Anda di halaman 1dari 11

CHINGU

Cerpen Karangan: Luthfia Zahra Larosa


Hyejin ke luar dari rumahnya sembari menikmati angin yang berhembus.
Ah, cuacanya sejuk, ujarnya sembari tertawa pelan. Hyejin berjalan-jalan
di sekitar halaman rumahnya, namun secara tidak sengaja Hyejin melihat
seorang lelaki yang bertubuh gemuk di sebelah rumahnya. Hyejin pun
penasaran dan mendekati pagar pembatas rumahnya. Hei! Anak kecil!
ujarnya berteriak. Anak lelaki tersebut langsung menoleh dan terkejut.
Anak lelaki tersebut segera tergopoh-gopoh berlari dan membawa
makanannya.
Hei, kenapa lari? Heii! teriak Hyejin bingung.
Keesokkan harinya. Hyejin berangkat sekolah dan sesampainya di
sekolah, dirinya memasuki kelas. Dan tak lama kemudian bel berbunyi.
Seluruh murid segera berhamburan memasuki kelasnya masing-masing.
Setelah beberapa menit Hyejin menunggu, sang guru pun masuk kelas
sembari membawa seorang anak murid. Hyejin terkejut dan menganga
melihat anak itu. Loh, kamu bukannya anak kecil yang kemarin?! ujar
Hyejin.
Sontak satu kelas pun tertawa. Hahaha, anak kecil,
Bukankah dia tampak seperti bocah? ujar teman-temannya yang lain.
Berhentilah memanggil dia seperti itu! Ah, menyebalkan sekali. Maafkan
aku, aku tidak tahu bahwa kamu sekelas denganku. Mengapa kamu tak
mengatakannya?

ujar

Hyejin.

Anak

lelaki

gemuk

tersebut

hanya

menunduk.
Baiklah, cukup anak-anak. Silahkan perkenalkan namamu.
Anak

lelaki

tersebut

mengangkat

kepalanya

dan

mulai

berbicara.

Namaku .. Seongjon
Seongjon! Duduklah di sampingku! ajak Hyejin. Seongjon mengangguk
dan duduk di sebelah Hyejin. Hyejin tersenyum puas.
Saat pulang sekolah.
Dasar kau anak gendut!
Berapa banyak kau makan dalam sehari?
Ku rasa tak ada yang ingin berteman denganmu!

Hyejin yang baru saja ke luar kelas melihat Seongjon sedang dibully oleh
teman-temannya. Emosinya pun naik.
Heyy! Apa yang kalian lakukan! Hentikannn!! teriak Hyejin sembari
memukul tas jinjingnya ke teman-teman yang membully Seongjon.
Seongjon? Kau baik-baik saja? tanya Hyejin khawatir. Seojonpun
mengangguk pelan. Syukurlah.. Ayo kita pulang bareng, ajak Hyejin.
Di sepanjang perjalanan, Seongjonpun mulai bercerita banyak hal kepada
Hyejin. Ternyata Seongjon seorang anak yang menyenangkan. Oh, ayo
jalan! teriak Hyejin saat lampu hijau menyala. Mereka berdua pun
menyeberangi jalan. Kenapa kamu mengatakan Ayo jalan? tanya
Seongjon. Karena lampunya hijau! Setiap lampunya hijau aku akan
mengatakan seperti itu! jawab Hyejin bersemangat. Seongjon pun
mengangguk dan tersenyum.
Beberapa bulan kemudian.
Hyejin, aku akan pindah ke luar negeri, ujar Seongjon sedih.
Benarkah? Kapan? tanya Hyejin yang juga sedih.
Sekitar dua minggu lagi. Tapi, kita masih bisa berteman kan?
Hyejin

mengangguk.

Tentu!

Kita

akan

surat-suratan.

Aku

akan

mengirimimu surat setiap harinya! jawab Hyejin.


2 minggu kemudian.
Aku sedang di Bandara, Mah. Iya, aku akan jaga diri baik-baik, jawab
Hyejin melalui teleponnya.
Hyejin! teriak seorang lelaki dari kejauhan. Hyejin pun menoleh dan
menemukan Seongjon yang sedang melambaikan tangan padanya. Hyejin
segera menghampiri Seongjon dan memeluknya. Kita tetap bersahabat
kan? tanya Hyejin sambil menangis. Seongjon mengangguk pelan.
Harus! jawabnya. Janji? ujar Seongjon. Hyejin pun mengikatkan jari
kelingkingnya. Eum! Janji!
Baiklah, aku akan berangkat sekarang. Selamat tinggal Hyejin! ujar
Seongjon. Sambil menangis Hyejin melambaikan selamat tinggal kepada
sahabatnya itu.
10 tahun kemudian.

