Anda di halaman 1dari 52

RE:LIVE

I was turn into 10th Grader Student

M Dary Indrawan K
XII MIPA 5 / 16
KATA PENGANTAR
1
Pertama, saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kedua saya ucapkan
terimakasih kepada orang tua saya, karena sudah mendukung saya dalam
pengerjaan novel ini. Ketiga saya ucapkan terima kasih pula kepada Ibu
Wulan selaku guru Bahasa Indonesia saya, karena berkat beliau saya mampu
membuat novel berjudul “Re:Live, I was turn into a 10th grader student”.
Novel ini bercerita tentang Shiro, siswa kelas 12 yang baru saja lulus dan
berada pada kegiatan Prom Night bersama ketiga temannya. Dia berniat
untuk menyatakan perasaannya pada perempuan yang ia sukai sejak dulu,
Namanya adalah Eri. Tetapi hal berkata lain, ternyata Eri sudah memiliki
pasangan dan Shiro tiba-tiba tersambar petir setelah meninggalkan acara
tersebut. Dan saat ia sadar, ia sudah berada di kelas tempat ia belajar dulu
waktu kelas 10.

Di dalam novel ini, saya sadar bahwa saya tidak akan bisa
menyelesaikan novel ini tanpa ada bantuan dari berbagai orang dan sumber.
Mereka telah memberi saya inspirasi dalam merancang alur novel ini.
Sebagai siswa, saya sadar bahwa novel yang saya buar masih belum pantas
disebut karya yang sempurna. Saya sadar bahwa tulisan saya masih banyak
memiliki kesalahan, baik dari tata Bahasa maupun Teknik penulisan itu
sendiri. Maka saya meminta agar para pembaca sekalian memberi masukan
dan kritik agar saya semakin termotivasi dalam membuat karya serupa
selanjutnya.

Malang, 24 November 2021

Penulis,
M Dary Indrawan K

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 : KEMBALI 5
BAB 2 : RENCANA 13
BAB 3 : TEMAN DARI MASA DEPAN 23
BAB 4 : ANCAMAN BARU 31
BAB 5 : KEMAMPUAN SESEORANG 39
BAB 6 : PENINGKATAN47
BAB 7 :
BAB 8 :

3
4
BAGIAN 1
-Kembali-

Hai aku Shiro. Aku adalah siswa kelas 12 yang baru saja lulus. Hari
ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar siswa di
sekolahku. Sekolahku sedang mengadakan pesta kelulusan untuk siswa kelas
12. Di siang hari yang terik ini, Aku sedang pergi ke tempat persewaan jas
untuk kupakai nanti. Dan setelah melihat beberapa jas yang disediakan, aku
memilih satu jas dengan ornamen emas di lengannya.
“Mbak, aku pilih yang ini ya”

5
“Oke mas, saya packing dulu”
Setelah itu aku membayar dan pulang kerumah untuk bersiap-siap
untuk acara nanti. Beberapa menit kemudian aku baru saja sampai rumah.
Sebelum berangkat menuju sekolah aku berencana untuk makan sedikit
cemilan agar tidak terlalu lapar. Sore harinya aku sudah memakai setelan,
lengkap dengan sepatu terbaikku. Aku pun berangkat dan sampai ke sekolah
bersamaan dengan teman-temanku.
Saat meletakkan motor di parkiran, aku bertemu dengan kedua
sahabat karibku. Meski tempat parkir dan aula jaraknya lumayan dekat, kami
agak lama menuju aula karena ditengah jalan banyak sekali yang mengajak
sahabatku yang bernama Rei berfoto.
“Hei Rei, kupikir kau harus mengenalkanku pada salah satu gadis
yang mengajakmu foto tadi” Tanya Kaze, salah satu temanku.
“Ya, mungkin lain kali” Jawab Kaze.
Rei adalah orang paling popular disekolahku, dia tinggi dan matanya
sedikit berwarna biru. Sedangkan Kaze adalah teman baikku sejak sekolah
dasar, rambutnya bergelombang dan dia selalu terlihat bercanda. Meski dia
senang bercanda, kalau sedang serius dia akan sangat fokus hingga
mengabaikan banyak orang. Setelah beberapa saat, kami pun sampai di aula
sekolah yang biasanya terlihat kotor dan kosong, kini terlihat sangat megah
dan ramai. Aku, Rei dan Kaze duduk di bagian tengah aula karena pada
bagian depan sudah penuh dengan para siswi perempuan dan guru-guru yang
sudah datang lebih awal. Setelah beberapa menit menunggu, acara pun
kemudian dimulai.
Acara dibuka oleh MC dari perwakilan osis sekolahku. Aku
mengenal mereka berdua, karena dulunya aku juga tergabung dalam osis.
“Dia Imut, apa kau mengenalnya ?”Tanya Kaze padaku
“Namanya Hina, apa mau kukenalkan?” Jawabku
“Yeahh, kau memang sahabat terbaikku”
Setelah beberapa sambutan dari kepala sekolah dan jajaran guru
lainnya, acara dilanjutkan dengan penayangan foto kegiatan dari acara yang
dulu pernah diadakan di sekolahku. Disaat semua orang sedang terpaku pada
foto yang ditampilkan, mataku terpaku oleh seorang perempuan dengan
rambut pendeknya, dan matanya yang selalu terlihat bercahaya, namanya Eri.

6
Ia adalah gadis yang cerdas, periang, dan ramah. Aku menyukainya karena
alasan yang menurutku sendiri tidak masuk akal.
“Permisi, apa kalian tidak keberatan aku duduk disini”
“Hei Kuro, apa kau sudah sehat?”
“Sudah, buktinya aku ada disini”
Dia adalah Kuro, salah satu siswa disini juga. Berkebalikan dengan
Rei, dia adalah seseorang yang tidak dikenal oleh banyak orang. Mata dan
Rambutnya hitam legam membuat dia seolah orang dengan hawa intimidasi
yang kuat. Ngomong-ngomong, aku bisa merasakan aura seseorang, misalnya
Rei. Auranya terlihat cerah, tetapi ada hal yang mengganjal. Biasanya
auranya sangat terlihat meluap, tetapi malam ini auranya terlihat mengecil,
seperti ragu. Rei juga termasuk dalam pengisi acara ini, mungkin dia gugup
untuk tampil. Penampilan Rei berada pada sesi terakhir, karena Rei
merupakan salah satu siswa yang populer.

Sedangkan Kuro memiliki aura yang sebaliknya, auranya sangat


hitam. Dia jarang masuk sekolah karena mengalami penyakit yang parah
sejak kelas 11 lalu. Mungkin hal itu yang menyebabkan dia terlihat
mengintimidasi, karena ia memiliki penyakit yang disebabkan oleh murid
sekolah ini juga. Setelah penampilan dari perwakilan kelas 12 adalah sesi
yang ditunggu oleh banyak orang, sesi foto. Lampu mulai meredup, dan
musik yang diputar seolah mendukung untuk berfoto baik untuk pasangan
maupun suatu grup. Aku baru sadar kalau diluar hujan turun dengan sangat
deras, hingga terdengar beberapa sambaran petir. Kemudian aku mencari Eri
dan mengelilingi aula. Dan kulihat-lihat kebanyakan orang sedang berfoto
dengan pasangannya masing-masing, hal itu membuatku iri. Kemudian aku
bertemu kaze ditengah jalan saat aku mencari Eri.

“Eh Shiro, kupikir kau tidak perlu mencarinya, apa kau mau
menemaiku makan? Rei sedang sibuk dan Kuro menghilang”. Bagiku,
mungkin dia hanya kesepian dan meminta untuk menemaninya, karena Rei
terlalu sibuk diajak foto oleh banyak orang disana. Lalu aku menemani Kaze
untuk makan sambal melihat banyak orang yang sudah sukses dalam
“percintaannya”. Kaze pergi mencari minum untuk kita berdua, aku yang

7
sedikit nekat pergi meninggalkan meja dan mencari Eri Kembali. Kemudian
aku melihat seseorang yang tinggi ditengah kerumunan yang mukanya tidak
asing lagi bagiku, ya dia Rei.
“Hei Rei, apa kau melihat-“
Saat kudekati, kulihat perempuan berambut pendek, dan matanya
yang sedang menandakan kalau sedang jatuh cinta. Dia terlihat senang sekali
berada didekatnya, dan hal yang tidak pernah kukira terjadi. Saat aku pergi
lebih dekat lagi, tangan mereka berdua sedang bergandengan. Bodohnya aku.
Dari semua kemungkinan, kenapa aku tidak berpikir kalau Rei dan Eri
berpacaran? Rei bagaikan pemeran utama di komik atau film. Dia keren,
populer, dan pandai berolahraga. Sedangkan aku hanyalah pemeran
pembantu di ceritanya.

