Anda di halaman 1dari 7

Derai-derai Cemara

Karya: Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh


terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Guruku
Wahai guruku

Enkau yang mengajariku dengan penuh keyakinanmu

Wahai guruku engkau pahlawan tanpa tanda jasa

Jasamu akan slalu ku kenang selalu

Kau adalah guruku

Hatimu sungguh mulia wahai guruku

Guruku engkau yang mengajariku sampai membaca dan menulis

Guruku engkau yang mengajariku

Tanpa lelah dan dahaga

Guruku kau adalah sumber ilmu bagiku

Guruku yang mengajariku dengan kasih sayang

Sungguh mulia engkau wahai guruku

Karena engkau mendidik dengan sepenuh hatimu


Beda Tapi Satu
Judul Cerpen Beda Tapi Satu
Cerpen Karangan: Fathina Amiroh
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 2 December 2016

Di ruangan putih 4×6 ini, Frea memulai untuk belajar. Di bulan Agustus ini, ia akan mengikuti
lomba cerdas cermat/ LCC di Gedung SerbaGuna. Seusai sekolah ia selalu membaca buku, hingga
puluhan buku habis dibaca olehnya dalam waktu 2 jam. Kiranya, sekitar tanggal 28 Agustus, ia
akan berlomba LCC.

Minggu 14 Agustus 2016, ia genap berumur 11 tahun. Frea tidak ingin dibelikan boneka, sepeda,
tas, dan lainnya. Melainkan ingin meminta sebuah buku bacaan yang berisi tentang Kisah
Perjuangan Pahlawan. Memang, ia anak yang cerdas, tinggi, putih dan cantik. Tetapi ia
mempunyai sifat yang berbeda, sedikit anak seperti dia rajin membaca buku. Ia jarang bergaul
dengan anak pintar, tetapi ia sering mengajak anak-anak yang tertinggal di kelas untuk ke
perpustakaan sekolahnya.

Pada suatu hari, seorang wanita memakai dress panjang merah muda menghampirinya

“Frea kamu mau hadiah apa dari kakak? Kakak belum memberikan kamu hadiah.” kakaknya, Mila
“Dibelikan sepatu kak, yang berwarna putih, ukuran 37.” Frea langsung menyambung
“Memang ada seperti itu?” Mila menjawab
“Ada kak” kata Frea
“Ya sudah besok kakak belikan” kakaknya dengan tersenyum
“Asyikk…” jawab Frea kegirangan

Setelah berhari-hari menunggu, akhirnya kakaknya pulang dengan membawakan sebuah tas
bertulis Toko Sepatu “Shoes Internasional”. Frea melihat tas itu dengan wajah senyum sedikit.

“Apa itu kak?” Frea bertanya


“Ini adalah sepatu yang kakak janjikan kepada kamu. Apakah kamu suka?” Kakaknya menjawab
sambil mengabil sepatu
“Suka kak. Terima kasih ya kak.” jawab Frea sambil memeluk kakaknya
“Iya sama-sama dek.” kata kakaknya

Keesokan paginya ia akan pulang dari rumah Ela. Disana ia, Ela dan juga Reni belajar untuk
mengikuti Lomba Cerdas Cermat, yang akan diselenggarakan esok pagi, di Gedung SerbaGuna.
Frea langsung mengambil sepedanya dan menggayuhnya. Tiba-tiba ia menabrak seorang gadis
penjual koran. Sebenarnya ia takut dikejar orang. Tapi ia lega karena tak ada yang mengejarnya.
Ia sampai di rumah dan langsung mandi.

Hari Minggu 28 Agustus di Gedung SerbaGuna, ia langsung melalui babak seleksi. Setelah melalui
babak seleksi, akhirnya ia lolos dengan Ela dan juga Reni.

“Selamat ya kalian bisa masuk ke babak final. Semoga sukses di babak final.” Kata Ibu Gurunya

Setelah lolos dari babak seleksi ada tiga regu yang berada di panggung. Regu pertama adalah
Frea, Reni, dan Ela. Regu kedua Tini, Susi, Ratih.

