Anda di halaman 1dari 13

RISENSI BUKU LITERASI

1.Identitas Buku
a. Judul Buku : Legenda Malin Kundang Si Anak Durhaka, Dan 7
Dongeng Populer Lainnya.
b. Penulis / Pengarang : TITIS ASMARADANA
c. Penerbit : Dua Media
d. Tahun Terbit : 2011
e. Tebal Buku : 1-128
f. Catatan : Cerita bukunya sangat menarik, tetapi alur ceritanya
ada yang tidak nyambung.

2. Sisi Buku
a.Ringkasan Buku/Cerita
Cerita 1
Legenda Batu Malin Kundang
Dahulu kala di Padang Sumatra Barat tepatnya di
Perkampungan Pantai Air Manis ada seorang wanita bernama
Mande Rubayah. Beberapa tahun tinggal di perkampungan
nelayan , mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama
Malin Kundang. Malin Kundang sangat disayang oleh orang
tuanya.
Singkat cerita, saat Malin mulai tumbuh menjadi dewasa ia
ingin mengadu nasibnya dengan cara pergi merantau. Malin
terdiam, disatu pihak ia merasa kasihan kepada ibunya yang
sudah tua, haruskah ia tinggalkan ibunya seorang diri. Dengan
berat hati ia pun meminta ijin kepada ibunya untuk pergi
merantau, dengan berat hatipun ibunya memberikan ijin.
Ibunyapun kembali menjadi perempuan tua yang kesepian.
Beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasib.
Ia telah menjadi saudagar yang kaya raya, Malin juga menikahi
seorang perempuan bangsawan yang sangat cantik.
Suatu hari, Malin ingin melihat keadaan desanya. Sudah
lama sekali tak pulang. Malin pergi bersama istri dan banyak
pekerjaannya. Ia juga membawa banyak uang untuk dibagikan
kepada para penduduk.
Sampailah Malin di desanya. Dengan sombong ia
membagikan uang kepada para penduduk. Diantara mereka
ada yang mengenali Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu
pun langsung bergegas pergi ke rumah malin untuk
memberikan kabar kepada ibu Malin.
Setelah mendengar kabar itu, Ibu Malin tidak percaya,
sungguh ia sangat merindukan anaknya selama beberapa tahun
ini. Maka ia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja,
disana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.
Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu mengakui
orangtuanya yang berpakaian sangat lusuh itu. Bagaimana ia
akan menjelaskan kepada istrinya tentang semua ini?
Malin tidak mengakui bahwa itu ibunya, ibunya pun sakit
hati dan tidak percaya bahwa malin tega memperlakukan itu
kepada ibunya.
Lalu ibunya pun mengangkat tangannya ke langit lalu berdoa
untuk mengutuk Malin yang durhaka itu. Maka perlahan lahan
badan Malin mulai terasa kaku, perlahan lahan juga badan
Malin menjadi batu yang menyatu dengan karang.

Asal Mula Danau Toba


Di Sumatra Utara, ada seorang pemuda yang suka memancing.
Suatu hari ia mendapatkan ikan dan ikan itu ternyata
merupakan jelmaan dari seseorang gadis yang cantik. Setelah
lama bersama-sama, pemuda dan gadis tersebut menikah dan
mempunyai anak yang bernama samosir. Pemuda dan gadis itu
hidup sejahtera dan mempunyai janji yaitu pemuda tersebut
tidak boleh mengatakan kepada samosir bahwa dia adalah anak
ikan. Pada suatu hari pemuda tersebut tidak sengaja
menyebutnya anak ikan karena terbawa emosi dan
mengatakan samosir anak ikan, lalu terjadilah badai yang kuat,
ibu samosir menyuruh samosir untuk pergi ke bukit yang sangat
tinggi dan memanjat pohon disana. Lalu ibu samosir sendiri
pergi ke danau merubah menjadi ikan yang sangat besar. Lama
kelamaan genangan itu menjadi genangan air yang sangat besar
sehingga menimbulkan air meluap dan menjadi danau yang
sangat besar. Oleh masyarakat setempat, danau tersebut diberi
nama Danau Toba.