Aku berpikir kalau selama ini Eri menyukaiku. Aku lupa kalau Eri
adalah orang yang baik hati pada semua orang. Jadi hal ini wajar saja terjadi,
dia sering membantuku dan kami juga sering berbicara. Seketika
pandanganku menjadi buram dan gelap, pikiranku hanya mengatakan untuk
pergi. Kemudian aku teringat akan Kaze yang tadi mencegahku, mungkin dia
tau kebenarannya, hanya saja dia tidak ingin memberitahuku. Aku pergi
keluar dengan lemas dan berpapasan dengan Kaze.
“ Apa yang terjadi ? Kemana kau barusan ? “
“Maaf aku barusan meninggalkanmu”
“Eh, apa kau sudah tau?”
“Apa kau sudah tau dari dulu?”
“Ya, Rei yang memberitahuku”
“Sejak kapan mereka-”
“Minggu Lalu”
Seketika hidupku menjadi hampa. Rei yang merupakan sahabatku
dari awal dia masuk SMA berpacaran dengan Eri, gadis yang kusukai sejak
dulu. Kaze, teman masa kecilku sejak SD memihak kepada Kaze dan tidak
mau jujur padaku. Meski aku tau, kejujuran itu akan menyakitkan.
“Mau kemana kau?” Tanya Kaze
“Entahlah” Kemudian aku meninggalkan Kaze dan pergi keluar
Aula. Dingin dari udara hujan diluar terasa sampai ke tulangku. Hujan makin

8
deras dan beberapa petir mulai menyambar. Aku seperti merasa menabrak
seseorang, saat kulihat ternyata tidak ada siapa-siapa, dan aku meneruskan
perjalananku menuju gerbang sekolah yang tempatnya tinggal lurus dari
pintu aula. Aku melewati lapangan yang diguyur hujan dengan sangat deras
yang terkadang menusukku. Kemudian aku mendengar seseorang berteriak
padaku.
“SHIIROOO”
“Kak Shiro banyak petir, bahaya” Kata Kaze dan panitia disana
Aku tetap berjalan menuju gerbang dan hendak pulang karena
suasana hatiku sangat hancur. Kemudian aku mendengar kedua suara yang
tidak asing bagiku.

9
“Shiro, disana berbahaya” Kata Eri
“HOI SHIRO, MAAFKAN AKU. AKU TAK TAU APA-APA
SOAL INI” Teriak Rei seolah ia tak bersalah.
Aku melihat mereka berdua, lalu aku berpikir jika mereka memang
peduli padaku, kenapa mereka tidak mengejarku ditengah hujan badai ini.
Ternyata selama ini memang tidak ada yang memperhatikanku. Anehnya

10
kemampuanku tidak berfungsi dengan baik saat ini. Padahal aku melihat
mereka semua, tetapi aku tidak dapat merasakan, bahkan tidak dapat melihat
aura mereka semua. Mungkin karena perasaanku saat ini sangat hancur, jadi
emosiku tak stabil.
“Terima Kasih”
Hujan semakin turun dengan deras hingga seolah menusukku. Tiba-
tiba petir menyambar di dekatku. Seketika aku merasa aneh, pandanganku
samar-samar berubah menjadi tempat yang sangat tidak asing bagiku.
Banyak orang yang sedang duduk didepanku, ternyata aku berada di ruang
kelas. Aku bingung karena beberapa detik yang lalu aku ada di lapangan dan
terguyur hujan, kemudian berada di depan kelas. Dan pakaianku seketika
berubah dari setelan lengkap yang basah karena diguyur hujan tadi, menjadi
seragam sekolah lengkap.
“Hei kenapa kau diam saja, perkenalkan dirimu” Kata seorang disini
“Eh, namaku Shiro”
Kemudian aku duduk ke tempat duduk yang terlihat kosong, karena
kupikir aku melihat tas yang biasa kupakai. Dan masih bingung dengan apa
yang terjadi. Aku melihat sekeliling kelas yang menurutku ini adalah kelasku
waktu kelas 10 dulu.
“Hei Salam kenal Shiro” Kata seorang perempuan disebelahku
“Ya salam kenal”
Kemudian aku menjabat tangannya. Tangannya sangat halus,
matanya terlihat berbinar-binar. Rambutnya yang pendek itu sangat khas.
Aku merasa kalau aku mengenal dia. dan baru sadar kalau dia adalah Eri.
Perempuan yang kusukai, dan pacar dari laki-laki paling popular disekolah,
Rei. Aku bingung harus berkata apa.
“Aku Eri, salam kenal ya”katanya sambil memperkenalkan diri
Kata-katanya seolah menandakan kalau ia tak mengenalku. Dan
susunan kelas yang kutempati sama persis dengan kelasku dulu saat kelas 10.
Apa jangan-jangan aku kembali ke masa lalu?

11
12
BAGIAN 2
-Rencana-

13
Aku menyimpulkan kalau aku terlempar ke masa lalu, ke waktu
dimana aku baru saja masuk SMA. Eri baru saja kenal denganku, Rei dan
Kaze belum satu kelas denganku. Rei dan Kaze adalah murid baru di sekolah
ini. Mereka baru masuk saat semester 2. Pada hari pertama sekolah ini, masih
belum ada pelajaran. Banyak klub yang mempromosikan klubnya di Lorong-
lorong kelas. Dari banyaknya klub yang ada, hanya klub basket yang ramai
diminati oleh para siswa disini. Setengah siswa laki-laki dikelasku memilih
untuk bergabung dengan klub basket.
“Kau mau masuk klub apa?” Tanya Eri yang dari tadi mengikutiku
“Entah, kalau kau?”
“Aku mau mendaftar osis”

14
“Tidak bergabung ke klub?”
“Entahlah, tidak ada yang cocok denganku”
Kemudian kami berpisah di depan gerbang, kulihat dia sudah
dijemput oleh orang tuanya. Aku melihat lapangan sekolah, disana ada
beberapa murid yang sedang bermain sepak bola dan basket. Pemandangan
ini membuatku teringat akan peristiwa yang menimpaku beberapa waktu
yang lalu. Aku pun pergi ke parkiran untuk mencari motorku. Tapi aku lupa
bahwa saat kelas 10, aku belum boleh membawa motor kesekolah. Kemudian
aku memesan ojek online, dan pulang kerumah.

Saat dirumah, aku langsung menuju kamarku. Dan kebetulan,


ayahku baru saja membelikan papan tulis untuk kugunakan belajar di kamar.
Kemudian aku menulis timeline utama yang terjadi 3 tahun lalu. Dan
peristiwa apa saja yang menimpaku saat itu. Setelah itu aku menuju meja
belajar, dan melihat buku kenangan dari SMP ku dulu. Disana banyak tertulis
quotes dan foto dari semua angkatanku. Saat aku melihat profilku, quotesku
adalah “Live your Live With no Regret”. Kemudian aku terpikir suatu
rencana yang sedikit gila. Aku akan memulai ulang hidupku di SMA ini dari
awal, karena berdasarkan Butterfly Effect, jika aku mengubah sesuatu hal
kecil di masa lalu, masa depan bisa berubah dengan sangat drastis.

Aku pergi ke ruang makan untuk makan siang bersama. Dan


keluargaku terlihat aneh saat melihatku. Suasana di meja makan sangat
hening saat aku mulai makan. Kemudian aku melanjutkan makan hingga
tuntas. Saat aku akan Kembali ke kamarku, tiba-tiba ayahku bertanya
“Ada apa denganmu? Apa kau dibully pada hari pertama sekolah?”
“Tidak, tidak ada apa-apa”
“Kau hanya terlihat lebih pendiam” Tanya ibuku
“Ya, kau jadi diam” Saut adikku
“Mungkin hanya perasaan kalian, aku tidak apa-apa”
Kemudian aku pergi ke kamar. Aku lupa bahwa dulu aku adalah
orang yang sangat periang. Mungkin itu terjadi karena hal yang menimpaku
semalam. Saat tiduran di kamar tidur aku berfikir apa yang harus kulakukan.

15
Karena aku sudah memutuskan untuk mengubah hidupku menjadi pemeran
utama yang sesungguhnya. Kemudian saat aku mulai terlelap, notifikasi
pesan di hpku menggangguku. Saat kubuka ternyata kelasku tadi baru saja
membuat group chat kelas. Meski nantinya tak akan penting karena mereka
semua akan membuat kubu-kubu tersendiri dikelas, dan aku tidak
dipedulikan atau lebih tepatnya tidak dimasukkan dalam salah satu golongan
mereka.

Setelah beberapa menit membaca pesan yang banyak sekali itu,


hanya kutemukan sekitar belasan yang penting. Salah satunya adalah
pengumuman kalau besok kita harus memutuskan klub yang diikuti.
Sepertinya aku harus memikirkan matang-matang soal ini, karena dulu aku
sangat menyesali klub yang aku ikuti. Setelah beberapa saat berpikir dengan
sangat matang, aku memutuskan untuk bergabung dalam klub basket, karena
dulu waktu SMP aku sempat bergabung dalam klub basket selama 2 tahun,
dan aku mulai tertarik pada basket beberapa bulan ini. Beberapa saat
kemudian aku mendapat telepon dari nomor yang tidak aku kenal.
“Halo, ini benar Shiro kan?”
“Eh iya ini aku, ini siapa ya?”
“Ini aku Eri, yang tadi duduk disebelahmu”
“Oh Eri, ada apa?” Kataku sambil gugup
“Tidak, aku hanya ingin melengkapi kontak dari teman sekelas,
Kalau begitu sampai ketemu besok ya” Katanya sambil menutup telpon
sebelum aku sempat menjawab salamnya tadi. Ternyata memang dia baik ke
semua orang, bukan hanya aku. Kemudian aku mempersiapkan barang yang
perlu dibawa untuk besok setelah itu tidur.

Malamnya aku bermimpi tentang kejadianku saat di aula, semua


orang menghilang. Dan aku melihat sesosok aura gelap yang berada di depan
aula tadi seolah menungguku. Aku pun terbangun karena kaget dengan petir
yang tiba-tiba menyambarku. Ternyata sekarang masih pukul 1 pagi, aku
hampir tidak bisa tidur selama 30 menit karena pikiranku tertuju pada mimpi
tadi, kemudian hawa yang semakin dingin membuatku untuk bisa tidur
Kembali.