“Emm… bukankah itu anak yang kutabrak kemarin? Hah? Bagaimana ini?” tanya Frea dalam hati.

Pertandingan babak final LCC ini sangat menegangkan. Setelah diumumkan, juara pertama
diduduki oleh regu gadis penjual koran, juara kedua regunya, dan juara ketiga regu Tini. Frea
tidak menyangka jika gadis penjual koran itu sangat pintar dalam menjawab soal. Setelah itu para
peserta diistirahatkan. Dan gadis penjual koran itu mendekati Frea dengan baju merah putih
berlengan pendek.
“Saya minta maaf ya” Frea berkata kepada gadis penjual koran
“Iya tidak apa-apa” jawabnya
“Lalu kenapa lenganmu berbalut perban?” Frea menyambung
“Ini… tidak apa-apa kok. Oh iya, perkenalkan saya bernama Frenselin Maria Natasya, panggil saja
Tasya” sambung ia
“Nama saya Frea Debrina Kamelia, panggil Frea, salam kenal ya.” jawab Frea
“Iya, salam kenal juga. Oh iya ini teman saya bernama Putri Sima, panggil Sima dan Mariam
Asyifa, panggil Mariam.” kata Tasya
“Kamu pasti non-Islam kan? Dan Sima Budha atau Hindu? Mariam pasti Islam.” Frea berkata
dengan nada tanya yang banyak
“Iya betul, Tasya Kristen. Tapi aku Hindu. Dan Mariam Islam.” Sima menyambung obrolan mereka
“Tetapi kami, tidak bertengkar kami tidak memilih teman. Kita harus berteman tanpa membeda
bedakan suku, agamanya, ras, dan antargolongan.” sambung Mariam seperti Ustazah
“Betul itu” Frea berkata

Setelah bertemu di perlombaan, mereka selalu bersama sekarang. Sepulang sekolah, bertemu di
cafe “Berbeda Tapi Satu”. Disana ada berbagai orang yang berbeda suku, agama, ras dan
golongannya.

Setiap orang pasti memerlukan teman, teman khususnya sahabat dapat membantumu menjadi
lebih baik.
Mereka menolongmu mengenali dan memahami dirimu sendiri.
Persahabatan adalah hadiah yang paling mahal yang dapat kamu berikan kepada orang lain.
Persahabatan bermula ketika kita bergaul dengan orang tanpa membedakan suku, agama, ras dan
antargolongan.
Dunia tidak membutuhkan kita bertengkar tetapi kita harus bersatu untuk mencintakan dunia
yang lebih cemerlang dari sekarang.
Arti persahabatan

Kata orang persahabatan tidak mengenal namanya perbedaan, waktu, jarak, harta ataupun suku.
Apapun itu, sahabat akan tetap ada. Sahabat sejati tidak akan pergi walaupun dia telah disia-siakan
bahkan tidak dianggap akan arti kehadiranyya dan juga perbuatannya. Yang ada dalam benak dari
seorang sahabat adalah bisa selalu ada untuk orang-ornag yang ada didekatnya, entah orang
tersebut mengaanggapnya hanya sebatas teman biasa atau orang yang berarti, yang terpenting
baginya bisa membantu orang-orang yang ada didekatnya.

Dan inilah kisah persahabatnku. Aku adalah seorang gadis biasa, yang hidup ditengah-tengah
masyarakat jawa, yang masih sangat kental ikatan kekeluargaannya. Aku dididik sejak kecil untuk
bisa menghargai orang lain, dan menolong orang lain, diajarkan tentang kelapang dadaan dan
diajarkan untuk meminta pamrih pada orang lain.

