Anda di halaman 1dari 8

Arti Sebuah Persahabatan

Aku yang selalu ceria setiap harinya karena ada sahabat yang selalu menemani hari-hariku. Namaku
adalah Etia aku mempunyai sahabat yang saling pengertian satu sama lainnya yaitu Fitria dan Sevia.
Persahabatanku dimulai dari kita masuk SMP, meskipun fitria 2 tahun lebih tua dari aku dan sevia dia
selalu menggap kita itu sama dan dia itu yang selalu menasehati dan mendukung aku dan sevia. Dari
situ aku mulai memahami arti dari sebuah persahabatan. Kami pun memberi nama persahabatan
kita dengan nama FIETS STAR. FIETS yaitu singakatan dari nama-nama kami FItria ETia Sevia dan
STRA yang artinya bintang jadi FIETS STAR adalah persahabatan yang selalu bersinar di manapun dan
sampai kapanpun akan selalu bersinar itu harapan kami bertiga.

Setiap hari pulang sekolah kami selalu bersama, setelah pulang sekolah kami mengerjakan tugas
bersama lebih tepatnya sharing tugas satu sama lain karena kami beda kelas, tempat favorit kita
adalah di gubug di atas kolam ikan di samping rumahku. Di situ kita banyak meluangkan waktu
bersama sama. Misalnya menyanyi bersama diiringi dengan gitar, yang memainkannya adalah sevia
dia sangat mahir memainkan gitar, lalu kita sering mengabadikan moment bersama kemudian
dicetak, lalu foto tersebut kita pajang di gubug untuk menemani pajangan foto itu aku berinisiatif
untuk membuat bait-bait puisi tentang kita. Sevi dan fitria mereka juga tak mau kalah denganku,
mereka pun berkreasi dan kemudian hasilnya dipajang di tempat itu.

Hari ini adalah hari sabtu, setiap hari sabtu sore kita bermain bulutangkis untuk menghilangkan
penat dan jenuh kita serta menyegarkan pikiran kita. Pada saat kita bermain, datanglah seseorang
berpakaian muslimah lalu mengucapkan salam “assalamualaikum,” sapanya dengan sangat ramah.

“waalaikum salam,” jawab kami serempak. “ini ada undangan untuk kalian bertiga, jangan lupa
datang ya nanti sore,” ucapnya sambil menjulurkan tangannya.

“undangan apa ini?” jawab fitria penasaran.

“itu undangan organisasi IPNU IPPNU di desa kita,” katanya sambil tersenyum.

“ooh begitu,” jawab fitria penuh keyakinan.

“terimakasih kak,” ucapku.

“ya, sama-sama,” sambil membalikan badannya dan beranjak pergi.

Malam ini sevia datang ke rumahku dan bertanya “tia nanti kamu ikut kegiatan itu apa enggak” .

“sebenarnya aku ingin ikut kegiatan itu, tapi tugasku belum selesai semua,” ucapku dengan penuh
keyakinan.

“sama aku juga berfikir seperti itu,” jawabnya sambil tersenyum.

Tok-tok-tok, terdengar dari balik pintu kemudian diiringi dengan salam “assalamualaikum” .

“waalaikumsalam,” ucapku sambil membukakan pintu ternyata yang datang adalah fitria.

“pas banget kamu datang fit,” sambar sevi dengan suara cemprengnya.

“ya, kan kita mau pergi bersama kan? Kok kalian belum siap-siap?” tanyanya sambil duduk.

“kayaknya kita berdua gak ikut deh, aku dan sevi masih banyak tugas,” ucapku meyakinkan fitria.

“loh beso kan hari minggu, masih ada waktu untuk ngerjain tugas. Lagian ini kan kegiatan yang
positif, bisa menambah teman, pengalaman dan pengetahuan” jawabnya sangat serius.
“ya udah deh aku ikut, jarang-jarang juga kita ikut kegiatan seperti ini,” ucapku dengan yakin.
Kemudian kami berangkat bersama-sama.