16
Pagi harinya aku masih berada di tempat tidur yang sama seperti
yang aku gunakan semalam. Kemudian aku bersih diri dan pergi ke ruang
makan untuk sarapan. Disana ada ayah dan adikku, mereka berdua sedang
menunggu makanan datang. Raut muka mereka sama seperti kemarin, masih
heran karena aku menjadi lebih pendiam.
“Yah, hari ini aku bawa motor sendiri ya” kataku sambil meredakan
suasana
“apa kau bisa? Bukannya kau baru belajar minggu lalu?”
“Lihat saja nanti”
Setelah itu makanan datang dan kami berempat makan bersama.
Aku selesai makan duluan dan pergi kedepan untuk memakai sepatu dan
bersiap untuk berangkat sekolah. Ayahku menyuruhku untuk membuktikan
omonganku tadi. Semua orang kaget dan merasa kalau aku sangat ahli dalam
belajar sesuatu. Kemudian aku mendapat restu dan berangkat menuju
sekolah. Saat tiba di parkiran, aku tidak sengaja menabrak sesorang.
Rambutnya berwarna sedikit kecoklatan, matanya yang awalnya berwarna
coklat terang itu menjadi warna emas karena cahaya matahari yang
menyinari kami berdua. Postur tubuhnya sangat ideal untuk siswa kelas 10.
Dia lebih tinggi sedikit dariku.
“Apa kau tidak apa-apa?”
“Ya, tidak apa-apa. Ini juga salahku karena tidak memperhatikan
jalan” Jawabnya
“Ngomong-ngomong perkenalkan, namaku Shiro, kelas B”
“Aku Sei, dari kelas A”
Aku pun terkagum. Karena disekolah ini murid kelas B sampai F
ditentukan berdasarkan acak, sedangkan kelas A adalah tempat bagi siswa
yang memiliki nilai diatas rata-rata. Kemudian kami berpisah dan menuju
kelas masing-masing. Mungkin kalian heran mengapa aku berani
mengenalkan diriku, karena aku sudah memutuskan untuk mengubah jalan
hidupku dari pemeran pembantu menjadi pemeran utama. Setelah itu aku
duduk di kursi dan kulihat Eri sudah datang duluan, padahal kukira aku yang
datang pertama karena pukul 6 pagi sudah berangkat.
“Hai, selamat pagi”
“Ya pagi, apa kau selalu datang sepagi ini?”

17
“Tidak, hanya saja ayahku ada keperluan pagi ini, jadi aku
berangkat lebih pagi”
“Oh begitu”
Kemudian aku melihat secarik kertas yang berada pada atas mejaku,
itu adalah lembar pengumpulan klub. Aku pun menuliskan klub yang aku
pikirkan semalam yaitu basket. Semakin matahari menuju keatas, semakin
banyak murid yang datang. Kemudian hawa di kelas menjadi tenang
beberapa saat, setelah itu ada seseorang yang mengetuk pintu. Saat kukira itu
adalah guru yang mengetuk, ternyata itu adalah perwakilan dari osis yang
berkeliling menuju kelas-kelas untuk merekrut anggota.
“Selamat pagi, maaf mengganggu, jadi kami dari osis ingin bertanya
apa dari kalian ada yang tertarik menjadi osis?” Tanya Sora, yang merupakan
ketua osis
Kemudian Eri mengacungkan tangannya dan beberapa murid yang
lain mengacungkan tangannya. Seketika aku mempunyai rencana yang
sedikit gila lagi, bagaimana jika aku masuk osis lagi, dan mengincar jabatan
yang tinggi. Karena menurutku hal tersebut bisa mensukseskan rencanaku.
Kemudian aku ikut mengacungkan tangan. Setelah beberapa menit tidak ada
yang tertarik lagi, mereka keluar dan bilang kalau pengumuman selanjutnya
akan segera diumumkan juga
Aku awalnya merasa tenang-tenang saja, tetapi setelah melihat
muka para siswa laki-laki dikelasku, aku menjadi tidak tenang. Mungkin
mereka berfikir kalau aku nantinya akan menjadi budak sekolah. Dan guru
pun masuk ke kelas dan pelajaran selanjutnya adalah olahraga, dan beliau
berkata kalau akan ada pertandingan persahabatan antara 2 kelas. Kami pun
berganti pakaian dan pergi menuju lapangan, disana terlihat seseorang yang
tidak asing bagiku. Mereka terlihat elite, siapa lagi kalau bukan kelas A. Dan
seseorang yang kukenal pun menyapaku.
“Hai Shiro, kita bertemu lagi”
Di pelajaran olahragaku yang pertama, aku harus menghadapi kelas
terbaik.
Seperti yang kubilang, kelas A terlihat elite. Beberapa dari mereka
menunjukkan skill olahraga yang luar biasa. Mereka mengeluarkan aura

18
veteran meski ini hanya pelajaran olahraga, padahal kupikir kelas A adalah
kelas yang pandai pada akademik saja.
“Baiklah pertandingan pertama adalah basket”
“Baik pak” Kata semua murid pada lapangan itu
Setelah itu tiap kelas mendiskusikan lineup utama yang akan
bermain. Dikelasku ada Hyuga, Ryu, Daichi, Takao, dan Aku. Sedangkan
dikelas A mereka menurunkan Sei dan 4 orang lain yang tidak kukenal
namanya. Pertandingan dimulai, dan perebutan bola yang sengit terjadi.
Kukira Sei adalah orang yang pendiam, ternyata ia bisa membawa timnya ke
kondisi yang sangat prima. Ryu dan Hyuga adalah seseorang yang nantinya
akan memulai penggolongan dikelas kami, cara bicaranya pun terlihat kalau
mereka akan segera membuat golongan sendiri. Waktuku sepertinya tidak
banyak. Kelas A memimpin permainan dengan selisih poin yang sedikit jauh
yaitu 57 – 25.
“Jadi kalian semudah itu menyerah ya” Kataku waktu sedang
istirahat
“Apa yang kau katakana dasar bodoh”
“Kalau begitu cobalah untuk bermain dengan pandai”
“Sepertinya kalian masih belum lelah” Kataku untuk melawan
mereka
“Mereka terlalu kuat, mereka terlalu sempurna untuk menjadi tim”
“Ya, bahkan beberapa dari mereka mendaratkan sebuah dunk-”
Kemudian suara peluit berbunyi dengan sangat keras, aku pun
berdiri dan segera pergi ke lapangan dengan ketenangan tingkat tinggi.
Kupikir kelas kami tidak begitu buruk, mereka hanya saja kurang kerja sama.
Saat salah satu dari tim lawan berusaha untuk menyerang ke lapangan kami,
aku berhasil merebut bolanya dan mendaratkan shoot untuk pertama kalinya
setelah beberapa kali kemasukan banyak poin.
“Kalian hanya kurang bersemangat, majulah aku akan mengumpan
kalian”
Setelah itu timku bersemangat dan menyerang dengan kekuatan
penuh. Setelah beberapa menit bermain, waktu pun habis dan kami tetap saja
kalah dengan poin 82-76. Meski tim kami kalah, mereka tetap senang karena
bisa bermain dengan sengit. Dan sepertinya rencanaku untuk menggagalkan

19
penggolongan di kelas berhasil. Mereka jadi lebih membaur dengan yang lain
di kelas. Kemudian bel pelajaran berikutnya berbunyi sebelum kami sempat
bertanding pada olahraga selanjutnya.
“Kau orang yang menarik, mungkin kita akan segera bertemu” kata
Sei kepadaku
Kata-katanya membuatku makin berfikir kalau aku semakin berubah
dari aku yang dulu. Karena dulu kelas kami kalah telak oleh kelas A dan
akhirnya terjadi perpecahan di kelas setelah itu. Saat Kembali ke kelas
ternyata para siswi perempuan di kelasku sudah duduk di tempatnya dan
salah satu gadis disana bilang kalau guru yang mengajar selanjutnya lumayan
menyeramkan.
“Guru matematika kita adalah Bu Kira, rumornya dia biasa memberi
tes saat awal” kata Momo, ketua kelas di kelasku.
Seketika aku merasakan hawa menyeramkan memasuki kelas. Ya
dia adalah Bu Kira, guru matematika yang paling ditakuti di sekolah ini.
Matanya yang tajam itu terlihat menyeramkan. Dia duduk di meja guru dan
terlihat dia sudah membawa kertas yang berisi beberapa soal uraian. Dan
kemudian dia menyuruh kami untuk merapikan meja dan mengeluarkan
secarik kertas.
“Silahkan kerjakan sebisa kalian, nilai tertinggi akan Ibu beri
kebebasan untuk tidak mengikuti ujian pada bab ini” kata beliau
“Dan ini hanya berlaku untuk nilai 90 keatas”
Seketika hawa persaingan di kelasku meningkat, padahal tadinya
mereka sangat malas. Tes pun dimulai, pada awalnya aku bingung karena
tidak belajar semalam. Dan bodohnya aku lupa kalau sebenarnya aku adalah
siswa kelas 12 yang baru saja lulus, harusnya soal kelas 10 seperti ini mudah
bagiku. Ternyata benar, soal ini sangat mudah bagiku. Kemudian Bu Kira
menjelaskan kalau itu adalah gabungan dari seluruh materi bab ini ditambah
dengan beberapa soal ujian nasional untuk SMP.
Meski hanya ada 10 soal, kulihat teman-temanku terlihat bingung,
padahal tadinya mereka bersemangat. Wajar saja, karena mereka belum
mengetahui beberapa materi ini. Setelah 40 menit waktu pengerjaan, Bu Kira
mengambil semua kertas dan kami dibebaskan untuk beristirahat di kelas
selama 15 menit. Meski harusnya beristirahat, tetapi kami memutuskan untuk

20
diam, karena beliau terlalu mengintimidasi. Setelah 15 menit, beliau
mengumumkan kalau ada 3 orang yang mendapat nilai sempurna, yaitu 100.
“Baiklah ada 3 orang yang mendapat nilai 100, jadi mereka bertiga
yang nantinya akan mendapat kebebasan untuk tidak mengikuti ujian”
suasana menjadi tegang
“tiga orang itu adalah Eri, Kotaro, dan Shiro”
Aku sedikit terkejut. Eri adalah anak yang pandai, jadi dia mungkin
belajar semalam. Sedangkan Kotaro adalah murid nakal yang pintar, eh
mungkin aku salah menafsirkannya. Dia belum nakal, karena harusnya dia
berubah karena stres setelah dia diputuskan oleh pacarnya dan orang tuanya
meninggal. Kemudian Bu Kira melanjutkan pembelajaran dengan membahas
soal tadi. Setelah seharian sekolah, tiba-tiba ada pesan masuk untukku. Pesan
itu adalah pesan dari pihak osis tadi yang merekrut anggota, katanya kita
disuruh untuk menuju aula. Saat aku tiba di aula, aku berpapasan dengan Eri.
Wajahnya terlihat senang, mungkin karena ia akan segera mencapai
tujuannya yaitu menjadi anggota osis, dan aku tau nantinya di masa depan ia
menjadi sekretaris osis.
“silahkan masuk ke kelas dan duduk dengan rapi” kata salah satu
anggota osis
Kami pun duduk di kursi dan di meja terlihat soal tes yang seperti
pada umumnya. Aku melihat beberapa orang yang kukenal disini, mungkin
kebanyakan dari mereka tidak mengenalku. Dan ujian tulis pun dimulai.

21
BAGIAN 3
-Teman dari Mas Depan-

22
23
Ujian tulis yang kukerjakan tidak begitu sulit karena dulunya aku
sudah mengerjakan hal yang sama. Kulihat senior osis yang menjaga kelas
kami tersenyum sendiri, mungkin dia berfikir kalau soal yang dibuat sangat
menjebak, padahal tidak bagiku. 30 menit kemudian waktu selesai dan kami
disuruh untuk mengumpulkan lembaran yang tadi kami kerjakan. Kemudian
kami disuruh untuk menuju ruang kelas selanjutnya yang berada di
sebelahnya, dugaanku tes selanjutnya adalah wawancara. Dan dugaanku
benar, kami langsung dibariskan di beberapa kelas, dan disuruh untuk
menjawab beberapa pertanyaan dari senior osis yang berada didepan kelas.

Singkat cerita, kami telah selesai melakukan wawancara. Dan


katanya, pengumuman siswa yang diterima akan segera diumumkan besok.
Hari sudah hampir malam, langit yang tertutup awan gelap membuat sore
hari ini semakin gelap. Saat berjalan menuju depan gerbang sekolah aku
bertemu dengan Eri yang tadi juga mengikuti seleksi denganku. Wajahnya
terlihat gelisah, kemudian aku memberanikan untuk mengajaknya ngobrol
dan basa-basi.
“Hai, nggak pulang?”

24
“Belum nih, ayahku nggak bisa jemput, mobil mogok dirumah”
Seketika ide cemerlang muncul padaku. Jika berada pada komik
atau film-film, mungkin disekitar kepalaku akan muncul sebuah lampu yang
menyala.
“Mau bareng? Kebetulan aku juga mau pulang”
“Nggak ngerepotin?”
“Enggak lah, ngapain juga dibuat repot”
“Baiklah, makasih ya”
“Yoi, tunggu disini ya, aku ambil motor dulu”
Kemudian aku berjalan dari gerbang sekolah menuju tempat parkir
dengan tersenyum-senyum sendiri. Mungkin ini sedikit aneh, karena baru dua
hari yang lalu aku sakit hati karena dia berpacaran dengan sahabat baikku.
Dan sekarang malah aku mengantar dia pulang. Kemudian di tempat parkir
aku bertemu Sei yang akan pulang sekolah juga.
“Hei, bagaimana tadi? Lancar?” tanyaku untuk basa-basi
“Tidak begitu, banyak pertanyaan yang seharusnya menjebak. Tapi
itu sangat mudah bagiku”
“Ya, menurutku juga mudah”
Setelah itu kami berpisah dan aku pergi ke gerbang sekolah untuk
menjemput Eri yang menunggu. Tanpa kupersilahkan, tiba-tiba Eri naik
motorku. Ya aku tau itu mungkin tidak sopan, tapi cinta itu buta. Setelah dia
naik, aku tancap gas menuju rumahnya dengan memboncengnya. Saat
ditengah jalan tiba-tiba berbicara.
“Eh Shiro, nanti tolong berhenti sebentar ke minimarket yaa”
“Oh oke”
Dan tidak jauh dari kami terlihat minimarket yang pamfletnya
menerangi jalanan. Setelah itu aku memarkirkan motor dan ikut Eri masuk
kedalam minimarket tersebut. Dia beranjak menuju etalase minuman. Aku
berniat membeli beberapa roti untuk aku makan. Setelah membayar, kulihat
dia membawa air mineral dua botol dan dua buah onigiri.
“Apa kau makan sebanyak itu?”
“Ih dasar, ini untukmu tahu!”
“Tidak perlu, aku sudah beli roti tadi”
“Ambillah, aku tau kau belum makan dari siang”

25
Seketika duniaku yang tadinya hampa, menjadi lebih indah ketika ia
memaksa aku untuk mengambil pemberian darinya. Kami pun duduk di kursi
yang berada diluar minimarket tadi untuk istirahat sejenak. Aku pun mencoba
untuk basa-basi.
“Ngomong-ngomong soal ujian matematika tadi, apa menurutmu
susah?”
“Tidak juga, kemarin malam grup chat kelas ramai sekali membahas
itu”
“Ohh, sepertinya aku tidak menyimak”
“Kau mendapatkan nilai 100, harusnya kau bangga”
“Tidak, kau juga 100”
Setelah beberapa menit berbasa-basi, kami pun memutuskan untuk
pergi karena hari sudah mulai malam. Meski belum terlalu malam, angin sore
itu terasa sangat dingin bagiku. Beberapa menit kemudian, kami sampai
dirumah Eri. Rumahnya yang di cat berwarna putih, dan beberapa ornament
emas di pilar depan pintunya membuat rumah itu terlihat mewah. Kemudian
kami berpisah dan aku melanjukan perjalananku menuju rumah. Saat belum
jauh dari rumah Eri, aku merasakan aura yang tidak asing bagiku. Aura ini
sangat gelap, aku mengenalinya. Aura ini adalah milik Kuro, ternyata aku
baru tau kalau rumah Kuro berada didekat rumah Eri.
Aku mengingat-ingat lagi apakah aku yang sekarang sudah
mengenal Kuro apa belum. Dan sepertinya dia tidak melihatku, jadi aku akan
melewatinya saja. Saat hendak melewatinya, dia tiba-tiba menyapaku. Jadi
aku berfikir kalau aku dan Kuro baru saja berteman, karena tadi aku seperti
melihatnya saat tes tulis untuk seleksi osis tadi.
“Hai, kau Kuro kan? Yang tadi ikut tes tulis juga “ jawabku untuk
membalas sapaan Kuro
“iya, aku Kuro yang tadi, apa kau mengantarkan Eri?”
“Iya, kau mengenal Eri juga?”
“Dia tetanggaku, harusnya aku mengenalnya”
“ngomong-ngomong apa yang kau lakukan ? apa kau sedang
menunggu seseorang?” tanyaku, karena ia dari tadi diam di pinggir jalanan
“iya, aku sedang menunggu temanku”

26
Kukira Kuro adalah orang yang anti sosial. Ternyata dia mempunyai
teman juga
“Oh iya, bagaimana rasanya tersambar oleh petir?”
Seketika aku bingung, karena dia bisa tau masa depan dimana aku
tersambar oleh petir. Apa mungkin kuro juga dari masa depan? Memang aku
diberi mimpi bertemu aura yang sangat gelap, apa mungkin itu adalah Kuro?
“hei apa yang kau maksud? Bukannya dari kemarin tidak turun
hujan?”
“Berhentilah berpura-pura Shiro, aku tau itu kau”
“jangan bilang kau-“
“ya, aku ikut denganmu menuju masa lalu”
Aku sangat kaget, bingung, dan tidak tau harus berkata apa. Semua
perasaan tercampur aduk menjadi satu. Bagaimana bisa ada yang
mengikutiku saat Kembali ke masa lalu. Setelah itu aku mendengar kalau
Kuro dipanggil oleh orang tuanya, dan kami harus segera berpisah. Kami pun
bersalaman kemudian aku menyalakan motorku dan pulang kerumah.
Penampilan Kuro sangat berbeda dari sebelumnya, dulu ia terlihat seperti
banyak beban hidup. Tetapi sekarang ia terlihat lebih hidup.

Beberapa saat kemudian, aku telah sampai dirumah. Perasaan


bingung dan terkejut saat aku bertemu Kuro tiba-tiba menghilang saat aku
menerima pesan dari Eri. Dia mengatakan terimakasih dan meminta maaf
karena merepotkan. Meski bagiku tidak ada yang merepotkan, karena aku
mendapat banyak keuntungan. Pertama, aku pulang bersamanya, kedua aku
makan bersamanya, dan yang ketiga, aku mengetahui rumahnya. Aku pun
membalas pesannya dengan bahagia.
“Shiro, waktunya makan” ibuku memanggil dari ruang makan
“Yaa, aku turun”
“Kenapa kau senyum senyum sendiri dari tadi?” tanya ibuku
“tidak ada apa-apa, Ayah dan Naoto kemana?”
“Ayah menjemput Naoto, ia sedang ada acara dengan kelasnya”
Oh iya, aku masih belum mengenalkan adikku. Namanya Naoto, dia
sekarang kelas 9 SMP, sebentar lagi dia akan SMA. Jarang-jarang Naoto
pulang malam seperti ini, biasanya dia ada dirumah. Setelah itu aku

27
melanjutkan makan malam dan Kembali ke kamar untuk mempersiapkan
barang untuk sekolah besok. Setelah aku selesai menata tas dan barang yang
dibutuhkan, aku pergi ke tempat tidur untuk beristirahat. Seperti malam yang
lalu, aku tetap tidak bisa tidur karena pesan di hpku yang sangat
mengganggu. Saat kubuka ternyata ada pengumuman penting, yaitu hasil dari
seleksi osis tadi. Hasilnya aku diterima, dan Eri juga diterima.
Pada urutan pertama terlihat nama Sei terpampang. Sepertinya Sei
akan menjadi pesaing yang cukup berat bagiku untuk meraih tujuanku. Dan
aku melihat nama Kuro juga. Jadi ada 3 orang yang kukenal diterima menjadi
osis. Setelah itu aku meletakkan hpku dan berusaha tidur senyenyak
mungkin. Keesokan harinya aku terbangun di pagi hari yang cerah. Aku pun
mandi dan pergi untuk sarapan. Di hari ketiga aku sekolah ini aku berharap
ada hal yang menarik terjadi disekolah. Dan aku pun tiba di sekolah, saat aku
berjalan melalui gerbang sekolah, aku melihat Eri baru saja turun dari mobil.

Dia diantar oleh orang tuanya menaiki mobil. Dan kemudian Eri
menyapaku, aku terkejut dan menyapanya balik.
“Oh jadi ini yang mengantar putriku kemarin, maaf udah
merepotkan ya”
“Iya Om gapapa, nggak merepotkan kok”
“Eri, nanti kau pulang bersamanya ya” kata ibunya sambil
menggoda
“Ih Ibu, Ayah sudahlah” kata Eri sambil menutup pintu mobil
Kemudian aku melihat raut muka Eri yang sedikit malu, atau biasa
disebut blushing. Mobil orang tua Eri melaju dan pergi menjauhi sekolah.
Dan kami pun berjalan bersama di lorong kelas sambil ngobrol. Saat sampai
di kelas salah satu teman baik Eri berteriak karena tiba-tiba ada seorang pria
yang berada di bawah mejanya.

Satu orang panik, semua ikut panik. Dan orang yang berada dibawah
meja teman baik Eri tadi sangat kebingungan karena dari auranya ia terlihat
kalau tidak tau apa-apa. Tetapi tetap saja meski aku tau dia tidak bersalah, ia
tetap akan divonis bersalah oleh semua orang. Bukan berarti aku akan
membeberkan kemampuanku kepada semua orang kalau aku bisa merasakan

28
dan melihat aura seseorang. Kemudian Kuro meneleponku dan menyuruhku
untuk pergi ke taman belakang sekolah untuk menemuinya.
“Sepertinya masalah baru akan menimpa kita” kata Kuro dengan
tegas
“Apa maksudmu? Apa yang terjadi ?”
“Apa kau percaya dengan kemampuan supranatural?”
“Apa itu benar-benar ada?”
“Itu sudah ada sejak kita berada di masa depan, dan sebenarnya aku
memilikinya”
“HAH, KAU JUGA PUNYA?” kataku dengan sedikit teriak dan
kaget

29
BAGIAN 4
-Ancaman Baru

30
31
Aku masih terkejut karena kukira hanyalah aku yang mempunyai
kemampuan ini, ternyata masih banyak orang lagi. Dan mungkin kemampuan
yang mereka miliki lebih beragam dan lebih kuat. Kemudian aku bertanya
kepada Kuro mengenai kemampuannya.
“Lalu, kemampuan apa yang kau punya?”
“Kekuatanku akan membuatmu iri”
“Memangnya apa?”
“Aku bisa terbang, tetapi hanya dalam sekejap”
“Kau hanya melompat…”
“Tenanglah hanya bercanda. Habisnya kau terlalu serius”
“Dasar kau”
“aku akan serius kali ini-”
Kata-kata Kuro pun ter potong oleh bel sekolah yang sangat keras
itu. Alhasil, kami harus melanjutkan obrolan itu saat pulang nanti. Saat aku
masuk ke kelas, suasana kelas masih tegang. Teman dekat Eri yang tadi
tertimpa musibah tidak berada di kelas. Sepertinya ia berada di ruang guru
untuk diintrogasi.

32
“Nanti jangan pulang dulu ya, osis kumpul” kata Eri
“Oh oke” jawabku sambil duduk di kursiku
Pelajaran kali ini tidak begitu berat seperti matematika kemarin. Dan
katanya guru yang mengajar pada hari ini tidak killer seperti Bu Kira
kemarin. Kami pun bersiap untuk menerima pelajaran hari ini. Singkat cerita,
sekarang sudah saatnya pulang sekolah. Tetapi aku tidak bisa pulang dulu,
karena masih ada panggilan untuk berkumpul dengan anggota osis yang
lainnya.
“Boo” Kuro mengagetkanku dari depan pintu
“gak kaget haha”
“Ayo pergi, kau mau ke ruang osis kan?” tanya Kuro
“Yaa, tapi-“
“Shiro tunggu” Eri meneriakiku dari belakang
“Oooo, kau bersamanya? Aku duluan yaa, semangat”
“Eh bukannya itu Kuro? Kemana dia?” tanya Eri
“Oh kau mengenalnya?”
“Iya, dia tinggal didekat rumahku”
Kami berdua pun berjalan menuju ruang osis. Di jalan kami
melewati kelas A yang merupakan kelas terbaik disini. Dan saat itu kebetulan
Sei baru saja keluar kelas. Dan kami berdua menyapanya dan mengajaknya
untuk pergi ke ruang osis.
“Hai Sei, mau pergi sekarang?”
“Yeah, kau sekelas dengan Eri?” tanya Sei
“Yaa, apa kau mengenalnya?”
“Dia saudaraku” jawab Eri
“Ya, kami bersaudara”
“Wew, aku sangat tidak menyangka”
Kemudian kami bertiga berjalan menuju ruang osis yang sepertinya
sudah dekat. Saat sampai kami disambut oleh seseorang yang kukenal, dan ia
sangat tidak asing bagiku. Dia menyapaku dengan sangat ceria, kemudian
dilanjutkan dengan temannya yang menyapaku dengan dingin dibelakangnya
yang mengenakan jas berwarna putih yang menandakan kalau ia termasuk
dalam kelas A atau kelas unggulan. Siapa lagi kalau bukan Rei dan Kaze.
“Hai Shiro, bagaimana kabarmu?”

33
“Yo, lama tak jumpa”
“Apa kau mengenalnya Shiro?” tanya Sei
“Kami teman lama” jawabku dengan Ragu
Aku bingung, karena seharusnya mereka berdua baru mendaftar
disini saat semester 2. Saat kulihat, wajah Eri terlihat cemas. Seakan ia
trauma akan sesuatu. Dan dibelakang Rei dan Kaze terlihat Kuro yang
melihatku seakan mengetahui sesuatu.
“Hei Kuro, apa kau tau semua-“
Kata-kataku terpotong oleh seseorang yang sepertinya adalah senior
osis yang sebentar lagi akan lengser. Dia berkata kalau sebentar lagi akan ada
pengumuman untuk jabatan osis kedepannya. Disini tidak hanya ada siswa
kelas 10 saja, melainkan juga dari kelas 11 dan kelas 12. Kemudian kami
diarahkan untuk masuk kedalam ruangan osis yang ukurannya seperti ruang
kelas pada umumnya. Aku duduk dibagian tengah dengan Eri, didepanku ada
Kuro dan Sei. Sedangkan Rei dan Kaze terpisah jauh dariku.
“Uhh, perhatikan”
Kata seseorang yang membuat seisi kelas diam dan
memperhatikannya. Dan seseorang tersebut adalah wakil ketua osis periode
sebelumnya, Namanya adalah Hiroki. Ia menjelaskan kalau akan ada 3 calon
ketua osis untuk masa kepengurusan saat ini. Dan biasanya mereka bertiga
adalah siswa kelas 11 yang dulunya mengikuti osis pada periode sebelumnya.
Tetapi pada kali ini berbeda, ada satu orang dari kelas 10 atau seseorang yang
sepantaran denganku menjadi salah satu dari 3 calon tersebut.
“Jadi aku akan memberi tau siapa ketiga orang tersebut”
Kata-katanya membuat suasana ruang osis disini menjadi sangat
menegangkan. Ditambah lagi dengan hembusan angin yang memasuki
ruangan ini melalui jendela dan ventilasi yang membuat ruangan ini menjadi
dingin.
“Orang pertama Korai, maju kedepan”
“Kedua adalah Ao, kemari”
“Dan yang ketiga, dia berasal dari kelas 10”
“Namanya adalah-“ seketika Sei sudah bersiap untuk maju kedepan,
ia benar-benar percaya diri kalau ia adalah orangnya.
“Sei, silahkan maju”

34
Padahal kukira Sei hanya berlagak seakan ia adalah calonnya.
Ternyata memang benar kalau ia adalah calon ketiga yang berasal dari kelas
10. Kemudian kak Hiroki menjelaskan alasan ia memilih Sei. Katanya ia
melihat potensi yang besar jika Sei dijadikan salah satu dari ketiga calon ini.
Saat kulihat aura milik Sei, auranya terlihat sangat mencerminkan kalau dia
adalah pemenangnya.
“Kakakmu sangat hebat ya” kataku pada Eri
“Yeah, dia memang berbakat sejak lahir”
“Kau juga berbakat”
“makasih” jawabnya dengan tersenyum
Sial, senyumannya mungkin akan membuatku tidak bisa tidur
malam ini. Oh tuhan, kenapa aku mudah sekali terbawa perasaan olehnya.
Kemudian kegiatan ini berlanjut dengan pembagian jabatan yang lain. Aku
berada pada Seksi Bidang Seni dan Sastra, sedangkan Eri berada pada Seksi
Bidang Prestasi Akademik dan Non Akademik. Dan sepertinya osis tidak
merestui kami bersama. Saat selesai kegiatan tadi, kami pun dipulangkan.
Dan Kuro mengajakku, Rei, dan Kaze untuk berbicara dirumahnya.

Lagi-lagi aku bertemu Eri didepan gerbang saat aku akan pulang
bersama tiga sejoli. Dan Kaze yang biasa berisik tiba tiba berteriak.
“APA? SHIRO MAU MENGANTAR PULANG ERI?” Rei dan
Kuro ikut tertawa
“Hei, apa-apaan-“ mukaku memerah
Eri hanya membalas dengan senyuman, kemudian memalingkan
muka. Saat kukira Eri akan pulang bersamaku lagi, ternyata ia baru saja
dijemput oleh orang tuanya. Dan lagi-lagi orang tua Eri menggoda anak
perempuannya itu.
“Loh Eri, bukannya itu Shiro?”
“IH AYAH” jawabnya dengan muka memerah
Aku pun membalasnya dengan senyuman, dan kami berpisah. Aku,
Kuro, Rei, dan Kaze pergi ke parkiran untuk mengambil moto. Kuro belum
diperbolehkan untuk mengendarai motor sendiri, jadinya ia ku bonceng
karena ternyata motor milik Kaze mogok, sehingga ia harus bersama Rei.
Kemudian saat dijalan aku berbincang beberapa hal dengan Kuro.

35
“Hei, apa yang akan kau katakan tadi di taman?”
“Di kejadian apa kau terlempar ke masa lalu?”
“Saat perkenalan diri”
“Kalau begitu kita berbeda”
“Jadi kami berempat pergi ke masa lalu pada timeline yang
berbeda?”
Kuro pun terdiam dan kami melanjutkan perjalanan. Kemudian
kami sampai ke rumah dengan tingkat 2 yang kelihatan sederhana tetapi luas.
Ngomong-ngomong, Kuro sudah hidup sendiri sejak masuk SMA. Orang
tuanya bekerja di luar negeri, neneknya tinggal di kompleks sebelah. Kamar
Kuro berada pada tingkat 2. Kamarnya seperti kamar remaja pada umumnya.
Dan kami pun mulai berbincang mengenai hal yang penting ini.
“Baiklah, ke timeline mana kalian di pindahkan?” tanyaku
“Aku dipindahkan saat wisuda SMP” jawab Kaze
“Aku saat baru mau mendaftar SMA” jawab Rei
“Jadi kalian masih dalam jangka waktu yang dekat ya” Kuro berkata
dengan nada serius. “Aku dipindahkan bahkan sebelum ujian nasional SMP,
aku mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, dan tidak ada yang terjadi
hal yang sepertiku” Kuro kemudian bercerita banyak hal.
Jadi Kuro bangun ketika ia sedang berada di kelas. Pada saat itu
kelasnya sedang hening, dan gurunya sedang menjelaskan. Beberapa bulan
kemudian ia akhirnya lulus dan memutuskan untuk mendaftar ke SMA
tempatnya dulu, atau tempat kami bertemu. Pada awalnya Kuro ingin agar
masa depan yang sama terulang lagi, tetapi setelah ia melihat Shiro sedikit
berbeda saat pelajaran olahraga. Kemudian ia berbicara padaku semalam,
setelah aku mengantar Eri. Dan tiba-tiba Kaze sudah tertidur pulas karena
mendengar cerita Kuro.

Sedangkan untuk Rei, ia terbangun saat akan pergi keluar rumah


untuk mendaftar sekolah. Dan saat itu ia kaget karena layar laptop menyala
terlalu terang. Kemudian ibunya memasuki kamarnya dan ia ditanya oleh
ibunya, dan spontan menjawab sekolah kita saat ini. Dan Kaze, ia sadar
setelah foto bersama dengan kepala sekolahnya, didepan semua orang.
“Kalau begitu aku pergi ke nenekku dulu ya” kata Kuro

36
Dan di ruangan ini tersisa aku dan Rei. Keadaan disini sangat
canggung, karena aku baru saja tertikung olehnya. Kemudian Rei
memberanikan diri untuk berbicara.
“Hei, maafkan aku-”
“Yah, ini bukan salahmu juga, jadi apa kalian sekarang ingin
melanjutkan hal yang dulu?” kataku sambil memotong kata-kata Rei
“Tunggu dulu, sebenarnya aku juga tidak tau apa yang terjadi. Tiba-
tiba Eri menyatakan perasaannya padaku, dan pikiranku kosong secara tiba-
tiba. Saat sadar aku sudah berada di depan aula untuk meneriakimu”
“jadi, kau dikendalikan oleh seseorang?”
“Ya, semacam itu”
“Apa Eri juga dikendalikan?”
“Aku tak tau, bahkan aku sebenarnya tidak begitu mengenalnya”
“bagaimana kau bisa dikendalikan?”
Rei pun menjelaskan kalau saat itu ia sedang berada di kelasnya. Ia
baru saja mengembalikan buku yang ia pinjam disekolah. Tiba-tiba Eri
mendatanginya dan menyatakan perasaannya. Pada saat itu Rei masih sadar
dan menolaknya, tetapi tiba-tiba setelah ia melihat seseorang diluar kelas, ia
menerima Eri tanpa sadar. Dan kemudian orang diluar itu menghilang.
“Apa kau tau ciri-cirinya?”
“Entahlah, dia memakai pakaian putih saat itu, rambutnya sedikit
panjang karena terlihat terurai saat terkena angin”
“Pakaian putih? Apa dia dari kelas A?”
“Mungkin? Karena aku tak melihatnya dengan jelas saat itu”
Karena sistem kasta disekolahku, siswa kelas A dibedakan sendiri.
Mereka diberi jas almamater putih, sedangkan kami berwarna hitam. Setelah
itu Kuro masuk kedalam rumah sambil membawa semacam konsol
permainan, dan ia langsung mengajak kami bermain game favorit kami dulu.
Seketika Kaze langsung bangun seakan ia beresonansi akan game. Ia terlihat
bahagia sekali karena game favoritnya akan dimainkan. Kaze selalu menjadi
pemenang diantara kami, meskipun beberapa kali curang.
Karena terlalu asik memainkan game ini, aku baru sadar kalau sudah
pukul setengah tujuh malam. Aku berpamitan pulang kepada ketiga temanku
itu, dan pergi keluar untuk mengeluarkan sepeda motor yang akan kukendarai

37
untuk pulang. Saat di perjalanan pulang, aku melihat seorang gadis yang
sendirian berjalan di tengah kegelapan. Dan saat kudekati, ternyata dia adalah
Eri.
Aku pun menyapanya, ia mengenakan hoodie merah dan celana
jeans berwarna abu-abu gelap. Ditangannya ia terlihat membawa sekantung
plastik berisi banyak buah-buahan. Dan ternyata ia disuruh oleh orang tuanya
untuk membeli buah di supermarket daerah sini.
“Berat?”
“Lumayan, tapi aku bisa bawa sendiri”
Aku pun mengambil kantung itu dan meletakkannya pada pengait di
sepeda motorku, kemudian menyuruh agar Eri segera naik. Setelah beberapa
saat berdebat akhirnya ia kalah dan naik ke motorku.
“Memangnya kau tidak kerepotan?”
“Enggak, sekalian pulang aja”
“Oh, aku mau tanya boleh?”
“Ada apa?”
“Apa kau tidak apa-apa?”
“apa maksudmu?”
“Kau berasal dari masa depan kan?” suasana pun menjadi tegang

BAGIAN 5
-Kemampuan Seseorang-
38
39
Setelah Eri bertanya seperti itu, raut mukanya tidak seperti pertama
kali ia mengajakku berkenalan. Tatapannya berbeda dari sebelumnya.
Harusnya Eri adalah orang yang ceria, seketika ia menjadi serius.
“Apa maksudmu Eri?”
“Jangan pura-pura bodoh Shiro, jawab pertanyaanku” jawabnya
tegas
“Maksudku, bagaimana kau bisa tau?”
“Timeline ini harusnya tidak begini, dan perubahanmu terlalu
mencolok”
Dan tanpa sadar kami berdua telah sampai di rumahnya. Tanpa
memberikan kata-kata selain terima kasih, ia pergi dan meninggalkanku di
pinggir jalan. Aku yang masih kebingungan tadinya ingin segera pergi dari
tempat tersebut, tetapi takdir berkata lain. Sei dan orang tuanya baru saja
pulang dan mereka melihatku.
“Hai Shiro, apa kau mau bertemu Eri?” tanya Sei

40
“Tidak, aku baru saja dari rumah Kuro, kemudian aku hanya
mengecek pesan yang masuk. Kebetulan saja aku berhenti disini” jawabku
sambil cari alibi
“Masuklah dulu Shiro, kebetulan juga kami sedang akan
mengadakan pesta” Ibu Sei dan Eri tiba-tiba berbicara
“Eh tapi….”
“Sudahlah, masuk” kata Sei sambil menarikku masuk
Rumah milik Eri terlihat besar jika dilihat dari dalam, banyak sekali
lukisan yang dipajang, sampai aku lupa kalau tidak sedang berada di galeri
seni, melainkan berada di rumah seseorang.
“Eri kemarilah, aku membawa hadiah untukmu” teriak Ayahnya
“Iya bentar” jawab Eri dari atas
Dan kami berdua seketika saling berkontak mata satu sama lain.
Auranya terasa seperti aura kebingungan. Ia kemudian turun dari tangga
sambil merasa malu sedikit. Selama beberapa menit ia sempat beradu mulut
dengan ayahnya. Setelah itu ia masuk ke kamarnya dan saat keluar ia terlihat
berbeda, seolah melakukan beberapa persiapan sebelum bertemu denganku.
Kemudian saat kami akan memulai makan bersama, Ibuku menelpon.
“Dimana kau nak?”
“Eh aku sedang berada di rumah temanku”
“Kalau sudah selesai segera pulang ya”
“Baiklah”
Setelah itu kami melanjutkan makan. Dan selesai makan aku
berpamitan untuk pulang, Eri disuruh ayahnya untuk mengantarkanku
kedepan. Saat itulah aku ingin bertanya mengenai hal yang tadi.
“Eri, apa kau dari masa depan juga?”
“Juga? Apa maksudmu ada seseorang yang lain?”
“Ada, beberapa. Apa besok pulang sekolah kau ada waktu?”
“Mungkin ada, kenapa?”
“Besok akan kuceritakan semuanya”
Setelah itu aku pergi dan menuji rumah dengan cepat. Saat dirumah
orang tuaku bertanya apa yang kulakukan. Dan aku menjawab kalau aku
diundang untuk makan bersama dirumah temanku. Lalu aku masuk ke kamar
dan mempersiapkan barang-barang untuk besok dan segera tidur. Lagi-lagi

41
aku bermimpi aneh, saat itu aku berada di sebuah kelas yang terlihat elit,
sepertinya ini adalah kelas A. Ada beberapa orang yang kukenal seperti Eri,
Sei, Kuro dan Rei. Dibelakangku aku merasa kalau ada aura jahat yang lebih
pekat dari aura hitam milik Kuro, auranya mirip seperti seseorang yang
kutabrak dulu saat aku berada di aula sekolah.
Paginya aku terbangun dengan penuh keringat, dan saat aku bangun
aku baru sadar kalau sudah pukul enam pagi, sekolahku masuk pukul
setengah tujuh pagi. Aku segera bangun dari tempat tidurku dan pergi ke
kamar mandi untuk bersih diri, kemudian memakai seragam dan pergi
berangkat dengan tergesa-gesa. Beberapa menit kemudian aku sudah berada
di sekolah dengan pakaian yang sedikit lusuh karena tadi tergesa-gesa. Saat
kulihat jam yang berada di lobby sekolah, ternyata sudah pukul 06.28. Aku
hampir saja terlambat, dan saat pergi ke kelas disana sudah ramai karena
pembelajaran jam pertama hampir dimulai.
“Tumben telat?” tanya Eri
“Ketiduran”
“Ohh, tidur malam ya ?”
“Enggak, hanya saja mimpi buruk” jawabku sambil merapikan
rambut yang masih sedikit acak-acakan.
“Gaada yang ucapin have a nice dream sih” kata Eri sambil
menggoda
“Yaudah ucapin aja nanti malem” jawabku meledek
Mukanya memerah, kemudian guru yang mengajar di jam pertama
masuk ke kelas. Namanya pak Agasa, meski masih muda beliau mengajar
pelajaran Fisika. Saat pelajaran baru akan dimulai, tiba-tiba ada seseorang
yang masuk ke kelas. Rambutnya berwarna abu-abu, matanya berwarna
coklat sama sepertiku. Dan ia terlihat memakai jas berwarna putih yang khas
dari kelas A.
“Agasaaa, ini tugaskuu”
“Iya, lain kali jangan terlambat ya”
“Apa yang kau katakan? Apa kau mau melawanku?”
“Maafkan aku” jawab pak Agasa dengan ketakutan
Seketika ekspresi semua anak dikelasku menjadi marah, karena guru
mereka diperlakukan tidak sopan. Berkebalikan dengan mereka semua, aku

42
juga ikut ketakutan karena auranya terlihat mengintimidasi, bahkan melebihi
dari aura Kuro sebelum kami dibuat ke masa lalu. Tiba-tiba Eri memegang
tanganku dengan erat seolah ia ketakutan.
“Ada apa Eri?”
“Jangan menoleh, tetap ikuti alurnya” jawabnya dengan ketakutan
“Memangnya ada apa?”
“Nanti kuberitahu”
Setelah orang tersebut mendapat nilai dari pak Agasa, ia melihat
semua orang di kelasku dengan ekspresi yang mengintimidasi. Dari yang
tadinya berani melawannya, seketika semua orang di kelasku menjadi
ketakutan.
“Lain kali jika kalian ingin melawanku, aku persilahkan untuk
maju-“
“Dasar kau ya, beraninya pada guru itu” kata Joe, pentolan
dikelasku
“Apa yang akan kau lakukan?”
Seketika Joe maju dan berniat untuk memukul anak tersebut tepat
dimukanya. Tetapi pada sepersekian detik sebelum pukulan itu mendarat,
anak tersebut berhasil menghindarinya. Dan anak tersebut berhasil
mendaratkan tendangan tepat di perut Joe. Tiba-tiba joe pun terjatuh dan
pingsan.
“Apa ada yang lain?”
Suasana kelas menjadi hening, dan ia pergi meninggalkan kelas
kami dengan tatapan yang dingin. Semua orang pergi menghampiri Joe dan
berusaha membawanya menuju UKS. Beberapa anak ikut menuju uks
bersama pak Agasa juga. Alhasil pelajaran fisika kami ditiadakan.
Setelah menerima pelajaran kedua, bel istirahat di bunyikan. Semua
orang berlari menuju kantin untuk membeli makanan. Karena tergesa-gesa,
aku tidak sarapan dan harus pergi ke kantin untuk membeli makanan untuk
kumakan. Saat akan pergi keluar, tiba-tiba Eri berbicara padaku.
“Anu, tadi maaf ya”
“Eh tidak apa-apa, lagian dia memang menakutkan”
“Ini, buah yang kemarin”
“Gausah, aku juga mau beli ke kantin”

43
“Ambil aja, dirumah kebanyakan”
Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk pergi ke kantin, dan akan
memakan beberapa buah pemberian Eri di tempat dudukku. Kulihat Eri
membawa bekal yang sangat komplit, bahkan sepertinya sudah memenuhi 4
sehat 5 sempurna. Lalu aku memberanikan berbicara.
“Komplit amat neng”
“Biar kuat hehe”
“Itu kamu yang masak?”
“Gak semua sih, cuman bakwan daging aja”
Setelah beberapa menit basa-basi sambil makan, bel pembelajaran
pun dibunyikan. Menandakan kalau istirahat telah selesai. Pelajaran
selanjutnya adalah pelajaran Bahasa Inggris, guru yang mengajar adalah
Kepala Sekolah di sekolah ini. Rumornya, ia jarang mengajar di kelasnya,
jika ia mengajar biasanya ada pengumuman penting atau ada ulangan harian.
“Jadi bapak disini gak akan mulai pelajaran dulu, tapi disini bapak
akan mengadakan tanya jawab bebas mengenai sekolah ini dengan kalian”
Katanya, dia memang jarang memberi pelajaran. Tetapi sekali
pelajaran, materi yang dijelaskan akan sangat mudah dipahami. Kemudian ia
mempersilahkan kami untuk bertanya sesuatu mengenai sekolah ini. Momo,
yang merupakan ketua kelas disini bertanya.
“Pak, bagaimana sistem seleksi di kelas A?”
“Baiklah, akan bapak jelaskan. Jadi kelas A adalah kelas paling
unggulan disini, mereka mendapatkan guru yang paling berkompeten disini.
Fasilitas disana sangat memadai. Kelas yang baik juga perlu usaha yang
ekstra. Kalian dulu mengikuti seleksi masuk kan? Untuk yang memiliki nilai
sempurna atau 100, mereka berhak masuk pada kelas A” jawabnya
“ Apa kami tidak bisa masuk kelas A ?” tanya Momo lagi
“Nanti pada semester 2, semua siswa kelas 10 akan dihadapkan
dengan seleksi kelas, dari kelas A – F akan diurutkan berdasarkan nilai ujian
kalian. Saat ini hanya ada 5 orang yang menempati kelas A”
Setelah menjawab beberapa pertanyaan yang lain, Kepala Sekolah
menyuruh kami untuk bebas dan beristirahat didalam kelas. Singkat cerita bel
sekolah sudah dibunyikan dan kami akan pulang kerumah masing-masing.
Berhubung osis masih belum ada kegiatan, aku juga akan pulang kerumah.

44
“Shiro, tidak jadi?”
“Apanya?”
“Katanya kamu mau ngobrol”
“Oh iya, mau dimana?”
“Terserah, aku ngikut”
Bukannya pura-pura lupa, aku memang terlupakan hal sepenting ini,
karena seharian ini aku sangat tergesa-gesa, dan anak dari kelas A tadi yang
membuat seisi kelas ketakutan lalu menendang Joe hingga pingsan.
Ngomong-ngomong Joe sudah dipulangkan ke rumahnya, karena ia setelah
bangun dari pingsannya merasa lemas. Setelah itu kami berdua berjalan
bersama menuju gerbang sekolah.
“Tunggu disini ya” kataku pada Eri
“Oke”
Kemudian aku pergi ke parkiran untuk mengambil motor. Kemudian
saat di parkiran, aku bertemu dengan Rei dan Kaze. Mereka katanya ingin
pergi ke warnet untuk bermain game disana. Dibelakang mereka berdua ada
lelaki berambut merah yang tidak asing bagiku. Ya, dia adalah Sei.
“Hai Shiro”
“Halo”
“Apa kau mau pergi dengan Eri?”
“Kok tau?”
“Dia memberitahuku tadi malam”

Obrolan kami dipotong oleh suara telepon di hand phone milik Sei,
dan katanya ia dipanggil oleh Sora dan Hiroki, Ketua dan wakil osis saat ini.
Mungkin akan diadakan pemilihan ketua osis, jadinya dia disuruh untuk pergi
ke ruang osis. Setelah itu ia mengembalikan motornya ke parkiran dan kami
berpisah.
“Maaf lama, tadi aku bertemu teman – temanku”
“Oh oke, btw mau kemana?”
“Entahlah, cafe dekat sini mungkin?”
“Baiklah”
Kami pun tiba di cafe yang mungkin jaraknya sekitar satu kilometer
dari sekolah. Aku memarkirkan motorku, kemudian berjalan dengan Eri

45
menuju dalam cafe tersebut. Saat didepan, kami di sambut oleh pelayan
disana, sepertinya ia mau membantu kami mencarikan tempat duduk.
“Tempat duduk untuk berapa orang kak?”
“Untuk dua orang aja” jawabku
“Di lantai dua kak kosong”
“Baiklah terima kasih”
“Langgeng ya kak” kata waiter tersebut
“Belum pacaran kak hehehe” kata Eri sambil malu
Kata – kata yang dikeluarkan oleh Eri membuatku overthinking.
Belum, yang artinya akan jadi. Siall, sepertinya aku akan mimpi indah mala
mini. Kemudian kami duduk di tempat duduk yang kosong di lantai dua.
“Jadi, apa yang mau kau katakan?” kata Eri
“Bentar, pesan minuman dulu”
Setelah beberapa menit kemudian, kami sudah mendapat minuman
kami dan diletakkan oleh waiter cafe ini di meja kami.
“Bagaimana kau ada di masa ini? Lalu siapa lelaki berambut abu –
abu tadi? Kenapa kau ketakutan saat melihatnya ? “ tanyaku
“Baiklah, akan aku jelaskan satu per satu”

46
BAGIAN 6
-Dalang dari Semuanya-

47
Pagi itu sama seperti biasanya, kami akan berangkat sekolah untuk
melakukan pembelajaran seperti biasa. Saat itu Eri berada pada kelas 11-A.
Saat itu pembelajaran berlangsung seperti biasanya, kemudian ada murid
baru yang memiliki rambut berwarna abu – abu, matanya coklat seperti
mataku. Namanya Grey, dia adalah siswa yang baru masuk melalui jalur tes.
Dan katanya nilainya pada ujian masuk sangat sempurna. Pada suatu saat,
Grey tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberi oleh guru dan
melawannya. Alasan Grey berani melawannya adalah karena orang tuanya
merupakan anggota dewan di negara ini, sehingga ia bersikap semena-mena.
Kemudian Eri memberitahukan jawaban yang seharusnya.

48
“Makasih” kata Grey
“Iya, lain kali kalau ada pertanyaan tanyakan ya”
Setelah beberapa bulan bersekolah, Grey tetap bersikap seperti tadi,
melawan guru. Rumornya, Grey masuk di kelas A karena orang tuanya. Hal
yang tak terduga pun terjadi, Grey meletakkan perasaan pada Eri. Kemudian
Grey memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya, dan menembak Eri.
Namun takdir berkata lain, Eri menolak Grey karena Eri memiliki seseorang
yang disukainya saat ini. Seketika hati Grey sangat hancur, dia mogok
sekolah selama satu minggu. Saat hatinya sudah lebih baik, ia memberanikan
diri masuk sekolah.
“Hai Eri, selamat pagi” kata Grey lemas
“Pagi, maafkan aku ya, lain kali jangan sampai mogok sekolah”
Bukannya tobat, Grey malah lebih parah dari sebelumnya, dia berani
bermain fisik dengan guru. Dia bahkan membantai para pentolan di sekolah
kami. Dan hal tersebut dilakukan karena alasan dia sedang stress. Saat Grey
akan masuk ke kelas setelah bolos pelajaran, dia melihatku dan Eri sedang
ngobrol di ruang osis. Grey melihat ekspresi Eri yang lebih ceria daripada
saat ia ngobrol dengan Grey. Setelah itu Grey terlihat lebih mengintimidasi
daripada sebelumnya. Kemudian satu bulan sebelum pesta kelulusan, Grey
mengajak Eri berbicara.
“Hei Grey, apa yang mau kau bicarakan?”
“Tidurlah” kata Grey
Seketika Eri terbangun pada tempat yang sangat mewah, itu adalah
aula sekolah yang sudah dihiasi oleh ornamen yang mewah. Eri melihatku
meninggalkan aula. Kemudian ia dan Rei mengejarku. Disanalah Eri, Rei,
dan Kaze melihatku tersambar oleh petir. Yang kemudian aku terbangun di
masa lalu.
“Lalu apa yang membuatmu pergi ke masa lalu?”
“Setelah kau tersambar oleh petir, Grey mendorong kami bertiga
hingga kami terjatuh di lapangan yang diguyur hujan. Setelah itu petir
menyambar kami bertiga, dan aku bangun sesaat setelah aku mengajakmu
berkenalan ”
“Jadi yang membuat kita ke masa lalu adalah Grey?”
“Kemungkinan besar seperti itu”

49
Kami berdua kaget karena tiba-tiba kilat menyambar di dekat kami.
Karena asik bercerita, kami baru sadar kalau diluar hujan dengan sangat
deras. Notifikasi dari hand phone kami berbunyi bersamaan, katanya besok
akan ada ujian matematika dari bu Kira. Setelah itu kami memutuskan untuk
belajar bersama di cafe tersebut.
“Jadi alasan kau bisa mendapat 100 pada tes yang lalu karena itu
tadi ya wkwk” kataku menggoda
“Ih, aku kan dari dulu udah pintar”
Setelah beberapa jam menunggu hujan reda sambil belajar
matematika untuk ujian besok. Kami memutuskan untuk pulang karena hujan
sudah reda. Kami pun menuju parkiran dan pergi dari cafe tersebut. Hari
sudah malam dan udara sangat dingin disini.
“Apa orang tuamu tau kau sedang pergi?”
“Iya, aku sudah izin tadi”
Kemudian aku terpikirkan sesuatu, apa memang Eri menyukaiku?
Karena ekspresinya saat mengobrol denganku juga lebih ceria. Dan
ekspresinya malu – malu saat orang tuanya menggodanya. Apa ini waktu
yang tepat untuk menyatakan perasaan? Semoga saja ini berakhir dengan
baik.
“Aku mau ngomong sesuatu-“ kata kami bersamaan
“Kau dulu aja” katanya
“Baiklah, kalau begitu”
“Mau ngomong apa?”
“Anu”
“Buruan ih, keburu sampai rumah”

“Jadi aku sebenarnya menyukaimu sejak dulu” kataku sambil malu


“Hihihi, jadi emang benar ya”
“Apa maksudmu?” tanyaku karena suaranya sedikit tidak jelas
“Aku juga menyukaimu kok, sejak dulu”
Seketika suasana menjadi akward, karena aku tidak tau harus
berbicara apa selanjutnya. Padahal kukira rencanaku ini akan terlaksana
paling tidak tahun depan, malah terjadi sekarang.
“Lalu sekarang apa?” tanyaku

50
“Masih nanya lagi, ya kamu punyaku sekarang” katanya sambil
memegang pinggangku
Beberapa menit kemudian, kami sudah sampai dirumah Eri. Kulihat
Sei juga baru saja pulang, karena ia terlihat didepan pintu sedang melepas
sepatunya. Dan aku melambaikan tangan padanya, dia pun membalas dengan
hal yang sama.
“Aku pulang dulu ya, besok mau kujemput?”
“Ehh, nanti ku kabari”
“Okee, byee” kataku sambil tancap gas
Aku pun mengendarai motorku dengan tersenyum sendiri di jalan.
Bahkan seorang anak kecil yang berada di sampingku saat lampu merah
melihatku dengan tatapan yang aneh. Dan aku baru sadar kalau seseorang
menelponku. Kemudian aku berhenti di minimarket yang jaraknya sekitar 20
meter dari lampu merah tadi. Saat berhenti, aku membuka hpku ternyata itu
adalah telepon dari Sei dan Kaze. Mereka berdua banyak sekali mengirimkan
pesan, katanya aku disuruh untuk menemui mereka karena suatu hal. Tanpa
basa – basi akupun pergi menuju warnet tempat mereka biasa bermain. Dari
dua bangunan sebelum warnet itu, aku melihat kalau warnet tersebut sangat
ramai.
“Hei, Shiro” seseorang memanggilku dari bangunan tempat aku
berhenti
“Iyaa, ada apa?”
“Ini aku, Kaze”
Karena hari sudah gelap dan dia berada di gedung yang sudah tutup,
aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa dia. Kaze berada pada gedung itu
sendirian, seolah menungguku. Kemudian aku menanyakan dimana Kaze
sekarang.
“Dia ada disana”
“Baiklah, ayo kesana” jawabku
“Jangan kesana, berbahaya”
“Memangnya ada apa?”
Kemudian Kaze menjelaskan situasinya. Saat itu Rei dan Kaze
sedang asik bermain game di warnet. Kemudian Kaze berniat untuk membeli
minuman di luar. Sesaat setelah Kaze keluar, seorang pria berpakaian serba

51
hitam masuk kedalam warnet tersebut. Pria itu membawa beberapa senjata
tajam dan senjata api, dan mengancam operator warnet tersebut untuk
memberikan semua uang yang mereka punya. Karena pria tersebut sangat
berhati – hati, ia menghancurkan komputer yang berada di meja operator itu

52

Anda mungkin juga menyukai