Semuanya! Dengarkan! Sekarang kita memiliki wakil pemimpin redaksi


untuk majalah kita yang baru! ujar seorang Pemimpin redaksi. Hyejin
yang sudah bekerja di majalah fashion ini pun mengangguk. Silahkan
masuk! Seorang pria yang tampan dan rapi masuk ke dalam ruangan.
Perkenalkan. Saya wakil pemimpin redaksi yang baru, Ji Seongjon
Hyejin

terbelalak

kaget.

Jantungnya

berdebar

kencang.

A..Apa?!

Ba..Bagaimana bisa?! Wakil pemimpin redaksi tersebut tersenyum


kepada Hyejin. Sudah lama bukan?

LEE MIN HOO SARANGHAMNIDA


Cerpen Karangan: Sifa Hasta Marettina
Tok.. Tok.. Tok!!! terdengar suara pintu kamarku diketuk. Saat itu hari
minggu pukul 6 pagi. Namun aku masih betah di dalam kamar tanpa
beranjak dari tempat tidur. Seperti biasa aku sedang asyik melihat-lihat
foto Minho oppa di laptop yang jumlahnya sudah tak terhitung. Aku
memang fans beratnya Minho oppa foto-fotonya yang dipajang hampir
memenuhi seluruh dinding kamarku. Aku selalu bermimpi suatu saat bisa
ketemu dia secara langsung, bisa foto bareng plus minta tanda
tangannya. Memang bukan cuma aku yang ngefans sama Lee Min Hoo,
tapi di antara teman-temanku cuma aku yang ngefansnya sampai tergilagila begini.
Icha kamu masih tidur? tanya mama dari balik pintu,
Nggak kok Ma aku udah bangun dari tadi.. jawabku sambil menyimpan
laptop ke atas meja belajar.
Cepetan keluar Cha bantuin Mama masak nih!!
Okeee siap Ma, I am comiiiiingg..!!! aku pun segera ke luar kamar dan
bergegas menuju dapur tempat mama masak.
Umm..nasi goreng sosis ya Ma? wangii bangett.. tanyaku sambil
mengendus-endus masakan mama.
Iya makanan kesukaan kamu..

Ma nanti aku izin ya mau pergi sama Mia, biasa mau beli kaset drama
terbaru Minho oppa!! celotehku bersemangat.
Ya ampuuuunnn Icha kamu segitunya ngefans sama si Lee..Lee.. siapa
tuh namanya Mama lupa..
Lee Min Hoo Mama.. aku mengejanya dengan artikulasi yang sangat
jelas supaya mama nggak lupa lagi.
Iyaaaaa itu maksud Mama..
Sekali-kali liburan dong Ma ke Korea Selatan supaya bisa ketemu Lee Min
Ho, Lee Jong Suk, Kim Soo Hyunn aku megabsen satu persatu aktor
drama korea.
Emangnya kamu pikir ke Korea bisa semudah itu? bisa pake angkot?
Tanya mama dengan sedikit gereget.
Yaa.. nggak juga sih Ma.. jawabku dengan senyum jenaka. Setelah
terlibat debat heboh dengan mama aku pun bergegas mandi, takutnya
Mia keburu datang. Tepat pukul 10 pagi aku sudah siap. Ma aku pergi
dulu

ya.

.Assalamualaikum!!!

sambil

mencium

tangan

mama.

Waalaikum salam, hati-hati ya.. jawab mama.


Setibanya di tempat yang dituju aku dan Mia segera memilih DVD drama
korea terbaru tentunya yang original dong.
Mi yang ini kayaknya jalan ceritanya bagus deh, apalagi PU-nya Minho
oppa. aku meminta pendapat Mia. Ya udah ambil aja Cha, tapi kan kamu
udah pilih-pilih kaset banyak banget, Mia mencoba mengingatkanku. Iya
ya Mi, demi Minho oppa apa sih yang enggak. jawabku. Cha menurutku
kamu terlalu berlebihan deh, ngefans sama Lee Min Hoo. Aku juga
ngefans sama dia tapi nggak segitunya juga.
Tahu deh Mi aku juga nggak ngerti, yang jelas aku pengen banget
ketemu sama Minho oppa. Setelah mendapatkan DVD cukup banyak
kami pun pulang. Udah dua minggu lebih tapi DVD yang aku beli belum
semuanya ditonton. Aku punya jadwal kalau lagi hari sekolah nonton
drama korea itu Cuma malam minggu aja. Jadi stok Drama masih numpuk
deh.

Waaaahh akhirnya aku bisa ketemu Minho oppa!! tepat saat ini ia
sedang berdiri di depanku. Emang bener ini orang ganteng banget. Aku
pun memeluknya sekuat tenaga.
Saranghamnida

oppa..

ujarku padanya. Ia

membalasnya

dengan

senyum.
Saat sedang asyik-asyiknya berduaan dengan Minho tiba-tiba..
Ocha.. Ochaa!!!
Loh kok ada suara Mama emangnya Mama ikut ke Korea?
Ocha bangun udah siang, emangnya kamu nggak sekolah?
Lalu aku pun segera tersadar.. dan melihat ke sekeliling. Bukannya tadi
aku lagi di Korea bareng Minho.. Jangan-jangan yang tadi cuma MIMPI.

Hyonaa Itu Sahabatku


Cerpen Karangan: Bianca Rachela N
Annyeonghaseyo! Siapa namamu? Naneun Hyonaa. sae hagsaenginga?
(Kau murid baru?)
Tiba-tiba seseorang perempuan berdiri di kanan Hyu-ya dengan senyuman
yang sangat manis.
Naneun Hyu-ya. Hwan-yeonghabnida! (salam kenal!) naneun seoul-e
bughan-eseo umjig-yeossda. (Saya pindahan dari Korea Utara ke Seoul.)
Jelas Hyu-ya.
Oo! Geulaeseo (oo.. Begitu!) Pantas, naneun tidak pernah melihatmu!
Nama kita mirip yah.
Setelah itu Hyonaa mengajak Hyu-ya ke kantin. mas-issneun! (Lezatnya!)
Naneun mau makan spaghetti, a! Hyu-ya berjalan menuju kantin, tibatiba ada seorang perempuan menepuk pundak Hyu-ya. Annyeonghaseyo!

Masih kenal naneun? Kim Hwang! Kim! Bangbeob dangsin bisa kesini?
Naneun merindukanmu.. Kata Hyu-ya. Naneun ttohan isa (aku juga
pindah tau!) Dangsin pasti lupa? Hahaha! Canda Kim Hwang. Hyu-ya!
Lama sekali.. Loh? geuneun nugu? (Dia siapa?) Hyonaa tiba-tiba datang.
Hyonaa! nae olaedoen haggyoeseo nauii yes chinguleul sogaehabnida!
(Ini teman lamaku dari sekolah lamaku). Namanya Kim Hwang! Kata Hyuya. sogae.. nae ileum-eun Kim Hwang-ibnida! (Nama saya Kim Hwang!
Salam kenal!)
Semenjak itu mereka menjadi sahabat sejati, namun.. Kim Hwang mulai
menjauhi Hyonaa, dan hanya ingin Hyu-ya saja yang menjadi sahabatnya.
Dangsin selalu menjauhi naneun dari Hyonaa! Geram Hyu-ya. Huh!
Dangsin tanya saja ke Tae-seo! Jawab Kim Hwang.
Tae! Panggil Hyuya. Annyeonghaseo, Hyuya. Kenapa? Tanya Tae-seo.
nuga

Hyonaa

mueos-eulhabnikka?

(Memangnya

ada

apa

tentang

Hyonaa) Tanya Hyu-ya lagi. Geuneun jilbyeong-ibnida! (Dia mengidap


penyakit) Penyakit leukimia, Hyu-ya! Kata Taesoo, geuneun gabal-eul
chag-yonghago iss-eossda.. (dia pakai wig). Hyu-ya, jangan berteman
dengannya!
Tiba-tiba Hyonaa tak sadarkan diri. Hyonaa langsung dilarikan ke rumah
sakit. Namun, Hyonaa menghembuskan nafas terakhirnya di ambulan.
Tidaaaak!! Hyonaaa!! Jangan tinggalkanku, sendirian.. Hyonaaaaa!!!
Buka matamu! Buka matamu Raung Hyu-ya, Naneun menyesal
Hyonaa! HYONAA!!! Bangunlah lagi Hyonaaaaa!!!
Tidak

lama

kemudian,

ayahanda

Hyonaa

pun

datang.