Tapi aku adalah seorang yang terbiasa menyendiri, aku tak terlalu suka keramaian, aku lebih suka
duduk diberanda rumah, dan mengisi hari-hariku dengan menulis. Aku sangat suka menulis, apapun
itu, aku suka menulis semua apa yang ada dalam pikiranku. Hingga suatu hari aku didatangi oleh
seorang yang merubah duniaku.
“hai, kamu asih ya?” Tanya orang itu kepadaku
“iya, kamu siapa?” tanyaku sambil menatap lekat orang itu, siapa tau aku mengenalnya
“kenalin, aku aria” orang itu mengulurkan tangannya
Aku kemudian membalas uluran tangan aria, ternyata dia adalah tetangga baruku. Aku tak tau dari
mana dia tau namaku. Mungkin saja dari orang-rang yang ada dilingkunganku. Atau mungkin saja dia
sudah lama mengenalku. Hah apapun itu aku tak terlalu peduli.

Aria sering mengusikku, diam-diam dia sering muncul dari belakangku, membaca setiap baris
goresan penaku yang kutulis pada kertas-kertas putih buku diaryku. Setelah selesai aku menulis
barulah dia mengagetkaknku, dengan mengulang kata-kata yang aku tulis dalam diary ku.
“aku gag suka sama orang baru itu, dia usil dan sering menggangguku” kata aria mengagetkanku
“kamu..!!” kataku kaget bukan main, aku merasa gag enak
“kamu kenapa sih gag suka sama aku, ?” Tanya aria
“em soalnya kamu usil” kartaku kemudian
“em kamu itu cewek paling aneh yang pernah aku kenal” kata aria padaku
“maksud kamu” kataku sambil menatap nya lekat-lekat
“iya, kamu tu gag kayag cewek-cewek pada umumnya, kamu itu agaikan sebatang kara ditengan
lautan mentimun” kata aria sekenanya
“aku makin gag ngerti” kataku
“iya, kamu tu kenapa sih suka banget menyendiri, kenapa kamu gag mencoba mencari teman” Tanya
aria
“aku lebih suka sendiri” jawabku singkat
“kenapa, padahal aku lihat kamu itu orangnya suka menolong, tapi kenapa kamu gag punya teman”
Tanya aria

Aku hanya diam, tak menjawab, hanya menunduk. Aria tau kalau perkataanya telah sedikit
menyinggungku,
“maaf ya sih, aku tu gag ingin apa-apa, aku Cuma pengen kamu bisa bangkit, dunia ini tak sebesar
daun kkelor” kata aria lalu meninggalkan ku sendiri.
Aku kemudian hanya duduk termenung, mungkin benar kata aria, bagaimana aku bisa mendapatkan
teman kalau aku hanya berdiam diri.

Dan akhirnya Aria adalah sahabat petama yang aku punya, dia selalu ada buatku, dia selalu
menghiburku, kini duniaku menjadi berubah. Aku pun juga selalu ada untuk aria, bagiku aria sangat
penting, karena dia telah merubah warna hidupku. Dulu aku yang hanya seorang yang pendiam,
berubah sedikit menjadi agag cerewet, tapi tidak berlebihan.
“makasih ya, arya udah jadi sahabat ku”
“iya sih, sama-sama, pokonya kita harus jadi sahabt selamanya”
“iya, apapun yang terjadi”
Dan tak terasa kami sudah setahun bersahabat, dan kini kami sama-sama kuliah, awal-awal kuliah
kami masih sering bertemu, tapi stelah beberapa kuliah, kami jarang bertemu dan jarang
berkomunikasi. Aku mencoba mengirim pesan pada aria, tapi tidak ada balasan. Aku merasa ada
yang berubah darinya. Aku tak tau apa penyebabnya, semua pesan yang kukirim lewat sms, tak ada
satupun yang dibalas.

Aku merasa ada yang kurang setelah perubahan aria kepadaku, kini tak ada lagi pesan-pesan dari
aria yang kuterima. Apa benar aria telah melupakaknku, karena dia telah mendapat teman baru,
seingatku aria hanya sekali menghubungiku, itu juga karena dia minta tolong untuk dibuatkan
tugasnya, pada saat itu aku merasa lega aku kira aria gag lupa sama aku, tapi ternyata aku salah. Itu
bisa dibilang pesan terakhir ariya, setelah 2 bulan terakhir.
“hai sih, ngelamun aja” kakak ku mengagetkanku
“eh kak, bikin aku kaget aja”
“iya abisnya kamu ngelamun aja, mikirin apa sih”
“aku bingung aja kak, kakak tau kan kalau selama ini aku berteman baik dengan aria, tapi udah 2
bulan terakhir ini dia berubah kak” keluhku pada kakakku
“berubah gimana?”
“iya kak, sms ku gag pernah dibls, kalau aku telfon juga gag pernah diangkat”
“yah mungkin aja dia sibuk sih”
“iya masak sibuk 2 bulan sih kak” kataku kemudian
“em ya udah nanti biar kakak bantu cari tau deh” kata kak sinta