Putri Niwerigading
Al kisah, dahulu di Negeri Alas termasuk wilayah Nangro
Aceh Darussalam, ada seorang raja yang bijaksana dan
dicintai rakyatnya. Ia memerintah dengan adil dan
bijaksana, sehari-hari pikirannya dicurahkan untuk
memajukan negeri dan kemakmuran rakyatnya.

Namun sayang sang raja tidak mempunyai putera. Mereka


sedih, atas nasihat orang pintar raja dan permaisuri
kemudian tekun berdo’a sambil berpuasa. Beberapa bulan
kemudian permaisuri mengandung. Setelah sampai
waktunya melahirkan anak laki-laki yang diberi nama
Amat Mude.
Belum genap setahun umur Amat Mude, ayahnya
meninggal dunia.

Karena Amat Mude masih bayi maka adik sang raja atau
paman (Pakcik) Amat Mude diangkat menjadi raja
sementara.

Pakcik itu bernama Raja Muda. Setelah diangkat menjadi


raja ia malah bertindak kejam kepada Amat Mude dan
ibunya.

Mereka diasingkan ke sebuah hutan terpencil. Raja Muda


ingin menguasai sepenuhnya kerajaan yang
sesungguhnya menjadi hak Amat Mude..

Walau dibuang jauh dari istana permaisuri tidak


mengeluh, ia terima cobaan berat itu dengan sabar dan
tabah. Ia besarkan Amat Mude dengan penuh kasih
sayang. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa Amat Mude
tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tampan.

Amat Mude suka memancing ikan di sungai. Pada suatu


hari, permaisuri dan Amat Mude pergi ke sebuah desa di
pinggir hutan untuk menjual ikan. Tanpa disangka, ia
bertemu dengan saudagar kaya. Ternyata ia bekas
sahabat suaminya dulu.
“Mengapa Tuan Putri dan Putra Mahkota berada di tempat
ini?” tanya saudagar itu keheranan.
Permaisuri menceritakan semua kejadian yang telah
menimpanya. Mendengar hal itu, sang saudagar segera
mengajak mereka kerumahnya dan membeli semua
ikannya. Setiba di rumah, saudagar itu menyuruh istrinya
segera memasak ikan tersebut. Ketika sedang memotong
perut ikan, sang istri merasa heran karena dari perut ikan
itu keluar telur ikan yang berupa emas murni.

Kemudian, butiran emas tersebut dijual kepasar oleh istri


saudagar. Uangnya ia gunakan untuk membangun rumah
permaisuri dan putranya. Sejak saat itu, permaisuri dan
putranya telah berubah menjadi orang kaya berkat telur-
telur emas dari ikan. Cerita tentang kekayaan permaisuri
dan putranya sampai ketelinga Raja Muda.

Pada suatu hari, Raja Muda memanggil Amat Mude ke


istana. Ia memerintah Amat Mude memetik kelapa gading
untuk mengobati penyakit istri Raja Muda, di sebuah pulau
yang terletak di tengah laut. Konon, lautan di sekitar pulau
itu dihuni oleh binatang-binatang buas. Siapapun yang
melewati lautan itu pasti celaka.
Raja Muda mengancam Amat Mude jika tidak berhasil, ia
akan dihukum mati. Tapi, Amat Mude tak peduli dengan
ancaman itu. Niatnya tulus hendak menolong istri Raja
Muda. Ia pun segera berangkat meninggalkan istana.

Setibanya di pantai, ia duduk termenung. Tiba-tiba,


muncul di hadapannya seekor ikan besar beranama Si
Lenggang Raye, didampingi oleh Raja Buaya, dan seekor
Naga Besar.

Singkat cerita, Amat Mude telah menemukan pohon


kelapa gading dengan bantuan Silenggang Raye, Raja
Buaya, dan seekor naga. Selanjutnya, Amat Mude
memanjat pohon. Ketika sedang memetik buah kelapa
gading, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan.

“Siapa pun yang berhasil memetik buah kelapa gading,


dia akan menjadi suamiku.”
“Siapakah Engkau?” tanya Amat Mude.
“Aku Putri Niwer Gading,” jawabnya suara dari bawah
pohon kelapa.

Amat Mude cepat-cepat memetik kelapa gading. Setelah


turun dari atas pohon kelapa. Alangkah takjubnya Amat
Mude melihat kecantikan Putri Niwer Gading. Akhirnya,
Amat Mude pun mengajak sang putri pulang ke rumahnya
untuk dipersunting. Setelah menikah, Amat Mude beserta
istri dan ibunya berangkat ke istana untuk menyerahkan
kelapa gading.
Kedatangan Amat Mude membuat Raja Muda terheran-
heran. Orang yang berhasil melewati rintangan dipulau
angker pastilah orang sakti. Ia tidak mau main-main lagi.
Kini tidak alasan untuk menghukum mati keponakannya
itu.

Akhirnya Raja Muda sadar akan kesalahannya. Ia


memohon maaf kepada permaisuri dan Amt Mude.
Beberapa hari kemudian Amat Mude dinobatkan menjadi
Raja Negeri Alas.

Ketika musibah yang terjadi diperlukan kesabaran dan


ketabahan. Dan dengan bekerja keras kita akan sampai
pada perbaikan nasib. Tamat.