Hyonaa

dimakamkan di samping makam ibunya. Tae-seo menyesal dan selalu


mengunjungi makam Hyonaa.
Di makam Hyonaa tertuliskan, naneun nae chinguleul jonjunghabnida.
geuligo hangsang hoegae amudo jeoleul bangmunhabnida.

(Aku menghormati sahabat-sahabatku. Dan ada 1 yang bertobat dan


selalu mengunjungi Aku.)
The end,

ILLUSIONS
Cerpen Karangan: Ai Zhi Lan
Malam ini angin berhembus tidak biasa. Terlalu liar untuk hanya disebut
sebagai angin semilir. Entah apakah aku tengah mengambil keputusan
yang tepat dengan duduk di serambi depan, sementara cuaca benarbenar menunjukkan kebengisannya. Besok aku berangkat pagi, ada
Baksos yang harus dikerjakan. Sudah terpikir oleh otakku bagaimana
lelahnya suasana besok. Di balik semua pemikiran itu, ada juga yang
mengganjal hatiku.

Aku belum punya celana hitam yang harus ku kenakan besok. Kebiasaan
yang membuatku selalu mengenakan jilbab dan sesekali baju potong
berstelkan rok panjang, membuatku tak memiliki stok celana panjang
sama sekali. Rasanya aku tidak ingin hadir saja besok. Sesuatu yang
membuatku berpikir keras ini, makin bertambah saat keluargaku dengan
berisik menyaksikan sinetron di ruang sebelah dengan Ayahku yang
menyetel tinju di ruang tamu di belakang jendela yang kini ku punggungi.
Aku lelah sekali. Aku ingin tinggal di sebuah tempat yang luas, yang bisa
memberiku sedikit ruang untuk bernapas, menyalurkan hasrat dan citacitaku. Melakukan hal yang ku sukai, mendendangkan musik tanpa
mengganggu orang lain. Hah! Semakin aku memohon semakin aku
merasa terlalu sempit ruang yang kini ku singgahi. Nyatanya, aku tidak
punya uang sepeser pun. Aku tidak punya uang sepeser pun untuk
membuktikan kepada keluargaku kalau aku bisa makan dari hobiku. Kalau
aku bisa menghasilkan uang dari mendendangkan musik kesayanganku.
Aku tidak berharga sama sekali, di dunia ini. Setidaknya di mataku dan di
mata kedua orangtuaku, jangan lupakan saudara-saudaraku.
Angin

jahil

menyapu

ujung

kerudungku,

membawanya

menutupi

wajahkku, seolah-olah tamparan pelan dari alam. Aku benci saat aku
berpikir aku tidak ada gunanya, dan mulai menyalahkan orang lain atas
hal yang terjadi padaku. Aku benci! Aku tertekan! Bahkan, tidak ada hal
yang cukup membuatku tersenyum malam ini. Seperti yang ku bilang,
Ibuku dan saudaraku tengah menikmati sinetron. Ayahku menyaksikan
tinju legendaris. Di seberang mataku, tetanggaku menyalakan televisi
dengan volume yang terlalu keras untuk didengarkan oleh telinga yang
normal. Agak jauh, ada juga yang menyetel lagu dangdut layaknya ia
tengah punya hajatan menikahkan anak kembarnya. Memuakkan!
Namun, dari semua hal yang terdengar di telingaku, ada satu yang hampir
tak tertangkap oleh indera pendengaranku. Sayup-sayup aku mendengar
petikan gitar. Iya! Itu benar, petikan gitar dan aku tahu lagu ini.

Geuriwuh. Geuriwuhseo. Geudaega Geuriwuhseo Meil Nan Honjasoman


Geudereul Bullobwayo. Bogopa. Bogopaseo Geudaega Bogopaseo Ije Na
Seupgwancheoreom. Guedae Ireumman Buruenaeyeo. Oneuldeo.
(Aku

merindukanmu,

Sangat

merindukanmu.

Karena

aku

sangat

merindukanmu. Setiap hari aku sendiri. Dan aku memanggilmu. Ingin


melihatmu, sangat ingin melihatmu. Karena aku ingin melihatmu.
Sekarang

hanya

seperti

sebuah

kebiasaan.

Aku

hanya

menyebut

namamu. Bahkan saat ini.


