1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengijinkan saya untuk menyelesaikan makalah
analisis novel ini tak lupa juga shalawat serta alam saya panjatkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW.
Makalah ini telah saya susun dengan segala kemampuan yang saya miliki Makalah ini dibuat
dengan tujuan menumbuhkan minat generasi muda terhadap karya sastra dan juga untuk
menumbuhkan kebesahaan menganalisis pada generai muda.
Saya begitu menyadari bahwa makalah ini tak luput dari berbagai kekurangan maka dari itu
kritik dan saran angat saya perlukan guna mnyempurnakan makalah-makalah lain yang
mungkin dilain waktu akan saya buat..
Akhir kata terima kasih untuk semua yang sudah membaca makalah saya ini semoga tujuan
dasar dari penciptaan makalh ini dapat tercapai ab makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Asiyah Nurussaa’adah
2
Daftar isi
Kata pengantar…………………………………………………………………… II
BAB I ……………………………………………………………………………….IV
Pendahuluan ………………………………………………………………………IV
BAB II ………………………………………………………………………………VI
Pembahasan …………………………………………………………………….. VI
Penutup ……………………………………………………………………….…..IX
A. Kesimpulan ………………………………………………………….……IX
B. Saran …………………………………………………………………..….IX
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca.Untuk dapat
menikmati sebuah karya sastra secara baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya
sastra.Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat
dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Sastra yang dihasilkan dari proses imajinasi disebut juga dengan prosa fiksi. Fiksi berasal
dari bahasa inggris yaitu “fiction” yang artinya hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya
tidak ada. Prosa berasal dari kata “orate provorsa” yang berarti uraian langsung, cerita
langsung, atau karya sastra yang menggunakan bahasa terurai (Waluyo, 2018:1). Dikatakan
menggunakan bahasa terurai artinya tidak sama dengan puisi (menggunakan bahasa yang
dipadatkan), dan tidak sama dengan drama (menggunakan bahasa dialog). Dalam cerita fiksi,
pengarang mengolah dunia imajinasinya dengan dunia kenyataan yang dihadapi atau kenyataan
sosial budaya.
Dalam membaca Novel merupakan karya sastra yang menggambarkan apa yang ada dalam
pikiran pengarang. Ketika seorang pengarang akan memunculkan nilai agama dan nilai sosial
dalam karyanya dapat diperoleh dari cerita orang lain atau pengalaman pengarang sendiri.
pengarang mengartikulasikan model dunia dalam kata-kata. Selanjutnya, kata-kata disusun
sedemikian rupa agar melalui aktivitas pembaca akan muncul suatu model mengenai suatu
dunia sosial. Dengan kata lain, karya sastra khususnya novel membentuk diri sebagai sebuah
dunia sosial. Dunia sosial yang sangat melekat pada masyarakat juga dengan segala
4
permasalahan di dalamnya. Sikap-sikap yang diambil sebagai bentuk perjuangan hidup dari
permasalahan sosial merupakan bagian-bagian dari konflik dalam novel.
B. Rumusan Masalah
C. Identifikasi masalah
1. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam novel Magma
2. Mengetahui sudut pandang yang digunakan pengarang pada novel Magma
3. Mengetahui penggunaan kata pada novel Magma
4. Mengetahui aliran romantisisme yang terdapat dalam novel Magma
5. Mengetahui majas pada novel Magma
6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan pada novel Magma
D. Manfaat penelitian
1. Membuka wawasan tentang sastra, khususnya tentang novel
2. Membangun kebiasaan untuk menganalisis dan menambah pengetahuan
3. Membangun minat untuk berkarya di bidang sastra khususnya novel
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Novel
Menurut The American College dictionary “Novel” diartikan sebagai “Suatu cerita
prosa yang fiktif dengan panjangnya tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan
kehidupan nyata yang refressentatif dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau
kusut”.
Sedangkan menurut Sumarjo (dalam bukunya Santosa dan Wahyuningtyas, 2010 : 47),
“Novel” diartikan sebagai “Novel adalah produk masyarakat.” Novel berada dimasyarakat
karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau
rasional dalam masyarakat”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996 (dalam
Siswanto 2008 :141), “Novel” diartikan sebagai "Karangan prosa yang panjang, mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat pelaku. Masalah yang dibahas tidak sekompleks roman. Biasanya
novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa
sehari-hari. Meskipun demikian, penggarapan unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti
tema, plot, latar, gaya bahasa, nilai tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan
aspek tertentu dari unsur intrinsik tersebut".
Geladis Afira mulai menulis kisah Magma pada tanggal 16 September 2020. Novel Magma
kemudian diterbitkan pada bulan Agustus 2021 oleh Snowball Publishing. Novel Magma
merupakan novel bergenre fiksi remaja yang mengangkat kisah cinta remaja.
6
Geladis Afira. Biasa dipanggil Geladis atau Fira. Lahir pada 18 Januari 2003, di Kuantan
Singingi, Riau. Selain hobil menulis novel, Geladis juga suka hal-hal tang berkaitan dengan
sastra dan seni yang lain. Seperti mengarang puisi, membuat quotes-quotes pendek, meluki,
bernyanyi, bergitar dan masi banyak lagi.
A.Nilai Moral
Tidak ada yang membatasi atau melarang untuk saling jatuh cinta di
lingkungan sekolah. Namun, ada baiknya tetap menjaga etika di lingkungan sekolah
yang merupakan tempat belajar. Jangan bermesraan yang berlebihan di lingkungan
sekolah. Tidak benar jika menjadikan seseorang sebagai taruhan. Hal itu sama saja
seperti memandang manusia sebagai sebuah objek. Jadi, hindari untuk melakukan
perbuatan yang mempertaruhkan seseorang.
B.Nilai Budaya
Novel ini memiliki nilai budaya, saat memberi ucapan khas Barat
kepada teman-teman yang berada di sekolah, di sini kita bisa melihat bahasa yang
digunakan sangat mudah dipahami oleh anak remaja.
C.Nilai Sosial
sebagai taruhan, hal ini ditunjukkan dari salah satu tokoh yang mengajarkan kita
bahwa menjadikan sesorang sebagai taruhan itu sangat tidak baik karena itu sama
saja menjadikan manusia sama dengan barang.
2. Unsur Intrinsik
1. Tema: “Mengisahkan tentang pria bernma Magma yang jatuh cinta kepada pacar
musuhnya”
2. Tokoh: Magna, Glora, Eza, Anggota Osia, Keluarga Glora dan Magma, serta Teman-
teman Magma
7
3. Latar belakang: Di Sekolah, Di rumah Magma, Di rumah Glora, Di Markas, dan Di
pinggir jalan
4. Alur: Dalam novel ini mnggunakan alur maju
5. Latar waktu: Di waktu pagi hari, siang hari, sore hari dam malam hari
6. Amanat: “Mengajarkan kita untuk tidak menjadikan seseorang sebagai taruhan”
a). Sudut pandang: “Sudut pandang orang ketiga, Pengarang menggunakan sudut pandang
dengan nama-nama tokoh”
“Magma berjalan, menarik kuat dasi cowok itu agar bangkit lagi” 1
“Magma mengangguk-angguk”2
“Glora terdiam menatap punggung yang berjalan keluar kantin untuk meninggalkannya”3
1. Sarkasme
2. Hiperbola
1
Geladis Afira, Magma, Jawa Barat:Snowball,hlm.9
2
Ibid, Magma,hlm.10
3
Ibid, Magma,hlm.11
4
Ibid, Magma, hlm.249
5
Ibid, Magma,hlm.19
6
Ibid, Magma,hlm.11
8
3. Persofinikasi
4. Metafora
“Sama-sama membelalak”8
5. Religi
Di novel ini, kebanyakan menggunakan bahasa baku sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Berikut contoh Bahasa Baku yang digunakan:
1. “Membuka”
2. “Merampas”
3. “Kembali”
4. “Terjatuh”
Di dalam novel ini juga menggunakan beberapa bahasa yang tidak baku, seperti berikut ini:
1. “Tapi”
2. “Tak”
3. “Woy!”
4. “Bangsat!”
5. “Setop”
6. “Lo”
7
Ibid, Magma,hlm.379
8
Ibid, Magna,hlm.9
9
Ibid, Magma,hlm.11
10
Ibid, Magma,hlm.8
11
Ibid, Magma,hlm.245
9
7. “Gue”
8. “Nggak”
9. “Kepo”
10. “Belom”
1. Kelebihan
Geladis Afira mengemas novel ini dengan baik, dengan penggunaan bahasa ala
remaja, penggunaan diksi dengan menyertai slang yang krap digunakan para remaja.
Secara keseluruhan, sangat sesuai dengan genre novel Magma ini yang merupakan fiksi
rmaja.
Geladis Afira juga mampu menggambarkan segala waktu, suasana, dan tempat
dengan sangat detail. Latarnya dituliskan dengan jelas, sehingga para pembaca dapat
membayangkan tiap-tiap adegan dengan tepat.
Kisah Magma ini juga dinilai ukup ringan, karena tidak mengangkat konflik
yang berat. Selain itu, kisah ini juga sangat relevan dengan apa yang terjadi di sekolah,
di dalam kehidupan para remaja.
2. Kekurangan
Dalam novel Magma ini, terdapat sejumlah adegan yang tidak patut untuk
dicontoh. Seperti bermesraan berlebihan di area sekolah, bertengkar, dan lain
sebagainya. Pembaca diharapkan bijaksana dalam memahami bahwa hal itu bukan hal
yang normal dan patut untuk dilakukan di lingkungan sekolah.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam analisis ini diharapkan siswa dapat menganalisis gaya bahasa atau majas-majas,
serta pnggunaan kalimat pada novel yang berjudul “MAGMA” Menemukan kaidah kbahasaan
yang tepat sert mengembangkan kgiatan literasi di sekolah sehingga karya ilmiah ini patut
untuk dijadikan bahan analisis.
B. Saran
Buku-buku yang disajikan hendaklah menarik perhatian serta dalam penulisan harus
memperhatikan keindahan bahasa agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi para pembaca atau
penikmat sastra.
11
Daftar Pustaka
12