Setelah kegiatan itu aku dan Sevia mengantar fitria sampai ke rumahnya. “Pyar pyar” terdengar
sesuatu dari dalam rumahnya fitria.

Kemudian fitria langsung berteriak “Ayah Ibu apa yang kalian lakukan di dalam, tolong buka
pintunya,” ia berteriak sambil mengetuk pintunya dengan keras.

Ternyata yang keluar kakaknya fitria, kakaknya fitria menyuruh aku untuk membawa fitria ke
rumahku dan tidur denganku sementara waktu.

“kamu gak papa kan fit?” tanyaku kepada fitria.

“aku gak papa kok,” jawabnya seperti menyembunyikan sesuatu.

“jangan gitu dong fit kita ini kan sahabat jadi apa salahnya kalo kamu cerita ke kita,” kata sevia
berusaha menenangkan hati fitria.

“iya, fit siapa tau kita bisa bantu,” kataku berusaha meyakinkan fitria.

“aku Cuma sedih aja, kapan ayah dan ibuku bisa akur. Aku Cuma ingin melihat mereka bersatu
seperti orangtua kalian,” ceritanya padaku dan sevia.

“apa kamu udah pernah bilang sama orangtuamu, kalo kamu ingin mereka akur?” tanyaku pada
fitria.

“belum pernah, setiap aku ingin berbicara mereka pasti sedang berantem. Apa yang harus aku
lakukan, aku cape melihat mereka berantem,” jelasnya sambil tersendat sendat.

“coba kamu bilang sama kakak kamu aja tentang hal ini, pasti kakak kamu ngerti tentang perasaan
kamu saat ini,” sevi mencoba menemukan solusinya.

“Ok, akan aku coba saran kalian besok. Makasih ya kalian memang sahabat terbaikku” ucapnya
dengan penuh semangat. Kami pun saling memeluk satu samalain.

Setelah berberapa hari kami memang jarang bertemu untuk berkumpul bersama karena waktu telah
memisahkan kita beberapa minggu. Pada kesempatan ini kami bisa berkumpul kumpul lagi dan
saling canda tawa seperti biasanya. Dan di akhir perjumpaan kita fitria mengucapkan

“aku bangga mempunyai teman seperti kalian, sahabat seperti kalian. Dan aku ingin kiata akan tetap
sebagai sahabat sampai kapanpun.” Ucapnya dengan penuh keyakinan.

“aku juga senang dan bahagia mempunyai sahabat seperti kalian, ya aku setuju sampai kapan pun
kita akan tetap menjadi sahabat,” kata sevia.

“yaa sesuai dengan nama persahabatan kita “FIETS STAR” persahabatan yang akan selalu bersinar
seperti bintang,” kataku dengan semangat.

“sekarang aku lebih memahami arti dari sebuah persahabatan,” ucap sevia. Kemudian kami pulang
ke rumah masing-masing dengan hati senang dan gembira.
Aku dan Buku

Sejak umur lima tahun aku sudah terbiasa membaca. Setiap pekan orang tuaku selalu membelikan
majalah anak-anak seperti Bobo dan Mombi. Dari majalah itulah aku pertama kali mulai belajar
membaca. Terkadang ketika mampir ke Gramedia aku dibelikan buku bacaan oleh orang tuaku
supaya aku mau belajar membaca. Kebiasaan suka membaca ternyata terus melekat hingga aku
dewasa. 

Ketika duduk di bangku SD, buku yang aku baca lebih banyak tentang buku pelajaran. Buku IPS
adalah buku favoritku. Di dalamnya terdapat banyak sejarah Indonesia sejak dijajah sampai akhirnya
merdeka. Banyak juga pengetahuan tentang dunia beserta organisasinya. Banyak orang yang bilang
buku tentang sejarah membosankan dan membuat ngantuk, tapi aku punya pendapat lain. Bagiku
buku-buku seperti itu sangat menyenangkan dan menarik untuk dibaca.