Lagu itu familiar. Nada itu familiar. Suara itu. Benarkah ini?
Jung Yong Hwa.
Entah dari mana orang itu sebelumnya, tapi kini ia berada di depanku.
Tepatnya tengah duduk di tangga depan rumahku, tempat biasa aku
menaruh sendal di sana. Ia Jung Yong Hwa- duduk memunggungiku. Dari
punggungnya saja, aku bisa mengenalinya. Dia adalah Jung Yong Hwa! Dia
adalah Jung Yong Hwa. Ketika ia menoleh, memperlihatkan wajah
manisnya, waktu seolah-olah berhenti. Angin tak lagi terasa dingin. Dan
yang terpenting, aku melupakan masalahku untuk sejenak. Ya. Untuk
sejenak, karena setelah petir menyambut. Semua kembali nyata. Jung
Yong Hwa tidak ada. Sejak awal, dia memang tidak ada. Ia hanyalah
khayalan dari seorang gadis yang terlalu kesepian sepertiku.

RETURN
Cerpen Karangan: Alifah Diyanah Fadhilah
Lolos moderasi pada: 12 February 2015

Tak peduli kau itu apa. Entah itu Vampire, Werewolves, Zombie atau yang
lainnya, aku tetap akan mencintaimu dan akan terus begitu sampai aku
mati nanti.
Aku tahu kau mencintaiku Hanna! Tapi aku tidak bisa! Kita ini berbeda,
kau tahu itu kan? Tapi mengapa kau masih memaksa untuk bersamaku?
Aku ini bukan manusia! Bahkan kau tahu betapa bahayanya jika kau
bersamaku! Bentakmu pada saat pertengkaran kita sore kemarin. Aku
tahu! Aku tahu! Aku tahu itu! Tapi kau tahu? Lebih menyakitkan jika tak
bersamamu! Mengertilah Kai! Mengertilah.. Setelah berkata seperti itu,
aku pun menanggis dan kau pergi meninggalkanku seorang diri di aula
Sekolah.
Keesokkan harinya setelah pertengkaran kita kemarin sore, kau tak
terlihat di sekolah maupun di rumahmu. Semua orang-orang terdekatmu
pun menghilang sama sepertimu. Aku takut kau pergi meninggalkanku
dan secara tidak langsung kau memaksaku untuk melupakanmu. Kau
dimana

Kai?

Ku

mohon

kembalilah.

Jangan

membuatku

semakin

menderita!, batinku. Kau tidak akan menemukannya bodoh! Tiba-tiba


aku mendengar suara Yeoja (wanita) dari arah belakangku. Aku pun
langsung berbalik badan. Namun, alangkah terkejutnya aku ketika ku lihat
Yeoja itu adalah Nichole.
Apa maksudmu? Aku pun bingung apa yang dibicarakan Nichole. Apa
yang ia maksud itu Kai? Jangan-jangan dia yang telah menyembunyikan
Kai. Mungkin saja, karena aku tahu dari dulu Nichole itu menyukai Kai dan
ia sangat membenciku bahkan ia sempat mencoba membunuhku jika aku
tidak meninggalkan Kai. Dengar baik-baik Kim Hanna! Kai itu ManusiaSerigala! Dan kau? Kau seorang manusia biasa! Tidak mungkin seorang
Manusia-Serigala dapat bersatu dengan Manusia! Kalian berbeda! Dan dia
sudah pergi meniggalkanmu Hanna! Perkataan Nichole tadi membuatku
sangat sedih dan kesal dan aku pun hanya bisa menundukkan kepalaku
dan terdiam untuk beberapa saat.

Kemana dia pergi? Tanyaku kembali padanya. Entahlah. Mungkin dia


pergi jauh darimu. Lupakanlah dia Hanna! Lupakanlah! Lalu Nichole pun
pergi begitu saja bagaikan angin yang berhembus di tengah malam yang
gelap dan sunyi. Aku pun menjadi sangat terpuruk dengan keadaanku
sekarang dengan perginya Kai begitu saja dari hidupku dan perkataan
Nichole yang tepat menusuk di hatiku. Aku menjadi tidak bersemangat
untuk hidup. Namun aku tidak berencana untuk mengakhiri hidupku.
Karena, aku tahu suatu saat nanti Kai pasti kembali karena aku tahu dia
mencintaiku. Meskipun itu tidak pasti akan terjadi.
1 bulan.. 2 bulan.. 3 bulan.. Sampai akhirnya 11 bulan telah berlalu. Tetapi
Kai belum juga datang. Setiap malam, kubuka gorden dan kubuka
jendelaku selebar-lebarnya dan berharap bahwa Kai akan datang malam
ini. Namun, harapanku sia-sia dan selalu berakhir dengan aku yang
tertidur di dekat jendela dan begitu seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai