Anda di halaman 1dari 4

Struktur: Orientasi

Kutipan Novel Sejarah:


Minke mengawali kisahnya dengan pengalaman-pengalamannya selama dengan belajar di Stovia. Ia
mendapatkan kawan-kawan baru. Kehidupannya terjamin, ia tidur di asrama dan mendapatkan uang
saku setiap minggunya dari sekolah. Namun, pendidikan dokter yang ia jalankan tidak sesuai dengan
harapannya. Sekolahnya memiliki peraturan yang sangat ketat sehingga mengekang kebebasannya.
Selain itu, disekolahnya juga diwajibkan berpakaian sesuai dengan adat tempat ia berasal, yakni adat
tradisional Jawa. Berbanding terbalik dengan kehidupannya di Eropa yang biasanya mengenakan
pakaian ala Eropa dan memiliki kebebasan.

Keterangan:
Berisi penjelasan tentang latar waktu dan situasi cerita yang akan deceritakan yaitu menceritakan
tentang tokoh utama yakni Minke yang pergi belajar ke sekolah dokter pribumi.

Struktur: Pengungkapan peristiwa

Kutipan novel:
Selama minke ada di sekolah dokter, di menjalani sekolahnya dengan baik dan menyusul
ketertinggalannya dengan baik. Dalam masa belajarnya dia juga beberapa kali mendapat undangan
penting dari Gubermen seperti pertemuan Tweede Kamer. Dalam pertemuan tersebut dibahas hal-hal
seperti kekuasaan-kekuasaan, rodi, kerja bebas (Petani Pribumi).
Semasa di Surabaya Minke memiliki teman tiong hoa yang kini sudah meninggal, dan sebelum
meninggal ia menitipkan surat pada minke untuk disampaikan pada sahabatnya yang berada di batavia.
Setelah sekian lama minke baru sempat mencari sahabat dari teman tiong hoanya yang bernama Ang
San Mei. Kemudian dicarinya Ang San Mei, pertama dikira Ang san Mei itu adalah seorang pria dan
ternyata ia adalah seorang wanita kurus dan cantik. Kemudian Minke terpesona dengan kecantikan Mei,
pasca itu mereka kerap kali bertemu lagi dan akhirnya timbul cinta antara mereka yang akhirnya
menjadikan mereka berdua menikah.
Keterangan:
Penulis memceritakan kehidupan Minke di STOVIA

Struktur: Menuju konflik

Kutipan novel:
Dalam pernikahannya Mei sudah sering kali berbicara pada Minke untuk membuat Organisasi. Seperti
saat adanya kuliah umum yang diadakan oleh alumnus dari pensiunan dokter jawa di jogja, kata dokter
“Bagi orang intelegent orang cerdas bukan hanya berilmu dan berpengetahuan, tak mugkin terlepas
perhastiannya dari masalah-masalah kehidupan, apalagi kehidupan yang vital, memikirkannya,
memecahkannya dan menyumbangkan pikirannya.
Kehidupan yang vital terdiri dari kebahagianaan, kesengsaraan, kesejahteraan, keberuntungan,
penderitaan, cinta dan kasih sayang, pengabdian, kebenaran, keadilan, dan kekuatan. Sebagai anak
bangsa harus timbul kesadaran bangsa bukan kepingsanan bangsa”. Dalam kuliah umum itu intinya
dokter jawa menyerukan untuk kaum intelektual khususnya calon dokter yang merupakan pengakses
penduidikan tertinggi untuk membentuk suatu organisasi bagi penyelamat bangsa. Mei menunjukan
ketertarikannya pada kuliah itu dan memberikan beberapa pertanyaan yang disampaikan melalui minke.
Keterangan:

Struktur: Puncak konflik

Kutipan novel:
Suatu saat Mei pergi dari rumah ibu badrun dan pulang tengah malam tanpa seizin ibu badrun dan
Minke, ternyata Mei telah menjalankan organisasi tiong hoanya. Organisasi untuk membela negaranya
yang jauh disana. Lebih dari tiga bulan mei setiap hari pulang malam, dan kehidupan keluarga mereka
seakan hampir hancur dikarenakan Mei sibuk dengan organisasainya dan Minke sibuk dengan
perkuliahaannya. Pada saat itu Minke belum tertarik untuk membuat organisasai yang seperti diserukan
dokter jawa dan mei. Sampai suatu saat mei jatuh sakit, dan sakit itu begitu parah yang sampai
membuat diringya di panggil yang kuasa.

Setelah kepergian Mei untuk selamanya Minke mendapat keputusan dari sekolah dokter bahwa ia
dipecat dan harus mengganti uang yang telah ia gunakan selama di sekolah dokter. Lepas dari
sekolahnya ia hidup sendiri dan mulai merasa kesepian. Kemauan Minke untuk membuat gerakan sosial
modern mulai muncul ia memulai dengan membaca surat-surat dari Ter Haar yang menceritakan
kejadian yang dialami oleh pribumi di Bali serta kegigihan rakyat Aceh saat perang Aceh dan perkataan
Mei tentang organisasi modern Tiong Hoa Hwe yang membela bangsanya.
Kemudian Minke mulai membuat tulisan tentang gerakan sosial modern yang ia cita-citakan dan
mengirimkan tulisan itu kebeberapa alamat seperti ke para bupati dan gubermen. Salah satu bupati
yang memberi respon positif terhadap tulisan itu adalah bupati Serang. Minke memutuskan menemuhi
bupati Serang yang dianggap Minke memiliki tujuan sama sehingga dapat mewujudkan gerakan sosial
yang diharapkannya. Namun hasil yang Minke dapat berbeda dengan harapannya Bupati itu ternyata
merespon jauh dari isi surat yang dikirimkan ke Minke. Ternyata dulu dokter Jawa juga pernah
menemuhinya dan mendapatkan jawaban yang sama seperti yang didapatkan Minke.