Saat masuk SMP aku memang masih suka membaca buku pelajaran, tapi minatku semakin menurun.
Kemudian oleh kakakku, aku diperkenalkan dengan buku yang ditulis oleh J.K Rowling. Ya, Harry
Potter adalah novel fiksi pertama yang sangat tebal dan berhasil aku baca dalam waktu yang sangat
singkat. Aku tidak tahu kalau membaca novel bisa seasyik itu hingga membuatku lupa waktu.
Rasanya seperti masuk ke dalam buku cerita. Menyaksikan sendiri bagaimana pahit manis kehidupan
Harry Potter di Hogwart. Seru sekali! Terimakasih kakakku yang  sudah meminjamkan novel dan
memperkenalkan dunia sihir Harry Potter padaku.

Ketika masuk SMA aku semakin rajin membaca. Di Perpustakaan Sekolahku banyak tersedia novel
dan buku pelajaran. Dengan kartu keanggotan Perpus, siswa pun boleh meminjam buku untuk
dibawa pulang. Dari sanalah aku banyak membaca dan meminjam novel. Kadang ketika istirahat
atau jam kosong aku pergi ke Perpustakaan dan menghabiskan waktu untuk membaca. Beberapa
novel yang sangat berkesan ketika aku SMA adalah novel yang ditulis oleh HAMKA ‘Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck’, Mira W ‘Trauma Masa Lalu dan Sekelam Dendam Marisa’, Habiburrahman El
Shirazy ‘Pudarnya Pesona Cleopatra’, dan J.K. Rowling ‘Harry Potter and the Deathly Hallows’.

Setelah tamat SMA, aku pun meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Aku pindah dan menuntut
ilmu di Yogyakarta karena cita-citaku sejak kecil adalah kuliah di kota pelajar yang sekaligus
merupakan kota kelahiran kedua orang tuaku.

Ketika masih sekolah aku tidak pernah membeli buku sendiri. Ketika aku ingin membaca maka aku
akan pergi ke Perpustakaan atau meminjam novel milik teman. Orang tuaku tidak suka kalau aku
mengumpulkan uang tapi malah digunakan untuk membeli novel. Sayang sekali, ketika aku semakin
dewasa orang tuaku  tidak pernah lagi membelikan buku bacaan serupa majalah, komik atau novel,
mereka lebih suka kalau aku banyak membaca buku pelajaran. Tapi semakin dewasa buku pelajaran
menjadi hal yang tidak menarik lagi bagiku, jika dibandingkan dengan novel fiksi. Padahal keinginan
terbesarku adalah memiliki banyak novel untuk dibaca dan diletakan di rak buku milikku sendiri.

Kesempatan untuk membeli buku sendiri akhirnya datang setelah aku mulai kuliah. Karena sudah
tidak tinggal dengan orang tua, aku pun mulai membeli novel dan rak buku. Sedikit demi sedikit aku
mulai mewujudkan keinginanku yang terpendam. Memang tidak semua buku di rak bukuku adalah
hasil dari uangku sendiri, kadang-kadang aku mengikuti seminar menulis, pelatihan menulis, lomba
menulis, dan give away novel demi mendapatkan novel  secara cuma-cuma. Berkat itu semua, kini
aku memiliki buku yang lumayan banyak dan kuletakan di rak buku seperti yang aku impikan.
Aku juga punya mimpi besar, aku ingin membangun perpustakaan di rumahku kelak dan menularkan
hobi membaca pada anak-anakku nantinya. Aku percaya membaca dapat membuat orang memiliki
pengetahuan yang luas dan menjadikannya lebih bijaksana.