Waktu hari minggu aku memutuskan untuk pergi kedanau, biasa aku dan aria sering bermain disana.
Pada saat itu aku melihat aria, tapi tak sendiri, dia bersama dengan seorang pria, aku mencoba
mendekati mereka, tapi langkahku kemudian terhenti,
“gimanaa arya, apa kamu udah berhasil menjauhi asih” Tanya orang itu
“iya, aku udah buat dia benci sama gue juga, sekarang lo udah puaskan” kata aria
“bagus aria, kerja bagus, ini uang buat lo” orang itu memberikan uang pada aria

Aku tak mengerti apa maksud dari semua itu lalu orang itu berkata
“itu uang buat lo, dari kerja keras lo, sesuai dengan perjanjian, lo itu emang the best”

Aku tak tahan lalu aku menghampiri mereka


“aria, apa maksudnya semua ini, jadi kamu selama ini baik sama aku,dan berpura-pura jadi sahabat
aku karena uang” aku berkata sambil berlinang air mata

Aria hanya diam, lalu orang itu yang menjelaskan


“iya, betu sekali, dan aria udah berhasil melakukannya, 1 tahun yang lalu, saya dan aria membuat
perjanjian dan taruhan jika aria berhasil buat kamu mau bersahabat dengan dia maka aria akn
mendapat uang”
“aku gag nyangka ya, ternyata kamu begini, dulu kamu yang bilang, bahwa sahabat itu lebih
berharga dari apaun, tapi kenapa kamu justru melakukan ini sama aku” kataku sambil menangis

Aku benar-benar kecewa dan sedih, orang yang kuanggap sahabatku ternyata gag lebih dari seorang
yang tak punya perasaan, dia menukar arti persahabatan ini dengan uang.
“maafin aku sih, sebenarnya aku juga gag mau ngelakuin ini aku terpaksa” kata aria
“sebenarnya aku punya salah apa sih sama kamu ya, sampe kamu tega kayag gini” kataku
“aku bener-bener minta maaf sih, aku pada saat itu emang lagi butuh uang” kata aria
“lalu kenapa harus aku yang menjadi bahan taruhanya, lalu apa arti persahabatan kita selama ini”
“karena kamu itu orangnya super pendiam, dan susah buat diajak ngomong, makanya kamu jadiin
bahan taruhan” kata teman aria tadi
“aku sebenarnya juga mengaggapmu sahabat terbaik ku sih, aku dua bulan ini menjauhi kamu,
karena aku gag mau kamu tahu soal taruhan ini, aku gag mau menghianati persahabatan kita, gue
moon maafin gue sih” kta aria
“udah lah ya, kamu gag perlu minta maaf, makasih buat semuanya”

Aku pulang dengan berlinangan air mata, aku gag nyangka, ternyata sekarang persahabatan bisa
ditukar dengan uang, padahal aku telah benar-benar menganggap aria teman baikku. Aku pandangi
gelas persahabatan kami. 1 tahun yang sangat berarti buatku, ternyata tak berarti apa-apa buat arya.
Aku menagis dalam kamarku, rasa ini bahkan lebih sakit dari rasa putus dari pacar. Terdengar suara
pintu kamarku diketuk-ketuk
“sih, gue mohon keluar dari kamar, gue mau ngomong sama lo” suara arya diluar. Aku tak
menghiraukannya, rasa sakit hati ku sudah lah amat kuat tertancap dalam hatiku.
“gue tau gue salah, tapi gue terpaksa sih, pada saat itu gue ada hutang sama orang tadi, karena buat
berobat ibu gue, jadi gue terpaksa terima taruhannya “ kata aria
“tapi kenapa harus gue sih ya, kenapa?” Triakku
“itu karena pilihan dia, aku juga gag ada maksud sih, gue akan melakukan apa ja sih biar lo mau
maafin gue” kata aria
“pergi dan jangan pernah temui aku lagi, dan jangan muncul didepan ku lagi, aku nyesel kenal kamu”
teriaku.
“baik, kalau itu buat kamu maafin gue, gue akan pergi, jaga diri kamu baik-baik sih”

Setellah itu, aria pergi, dalam hatiku sebenarnya tak rela, tapi aku juga sngat benci diperlakukan
seperti ini. 3 hari setelah hari itu, aku kemudian mendengar Aria meninggal karena kecelakaan
motor, aku begitu kaget. Dan aku datangi keluarganya, biar bagai manapu, aria pernah menjadi
sahabatku. Aku menghadiri pemakamannya, aku tak kuasa menahan air mataku, melihat jenasah
sahabatku itu, menghilang, ditelan bumi. Tenyata arya benar-benar tak akan muncul lagi
dihadapanku selamanya.
“nak, apa kamu yang namanya asih” ibu arya mendekatiku
“iya benar bug” kataku, sambil menghapus air mataku.

Ibu tua itu lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, sebuah amplop putih dia ulurkan kepada
ku
“saat masih dirawat dirumah sakit, aria menuliskan surat ini untukmu, padahal pada saat itu, dia
sangat kesusahan untuk memegang pena saja,tapi dia bersikeras” kata ibunya aria, lau pergi
Saat dirumah, aku buka surat itu, tanganku gemetar dan air mataku mengalir dipipiku
Untuk sahabatku asih
Aku benar-benar minta maaf, aku sebenarnya gag pernah ada maksud untuk membohongimu, aku
terpaksa melakukan ini, karena butuh uang itu untuk berobat ibuku.
Mungkin saat kamu baca surat ini, aku telah berada disisi Tuhan, aku telah damai berada
disampingnya, tapi Tuhan mungkin juga tak akan menerimaku, sebelum kamu memaafkan aku. Di
tempat peristirahatKu yang terakhir mungkin q hanya bisamenatapmu. Sih kamu adalah sahabat
terbaik yang pernah ku miliki, lewat kamu aku telah mengenal arti persahabatan sesungguhnya. Aku
benar benar minta maaf jika udah buat kamu kecewa dan sakit hati
Dan sekarang Aku juga telah memenuhi permintaanmu, untuk tidak muncul selamanya
dihadapanmu, dan saat kamu membaca ini, mungkin aku telah tak ada lagi di dunia. Aku merasa
waktu ku semakin dekat.
Jadi aku mohon sih, maafin aku. Aku ingin melihat senyummu yang tulus untuk memaafkan aku
ketika aku disana nanti. Aku saying kamu sahabatku. Pesanku, carilah terus teman dan sahabat,
jangan berhenti, Tuhan pasti tak akan membiarkan gadis sebaik kamu sendiri.
Dari seseoran yang pernah menjadi sahabatmu dan selalu ingin menjadi sahabatmu
Aria
Aku tak kuasa menahan air mataku, tak ada kata-kata yang bisa aku keluarkan. Hanya suara isak
tangis. Ternyata aku salah, Aria melakukan ini demi ibunya. Dan kini aku telah kehilangan seorang
yang penting dalam hidupku, aku telah kehilangan sahabatku untuk selamanya. Kini semua tentang
aku dan aria hanya tinggal kenangan, gelas tanda persahabatan kami, aku peluk erat-erat bersama
dengan surat terakhir aria. Aku gag nyangka aria akan pergi secepat ini. Dan kini aku hanya bisa
mendoakannya semoga Tuhan menempatkan aria pada tempat yang indah dan aku akan selalu
memaafkannya sahabat terbaiku.

Anda mungkin juga menyukai