Keterangan:
Menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Minke dan Mei yang di ujung tanduk. Dan Minke tidak
berhasil mengirimkan tulisannya ke para Gubermen.

Struktur: Resolusi

Kutipan novel:

Semangat Minke belum luntur ia menulis lagi dan mengirimkannya ke berbagai penjuru tidak hanya di
Betawi bahkan sampai Jawa dan Aceh ia mendapat dukungan kembali dari para priyai. Ia menemui
seorang gubermen dan ia menyarankan untuk bertemu seorang dermawan bernama Thamrin
Muhammad Tabri yang mendukung berdirinya gerakan sosial ini dan ia menyarankan untuk memberi
nama gerakan ini serikat. Berawal dari pertemuan ini diadakan pertemuan besar yang didatangi oleh
para priyai dan seluruh rakyat didaptkan keputusan dengan nama gerakan serikat priyai dengan ketua
Thamrin muhammad tabri dan sekerterisnya Minke.
Serikat priyai memiliki sebuah majalah mingguan sebagai media untuk menyerukan gerakan sosial
modern ini yang bernama Medan, di majalah ini seluruh rakyat dapat menyuarakan ketidakadilan yang
mereka alami dan segala penindasan yang terjadi pada pribumi. Inilah majalah pertama yang bukan
miliki Hindia dan bukan miliki Tiong Hwa melainkan miliki rakyat Hindia.
Tidak lama setelah serikat priyai berdiri Minke diundang bertemu dengan gubermen Van Heutz di
Buitenzorg yang sekarang Bogor untuk diajak bekerjasama, dan masalah modal Gubernur Jenderal
Guberman yang akan menanggung. Organisasi pertama yang telah diusungnya, yaitu Syarikat Priyayi
tidak bisa lagi bergerak, dimana angota-angotanya merupakan para priyayi yang statis, tak punya
inisiatif, tidak punya gairah hidup, dan ingin menghabiskan hidup dengan tenang dalam dinas
Guberman.
Kejadian-kejadian besar semakin bermunculan, pemerintah Van Heutsz sarat akan kekerasa, dimana
terjadi pemberontakan petani, yaitu golongan Samin di Jawa Tengah. Di Klungkung Bali kompeni
melancarkan serangannya besar-besar. Korban berjatuhan, nyawa dalam hitungan detik telah tergeletak
bersimbah darah, dan desa-desapun berjatuhan satu demi satu. Di Minangkabau terjadi pemberontakan
baru menolak rodi dan pajak.
Kemudian pemberontakan dan gerakan perlawanan yang terjadi di daerah-daerah lainnya di Hindia.
Dalam tiga bulan koran pribumi telah terbit dengan di bantu Frischboten. ‘Medan’ sebagai koran
pribumi kini telah terbit di jalan Naripan I, Bandung. Tempat ini selalu ramai dengan orang-orang yang
mengeluhkan penindasan, perampasan hak milik, penganiayaan atas diri mereka oleh para pembesar
dan Pejabat Guberman. Penerbitan koran pun semakin genjar dilakukan Minke. Namun ada hal yang
masih menadi gulana hatinya, yaitu organisasi.
Utusan Raden Tomo kemudian menemui Minke, dan membicarakan bentukan organisasi selanjutnya.
Tomo dan teman-teman sekolahnya telah membentuk organisasi Budi Oetomo yang terdiri dari orang-
orang jawa anggotanya, karena kita satu asal, satu nenek moyang, satu peradaban dan satu perasaan.
Organisasi Budi Oetomo telah berhasil melakukan propagandanya. Beberapa komite Budi Oetomo telah
lahir di Jawa Tengah dan jawa Timur.

Keterangan:
Peristiwa yang diungkapkan disini yakni Minke berhasil menjalankan sebuah organisasi yang ia beri
nama Syaarikat Priyai yang menyelesaikan permasalahan konflik.

Struktur: Koda

Kutipan novel:
Budi Oetomo lahir ditengah siswa-siswa sekolah Dokter STOVIA yang melahirkan priyayi-priyayi, yang
hidup ditengah masyarakat dan mendambakan masyarakat terpelajar mendatang. Berbeda dengan
Syarikat Priyayi yang bentuk karena terilhami oleh dokter jawa, dan organisasi ini lahir dan mati
ditengah priyayi. Serikat Priyayi dan Budi Utomo kedua organisasi ini masih berjalan, koran medan dan
penerbitnya masih dikelola oleh Sandiman dan teman-temannya sedangkan Minke sendiri pada waktu
itu ditangkap oleh polisi dan ditahan di Pulau yang tidak diketahui berada di Pulau luar Jawa.
Keterangan:

menjelaskan tentang berhasilnya serikat priyai dan budi utomo

Anda mungkin juga menyukai