Aku sedih sekali mengetahui kalau temen-temanku tidak memiliki minat baca yang sama sepertiku.
Menurutku membaca itu sangat penting, karena setelah selesai membaca sebuah buku maka ilmu
kita semakin bertambah. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari membaca buku. Ah, andai hobi
membaca bisa kutularkan.

Seseorang pernah menjanjikan sesuatu padaku, karena ia tahu kalau aku suka buku. Ia bilang suatu
saat nanti ia akan membangun toko buku bersamaku. Manis sekali mendengarnya kala itu, tapi aku
tahu dia cuma bercanda. Tak apa, bercandanya sangat romantis untuk aku yang suka buku.

Kalimat terakhir untuk menutup cerita singkat tentang aku dan buku, aku ambil dari pembatas buku
yang kudapatkan dari Perpustakaan kampus, bunyinya seperti ini:

“Jangan tidur sebelum membaca, dan jangan mati sebelum menulis.”


Sampai Ujung Usia

Namaku adalah Riko Agung Pratama, kawanku di kampus sering sekali memanggilku Agung, entah
apa yang mereka pikirkan memanggilku dengan nama tengahku. Aku sedang kuliah di salah satu
universitas swasta di Depok, dengan jurusan Sistem Komputer.

Pada waktu itu, tepat hari Jumat, dimana aku akan menuju ke Lab Robotika untuk menguji alat yang
kubuat. Tapi, siapa sangka, sesampainya aku disana aku bertemu dengan dosen yang mengajarku
pada semester 6 lalu. Dia adalah Pak Lingga, mengajar mata kuliah Matematika Diskrit waktu itu.

Aku sangat menghormatinya karena dia adalah salah satu dosen senior di kampusku. Bagaimana
tidak, di usianya yang sudah menginjak 70 tahun dia tetap bugar dan semangat mengajar
mahasiswanya. Bahkan tidak jarang dialah orang pertama yang sudah datang di kelas.

Di lab tersebut, di sela aku membuat data pengamatan, mataku selalu tertuju ke arahnya. Pak Lingga
begitu serius dengan apa yang dia kerjakan di hadapannya. Sesekali aku mendekatinya, lalu melihat
apa yang dia kerjakan.

“Pak, sudah sore begini, apa yang bapak kerjakan di lab? Aku bertanya dengan wajah penasaran.

“Oh ini, bapak sedang riset alat yang bapak kembangkan untuk pentas robot nanti. Makanya bapak
ke sini mau minta ajararin ke pak Sultan” ujarnya

Pak Sultan sendiri adalah kepala lab robotika yang kini menjadi kepala jurusanku.

“Loh, bapak seharusnya tidak perlu repot-repot datang dan belajar di lab ini. Biar mahasiswa bapak
saja yang datang kesini” sambungku.

“Bukan begitu, ko. Bapak sendiri dari dulu ingin belajar mengenai system gerak pada robot ini,
kebetulan kan sekarang Pak Sultan ada disini” balasnya.

Kekagumanku kepadanya semakin menjadi-jadi, mengingat usianya yang sudah lanjut tapi keinginan
belajarnya masih saja tinggi. Berbeda denganku, di umurku yang masih muda kadang aku masih saja
berjibaku dengan rasa malas yang meradang. Benar kata orang tuaku, mencari ilmu itu sebenarnya
bukan sampai ke negeri China, tapi sampai ujung usia.
Contoh Cerpen Pendidikan

Wirausaha

Afif adalah mahasiswa lulusan hukum yang memilih berwirausaha daripada bekerja kantoran.
Uniknya lagi, yang dia jual adalah produk hasil olahannya sendiri yang diracik dari penelitian yang dia
lakukan di kampus. Produk yang ia jual adalah sambal dengan campuran rumput laut yang ekonomis
dan sehat.

Awalnya dia memasarkan produk tersebut pada teman-teman kuliahnya, dosen dan jgua staf
kampus. Hasil risetnya masuk dalam kategori produk riset terbaik tahun 2017. Selain hargannya yang
relatif terjangkau sesuai dengan kantong mahasiswa, produknya juga menyehatkan.

“Fif, hal apa yang membuatmu lebih suka berwirausaha? Padahal kamu termasuk mahasiswa
berprestasi loh, bisa masuk perusahaan manapun dengan mudah bahkan tanpa tes. Apalagi produk
sambalmu itu kamu jual dengan harga terjangkau, bagaimana kamu bisa meraih keuntungan?”
Tanya salah satu temannya penasaran.

“Iya memang, aku bisa saja menjual produkku ini dengan harga tinggi jika aku mau. Pasti juga laku.
Apalagi bagi orang yang paham kesehatan. sebenarnya sih aku bisa bekerja di perusahaan bonafit
dengan gaji tinggi, bisa saja, tapi mohon maaf teman, aku kuliah tinggi- tinggi bukan untuk uang atau
balik modal dari seluruh biaya yang aku keluarkan. Aku bahagia jika pekerjaanku bisa bermanfaat
untuk orang lain baik dari segi biaya dan kesehatan mereka.” Jelas Afif.
Contoh Cerpen Singkat Lucu

Scrub Gula Pasir

Pada suatu siang, Nike sedang berbincang – bincang dengan Tifa dengan begitu asyiknya

“Tif, menurutmu Rian itu suka tipe cewek seperti apa ya?

“Eng, apa ya? Setahuku sih dia suka sama cewe yang alami apa adannya.” Jelas Tifa.

“Jadi dia gak suka sama cewe bergincu gitu dong?” Tanya Nike.

“Ya mungkin.”

“Lalu apa dong yang membuat bibir bisa merah tanpa pakai lipstik?”

“Coba saja pake scrub gula pasir setiap malam, bibir mu pasti bakal merah merona secara alami.”

“Ah masa sih?”

”Oke kalau begitu akan kucoba nanti malam demi mendapat cinta sang pangeran. Hahaha.”

“Bentar lagi bakal ada acara festival tuh di kampus, coba saja scrub-an rutin setiap malam.” Sambung
Tifa.

“Benar juga ya. Nanti harus tampil maksimal di depan sang pangeran.” Tukas Keke mengiyakan.
Beberapa hari sudah lewat. Di hari sebelum acara, Keke tampil seperti yang dikatakan Tifa. Ketika
melihat Nike, Tifa terkaget-kaget.

“Ada apa dengan bibirmu? Kenapa merah sekali? Berapa kilo gula yang kamu gunakan? Itu sensual
apa bonyok ya?” Tanya Tifa terheran.

“Ini akibat gigitan semut setiap malam tau, sampai sesensual dan semerah ini, benar-benar
pengorbanan.” Jawab Nike.
Contoh Cerpen Persahabatan

Baik Luar Dalam

“Nia, ada Dian tuh di depan nyariin kamu, nungguin dari tadi.” Sahut Fira pada Shania yang sedang
mengerjakan tugas sekolah.

“Fir, bilangin kalo aku gak ada, lagi diluar atau lagi dimana gitu.” Pinta Shania pada Fira.

“Kenapa kamu kaya gitu sih sama Dian? Dia kan udah datang jauh-jauh, tapi malah kamu usir.”

“Hahaha.. tidak semudah itu ferguso. Dari luar sih emang baik, manis, ramah. Tapi kamu jangan
melihat dari luarnya saja. Kamu harus lihat juga dalammnya. Dalamnya pahit.”

“Pahit gimana?”

“Dia sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang. Banyak pokoknya Fir, aku males aja
ngomongin dia.”

“Coba bandingin sama kamu ini. Meskipun judes dan ceplas-ceplos sama aku. Tapi setidaknya
hatimu tulus, Fir, bukan baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak butuh tampilan luar orang dalam
berteman.” Jelas Shania.

Anda mungkin juga menyukai