan
dirimu sekarang.”

Dien berlari meninggalkan Zahra sendirian dan pergi


menemui Nur.
62
“Haaaa, sepertinya peranku sudah berakhir sampai
disini, senang rasanya bisa membantu mereka, sepertinya
hari ini awan berjalan bersama menutupi matahari agar hari
ini tidak terlalu panas, lebih baik aku menetap disini saja
sambil menunggu kabar dari mereka berdua,” kata Zahra.

Kemudian Zahra mengambil foto taman dan berkata.

“Ini mengingatkanku saat aku bertemu dengannya


dulu, dia duduk sendirian di kursi taman ini, dia terlihat
sedih sambil melihat satu keluarga yang sedang bermain
dengan anaknya, Dien siswa kelas Sembilan yang orang
tuanya sudah meninggal dan menjadi korban buly di SMP,
aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi, dan
sepertinya kini dia menemukan orang yang bisa mendukung
nya.”

63
Dien berlari menuju tempat ke Nur menunggu. Dari
kejauhan terliihat Nur sedang duduk sendirian di bangku
taman.

“Hi Nur, bagaimana kabarmu?.”

“Kabarku baik, silahkan duduk.”

“Jadi Nur, pertama aku ingin minta maaf padamu


karena sudah marah saat itu.”

“Aku juga minta maaf karena ikut campur


masalahmu, aku seharusnya tidak berhak ikut campur
masalahmu.”

“Iya, apa kamu sudah tau tentang masa laluku?.”

“Aku meminta Zahra untuk menceritakan yang


sebenarnya, aku terkejut mendengar apa yang kamu alami
saat SMP, kejadian itu mungkin masih membuatmu trauma
dan sekarang kamu harus mengalami nya lagi, itu cukup
berat untukmu.”

“Iya Nur, mau bagaimana lagi itu tidak bisa


dihindari, aku sendiri tidak menyangka akan bertemu
dengan Riki.”

64
Setelah aku mengatakan itu Nur terdiam. Tidak ada
satu kata pun yang keluar dari mulut kami. Suasana sunyi.
Kemudian Nur berkata.

“Dien aku pernah mengatakan kalau kita bukan


pertama kalinya bertemu saat hari pertama sekolah, apa
kamu masih ingat?.”

“Iya ada apa?.”

“Sebenarnya sejak SMP kita pernah bertemu dan


aku akrab denganmu, apa kamu ingat?.”

“Maaf aku tidak mengingatmu Nur, setelah kejadian


itu aku mulai melupakan semua nama dan wajah orang yang
pernah satu kelas dengan ku atau yang pernah ku temui di
SMP.”

“Bagaimana kamu bisa bertemu dengan Zahra?.”


Tanya Nur.

“Aku bertemu dengan Zahra saat aku akan lulus


SMP, dia menghampiriku saat aku duduk sendirian di
taman ini, dia sering membantuku dan berbicara denganku.”

“Baiklah akan aku katakan yang sebenarnya


sekarang.”

65
Nur menghela nafas seolah olah dia ingin
mengatakan sesuatu yang penting.

“Dien dulunya aku….”

Belum sempat Nur melanjutkan kata katanya ada


seseorang yang melemparkan batu dan mengenai ke kepala
Nur. Dia langsung pingsan dan kepalanya bersimbah darah
sangat banyak.

“Nur apa kamu baik baik saja?, Nur jawab aku.”

“A a aku mulai tidak bisa melihatmu, pa pandangan


k ku mu mulai ka kabur, Di Dien ap apa ka kamu masih di
sini?.”

“Iya aku akan memanggil ambulans.”

Sebelum aku mengambil Hp ku, Nur tidak sadarkan


diri. Aku mulai panik dan pikiranku kacau, aku tidak ingin
kehilangan orang yang ku cintai lagi dan lagi. Mendengar
ada yang orang yang terluka Zahra segera menghampiri
kami.

66
Nur kemudian dibawa ke rumah sakit untuk dirawat.
Luka yang diterimanya sangat parah, meski begitu kenapa
harus Nur yang mengalami hal sepertii ini. Aku
menyalahkan diriku sendiri karena tidak bisa melindunginya
saat itu.

“Dien apa kamu juga terluka?,” tanya Zahra.

“Tidak .”

“Apa yang sebenarnya terjadi?.”

“Saat kami berdua berbicara tiba tiba ada batu yang


dilempar, batu itu kemudian mengenai kepala Nur.”

“Apa Nur sudah mengatakan tentang ingatannya?.”

“Ingatan apa?, Nur tidak membicarakan itu tadi, apa


mungkin saat dia ingin mengatakan padaku.”

“Jadi Nur belum sempat membicarakan itu ya,


sebenarnya Nur pernah satu kelas denganmu, dia berada di
kelas yang sama denganmu, namun setelah kematian orang
tua mu dan ketika kamu bertengkar dengan Riki, beberapa
hari kemudian dia pindah sekolah.”

“Kenapa?.”

67
“Itu karena dia berusaha membantumu, dia
menghentikan orang yang mencoba melukaimu, ada yang
tidak suka dengan perbuatan Nur mereka akhrinya melukai
Nur.”

“Apa mereka melakukan hal yang sama pada Nur?.”

“Tidak, saat Nur sedang berjalan sendirian sepulang


sekolah dia ditabrak dengan sepeda motor oleh Riki, itu
menyebabkan kepalanya terbentur dengan keras, untungnya
nyawa Nur berhasil selamat setelah operasi, dia sempat
koma juga selama seminggu, ketika dia bangun dari koma
Nur tidak mengingat apapun yang terjadi, dia hanya
mengingat keluarganya saja.”

“Bagaimana kamu mengetahui hal ini dan kenapa


Nur bisa menceritakannya padamu.”

68
“Ketika mereka mulai menganggumu di hari itu, Nur
datang padaku untuk memberitahunya tentang masa lalu
mu, meski aku menolaknya dia tetap memaksaku untuk
memberitahunya, karena terpaksa aku menceritakan semua
yang terjadi, tiba tiba Nur mengatakan kalau dia pusing
terus pingsan, aku kaget waktu itu kemudian dia kubawa ke
rumah sakit untuk diperiksa dan ternyata dia baik baik saja
namun karena dia terkejut pada ceritaku itu membuat
ingatan dia yang lama Kembali.”

“Jadi aku dulu pernah satu kelas dengan Nur?.”

“Iya, namun Nur waktu itu dengan Nur yang hilang


ingatan memiliki sifat berbeda, dulu dia sangat pendiam dan
tidak bergaul dengan yang lain, dia selalu membaca buku.”

Setelah mendengar penjelasan dari Zahra aku hanya


bisa terdiam. Detak jantungku berdetak dengan kencang
seolah olah mau meledak, pikiranku berantakan. Aku sangat
menyesal dalam lubuk hatiku yang sangat dalam karena
tidak bisa melindunginya.

“Dien bagaimana kalau kamu sholat saja dan berdoa


pada Allah SWT agar proses operasi Nur berjalan dengan
lancar.”

69
“Kamu benar Zahra, kalau begitu aku pergi dulu.”

Aku pergi ke mushola , mengambil air wudhu


kemudian sholat. Setelah itu aku berdoa kepada Allah SWT
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang untuk
memberikan kesembuhan kepada Nur.

Di tempat lain Zahra sedang menangis menunggu


operasi Nur berakhir, bersama dengan orang tua Nur.
Setelah aku selesai, ku berkumpul dengan mereka.
Kemudian ada dua orang dari kepolisian menghampiri kami.

“Selamat siang apa ada keluarga Nur?,”kata polisi


tersebut.

“Saya Ayahnya Nur, ada apa pak?.”

“Jadi terkait pelaku penyerangan yang dilakukan


oleh seseorang pada anak anda sudah kami temukan.”

Kami semua terkejut dan bertanya tanya siapa


pelaku yang melempar batu ke arah Nur.

“Siapa pak yang melakukan hal sekejam itu pada


anak saya?,” tanya ibu Nur sambil menangis.

70
“Tadi kami mendapat laporan dari salah satu
pengunjung taman bahwa ada murid perempuan dilempar
dengan batu kemudian dia terluka di kepalanya, saat kami
datang korban katanya sudah dibawa ke rumah sakit oleh 2
orang temannya, kemudian kami mencari pelaku dari saksi
mata yang melihat kejadian itu, setelah mendapat ciri-ciri
pelaku kami segera mencarinya, kemudian kami
menemukan satu orang yang memakai seragam, Namanya
Tama.”

Kami semua terkejut mendengar hal itu, Zahra dan


aku mungkin yang sangat tidak menyangka bahwa dia akan
berbuat sejauh itu. Ibu Nur tidak bisa menahan tangisnya
dan tidak bisa menerima apa yang terjadi sedangkan ayah
Nur mencoba menenagkan istrinya itu. Zahra terlihat
kosong seolah memikirkan hal yang lain.

71
“Zahra apa kamu baik baik saja?, kamu melamun?.”
Tanyaku.

“Ah iya, aku tidak menyangka Tama akan


melakukan hal itu, meski dia kasar tapi dia seperti tidak
mungkin melakukannya, kelihatannya dia dijebak orang
lain.”

“Apa mungin Riki?, tapi polisi menemukan Tama.”

“Mungkin aku juga salah mengira, kalau menurutku


Tama dijebak Riki biar dia ada di tempat tersebut dan
ditemukan oleh polisi namun yang melempar itu bukan
Tama melainkan Riki.”

“Saksi mata menyebutkan ciri-ciri yang sama


dengan Tama, tunggu fisik Riki dan Tama hampir sama.”

“Iya seperti yang ku pikirkan tapi itu hanya tebakan


kita, ada kemungkin benar atau salah, kita serahkan pada
kepolisian saja.”

“Iya.”

72
Sementara orang tua Nur berbicara dengan polisi,
dokter keluar dari ruang operasi. Orang tua Nur langsung
menghampiri dokter itu dan menanyakan bagaimana kabar
Nur. Aku dan Zahra juga khawatir dengan keadaanya.

“Nur berhasil melewati masa krisis, namun dia


masih tidak sadarkan diri,” kata dokter itu.

“Terus apakah anak kami akan bangun dok?.”

Ketika ibu Nur bertanya seperti itu, dokter yang


menangani operasi terlihat bingung bagaimana mau
menjawab pertanyaan dari seorang ibu yang khawatir pada
anaknya. Kemudian dengan berat hati dokter itu
mengatakan yang sebenarnya pada mereka.

“Operasi Nur alhamdulillah berhasil seperti yang


saya katakan tadi, namun dia tidak sadarkan diri
kemungkinan dia akan tertidur dalam waktu yang lama.”

Setelah mendengar hal itu mereka tidak bisa


menahan tangis nya. Rasa sedih yang mereka rasakan
sebagai orang tua harus melihat anaknya tertidur hingga
tidak tahu kapan dia akan bangun.

73
Kemudian Nur dipindahkan ke ruang lain, orang tua
nya mengikuti sambil menangis dan terus terusan
memanggil Namanya agar dia segera terbangun. Ketika
kami ingin menyusul mereka, polisi tadi meminta kami
untuk ikut ke kantor polisi. Demi membantu menemukan
pelaku yang sebenarnya kami harus ikut dengan mereka.

Di kantor polisi kami melihat Tama yang sedang


diinterogasi oleh pihak polisi. Kami disuruh menunggu di
ruangan yang berbeda. Setelah Tama selesai selanjutnya
giliran kami.

Banyak pertanyaan yang mereka berikan pada kami


berdua meski begitu baik aku dan Zahra tidak melihat
pelaku dengan jelas terutama Zahra yang tidak berada di
dekat kami berdua. Setelah cukup lama akhirnya kami
selesai besok harinya kami disuruh datang Kembali ke
kantor polisi.

Keesokan hari nya ketika kami berada di kantor


polisi terlihat ada Riki disana.

“Zahra ada Riki, apa mereka sudah mengetahui siapa


dalang dibalik ini semua.?

74
“Sepertinya, tapi belum pasti mereka menangkap
Riki secepat itu.”

Kemudian kami disuruh masuk ke dalam ruangan


yang berbeda. Setelah kami masuk ada seorang polisi yang
membawa beberapa barang bukti dan menjelaskan kepada
kami. Alasan Riki hari ini berada di ruang interogasi karena
polisi menetapkan dia sebagai dalangnya, sedangkan Tama
membantu Riki untuk melancarkan aksinya tersebut. Namun
pada hari itu hanya Tama yang tertangkap sedangkan Riki
melarikan diri ke kota lain.

Riki dan Tama kemudian dinyatakan bersalah sesuai


dengan bukti yang didapatkan. Mereka juga telah
dikeluarkan dari sekolah karena telah mencemarkan nama
baik sekolah. Mereka berdua harus menetap di penjara
untuk beberapa tahun, namun masa hukuman Riki yang
paling lama dibandingkan dengan Tama. Orang tua Nur
sangat Bahagia karena orang yang mencelakai anaknya kini
telah mendapatkan hukuman dan sudah ditangani oleh pihak
berwajib. Namun Nur masih belum bangun dari koma -nya.

75
Setelah kejadian itu sekarang aku bisa pergi ke
sekolah tanpa merasa terganggu. Kehidupan sekolahku yang
normal kini kembali. Mereka yang dulunya menggangguku
telah berhenti dan meminta maaf padaku. Mereka diancam
oleh Riki untuk menuruti perintahnya. Aku memaafkan
mereka karena manusia tempatnya salah dan sebagai orang
muslim kita harus saling memaafkan mereka yang berbuat
salah dan menuntun mereka kembali ke jalan yang benar.

Meski kehidupanku kembali normal tapi hampa


rasanya jika tidak ada Nur. Dia adalah orang yang pertama
kali mengajakku berbicara saat pertama kali sekolah. Dia
juga yang membantuku di masa lalu sampai dia sendiri
terluka dan hilang ingatan. Kini hatiku terasa seperti kertas
kosong tidak ada tinta satupun yang membuatnya lebih
berwarna.

76
Zahra dan aku tiap hari pergi ke rumah sakit untuk
menjenguk Nur dan berharap dia segera bangun. Terkadang
Zahra menginap di rumah sakit untuk menjaga Nur saat
libur sekolah. Dia sangat khawatir hingga berbuat seperti
itu. Doa kami berdua hanya satu yaitu Nur membuka
matanya.

Sudah beberapa tahun terlewati. Kini kami sudah


lulus sekolah dan menyelesaikan Pendidikan kami di
jenjang yang lebih tinggi. Ada juga beberapa dari teman
kami yang bekerja. Setelah lulus, aku dan Zahra
melanjutkan Pendidikan kami ke perguruan tinggi. Meski
awalnya mustahil kami akhirnya berhasil melanjutkan
menjadi apoteker dan lulus bersama. Setelah itu kami
berpisah, Zahra pergi melanjutkan Pendidikan nya ke luar
negeri untuk menjadi dokter. Sedangkan aku tetap disini
untuk melihat kondisi Nur.

77
Setelah menyelesaikan Pendidikan ku. Aku berusaha
dengan keras mencari uang dan belajar bagaimana cara
membuat Nur terbangun. Aku sering bertukar informasi
dengan Zahra yang saat ini di luar negeri. Aku mempunyai
keingininan untuk membangun rumah sakit sendiri. Agar
Nur bisa mendapat perawatan yang baik. Aku meminta
pendapat Zahra dan memintanya membantuku dalam
mewujudkan mimpi itu. Kemudian Zahra bertanya alasan
aku mendirikan rumah sakit.

Aku menjawab bahwa Nur merupakan orang yang


merubah arah pandang hidupku, dia cahaya ku saat aku
berjalan di jurang kegelapan. Dia memberiku inspirasi untuk
tetap hidup dan mengubah diriku.

Setelah bekerja keras, akhirnya rumah sakit yang ku


inginkan telah berdiri. Dan Zahra juga telah menyelesaikan
Pendidikan nya kini dia telah kembali. Setelah semuanya
siap, kami menyelesaikan prosedur pemindahan Nur ke
rumah sakit kami. Pihak rumah sakit dan keluarga Nur telah
memberikan izin.

78
Rumah sakit yang ku dirikan dengan bantuan Zahra
kini kuberi nama Rumah Sakit Cahaya. Nama ini kuambil
dari arti nama Nur dalam Bahasa arab yang berarti cahaya.

Nur merupakan pasien pertama kami. Setelah itu


rumah sakit kami berkembang dengan pesat, banyak pasien
yang berobat, kami juga banyak merekrut dokter dokter
ternama.

Beberapa bulan setelah Nur dipindahkan, dia mulai


membuka matanya. Aku dan Zahra senang melihat Nur
akhirnya terbangun dari tidurnya setelah sekian lama. Nur
masih ingat dengan semua apa yang terjadi sebelum dia
koma dan akhirnya Nur kembali sembuh. Keluarganya
senang ketika mendengar gambar yang sangat
membahagiakan ini.

79
Setelah seminggu Nur sembuh aku melamarnya
karena dari dulu aku sudah menyukainya. Aku beryukur dia
menerima tawaranku. Kami semua sangat Bahagia disini itu
karena Zahra. Berkat Zahra aku bisa meminta maaf dengan
benar pada Nur dan mengetahui kondisinya. Aku dan Nur
mengucapkan rasa syukur dan terima kasih padanya. Dia
adalah sahabat sejati kami yang selalu mendukung kami
berdua.

Beberapa bulan kemudian pernikahan kami digelar.


Acara tersebut sangat meriah dan kami terkejut karena lagi
dan lagi Zahra dibalik semua kesenangan ini.

“Aku senang melihat kalian berdua Bahagia, biarkan


aku selalu membantumu Dien dan Nur,” dia mengatakan itu
dengan senyum bahagia. Itulah Zahra yang kami kenal.

Aku dan Nur kini telah menjalani kehidupan yang


Bahagia. Zahra juga sudah menikah dengan laki laki
pilihannya. Sekarang tidak ada lagi yang berjalan sendiri,
kita ditakdirkan untuk bersama dengan orang yang
mencintai kami sampai akhir hayat nanti.

80
Biografi Penulis
Akhmad Syahrul Dienhaq
merupakan siswa dari SMKN 1
pasuruan.. lahir di Pasuruan
tanggal 17 Maret 2003.

Syahrul tidak memiliki niat


atau bakat dalam bidang menulis
novel. Syahrul menulis novel
hanya dilakukan sebagai hobi saja. Memiliki rasa suka pada
novel membuatnya ingin menulis novel juga.

BIOGRAFI EDITOR

81
Dr. Suprapto adalah seorang guru
Bahasa Indonesia di SMK Negeri 1
Pasuruan. Beliau lahir di
Pasuruan,30 November 1965. Saat
ini,beliau bertempat tinggal di
Perumahan Pesona Candi 4 AH 12 A
Sekargadung,Pasuruan.

Beliau mempunyai hobi membaca. Beliau juga lulusan dari


Universitas Muhamadiyah Surabaya jurusan Sastra dan
Bahasa Indonesia.

Di SMK Negeri 1 Pasuruan,beliau menjabat sebagai Wakil


Kepala Humas. Selain itu, saat ini beliau juga menjadi ketua
MGMP Bahasa Indonesia Kota Pasuruan.

BIOGRAFI PENELAAH

Nurul Uliyah, M.Pd.I adalah seorang guru Pendidikan


Agama Islam di SMK Negeri 1 Pasuruan. Beliau lahir di
Pasuruan,17 Agustus 1970. Saat ini, beliau bertempat

82
tinggal di jalan Ir. H. Juanda Kepel Kecamatan Bugul Kidul
Pasuruan.

Beliau adalah lulusan dari Universitas Islam Malang jurusan


Pendidikan Islam. Dan saat ini beliau menjadi sekretaris
MGMP PAI SMK Kota Pasuruan.

Beliau mempunyai hobi membaca. Karena hobinya itu


beliau gemar menulis beberapa cerpen islami. Diantara
judul cerpen yang pernah ditulis adalah Saat Ketulusan
Bersandar Dalam Jiwa, Peristiwa di Balik Kelambu , dan
Jimat itu Pahlawanku.

83

Anda mungkin juga menyukai