Si Bungsu Dan Ular Raksasa


Dahulu kala, di Bengkulu hiduplah seorang janda tua dengan
tiga orang anak perempuannya. Mereka hidup miskin dan
tinggal memenuhi kebutuhannya, mereka mengandalkan
penjualan hasil kebun yang sempit.
Suatu hari, wnita tua itu menderita sakit keras, ia tidak lagi
dapat bekerja mengolah kebun dan menjual hasil kebun itu ke
pasar. Kini pekerjaanya digantikan oleh ketiga anak
perempuannya.
Sudah berbagai tabib di panggil untuk mengobati penyakit sang
ibu, tapi tidak satu pun yang berhasil menyembuhkannya.
Hingga akhirnya, datang seorang peramal menemui ketiga anak
perempuan wanita itu. Peramal itu berkata, “ hanya ada satu
cara untuk menyembuhkan penyakit ibu kalian, yaitu dengan
memberikan obat khusus yang terbuat dari daun-daunan hutan
yang dimasak dengan bara gaib. Untuk mendapatkan bara gaib
ini memang sulit, kalian harus mencarinya di puncak gunung.”
“Apakah tidak ada cara lain untuk kami mendapatkan bara gaib
itu ,wahai peramal?” Tanya salah seorang anak. ‘Tidak ada. Dan
satu lagi yang perlu kalian tahu. Konon, puncak gunung yang
mengandung bara gaib itu dijaga oleh seokor ular gaib yang
sangat besar dan menyeramkan,”ucap sang peramal.
Betapa kecewanya ketiga anak perempuan itu mendengar
ucapan sang peramal,ular gaib yang menjaga bara gaib itu
menurut para penduduk desa , akan memangsa siapapun yang
berusaha mendekati puncak gunung tersebut. Ana-anak
perempuan itu hanya diam membisu. Tak ada yang berani pergi
ke puncak gunung. Tapi si Bungsu…melihat penderitaan ibunya,
hatinya teriris-iris. Ia nekad keluar rumah untuk mencari obat
bagi ibunya. Kedua kakaknya bukannya mendukung malah
mengolok-oloknya.
Dengan susah payah ia masuk ke hutan. Setelah mendapat
ramuan dedauan kini ia mulai naik gunung untuk menari bara
gaib. Banyak rintangan yang harus dilalui, tanah dan bebatuan
yang semakin miring dan curan membuat tenaganya terkuras.
Ketika hampir sampai di puncak gunung, hatinya semakin miris.
Rasa takutbmenyelimuti dirinya. Sebab ia harus melewati
kediaman ular n”Daung terlebih dahulu. Goa tempat tinggal
ular n”Daung dan berlumut. Daun-daunya yang rimbun
menutupi sinar matahari sehingga tempat itu menjadi temaram
agak gelap.
Belum habis rasa takutnya… tiba-tiba terdengar suara gemuruh
dan raungan keras . membuat tanah yang dipijaknya bergetar si
bungsu makin takut.
Beberapa saat kemudian ia melihat seekor ular besar berada
dihadapannya. Sorot matanya tajam, lidahnya menjulur
berulang-ulang.
Demi ibunya ia memberanikan diri,”Wahai ular yang baik hati.
Bolehkah aku meminta sebutir bara gaib? Bara itu akan
kugunakan merebus obat untuk ibuku yang sedang sakit keras.”
Tak ditanya ular itu menjawab dengan ramah ,” Baiklah..aku
akan memberimu bara gaib, tapi dengan satu syarat kamu
harus mau menjadi istriku…!
Si Bungsu meyanggupi syarat itu demi kesembuhan ibunya, ia
pulang membawa obat lagi bagi ibunya. Setelah meminum obat
itu ibunya seketika sembuh. Si Bungsu merasa bahagia.
Tapi ia harus memenuhi janjinya. Esok harinya ia pergi ke
puncak gunung untuk menemui ular n”Daung. Saat tiba di goa
ular n”Daung hari sudah malam. Alangkah terkejutnya si
Bungsu karena ia melihar ular n”Daung berubah menjadi
pangeran yang berwajah tampan.
“Wahai pangeran benarkah kau ini jelmaan ular n”Daung
penjaga bara gaib? Tanya si Bungsu.
“Benar …akulah si ular n’Daung. Namaku Abdul Rahman
Alamsyah, aku telah disihir pamanku. Aku menjadi ular hanya
diwaktu pagi saja, jika malam aku berubah menjadi manusia
lagi. Pamanku berlaku curang, ia ingin merebut tahtaku dan
menjadi raja ,” kata Pangeran.
Sementara itu kedua kakak si Bungsu penasaran, mengapa si
bungsu bisa selamat membawa bara gaib, diam-diam mereka
menyusul ke goa ular n”Daung.
Alangkah kagetnya mereka, ternyata si Bungsu sedang
berbincang-bincang dengan seorang Pangeran yang berwajah
tampan.
“Kurang ajar! Pantas saja ia betah tinggal di goa ini. Kiranya
sedang pacaran dengan seorang pangeran yang berwajah
tampan ,” kata sisulung kakak pertama.
Kakak kedua berkata ,”Aku tidak suka si Bungsu hidup bersama
pangeran itu. Ayo kita cari cara untuk mencelakannya.
Kedua gadis itu berunding mengatur siasat. Mereka melihat
kulit ular di depan goa.
Kita bakar saja kulit ular itu, pasti nantinya pangerang akan
marah, malah bisa-bisa si bungsu akan dibunuhnya,” kata si
Sulung.
Rencana dijalankan, saat itu si Bungsu dan pangeran jauh
berada dalam goa, sementara si Sulung dan kakak kedua
mengambil kulit ular dan membakarnya di depan pintu goa
habis itu mereka pulang.
Tapi kejadian tidak seperti yang diharapkan kedua gadis itu,
setelah Pangeran tahu bahwa kulit ularnya dibakar, ia malah
berlari dan memeluk si Bungsu.

3. Tanggapan / Penilaian
a. keunggulan buku
Ceritanya sangat menarik, dan buku ini memiliki gambar yang
jelas juga.
b. kelemahan buku
buku ini ada ceritanya yang tidak nyambung dan bolak balik,
dan juga ejaannya ada yang sebagian salah.
4. Kesimpulan
* Saran dari pembaca buku :
Saran saya sebaiknya ejaan di buku ini di perbaiki / dibenarin
lagi agar pembaca tidak kesulitan untuk memahami kalimat
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai