Author : e. ussagii*
Author FB Account : facebook.com/esterussagii
Author Twitter Account : twitter.com/esterussagii
Author POV
“oppa, sebaiknya kau cepat pakai baju mu. Setelah itu sarapan atau
nanti kita bisa terlambat.” Seraya melepaskan tangan Kyuhyun yang melingkari
pinggangnya. Kyuhyun lekas membuang nafas beratnya dan menurut dengan
perintah istri satu-satunya itu. “aku menunggu mu untuk sarapan jadi
cepatlah.” Ujarnya.
Kyuhyun POV
Aku keluar dari kamar dan ku lihat di pantry Junhee sudah menungguku.
Aku berjalan menuju pantry dan duduk di hadapannya. Aku kesal sekali rasanya
belum mendapatkan ciuman dari istriku jadi aku pasang saja wajah
kekecewaanku. Mata Junhee terus saja menatapku.
“kau kenapa? Apa kau marah karena aku tidak mencium mu?” Tanyanya.
Ne. aku marah karena aku tidak mendapatkan ciuman itu dari mu,
batinku. Aku hanya terus menatapnya.
“yah! Kau ini kenapa? Apa kau sudah bosan mencium suami mu ini??”
Kesalku.
“anyio. Mana mungkin aku bosan hanya saja hari ini aku tidak berselera.”
Jujurnya.
“kau aneh!”
“Aku??”
“ne! sudah tau aku aneh tapi kau malah menikahi ku.”
* * *
Junhee POV
“baiklah! Kita pasangan suami istri yang aneh!” Nada suara bangga
terdengar jelas dari mulut Kyuhyun oppa.
Selesainya aku keluar dari kamar, Kyuhyun oppa sudah menungguku. Aku
lekas memberikan tas miliknya. Kami berdua lekas memakai sepatu kami.
“tas ini berat sekali mau kah kau membawakannya untukku??” Tanyanya
sesaat setelah memakai sepatu.
“MWO???” Aku terkejut dengan permintaan konyolnya dan saat itu dia
lekas menarik ku dan mencium ku dengan begitu bersemangat. Dia mencium mu,
seakan aku ingin dimakannya. Benar-benar brutal tapi aku suka itu, suami
evilku.
“aish! Pabo.” Kesalku yang merasa kecolongan tapi aku suka itu. Itulah
yang ku inginkan, ciuman dadakan. “kemarilah.”
“aku tau kau pasti akan memukul ku, kan??” Tebaknya yang sudah berdiri
memberi jarak dengan ku.
Kyuhyun oppa pun menurut, dia berjalan ke arahku dengan perlahan. Saat
dia berdiri di hadapaku, aku lekas mengelap bekas lipstick ku yang menempel di
ujung bibirnya. Aku mengelapnya dengan lembut. Kyuhyun oppa pun tersenyum
dan sedikit mengacak-acak rambutku.
* * *
Author POV
“jam 2 nanti kita ketemu di kantin.” Seru Kyuhyun sesaat setelah keluar
dari dalam mobil.
Junhee menganguk dan melempar senyum ke wajah Kyuhyun. “aku
duluan.” Ujarnya dan lekas meninggalkan Kyuhyun.
Pria itu lekas menoleh ke belakang dan terlihat tersenyum dengan sosok
yeoja yang memanggilnya. “Junhee-ahh…” Balasnya.
Kali ini Junhee sudah berdiri di sampingnya. “bukan kah kau satu fakultas
dengan Kyuhyun oppa, lalu kenapa kau ke sini?” Bingung Junhee saat melihat
Donghae berjalan menuju gedung E.
* * *
Donghae POV
Aku pun tidak menyangka bisa satu kelas dengan mu, mengingat kalau aku
ini kakak kelas mu. Sejenak aku menikmati senyuman manis Junhee dan entah
kenapa masa saat aku duduk di bangku kelas 3 SMA datang lagi. Memori itu
terlihat begitu jelas sampai aku sadar kalau sekarang yang berdiri di sampingku
bukan Junhee yang dulu tapi Junhee yang sudah menjadi Nyonya Cho.
“oppa, oppa…” Junhee membangunkan ku dari lamunan ku.
“ne…” Seruku.
Aku suka dengan sikapnya begitu perhatian. Dari pertama aku mengenal
mu kau tidak pernah berubah Junhee, sekali pun tidak, selalu hangat dan
ceria, batinku.
Aku tidak peduli dengan setiap kata yang keluar dari mulut dosen asal
Inggris itu, perhatianku sepenuhnya tertuju kepada yeoja yang sedang duduk
disampingku. Ya, aku sepenuhnya memberikan perhatianku pada Junhee.
* * *
Author POV
Mata Donghae terus tertuju kepada Junhee dan tanpa Donghae sadari
kalau semenjak tadi ada sepasang mata lain yang memperhatikan setiap gerak-
gerik tubuhnya. Mata kuliah yang berjumlah 3 SKS itu pun selesai. Junhee dan
seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut pun berhamburan keluar
dari dalam kelas.
Mata kuliah berikutnya yang di datang Junhee tidak ada dosennya tapi
mereka mendapatkan tugas untuk membuat makalah tentang Linguistik. Junhee
dan Minji pun lekas datang menghampiri persputakan bahasa yang ada di
kampusnya.
“Minji, kau duluan saja ke perpus… aku ingin menelepon kyu oppa dulu.”
Ujar Junhee.
“oppa, mianhae. Aku rasa hari ini kita tidak bisa makan siang bersama.”
Jelas Junhee.
“wae?” Bingungnya.
“Yah! jadi kau lebih memilih menghabiskan waktu dengan buku-buku sialan
itu ketimbang dengan suami mu yang tampan ini???” Bentak Kyuhyun.
* * *
Junhee POV
Aku bingung sekali dengan sikap yeoja yang ada di hadapanku ini. Oh
Minji sahabat terbaik yang kupunya, aku mengenalnya semenjak kami duduk di
bangku sekolah dasar. “wah, uri Minji terlihat sangat aneh hari ini…” Jujur
ku.
“ini semester baru tapi kenapa sudah ada tugas menyebalkan ini.”
Ohh... jadi karna tugas kau begini, batinku. Tapi apa benar hanya karna
tugas, aku masih ragu. Minji kembali menatapku dan kali ini tatapannya sedikit
berbeda.
“oia, kenapa tadi ada Donghae sunbae dikelas kita?? Bukan kah dia anak
seni??” Bingung Minji saat melihat Donghae oppa satu kelas dengan kami.
“katanya dia harus mengulang mata kuliah Basic English 2 makanya dia
tadi di kelas kita. Basic English 2 itu mata kuliah dasar dan setiap fakultas
pasti mendapatkan mata kuliah itu kan?” Aku menjelaskannya sedetail mungkin
meskipun aku tau Minji pasti sudah tau.
Aish, si pabo ini kenapa membahas ini, aku jadi ingat masa SMAku. Kalau
dia suka denganku, cerita hidupku tidak akan seperti ini, batinku.
“pergilah. Nanti kalau kau terlambat kau bisa kena marah. Soal tugas
jangan kau pikirkan.” Saranku.
* * *
Author POV
Junhee pun lekas masuk ke dalam mobil, duduk manis di samping namja
tampan itu. “kau habis dari mana, Donghae oppa?” Tanyaanya.
“Ani, hanya aku dan Hyukjae. Sungmin dan Kyuhyun tidak ikut.” jelasnya.
Junhee menganguk-angguk.
“… sore sekali?? Apa kau tadi ada mata kuliah tambahan???” Tanya
Donghae.
“Aissh… berani sekali kau meledek aku dan uri oppa…” Ketus Junhee,
mempoutkan bibirnya.
* * *
Donghae POV
Aku tak sadar wajah kami sangat dekat. Hingga aku bisa melihat mata
indahnya dengan begitu jelas. Sesaat kami berdua berubah canggung. Aku
melepaskan ke dua tanganku dari wajahnya.
“ku dengar siwon akan kembali pindah ke korea, apa dia tidak betah di
amerika??” Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, mencoba mencairkan
suasana canggung ini.
“dia bilang, dia sudah tidak tahan melihat kalian berempat…” Seru
Junhee, seakan mulai melupakan kejadian tadi.
* * *
Author POV
“aku pulang.” Ujarnya sesaat setelah memasuki apartementnya dan tak
ada jawaban dari Kyuhyun.
Junhee pun berjalan ke arah tv, menutupi tv besar itu dengan tubuhnya.
“yah! Apa yang kau lakukan??!” Bentak Kyuhyun, kesal dengan tingkah
Junhee.
“istri mu pulang kau malah asyik dengan games mu??” Junhee tak kalah
kesal dengan sikap cuek Kyuhyun.
“kau juga cemburu dengan games ku, kan???” Balas Kyuhyun. Dirinya pun
sambil berjalan mendekat ke arah Junhee. Mengacak-acak rambut Junhee. “…
aku lapar.” Kali ini nada suara manja keluar dari mulutnya.
Senyuman manis pun keluar dari bibir Junhee. “aku mandi dulu setelah
itu kita makan bersama.”
*skip*
* * *
Kyuhyun POV
Aku pun melanjutkan makan malam ku dengan rasa yang tidak enak. Aku
benci sekali kalau harus melihat wajah yeoja yang kucintai seperti ini. Rasanya
percuma aku bilang aku mencintainya dan akan menjaganya dengan baik kalau
pada kenyataannya aku hanya bisa melihat dia kelelahan seperti sekarang ini.
Aish, ada apa dengan istriku? Bingungku yang terus salah di matanya.
“apa kau sedang masanya??” Tanyaku.
“tidak, aku sudah selesai dari dua hari yang lalu.” Jawabnya.
“wah, kalau begitu malam ini kita bisa melakukannya??” Aku mencoba
menggodanya.
“melakukan itu… aku menjelajahi tubuh mu, dan kau menjelajahi tubuh
ku…” Senyuman evil ku pun ku lemparkan ke wajahnya yang membuat pipinya
memerah, seperti kepiting rebus. Aku juga suka saat melihat dia seperti ini,
manis sekali.
Tanganya lekas mencubit tanganku. “pabo!” Suaranya terdengar malu-
malu.
“yah! apa yang salah dengan itu, kau istri ku dan aku ini suami mu. Jadi
itu hal yang wajar kan???” Seruku.
* * *
Junhee POV
Kyuhyun oppa sudah masuk ke dalam kamar tidur sementara aku, masih
harus duduk dan mengerjakan tugas makalahku di ruangan tamu. Sudah hampir
beberapa jam aku menghabiskan waktuku dengan mengerjakan tugas. Leherku
mulai terasa pegal dan mataku mulai mengantuk tapi aku tetap meneruskan
mengerjakannya hingga selesai. Jadi besok aku tidak perlu mengerjakan tugas
sialan ini.
Lampu kamar kami terlihat sangat redup, tidak terlalu terang. Mataku
masih bisa melihat sosok Kyuhyun oppa yang tertidur dengan sangat pulasnya di
tempat tidur. Aku lekas menaiki tempat tidur dan membaringkan tubuhku,
mencoba untuk tidur tapi tidak bisa.
Aku kembali duduk. Menatap dalam wajah suamiku yang tertidur pulas.
Tanpa sadar jari-jariku mulai menelusuri wajah tampannnya itu. Aku terus
menyentuhnya dan berhenti di bibirnya.
“kau tidak perlu memegangnya seperti itu, bibir ini memang untuk mu…”
Aku kaget mendengarnya. “oppa ~ bukan kah kau sudah tidur??” Suaraku
terdengar terbata-bata.
Aishh, seharian ini entah berapa kali dia sudah menggodaku, membuat
aku merasa malu. “sudah tidurlah, oppa! Aku besok ada kuliah pagi.” Seruku,
mencoba untuk menyuruh si evil ini tidur.
* * *
Author POV
Sinar matahari pagi sudah menyilaukan dunia, karena ada kuliah pagi
Junhee pergi ke kampus sendirian, sedangkan Kyuhyun masih tertidur di
apartment. Selesai dengan mata kuliah pertama, Junhee dan Minji duduk di
bangku taman kampus.
“yah! bagaiman ini? Tugas untuk besok belum selesai ku kerjakan??” Minji
menghela nafas beratnya, terdengar begitu frustasi.
“ini makalah mu.” Singkat Junhee. “… hanya ini yang bisa ku lakukan
untuk mu…” Lanjut Junhee.
Junhee melepas pelukkannya. “Yah! kenapa jadi adik mu, tidak mau, aku
ingin menjadi kakak mu ~” Suara Junhee terdengar manja.
“yah! sunbae, siapa yang kau bilang lesbi??” Kesal Minji melepas
pelukkannya dengan Junhee.
* * *
Donghae POV
“bukan kami yang lesbi tapi kalian berempat yang homo!” Ketus Junhee
sambil mempoutkan bibirnya.
“Homo?? Wah, kau ini Junhee…” Gaya Sungmin terlihat sama saat SMA
dulu.
“wah, Sungmin sunbae aku sudah lama tidak melihat gaya mu yang seperti
tadi…” Ujar Minji. “… aku merasa kembali ke masa SMA dulu...”
“Ahhh, jinjja! Benar sekali. Sudah lama rasanya kita tidak saling
mengejek lesbi dan homo…” Hyukjae pun merasakan hal yang sama.
“Junhee-ahh…” panggilku.
“Ne.” Jawabnya.
Aku bisa merasakan sepasang mata tertuju pada kami berdua. Mata
Kyuhyun mulai mengawasi diriku. “hari ini Siwon tiba di Seoul, kan??” Tanyaku.
Junhee menganguk.
“Wah, benar kah?? Ehm, bagaimana kalau malam ini kita pergi makan
bersama dan karoke bersama??” Tawaran Sungmin.
“Sesuju! 2 pasangan homo, satu psangan lesbi dan seorang pastor, sudah
lama kita tidak keluar bersama ~” Seru Hyukjae begitu bersemangat.
“Yah! siapa yang kau bilang lesbi dan homo???” Kesal Junhee.
“Tentu saja yang lesbi kalian berdua...” Hyukjae menunjuk Minji dan
Junhee. “lalu homo pertama aku dengan Donghae, yang ke dua Sungmin dengan
Kyuhyun dan …”
“… uri Kyuhyun oppa tidak homo, dia beda dengan mu ~” Kali ini Junhee
berdiri dari duduknya dan lekas memengang erat tangan Kyuhyun.
Entah kenapa aku sedikit kesal melihat itu dan aku hanya bisa
menahannya dalam hatiku.
Sungmin melepas paksa tangan Kyuhyun dari tangan Junhee. “ani, uri
Kyuhyun hanya menyayangi diriku seorang…” Sungmin terlihat seperti ingin
memeluk Kyuhyun tapi tertahan karena Junhee menarik tubuh Kyuhyun.
“iya kalian menikah saja sana dan di malam pertama kalian, aku akan
membunuh kalian berdua dan membuang mayat kalian ke sungai Han!” Ketus
Junhee.
Kami semua tertawa setelah mendengar ucapan Junhee.
Junhee pun lekaas kembali mempoutkan bibirnya, aku yang sudah tidak
tahan pun lekas mengalihkan pandanganku.
“tadi kan Hyukjae sudah bilang, pasangan lesbi juga harus ikut itu
artinya kau ikut.” Jawabku akan pertanyaan Minji.
* * *
Kyuhyun POV
Tidak ikut??? Kenapa dengan mu, apa tugas mu belum juga selesai?
Bingungku dengan apa yang baru saja ku dengar dari mulut Junhee. “waeyo?
Apa tugas sialan itu belum selesai??” Tanyaku.
“jadi kau belum mengerjakan tugas mu, Junhee-ahh tapi kau.... malah
ini...” Minji terdengar begitu bersalah hingga dirinya tak melanjutkan kata-
katanya.
“Ani, bukan karena tugas. Semalaman aku sudah membuat dua makalah,
jadi kau tidak perlu merasa tidak enak dengan ku, Minji-ahh…” Saut Junhee.
Kau mengerjakan dua makalah dalam sehari, waw, istri pabo ku ini baik
sekali, kagumku.
“kau harus ikut!” Tegas Sungmin hyung tanpa menunggu alasan dari bibir
Junhee.
Aku pun lekas menyetil kening Junhee. “aishh, appoy!” Serunya, sembari
mengelus-elus keningnya.
Dirinya lekas mempoutkan bibirnya dan sekali pun itu terlihat manis tapi
aku benci melihat itu. Sudah lebih dari dua kali Junhee mempout kan bibirnya,
aku tidak suka melihatnya karena Donghae hyung sangat menyukai gaya Junhee
yang seperti ini dan sangat terlihat sekali kalau dari tadi Donghae hyung ingin
mencubit pipi Junhee tapi tertahan, mungkin karena ada aku.
“kalau kau mempout kan bibir mu begitu lagi nanti ku kepang dengan
hidung mu~” Kesalku.
Tangan Donghaae lekas menahannya. Aishh, aku benci melihat itu. Yah!
hyung, dia itu istri ku. “kau ikut kan?” tanya Donghae hyung yang terlihat
sangat ingin istri ku ikut.
* * *
Author POV
Junhee dan Minji berjalan bersama menuju kelas. “Kau kenapa tadi
tidak ingin ikut, Junhee-ahh? Bukan kah kita sudah lama tidak pernah pergi
bersama-sama lagi semenjak kita lulus…?” penasaran Minji dengan sikap Junhee
tadi.
Junhee sekilas melihat Minji. “Tidak ada alasan yang pasti hanya saja
aku lebih ingin tidur.”
“Benarkah?”
“Yah! kau adik macam apa, oppa mu pulang kau tidak di rumah, bahkan
uri eomma dan appa pun tidak, apa kalian sudah menganggap aku ini sudah
mati???” kesal orang di seberang.
“Pulanglah, kalau mata kuliah itu tidak penting! Kau tidak akan mati
karena bolos!” Siwon lekas mematikan jaringan teleponnya.
* * *
Junhee POV
Setelah aku keluar dari dalam taksi, aku lekas berlari masuk ke dalam
rumah, tidak sabar ingin memeluk Siwon oppaku yang sangat ku sayangi itu.
“Oppa ~” teriakku saat memasuki ruang tengah rumah kami. Dari kejauhan ku
lihat Siwon oppa berdiri sambil melebarkan ke dua tangannya. Layaknya adegan
di film-film, aku berlari kearahnya dan dia lekas memeluk diriku. Siwon oppa
memelukku dengan erat dan sedikit menggendongku.
Wajahnya terlihat bingung dengan reaksiku. “Apa ada yang salah?? Kau
kan sudah punya suami jadi wajar saja kau hamil…”
Aku dengan lemas berjalan menuju sofa besar yang ada di ruang tv dan
lekas duduk. “memang tidak ada yang salah hanya saja uri eomma, appa,
bahkan ke dua orang tua Kyuhyun oppa juga Kyuhyun oppa ingin sekali aku
hamil, kalau mereka mendengar cadaan mu tadi aku takut kalau mereka akan
berharap…”
“waeyo?
Aku sedikit mengelengkan kepalaku. “aku takut, aku kan masih muda…”
“Aissh, aku kan hanya tidak siap memiliki anak!” aku mencoba membela
diriku sambil mengusap-usap keningku yang di sentilnya tadi.
“Yeobuseo…” sapaku.
“Yah! kau bilang ada di kelas tapi tidak ada! Di mana kau???” teriak
Kyuhyun.
“Siwon hyung??”
“Apa itu kyuhyun?” tanya Siwon oppa kepadaku, aku lekas menganguk dan
menyerahkan ponselku kepadanya. “Yah! Kyuhyun…” sapa Siwon oppa.
“Datanglah kemari kalau kuliah itu memang tidak penting…” sambungnya. “Ne!”
ponselku pun di kembalikan kepadaku.
“Ne! malam ini kalian menginap saja disini.” Ujar Siwon oppa.
* * *
Siwon POV
“Menginap?” kaget Junhee. “Dan kau akan tidur bersama Kyuhyun oppa,
begitu???” nadanya semakin meninggi.
Aku lekas menutup mulutnya dengan tanganku. “Yah! tidak bisa kah kau
tidak berteriak???”
Aku tertawa melihat tingkah adik semata wayangku ini. “Jadi, uri Junhee
sudah sangat, sangat, sangat mencintai Kyuhyun???” aku mencoba
menggodanya.
“Yah. senyuman itu tidak memberikan jawaban yang pasti… dan yang aku
butuh kan jawaban yang pasti, kau mencintaiinya, kan??”
Junhee memberikan tatapan seriusnya pada setiap kata yang keluar dari
mulutku. “Maksud oppa?? Aku tidak mengerti??”
Aku sedikit tersenyum ragu, akan mengatakan ini atau tidak. Sekilas aku
menatap Junhee yang sangat menantikan penjelasannku, aku pun memutuskan
untuk mengatakannya. “Sekalipun kau tak pernah bilang padaku tapi aku tau
kalau yang kau suka itu Donghae tapi entah kenapa dirimu justru berpacaran
dengan Kyuhyun bahkan kalian memutuskan menikah saat masih sekolah.” Unek-
unek yang selama ini ku tahan akhirnya tersalurkan. “Awalnya aku ragu, tapi
setelah melihat hubungan kalian yang seperti ini, aku rasa Kyuhyun jauh lebih
baik dari Donghae.”
“Jangan pernah bahas tentang aku dan Donghae oppa di depan Kyuhyun
oppa, dia itu sangat cemburuan…” pinta Junhee sedikit manja.
“Dia begitu karena dia juga tau kalau saat sekolah kau suka dengan
Donghae…”
Junhee menganguk. “Tapi bisa kah kau lakukan itu, oppa?? Jebal…”
* * *
Author POV
“Ohh…” singkat Siwon mulai menyadari kalau ada tiga orang di ruang
tamu. Siwon pun melepas pelukannya dan kembali duduk, begitu juga dengan
Kyuhyun.
Kyuhyun memelototi Junhee. “Yah. kau ini istri macam apa, berbohong
dengan suami mu sendiri! Kau bilang ingin ke kelas tapi ternyata pulang??”
bentaknya.
Siwon sedikit memukul perut Kyuhyun. “Hey! Siapa kau berani sekali
kau memarahi uri Junhee. Aku yang memintanya datang…”
“Sepertinya ada kelas. Ahh, hyung nanti malam kita akan keluar dan
karoeke bersama, acara ini yang buat Hyukjae hyung dan Sungmin hyung
dalam rangka menyambut dirimu yang kembali ke Seoul.” Informasi lengkap
dari bibir Kyuhyun.
“Jinjja?? Wah, kalau begitu malam ini mereka berempat ikut menginap
saja di sini.” Antusias Siwon dengan rencananya. “Kyu, malam ini kau dan
Junhee menginap di sini yah.” Kyuhyun melirik ke arah Junhee dan Siwon
mengerti maksudnya. “Tenang saja, uri Junhee sudah mengijinkannya lagi
pula kalian kan sudah lama tidak tidur di sini, jadi malam ini kalian tidur di
sini, arraseo??”
*SKIP
“Apa kau yakin akan bekerja??” tanya Junhee yang baru saja tau
kalau sahabatnya juga bekerja dari tengah malam hingga pagi.
Minji tersenyum dan lekas keluar dari mobil. Sedikit mengetuk jendala
mobil Junhee. Junhee lekas membukannya. “Ne, gwenchana. Kau tidak perlu
kawatir, saengi! Aku sudah bekerja selama dua minggu di sini dan aku tetap
sehat kan??” seru Minji, mencoba meyakinkan Junhee.
“Kau kenapa??”
“aku ini sahabat yang buruk.” Maki Junhee pada dirinya sendiri.
“Karena kau pabo kau pantas di sentil!” ketus Kyuhyun. “Kalau kau
berfikir untuk memberikan uang kepada Minji itu namanya kau menghinanya.”
Jelas Kyuhyun. “Kalau memang kau ini teman yang baik, harusnya kau
mendukung apa yang sekarang di kerjakan oleh Minji.” Nasehat Kyuhyun.
“Kalau kau ingin menolongnya, kau bisa membuatkannya makan siang atau
sekedar mentraktirnya dan memberikan dukungan moral untuknya bukannya
memberikan uang kepadanya, karna uang yang kau berikan itu pun bukan
milik mu.”
“Benar kah??”
***
Kyuhyun POV
Kami berdua memasuki ruang tengah rumah Junhee dan di sana semua
hyungdeul sudah berkumpul. Kartu juga soft-drink sudah menghiasi meja
ruang tengah.
“Kalian sudah sampai…” ujar Siwon hyung saat melihat kami berdua.
Ya, kami lima namja yang berada di ruang tengah keluarga Choi
tertawa geli dengan ucapannya Hyukjae hyung sedangkan Junhee menahawan
tawanya. Gayanya sama seperti diriku, sedikit membuang muka dan
tersenyum.
Kami berlima duduk di atas sofa, memulai malam kami berlima dengan
permainan kartu. Kami menghabiskan setengah botol bedak Junhee untuk
bermain kartu. Wajah kami berlima sudah hampir semuanya tertutup bedak
dan karena sudah merasa bosan dua jam lebih dengan bermain kartu, kami
berlima pun mulai bernostalgia dengan cerita masa lalu.
“Kalian ingat tidak saat pertama kali kita mengajak Kyuhyun bolos
sekolah…” Sungmin hyung membuka kembali lembaran masa lalu kami.
Senyuman terpancar dari wajah Donghae hyung. “Ne. aku ingat. Itu
tahun pertamanya dan kita sebagai kakak kelasnya justru mengajaknya untuk
melompati pagar sekolah…” dirinya sesekali menengguk soft-drink kaleng
yang ada di tangannya.
“Dan karena itu kita berempat di panggil kepala sekolah. Tentu saja
aku ingat.” Dengus Hyukjae hyung.
“Dan setiap istirahat, kita selalu menonton film yadong dari hape mu,
hyung.” Aku pun ikut membuka lembaran masa lalu kami.
“Ani, kami tidak memaksa mu tapi kau sendiri yang mau…” Donghae
hyung coba membenarkan pernyataan Siwon hyung.
Kami bertiga lekas tertawa mengingat kejadian itu. “Iya, ya, aku
ingat bagian itu. Kau sangat takut kalau Junhee tau kau menonton film
yadong…” Sungmin hyung masih tertawa lebar.
Wajah Siwon hyung memerah sesaat. “Aku begitu karena aku takut
kehilangan muka di depan adik ku sendiri.” Siwon hyung coba membela
dirinya.
“ahhh, aku jadi teringat kembali dengan wajah mu, siwon-ahh. Saat
Junhee datang ke kelas dengan membawa makan siang dan ternyata makan
siang itu bukan untuk mu tapi untuk Donghae… wajah mu lucu sekali saat
itu…” seru Hyukjae hyung.
Yah! bisa kah kalian hentikan pembicaraan ini? Kesalku dengan mereka
yang mulai membahas hal yang ku benci. Soft-drink yang ada di tanganku
pun mulai tak karuan bentuknya, tanpa sengaja jari-jari kanan ku
meremukan benda kaleng tersebut, memaksa mata-mata mereka untuk
melihat ke arahku dan raut wajahku yang sudah berubah. Aku terdiam
sejenak, mencoba menenangkan diriku sendiri. “Aku mengantuk.” Singkatku
dan lekas berlalu dari hadapan mereka berempat.
Author POV
Angin sore itu terasa sangat kencang. Mata Junhee bisa dengan jelas
memperhatikan punggu Donghae yang saat itu berada di depannya. Angin
yang lalu-lalang di antara Junhee dan Donghae terasa begitu sejuk. Mereka
berdua berdiri di atap gedung sekolah, menikmati suasana sore dengan langit
yang begitu cerah.
Donghae menganguk pelan dan tersenyum manis. “Sekali pun kau ini
adiknya Siwon tapi aku sudah menganggap mu seperti adik ku sendiri.
Neomu, neomu, neomu saranghae.” Dirinya kembali mengulang kalimat itu
sambil mengelus-elus rambut Junhee.
Mata Junhee berubah memerah, entah menahan marah atau menahan
air matanya. “Oppa, tidak bisa kah kau melihat ku sebagai seorang yeoja?
Ani, tidak bisa kah kau mencintaiku seperti seorang namja dewasa kepada
yeoja dewasa??” tanya Junhee dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Jawab aku, oppa…” lirih suara Junhee dengan air mata yang mulai
mengalir di wajahnya. “Tidak bisa kah kau mencintai ku lebih dari kaka ke
adiknya???” Junhee mengulang pertanyaannya.
Junhee dengan kasar melempar sapu tangan itu dan berteriak. “Aku
tidak butuh itu, aku butuh cinta mu, oppa. Tidak bisa kah kau
mencintaiku??” tangisan Junhee semakin pecah.
“Oppa…”
“Kau hanya boleh mencintaiku. Hanya aku, Cho Kyuhyun.” Tegas namja
yang bernama Kyuhyun itu.
Author POV
“Oppa ~”
“Entah kenapa setiap aku mengingat kejadian saat itu, aku merasa
sangat cemburu…” jujur Kyuhyun.
“Kau bukan pencuri tapi kau itu suami ku. Kau Cho Kyuhyun yang
memilih Choi Junhee.” Tegas Junhee.
***
Siwon POV
“Ani, dia tidak pernah bilang tidak suka menginap di sini.” Singkatnya.
Aku menatap adik ku dengan serius, “Kyuhyun masih tidur?” aku yang
sangat penasaran dengan keadaan Kyuhyun. Junhee tersenyum ke arahku dan
aku benci hal itu. “Jawab aku…”
“Kalau aku keluar dari kamar sendiri, itu artinya dia masih tidur.”
Nadanya berubah sedikit kesal.
“Aku tau kau berbohong, aku belum pernah melihat Kyuhyun seperti
tadi malam.” Jujur Siwon. “Junhee-ahh, apa kau yakin Kyuhyun tidak apa-
apa?? Semalaman aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan hal ini…”
“aku kan sudah meminta mu, oppa…” suara Junhee berubah menjadi
serius. “Aku meninta mu untuk tidak membahasnya tapi sudahlah
gwenchanayo. Kyuhyun oppa sudah tenang sekarang.”
Aku terdiam mendengar kata-kata Junhee. Aku tau dia sedikit marah
denganku. “Mianhae.” Pelan suaraku.
“Ne. tadi malam dia terlihat sengat kesal sekali. Ahh, aku ini memang
sepupuh yang buruk. Entah kenapa aku malah membahas hal yang dibencinya
tapi jujur saja aku tidak menyangka reaksinya akan seperti itu…” pengakuan
Sungmin. Aku setuju dengan sungmin, aku pun tak menyangka Kyuhyun akan
terlihat sangat kesal hingga meremukkan soft-drink yang ada di tangannya.
“Kalian berdua tidak perlu kawatir, uri Kyuhyun oppa baik-baik saja.”
Yakin Junhee, mencoba menenangkan perasaan tak karuan yang menggangguk
ku juga Sungmin.
“Junhee-ahh, tolong jaga Kyuhyun kami dengan baik, dia itu sangat
mencintai mu.” Pinta Sungmin pada adik ku.
Kami bertiga melihat ke arahnya yang sudah terlihat rapi. “Pagi, kau
ada kuliah pagi?” tanyaku bingung. Donghae menganguk sambil menenguk kopi
hangatku.
“Kau yakin akan ikut kelas professor gila itu???” Sungmin tak percaya
dengan apa yang akan di lakukan Donghae.
“Ne. aku sudah janji akan ikut kelasnya hari ini.” Jawabnya. “Kau
kapan mulai kuliah?” tanya Donghae padaku.
“Kau ada kuliah pagi juga?” tanya Donghae pada Junhee. Junhee
manganguk. “Kau ingin berangkat bersama ku??” tanyanya.
Junhee sedikit berfikir, “Baiklah. Kajja!” seru Junhee.
***
Donghae POV
Mata Junhee melihat ke arah mobil sedan hitam yang terparkir manis
di depan rumahnya. Dirinya terlihat sedang mencari sesuatu. “Ehm, supir mu
mana, oppa?” tanyanya.
“Arra. Aku jelek dan kau sangat manis.” Tangan ku kali ini mengacak-
acak rambutnya. Junhee-ahh, aku merindukanmu, hatiku yang seakan tak
tahan dengan situasi yang sedang ku hadapi sekarang antara aku dan
Junhee. “Menyetirlah, nanti kita terlambat…”
“Bagaimana nanti kalau kau kencan dengan pacar mu, apa kata yeoja
itu nanti??”
Aku pun menatap yeoja yang ada di sampingku saat ini. “Ani, bukan
dengan Hyukjae… tapi dengan bayangan seseorang…” Junhee menghentikan
mobilnya karena ada lampu merah yang menyala di depan mobil kami. Junhee
hanya menatapku bingung. Terlihat jelas dirinya enggan untuk melanjutkan
percakapan ini. “Sampai saat ini aku masih belum bisa melepaskan bayangan
itu…” lanjut ku dengan nada begitu lirih. Junhee menatap jalan yang ada di
depannya dengan begitu fokus. Dirinya enggan untuk melihat ke arahku.
Waeyo Junhee-ahh? Apa kau tidak ingin mengingatnya?? Entah kenapa
belakangan ini hati ku sangat merindukan mu, Junhee-ahh. “Gwenchana??”
tanyaku pada Junhee yang terlihat mulai gusar.
Author POV
Junhee pun semakin panik karena wajah pucat Kyuhyun. “kau sakit??
Hari ini kau tidak ke kampus kan???” kawatir serta bingung tercampur
menjadi satu.
“tenanglah. Aku tidak apa-apa. Kau mandi sana, aku hanya butuh
tidur.” Dingin Kyuhyun menutup tubuhnya dengan selimut dan lekas
membalikan tubuhnya, membelakangi Junhee.
Kyuhyun diam.
*SKIP
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, junhee masih berada di
ruang tengah apartementnya sedangkan kyuhyun berada di kamar dengan
takut junhee masuk ke dalam kamarnya, membaringkan tubuhnya di samping
Kyuhyun, suaminya.
***
Kyuhyun POV
Junhee manganguk.
***
Junhee POV
Dengan mata yang masih berat aku mencoba membuka mataku, melihat
kamar kami yang sudah di terangi oleh sinar matahari pagi. Sekilas aku
melihat jam yang tergeletak di samping tempat tidur. “Jam 10…” kaget ku.
Badanku sedikit ku angkat, melihat sekeliling kamar. Pakaian ku dan Kyuhyun
oppa menghiasi lantai kamar kami. Ku perhatikan suamiku yang masih
tertidur pulas dengan tubuh putihnya itu. Aku sedikit mendekat ke arahnya,
menyapu wajah tampannya dengan tatapanku.
Aku lekas bangun, keluar dari dalam kamar menuju kamar mandi.
Selesai dengan urusanku di kamar mandi dengan handuk aku kembali masuk
ke dalam kamar. Melihat diriku di depan cermin. Sesekali melihat sisi kanan
dan kiri leherku. “Selalu tanda-tanda ini yang muncul…” kesal ku melihat
bekas kiss-mark di leherku. aku memakai pakaianku dan kembali ke luar dari
dalam kamar. Menyiapkan sarapan untuk suami ku tercinta.
“Mwo? Satu jam lagi?? Ini saja sudah jam setengah 11, kau ingin
bangun jam berapa, pabo…” kesal ku. Kembali menarik tangannya. “Ayo,
bangun…” Sekuat tenaga aku menariknya hingga Kyuhyun oppa terlihat
terduduk di atas tempat tidur. Tangan kanannya berada di belakang
tubuhnya, menopang badanya dan matanya masih terpejam. “Bangun, oppa…
mandi dan kita sarapan…” seruku. “Ani, mana ada orang sarapan jam
setengah 11, baiklah makan siang saja…” aku mengkoreksi ucapanku sendiri.
Kyuhyun oppa tertawa mendengar apa yang baru saja ku katakan.
“Pabo…” serunya, sambil sedikit membuka matanya. “Berikan aku ini…”
Tangan kirinya menunjuk ke arah bibirnya.
Aku mengelengkan kepala ku. “Tidak mau. Memangnya kau tidak bosan
semalaman mencium ku??” aku merasa heran dengan namja yang satu ini,
entah kenapa dirinya suka sekali dicium dan mencium, walau pun sebenarnya
aku pun menyukainya.
“Kalau begitu aku tidak mau bangun…” ancam Kyuhyun oppa kembali
membaringkan tubuhnya.
“Yah! oppa…” teriak ku kesal dengan sikap suami ku. Aku kembali
menarik tangannya. “Bangunlah…”
“Yah. ini kan acara keluarga mu kenapa hanya aku yang pergi…?” kesalku
dengan sikap Kyuhyun oppa.
“Yah!” pekik Kyuhyun oppa hingga dirinya terduduk di atas tempat tidur.
“Awas kalau berani bilang begitu lagi.”
“Memangnya kenapa…?” entah kenapa hari ini aku ingin sekali menggoda
suami ku ini.
“Kau?!” nada suaranya semakin meninggi. “Karena aku tidak mau pergi
jauh dari mu…” suaranya pun berubah lembut dalam sekejap.
***
Author POV
Baik eomma dan appa pun menganguk-anguk. Tak lama makanan pun tiba
di meja mereka. “Kami sudah memesankan makanan untuk kalian, jadi kalian
harus makan yang banyak, arrachie?” seru appa pada Junhee dan Kyuhyun.
Mereka berdua pun terlihat sedikit menganguk, mengiyakan permintaan appa.
“Bagaimana kuliah kalian??” eomma membuka pertanyaan saat mereka
berempat memulai menyantap hidangan yang ada di depan mereka. “Apa ada
kendala??” tanya eomma begitu perhatian.
Junhee mengelengkan kepalanya dengan pelan. “Sejauh ini aku masih bisa
mengikuti semua mata kuliah.” Jujur Junhee.
“Sama dengan Junhee, semester ini aku masih bisa mengikuti semua mata
kuliah dengan baik.” Seru Kyuhyun.
“Waeyo?? Apa ada yang salah dengan permintaan ku??” tanya appa pada
Kyuhyun.
“Memang tidak ada yang salah hanya saja menantu mu ini kan masih
kuliah…” Kyuhun mencoba meminta pengertian pada ayahnya.
“Ohh, kalau begitu bagaimana kalau Junhee berhenti kuliah saja.” Usul
appa.
“Di usia ku yang sudah tua ini hanya mengingkan menimang cucuku
sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini…” nada suara appa mulai memelas.
“Mwo? Jadi sampai saat ini kalian belum melakukan itu??” kaget appaniem
dengan pernyataan Kyuhyun.
“Tentu saja kami sudah melakukannya beberapa kali…” jelas Kyuhyun.
Dalam sekejap seluruh darah Junhee berkumpul di pipinya. “Kami melakukannya
dengan sangat baik dan juga hati-hati…” sambung Kyuhyun dan Junhee semakin
menundudukkan kepalanya.
“Bagaimana bisa kau membahas hal sepribadi itu dengan begitu santainya,
Kyuhyun-ahh???” tanya eomma begitu penuh emosi. “Uri Junhee-ahh, kau tidak
perlu mendengarkan apa kata appaniem mu itu, dia begitu karena teman
kerjannya baru saja mendapatkan cucu… kau fokus saja dengan kuliah mu,
arrachie…?” kali ini eomma berbicara pada menantunya.
“Dan kau, yeobo-ahh… tidak hanya kau yang ingin menimang cucu, tapi
aku juga ingin begitu juga dengan besan kita, mereka juga sangat mengingkan
seorang cucu… tapi segala sesuatu ada waktunya. Bersabarlah.” Nasehat
eommaniem untuk appaniem, terdengar begitu bijak. “Sekarang makanlah
dengan tenang…”
* * *
Kyuhyun POV
Semenjak siang tadi Junhee terlihat tidak tenang, mungkin dia masih
memikirkan apa yang dikatakan appaniem tadi. Aku menghela nafas ku
perlahan. Appaniem, bersabarlah, pinta ku. Junhee masuk ke dalam kamar,
wajahnya masih sama seperti saat makan siang tadi. Tubuh kurusnya lekas di
baringkannya di sampingku. Melihat Junhee yang begitu dingin, aku pun fokus
pada laptop yang ada di pangkuan ku.
Junhee sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan. Membuat goncangan kecil
di atas tempat tidur kami. “Ahh…” kesalnya.
Aku hanya melongo melihat tingkah aneh istriku ini. Sekilas aku melihat
ke layar laptopku. “Aishhh, aku kalah…” kesal ku yang gagal memecahkan
rekor. Aku terpaksa mengulang kembali permainan ku dan kali ini aku harus
fokus. Sesaat aku melihat Junhee, terlihat dirinya sudah mulai tenang, aku tau
itu karena dia sudah tidak bergerak ke kiri atau ke kanan lagi. “Baiklah
sekarang aku bisa fokus…” ujar ku kembali memberi perhatian pada games
online ku. Aku begitu fokus pada games ku, benar-benar ingin memecahkan
rekor. Tak terasa aku sudah menghabiskan sekitar 30 menit untuk meraih nilai
tertinggi hingga tiba-tiba Junhee berteriak dan terduduk di atas tempat tidur
dengan wajah yang pucat. “Kau kenapa???” kaget ku dengan teriakan Junhee di
tengah malam.
* * *
Author POV
“Kalau kau telat kenapa kau masih di sini, pabo??? Cepat sana susul
Kyuhyun sunbae…” nasehat Minji.
“Aishh… Aku sedang tidak bicara tentang Kyuhyun oppa…” jelas Junhee.
“Aku sedang bicara tentn masaku, masa subur ku...! terakhir kali itu
kira-kira sehari atau dua hari sebelum siwon oppa datang dan sekarang ini
sudah hampir dua bulan lebih tapi juga belum datang…” jelas Junhee.
“Oettoke??” frustasi Junhee.
“Ehm apa dalam beberapa bulan ke belakang ini kalian melakukan itu?”
tanya Minji sambil membentuk tanda kutip dengan jari telunjuk dan tengahnya.
“Mwo?”
“Cek ke dokter, apa kau hamil atau tidak?? Atau mungkin karena terlalu
lelah makanya telat…” dugaan Minji.
“Kalau aku kelelahan justru masanya akan lebih panjang.” Jawab Junhee.
“Aku tidak berani kalau harus ke dokter, aku takut kalau ternyata aku benar
hamil, oettoke???”
Minji lekas menyentil kening Junhee pelan. “Pabo! Kalau tidak di cek, itu
hanya akan membuat mu stress…” jelasnya. “Aku akan menemani mu…” Wajah
Junhee masih terlihat enggan untuk menerima tawaran Minji. “Atau kau saja
yang cek sendiri, kau beli tespek di apotik, bagaimana?” usul Minji.
Junhee terlihat sedikit berfikir dengan usul ke dua yang diberikan Minji.
Junhee menganguk-anguk. “Baiklah.” Singkat Junhee. “Sudah jam 3, kau tidak
kerja??”
“Aigoo, aku lupa…” Minji lekas bangun dari duduknya. “Junhee-ahh beri
tau aku kalau kau sudah mengeceknya, arrachie??”
“Ne.” singkat Junhee.
“Aku pergi.”
* * *
Junhee POV
Dengan perasaan yang tak tentu aku berjalan menuju parkiran, aku
melihat Siwon oppa yang sedang berjalan kearah mobilnya. “oppa…” teriak ku
dan sedikit berlari ke arah Siwon oppa.
“Ani. Dia masih ada kelas hingga jam 5.” Sautku. “Oppa, bukan kah
harusnya kau juga masih ada kelas…?” bingungku melihat Siwon oppa berada di
parkiran bukannya di kelas.
Siwon oppa masih tetap dengan senyum anehnya. “Kau ingin pulang kan?
Biar ku antar…”
Aku mengelengkan kepala ku, pelan. “Aku sedang tidak ingin pulang, ehm,
bagaiman kalau kita makan ice cream di tempat biasa, oppa??” ajakku. “kita
sudah lama tidak pergi berdua…”
Siwon oppa lekas memberikan uang padanya dan tak lama dua ice cream
coklat vanilla sudah siap tersaji. Kami berdua lekas berjalan ke arah taman
bermain dan duduk di ayunan, tempat biasa aku dengan siwon oppa.
“Ahhh, rasanya sudah lama tidak ke tempat ini dan semuanya masih sama
bahkan ayunan ini…” ujarnya, mengingat memory yang lalu.
“Ne. evil, suka sekali menggangu orang bahkan hyungdeulnya pun selalu di
ganggungnya tapi saat dia tidak ada terasa begitu sepi!” jelas Siwon oppa.
“Aneh, yang ada di pikiran mu hanya tidur, cukup pintar di dalam kelas tapi
bodoh di luar kelas...” Lanjutnya.
* * *
Author POV
Dirinya lekas keluar dari kamar mandi, lekas menuju kulkas yang ada di
dapur, tanpa gelas Junhee lekas menengguk beberapa kali air putih langsung
dari botol. “Semoga sekarang bisa…” harapannya. “Coba lagi…” kakinya kembali
membawa dirinya masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi dirinya
mencoba lagi tapi tetap saja tidak keluar. “Ahhh…” dengusnya kesal. Junhee
kembali keluar dari dalam kamar mandi dan duduk di pantry. “Sebentar lagi
Kyuhyun oppa pulang, oettoke???” rasa panik menyelimuti diri Junhee dan
setelah duduk di pantry beberapa menit akhirnya dirinya pun lekas menuju
kamar mandi karena ingin membuang air kecil.
“Aku pulang…”
“Aigooo…! Kenapa kau sudah pulang, oppa…?” junhee terlihat kaget dengan
kehadiran suaminya.
Kyuhyun menatap bingung ke arah pintu kamar mandi. “Ada apa dengan
dia? Aneh sekali…” Junhee menghabiskan waktu hampir setengah jam di kamar
mandi sehingga Kyuhyun harus mengetuk pintu kamar mandi. “Yah! Junhee-ahh
kau bisa masuk angin lama-lama di kamar mandi…” teriak Kyuhyun dari luar
kamar mandi. Tak lama Junhee pun keluar dari kamar mandi dengan handuk
melilit tubuhnya. Wajahnya makin terlihat aneh di mata Kyuhyun. “Waeyo?”
bingung Kyuhyun.
* * *
Kyuhyun POV
Aku lekas berjalan keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk di
pinggangku dan benda tipi situ di genggamanku. Aku melihat ke dapur yang
kosong, begitu juga dengan ruang tv, pintu kamar kami terlihat tidak tertutup
rapat. Kaki ku pun membawa ku berjalan menuju kamar. Aku melihat Junhee
berdiri membelakangi ku.
“Ahhh, segarnya…” aku lekas membuka pintu kamar kami dan masuk ke
dalam kamar sambil berakting, dengan cepat aku lekas meletakan tespeck itu di
samping lampu tidur tanpa sepengetahuan Junhee.
Junhee menatapku dan tersenyum. “Aku buat makan malam dulu, oppa ~”
serunya.
“Oppa…” Junhee yang merasa geli dengan ciuman leher yang diterimanya.
Aku menahan tubuh Junhee untuk tidak bergerak dan sedikit mengigitnya.
“Yah!” Junhee mendorongku pelan. Tangan kanannya mengelus-elus lehernya.
“Kau ini suami ku atau vampire…?” tanyanya masih mengelus-elus lehernya.
Junhee terlihat sedikit kesal. “sudahlah aku mau buat makan malam
dulu.” Junhee berjalan keluar dari dalam kamar.
Tak lama aku pun keluar dari dalam kamar, menyusul Junhee yang sudah
duduk di pantry. Kami makan malam bersama. Senyuman lebar tak henti-henti
terlukis di wajahku sementara Junhee masih terlihat begitu bingung dengan
kehamilannya. “Apa malam ini kau akan mengerjakan tugas?” tanyaku.
“Waeyo??”
“Pusing? Apa kau sakit?? Bagaimana kalau kita ke dokter???” usulku yang
kawatir dengan kaeadaan istriku.
Jam Sembilan malam kami berdua sudah berada di dalam kamar. Aku
memeluk Junhee dari belakang, entah kenapa aku terus saja mengelus-elus
perut ramping Junhee.
“Yah, oppa berhentilah, aku geli…” pinta Junhee memegang tangan kiriku
yang berada di atas perutnya.
“Sekali ini saja, hanya untuk malam ini, Junhee-ahh, ijinkan aku
mengelus-elus perutmu…” pintaku sedikit memohon. Junhee pun melepas
tangannya dari tanganku, aku kembali mengelusnya dengan perlahan. “Ehm, kau
tau, perut mu ini sedikit buncit, Junhee-ahh…” aku sedang menggoda uri
Junhee.
“Jinjja?”
Junhee lekas terduduk dan menatapku dengan tatapan sedih. “Tapi oppa,
bukan kan kalau wanita hamil perutnya memang harus buncit…” suaranya
terdengar begitu manja.
Aish, apa susahnya tinggal bilang iya, kesalku dengan sikap Junhee.
baiklah, kita ikuti permainan mu, Junhee-ahh. Batinku. Aku lekas kembali
menarik Junhee ke dalam pelukkanku. Aku mencium keningnya. Membuat posisi
seperti awal, yaitu memeluknya dari belakang agar aku dapat menyentuh
perutnya. “Saranghae…” bisik ku di telinganya. Susah sekali menyembunyikan
perasaan bahagia ini.
Junhee dengan cepat berbalik dan kami pun berhadapan saat ini. Dia
tersenyum ke arahku. “Saat ini aku sedang bingung antara senang atau sedih
tapi mendengar kata itu, perasaanku kembali membaik…” jujurnya. Aku hanya
menatapnya dalam dan tersenyum. Setidaknya kau jujur pada ku dengan apa
yang sedang kau rasakan, pikirku. Junhee perlahan mendekatkan wajahnya ke
arahku dan untuk pertama kalinya dirinya mencium bibir ku tanpa harus aku
yang memulainya. “Nado, neomu, neomu, neomu saranghae, chagi oppa…”
senyuman lebar terpajang di wajah istriku.
#SKIPPP
Jam setengah tujuh pagi aku sudah membuka mataku. Aku melihat
Junheeku masih tertidur lelap di sampingku dengan selimut menutupi tubuh
mulusnya. Aku tersenyum ke arahnya, “Junhee-ahh, kau benar-benar
memberikan kebahagian yang luar biasa untuk ku.” Aku begitu bersyukur akan
kehadiran Junhee dalam hidupku. Perlahan aku mencium keningnya dan kembali
tersenyum sesaat setelah melihat lehernya yang penuh dengan kiss mark.
Pandangan ku beralih ke perut rata Junhee. aku menghapiri perut itu dan
menciumnya perlahan. Aku menatap penuh bahagia ke arah perutnya, “Pagi, uri
baby… kau baik-baik saja disana??” seru ku, mengelus-elus perut Junhee
pelan. “Dengar kan appa, huh, kalau kau yeoja kau tidak perlu kawatir, karena
eomma mu cantik pasti kau juga cantik…” ujarku sekilas menatap wajah Junhee.
“Dan kalau kau namja, kau juga tidak perlu kawatir karena appa mu ini namja
tertampan di Seoul…” yakinku penuh dengan percaya diri.
Aku lekas keluar dari kamar menuju kamar mandi setelah beberapa menit aku
kembali ke kamar. Memakai pakaian terbaikku dan siap untuk pergi ke kampus.
Sebelum meninggalkan kamar, aku kembali mencium kening istriku yang masih
tertidur pulas. Dan sekali lagi aku menatap perut Junhee, “Hey, appa pergi
dulu, kau jaga eomma mu dengan baik, arrachie??” aku lekas mencium perut
istriku dan berdiri.
“Ne, waeyo?”
“tidak perlu, aku akan sarapan di kampus saja…! Kau kembali tidur saja…”
ujarku.
Aku pun menyerah. “Baiklah, aku tunggu di luar…” balas ku. Aku berjalan
keluar dan duduk di pantry tak lama Junhee keluar dari dalam kamar dan
masuk ke dalam kamar mandi. Aku bersabar menunggu istriku sambil sesekali
tersenyum ke arah tespeck yang ada di tanganku.
“Waeyo???”
“Apa kau lihat sesuatu di dalam kotak??” tanyanya, kali ini Junhee sudah
keluar dari dalam kamar mandi.
Junhee keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah frustasi. “Mianhae.
Aku tidak jadi membuatkan sarapan, oppa… nanti siang saja kita makan
bersama…” ujarnya tak bersemangat.
Aku menganguk dan bangun dari duduk ku berjalan menuju pintu. “Ahh…”
aku membalikan tubuhku dan menatap Junhee. “…saat ke kampus nanti jangan
pakai sepatu berhak dan jangan pakai rok mini, arrachie?” perintahku.
Di dalam mobil aku tertawa senang. “Apa kau mencari ini, Junhee-ahh??”
puasku melihat tespeck yang ada di tanganku. Aku tersenyum. “Junhee-ahh,
kau ingin main-main dengan raja evil…” senangku.
Aku dengan begitu bersemangat pergi menuju kampus ku dan tak lama
aku sudah berada di dalam parkiran kampusku. Aku melihat empat orang
hyungdeul ku sedang berdiri di dekat mobil Siwon hyung yang terpakir di bagian
kanan parkiran. Aku mengklakson ke arah mereka, seakan sedang menyapa
mereka dan Sungmin hyung terlihat menunjuk ke arah sebrang, memberi tau ku
untuk memparkirkan mobilku di sebrang. Aku pun menurut. Aku memparkirkan
mobilku dengan baik dan keluar dari dalam mobil dengan tespeck di tanganku.
Aku sudah tidak sabar ingin menunjukkan tespeck ini kepada mereka. Aku
melempar senyum ku ke arah empat hyungdeul ku dan saat aku berjalan tanpa
sengaja tespeck itu terjatuh dari tanganku dengan cepat aku lekas
membungkukkan tubuhku untuk mengambilnya. Dalam sekejap aku mendengar
teriakan Sungmin oppa dan yang lainnya memanggil nama ku dengan begitu
kerasnya. Aku yang masih terbungkuk lekas melempar pandangan ke depan
untuk melihat hyungdeul ku lalu ke arah kananku.
BRAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK
* * *
Junhee POV
Niatku yang ingin memberikan tespeck itu pada Kyuhyun oppa di atas
piring kandas sudah. Aku setengah mati mencari tespeck itu tapi tidak juga
ketemu. Dengan terburu-buru aku keluar dari apartementku. “Aishh, karena
tespeck sialan itu aku terlambat ke kampus dan tanganku terjepit pintu…” seru
ku sambil sesekali meniup-niup tanganku yang masih terasa nyeri. “tapi kemana
perginya tespeck itu??” bingungku dengan keberadaan tespeck itu. “Ahh…”
kesalku. Dengan sedikit berlari aku keluar dari dalam lift melewati lobi
apartement lalu keluar dari gedung apartement.
Dalam perjalanan aku lekas membuka tas ku, mencari hapeku. Aku
bahkan mengeluarkan seluruh isi tas ku tapi hape biru ku tetap tidak ada. Aku
coba cek di saku celanaku tapi tetap saja tidak ada. Aku coba untuk
mengingat-ingat di mana aku meletakan hape ku itu. “Aishhh, Junhee pabo! Aku
meletakan hapeku di pantry, kenapa bisa lupa seperti ini…” kesalku pada diriku
sendiri.
Tak lama tiba-tiba taksi yang ku tumpangi menepi ke pinggir jalan. “Yah,
ajushii, waeyo??” bingungku.
Ahhhh, aku ingin sekali mencakar orang rasanya. Aku keluar dari dalam
taksi dan berlari menuju kampus yang hanya tinggal dua blok dari tempat ku
sekarang. “ahhh, hari ini benar-benar membuatku gila…” gerutuku.
Aku terus berlari dan saat sampai di depan kampus, aku melihat Minjii
yang juga sedang berlari ke arahku. “Junhee-ahh…” suaranya terdengar begitu
panik di telinga ku. Tangannya langsung menarik ku untuk mengikutinya.
Aku bersyukur itu artinya uri Siwon oppa dan yang lainnya baik-baik
saja. Aku kembali menatap Minjii, wajahnya seakan sedang menahan tangis,
dalam sekejap pikiran-pikiran aneh pun menghampiriku. Aku mengelengkan
kepalaku perlahan, seakan aku mengerti maksud dari tatapan Minjii.
* * *
Author POV
“Aishhh, lampu merah sialan ini!” kesal Siwon memukul stir mobilnya,
begitu emosi.
“Setelah kau membuatnya hamil, kau kembalikan padaku?! kau pikir aku
dan Junhee itu apa?” teriak donghae. Air mata Donghae jatuh tepat di pipi
kyuhyun.
“Diamlah! Berhenti bicara!” teriak Siwon. “Bukan Donghae atau pun salah
satu dari kami tapi kau, hanya kau yang bisa menjaga Junhee… Arrachie??”
bentak Siwon.
Siwon dengan kasar mengklakson tanpa henti. “Beri kami jalan…” frustasi
Siwon dengan jalan yang ada di hadapannya. Tak lama lampu hijau pun menyala.
Siwon mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
* * *
Siwon POV
Akhirnya kami pun sampai di rumah sakit. Kami semua bergerak cepat
membawa Kyuhyun ke UGD. Kami berempat menunggu Kyuhyun di depan ruang
UGD. Tak lama orang tua Kyuhyun dan orang tua ku sudah datang ke rumah
sakit bersamaan. Junhee-ahh, kau dimana?? Bingungku dengan keberadaan
adikku, aku mencoba meneleponnya tapi tidak ada jawaban.
Tak lama dokter pun keluar dan menghampiri kami semua. Dari wajahnya
aku sudah bisa menebak keadaan Kyuhyun tapi diriku terus mengelak pikiran
jelek itu. Aku berjalan mendekati dokter begitu juga dengan yang lainnya.
Aku yang tak kuat melihat adikku seperti ini, aku lekas berjalan ke
arahnya dengan cepat. Memegang bahunya, menghentikan langkah kakinya.
Junhee membalikan badannya dan menatap ku dengan mata yang berkaca-kaca.
Aku mengelengkan kepalaku pelan kearahnya, seakan berkata jangan seperti ini.
Tangisan kami semua pun tak tertahan kan melihat reaksi Junhee.
donghae yang sudah berdiri di dekatku pun tak sanggup melihat uri Junhee.
* * *
Autor POV
“Oppa, kenapa kau meninggalkan aku?? Bahkan kau tidak tau kalau ada
anak mu di perut ku?” lirih suara Junhee. Tangisannya pun kembali pecah.
“Kenapa kau begitu jahat, oppa??? Kenapa kau tinggal kan aku sendiri??”
Junhee menutup wajahnya dengan ke dua tangannya. Ingatannya akan masa
lalu bersama Kyuhyun muncul di dalam pikiran Junhee.
“Yah! oppa, kau ini jahat sekali…” Junhee terlihat begitu cemburu.
“Jinjja?”
Kyuhyun menatap Junhee. “Berdoalah pada Tuhan supaya hari itu datang,
jadi aku bisa membuktikannya pada mu, Junhee-ahh…”
“Junhee-ahh…”
“Ehm…”
“Mau kah kau menikah dengan ku?” suara Kyuhyun terdengar begitu
serius.
Junhee terdiam, menatap dalam wajah namja yang terlihat begitu serius.
“..tapi aku kan masih sekolah, lagi pula aku belum siap menjadi ibu…”
“Aku hanya ingin bersama mu! Lagi pula kita sudah pacaran hampir 3
tahun dan aku mengenal mu pun lebih dari setengah usiaku…” Kyuhyun
bersikukuh ingin menikah dengan Junhee.
“Aishh…”
Kyuhyun berjalan sedikit dan berdiri di hadapan Junhee. “Mau kah kau
menikah dengan ku, nona Choi Junhee?” kali ini dirinya berlutut di hadapan
Junhee.
Kyuhyun pun lekas berdiri dan memeluk Junhee begitu eratnya. “Aku
mencintai mu, Junhee-ahh…” ujarnya terus memeluk Junhee. “Neomu, neomu,
neomu saranghae…”
Kyuhyun tersenyum. “Ne. karena yeoja yang bernama Choi Junhee itu
limited edition!”
*SKIPPPP
“Lalu apa yang ingin kalian bicara kan pada kami malam-malam seperti
ini?” tanya nyonya Cho, terlihat begitu bingung.
“Wah… Jinjja?” tuan Cho yang terlihat tidak percaya dengan permintaan
putranya. “Tentu saja aku sebagai appa mu akan merestui kalian berdua…”
bahagia pria paruh baya itu.
“Andew!” satu kata yang keluar dari mulut nyonya Cho menahan senyuman
Kyuhyun dan Junhee, begitu juga dengan tuan Cho.
“Waeyo. Yeobo-ahh? Bukan kah dari dulu kau selalu bilang hanya Junhee
yang pantas menjadi menantu kita?” bingung tuan Cho akan ucapan istrinya itu.
“Aku memang mengingkan Junhee jadi menantu ku, tapi usia kalian berdua
itu masih muda bahkan uri Junhee masih duduk di bangku SMA…” penjelasan
nyonya Cho. “Ini terlihat sangat buru-buru sekali…” lanjutnya.
“Apanya yang terburu-buru? Aku dan Junhee sudah saling mengenal lama
dan kami pun pacaran bukan tiga bulan atau enam bulan tapi sudah hampir tiga
tahun…” bela Kyuhyun. “Eomma, putra mu ini sangat mencintai yeoja ini…”
tangannya merangkul Junhee. “Dan kami ingin menikah!” Kyuhyun terlihat begitu
kekeh.
“Itu, eomma kau sudah dengar kan, tanpa paksaan…” ulang Kyuhyun.
“Apa Junhee sedang hamil karena itu kalian berdua tiba-tiba ingin
menikah?” tanya nyonya Cho begitu serius.
Nyonya Cho sedikit tersenyum lega. “Aku hanya bercanda. Aku tau siapa
putra ku dan siapa calon menantuku kendeu…” nyonya Cho kembali terlihat
serius. “Tolong tunggulah satu tahun lagi, setidaknya sampai uri Junhee
menyelesaikan SMAnya setelah itu kalian menikah. Pernikahan itu bukan
permainan…” nasehat nyonya Cho.
“Kyuhyun-ahh aku tau kau sangat mencintai uri Junhee, eomma mu ini
pun sama, sangat menginginkan Junhee menjadi menantu di rumah ini tapi
segala sesuatu ada waktunya, putra ku.” Lembut nyonya Cho memberi
pengertian pada putranya.
Kyuhyun ingin membukan mulutnya tapi tertahan karena Junhee memegang
tangan Kyuhyun. “Ne, eommaniem. Aku pun setuju dengan apa yang kau
katakan.” Seru Junhee. “Oppa, bersabarlah, hanya satu tahun lagii…” ujar
Junhee pada Kyuhyun.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>ENDFLASHBACK<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Mata Junhee sekilas melihat poto Kyuhyun. Dirinya terdiam dengan kata-
kata Siwon. Beberapa saat kemudia, Junhee menganguk. Mereka berdua berdiri
bersamaan dan keluar dari dalam kamar. Siwon pun lekas membawa Junhee
kembali pulang ke rumah.
Siwon POV
Kami bertiga lekas menuju lantai atas rumah keluarga Donghae. Tanpa
banyak basa-basi, Hyukjae lekas membuka pintu kamar Donghae. Aku bisa
melihat Donghae dengan wajah frustasi membaringkan tubuhnya di atas sofa
coklat yang ada di samping tempat tidurnya. “Kalian…” singkatnya dan lekas
duduk di atas sofa.
“Aku bingung! Rasanya aku ingin sekali memukul bocah tengik itu.” Emosi
Donghae. “Aku ingin sekali meninju Kyuhyun…” sambungnya. Matanya terlihat
merah dan berkaca-kaca. “Kalau tidak bisa menjaga sampai akhir kenapa
memutuskan untuk menikah?” air matanya pun menetes di wajahnya.
“itu kan…” aku begitu mudah untuk mengenali benda bulat melingkar itu.
“Apa dia tidak tau kalau yang dicintai Junhee itu dirinya? kenapa
semuanya seperti ini…” frustasi Donghae.
“Dulu kau pernah mengisi hati Junhee, sekarang pun masih bisa…!” ujar
Sungmin. Kami bertiga langsung menatap Sungmin. “Biar bagaimana pun ini
permintaan Kyuhyun sebelum dirinya pergi…” sambungnya.
Aku terdiam. Berfikir keras. Kyuhyun-ahh, apa kau yakin dengan semua
ini? batinku. Aku menghela nafasku perlahan. Menatap tiga sahabat ku dan
sesaat aku bisa merasakan Kyuhyun berada bersama-sama dengan kami.
“Menikahlah dengan adik ku…” entah setan apa yang merasuki ku hingga
mengeluarkan kata itu. “Kami bertiga akan membantu mu!” sambungku. Donghae
terlihat ingin membuka mulutnya. “Kau pikir kan dulu baik-baik. Aku pulang.”
************
Author POV
Setelah hampir dua minggu Junhee tidak masuk kampus akhirnya dirinya
kembali melakukan aktifitasnya. Junhee duduk di bangku kampus Kyunghee
seorang diri. Minji yang baru sampai di taman kampus melihat Junhee duduk
seorang diri dengan cepat dirinya segera menghampiri Junhee. Minji duduk di
samping Junhee. mata Minji berkaca-kaca melihat kehadiran Junhee, sahabat
karibnya itu. “Junhee-ahh…” ujarnya.
Junhee pun menaruh perhatian pada yeoja yang duduk disampingnya. “Kau
kenapa?” bingung Junhee dengan sikap Minji.
“Aku memang tidak bisa merasakan sepenuhnya apa yang kau rasakan
tapi aku sangat mengerti perasaan mu, melihat mu datang ke kampus ini,
benar-benar membuat ku kagum akan dirimu, Junhee-ahh…” jelas Minji.
Minji sedikit menyentil Junhee. “Kau sudah ku anggap sebagai adik ku,
untuk apa sungkan begitu…” serunya dan kembali memeluk Junhee. “Kembalilah
ceria, uri Junhee-ahh…”
“Kau yakin?”
“Baiklah. Aku akan ke kelas tapi kau harus janji, kau tidak akan
menghilang lagi, arrachie?”
Namja itu lekas duduk di samping Junhee, sedikit menegguk coffee yang
ada di tangannya. “Sepertinya setengah dari kebiasaan Kyuhyun sudah pindah
ke dalam diri mu…” seru namja tersebut.
“Ku lihat Minji berjalan ke gedung E seorang diri.” Jelas namja itu.
Junhee menganguk. “Aku masih belum siap untuk belajar…” saut Junhee.
Mata namja itu terlihat begitu fokus melihat ke depan, entah apa yang
dilihatnya. “Junhee-ahh…” memanggil nama Junhee dengan begitu serius. “Kau
tau apa yang selalu ku pinta pada Tuhan setiap malam?” tanyannya pada
Junhee.
Junhee terdiam.
“Aku selalu meminta agar hari itu bisa kembali terulang…” lanjut namja
tersebut. Suaranya berubah serak dalam sekejap.
Mata Junhee pun menatap namja yang ada disampingnya, tidak percaya
akan apa yang tadi di dengarnya. “Oppa…”
“Karena terlalu takut membuat mu terluka, aku hanya bisa diam. Karena
terlalu takut membuat mu menangis, aku hanya bisa menerima perhatian mu.
Karena terlalu takut membuat mu sakit, aku hanya bisa berpura-pura tidak
melihat cinta mu… tapi lihatlah sekarang, aku membuat mu terluka, aku
membuat mu menangis dan aku juga yang membuat mu merasa sakit.” Jelas
namja yang duduk disamping Junhee. “Kalau saja hari itu bisa terulang, aku
akan langsung memeluk mu dan tidak akan melepaskan mu, sedetik pun tidak…
dan hari ini pasti tidak akan pernah terjadi…” lirih suara namja itu. “Mianhae,
jeongmal mianhae, Junhee-ahh…”
Junhee pun hanya menurut dengan namja itu. Setelah mereka berdua
sudah ada di dalam mobil, namja itu lekas membawa pergi Junhee dari kampus
Kyunghee.
Junhee POV
“kau terlihat lelah, Junhee-ahh… kau tidur saja dulu, perjalanan kita
agak sedikit jauh…” nasehat namja yang ku panggil oppa itu padaku.
Tak sengaja tangan kananku menyentuh perutku. Aish, aku lupa kalau ada
bayi di dalam perutku, seruku yang seakan melupakan buah cintaku dengan
Kyuhyun oppa. Aku meletakan tangan ku di atas perutku, ke lima jari-jariku
seakan sedang mengelus bayi kecil yang masih ada di dalam perutku. Bagaimana
kau di dalam sana?? Baik-baik saja, kah?? Tanyaku. Mianhae, aku benar-
benar payah, aku eomma yang payah, aku benar-benar mengabaikan mu,
kesalku akan diriku sendiri. Seandainya appa mu tau kalau aku mengacuhkan
darah dagingnya, dia pasti akan membenci diriku dan seandainya appa mu tau
kalau kau ada di dalam perutku, kalau kau bernafas di dalam sini, mungkin
tidak seperti ini kejadiannya. Hati ku kembali terasa sesak. Entah untuk yang
keberapa kalinya aku menghela nafas ku, seakan kekurangan oksigen hingga
membuatku merasa sesak. Air mata kembali terjatuh di pipiku. Ahhh, rasanya
aku ingin berteriak minta tolong.
“Baiklah mungkin kau tidak bisa bercerita sekarang, aku bisa mengerti
itu...” serunya. “... tapi kalau kau ingin cerita, kau tau harus mencari ku di
mana…” lanjutnya kepada ku, dirinya masih terlihat fokus menatap jalan besar
yang ada di hadapan kami berdua.
Aku masih terdiam, masih berusaha untuk bersuara. Aku mencoba untuk
mengumpulkan semua tenaga yang tersisa untuk membuka mulutku. Aku menarik
nafas ku perlahan. “Aku… Aku ini menyedihkan kan, oppa?” akhirnya kalimat itu
keluar dari mulutku meski dengan suara yang terdengar begitu parau. Mataku
kembali terasa perih.
Namja itu tetap fokus dengan jalanan yang ada dihadapannya, sikapnya
itu membuatku sedikit lebih nyaman untuk kembali meneruskan kata-kataku.
Aku menoleh bingung dengan perkataan namja itu. “Apa maksud mu,
oppa?” tanyaku padanya. “Tolonglah jangan memberikan ku harapan yang tidak
jelas, aku sudah terlalu sakit saat ini…” jujurku, memelas.
Aku lekas melihat sekeliling dan tempat ini tidak asing untuk ku. Sejenak
aku berfikir, entah sudah berapa lama aku tidak mengunjungi tempat ini.
“Sekali pun aku ini namja yang tampan tetap saja kalau ke tempat
seperti ini aku tidak berani sendiri, yang lain sedang sibuk jadi kau saja yang
ku ajak…” dirinya lekas menjelaskan alasannya membawa ku ke tempat ini.
“Kajja…” serunya, keluar dari dalam mobil, meninggalkan ku di dalam mobil.
Setelah beberapa detik, aku pun mengikutinya. “aku tunggu di sini…”
seruku, enggan untuk mengikutinya.
Namja itu lekas berjalan ke arah ku dan saat ini kami berdua sudah
berdiri berdampingan. Matanya terlihat ingin memakan ku. “Ani, kau harus
ikut!” tegasnya. “Aku takut, Junhee-ahh…” lanjutnya, menarik paksa tanganku
untuk mengikutinya. Wajahnya tiba-tiba terlihat sangat aneh, terlihat begitu
imut, membuatku tidak tega untuk menolak permintaannya.
“Yah! kau ini seperti yeoja, sungmin oppa…” kesalku dengan sikap
pengecutnya, entah ini sifat aslinya atau hanya pura-pura untuk memancing
emosiku dan jujur saja itu berhasil, sesaat aku lupa kalau hati ku ini terasa
perih.
Dia hanya tersenyum padaku dan dirinya masing memasang wajah imutnya
itu.
***
Sungmin POV
Aku dan Junhee sudah berdiri di depan makam Kyuhyun. Sekilas aku
melirik Junhee yang berdiri di sampingku. Wajahnya terlihat begitu merindukan
Kyuhyun, rasanya sakit sekali melihat wajahnya. Untung saja Siwon tidak di
sini, kalau Siwon melihat ini pasti dia akan sangat kawatir. Aku kembali
melempar pandanganku ke makam Kyuhyun, Kyuhyun-ahh, aku berhasil
membawa Junhee mu. Kalian sudah hampir beberapa minggu tidak bertemu,
kan? Kau pasti merindukan istri mu ini, kan? Bagaimana? kau senang? Batinku.
Masih terus menatap makam Kyuhyun seakan menatap Kyuhyun yang sedang
berdiri di hadapanku.
“Apa kau datang ke sini hanya untuk berdiri, oppa?” ketus Junhee,
melihat ke arahku.
Aishh, kau ini Junhee selalu tidak sabaran tapi tidak apalah, setidaknya
sekarang kau sedikit terlihat seperti dulu, pikirku. Aku kembali fokus ke
makam yang ada di hadapanku. “Kyuhyun-ahh, bagaimana kabar mu?
Gwencanayo??” aku berbicara pada makam Kyuhyun seakan kyuhyun benar-
benar ada di hadapanku. “Bagaimana di sana? Apa ada yeoja sexy??” canda ku.
Junhee melirik ku seakan ingin menelan diriku hidup-hidup. Aku pun tersenyum
padanya dan kembali fokus dengan Kyuhyun. “Aku lupa kalau ada istri mu di
sini.... Ohh iya, ini ada minuman kesukaan mu, bir kaleng…!! Ini sedang diskon
karena itu aku belikan yang banyak untuk mu…” aku membuka bungkusan yang
ku bawa, aku pun membuka satu minuman itu dan meletakannya di atas makam
Kyuhyun. “Minumlah…” seruku. “... dan ini, ada cd games terbaru, kau pasti
suka, ini games terbaru yang sedang populer saat ini…” aku pun lekas meletakan
beberapa cd games di dekat bir. Sesaat aku kembali menoleh ke arah Junhee,
dia terlihat begitu fokus menatap makam Kyuhyun. Matanya kembali berkaca-
kaca. “Dan kau, apa hanya ingin menatapnya seperti itu tanpa mengatakan
sesuatu pada suami mu, huh?” balas ku, sedikit menyenggol tubuh kurusnya.
Aku menghela nafasku dengan berat. Aku tak tahan melihatnya. Aku
mengenal Junhee bukan dua atau tiga tahun tapi kami sudah bersama-sama
sejak sekolah. Junhee sudah ku anggap seperti adik ku sendiri dan aku seakan
bisa merasakan apa yang Siwon rasakan saat ini, terasa perih melihat adik
kesayangan menangis lirih di depan mataku sendiri.
PLAKK
“Yah! Kau ini kenapa, Sungmin oppa…?” ujarnya padaku sambil mengelus-
elus kepalanya.
“Kau bodoh karena kau bodoh, kau dapat hukuman!” jawabku, kesal. “Apa
kau tidak tau kalau uri Kyuhyun itu tidak suka melihat kau begini tapi kau
malah mengajukan pertanyaan aneh itu! Melihat kau menangis saja dia sudah
seperti kehabisan udara apa lagi kalau melihat mu begini, dia mungkin akan
mati dua kali…” lanjutku, menumpahakan semua kekesalan ku akan sikap
Junhee. Junhee masih mengelus-elus kepalanya dan itu membuatku tidak tega.
Mianhae, Junhee-ahh bukan maksud ku ingin menyakiti mu dengan memukul
kepala mu, hanya saja aku tidak bisa melihat kau menangis seperti itu dan aku
rasa Kyuhyun setuju dengan ku, batinku. Junhee mempoutkan bibirnya, melihat
itu aku langsung memikirkan Donghae, seandainya kau di sini pasti kau sudah
mencubit pipi Junhee, seruku. “Sudah lanjutkan bicara dengan suami mu…”
Aish, badan mu sudah sekurus itu kau masih tidak mau makan?
Bingungku. Apa kau tidak memikirkan bayi mu, Junhee-ahh? Kesalku dengan
sikap Junhee. “Tapi aku lapar!” tegasku, memasang wajah aegyoku dan itu
berhasil membuat Junhee mengangguk dan tersenyum kecil padaku.
“Baiklah. Kau sudah baik pada ku hari ini, tapi lihat saja nanti akan ku
adukan kau ke uri Siwon oppa karena sudah memukul kepala ku...” ujarnya.
***
Author POV
“Mian, tadi itu aku sangat terburu-buru ~ lain kali pasti aku akan
mengajak mu, Hyukjae…” penjelasan Sungmin.
“Kalau kau juga ikut tadi, kepala ku ini pasti akan benar-benar benjol…”
ketus Junhee, kembali membahas apa yang terjadi di makam Kyuhyun.
“Yah! siapa kau berani memukul uri Junhee?” pekik Siwon. Sungmin hanya
tersenyum dan menunjukkan wajah imutnya. Siwon pun hanya menggerutu tak
tega melihat wajah imut sahabatnya. “Tapi pukulan mu tidak keras, kan?”
Junhee tersenyum melihat itu. “Sudahlah. Apa hanya kita saja?” tanya
Junhee.
Hyukjae tersenyum kecil. Lama sekali rasanya tak melihat senyuman mu,
Junhee-ahh, batinnya. “Donghae sedang dalam perjalanan, sebentar lagi dia
sampai…” jawabnya, seakan mengerti dengan pertanyaan Junhee.
“Okay. Ice cream caramel...” ulang Donghae. “Kau tidak ingin makan
nasi?”
Donghae menatap mata Siwon dengan sangat serius dan menganguk. “Kau
bisa mengandalkan ku.” Yakinnya dan lekas pergi.
Donghae POV
“Kau ingat dulu aku pernah menawarkan sapu tangan ku untuk mu saat
kau menangis dan kau melemparnya...” ujar ku, mencoba membangkitkan
ingatan orang yang kucintai ini. “Kau ingat saat itu kau bilang bukan sapu
tangan yang kau butuh kan tapi cinta ku...” seru ku. “Apa kau ingat itu...?”
“Kali ini aku menawarkan tangan ku untuk menghapus air mata mu,
Junhee-ahh...” tegas ku.
“Harusnya kata-kata itu yang keluar dari bibir ku, Junhee-ahh! Jangan
seperti ini, jebal...” ujar ku. Perasaan ku sudah tak bisa lagi ku tahan, aku
lekas menarik Junhee masuk ke dalam pelukanku. Aku memeluknya dengan
sangat erat sementara itu Junhee menangis terisak-isak dalam pelukanku.
Dirinya seakan menumpahkan setiap rasa sakitnya dalam pelukkanku. “Mianhae
Junhee-ahh, mianhae...”
“Oppa...”
“Ijinkan aku menggantikan posisi Kyuhyun! Ijinkan aku untuk membalut
luka yang sudah ku buat, Junhee-ahh...”
***
Author POV
Kali ini wajah Siwon berubah serius, “ada apa dengan namja itu?”
“Dia tadi... tadi... mencium ku...” kata itu keluar dari mulut Junhee.
Kaki Siwon tanpa di perintah lekas menginjak rem, membuat mobil yang
sedang di kendarainya berhenti mendadak. “Mwo?” kagetnya. Matanya menatap
dalam Junhee. “Benar kah itu?”
“Katakan lah...”
“Donghae oppa, dia menyalahkan dirinya atas semua hal ini...! dia
menyesal karena menolak ku di masa lalu...” mata junhee kembali berkaca-
kaca. “Dia meminta maaf pada ku dan mengatakan ingin membalut luka ku...
tapi...”
Siwon menatap lirih adiknya. Kau berkata begitu karena ada bayi di
dalam perut mu, kan? Tebak siwon. Bodoh, kau justru memakai alasan kyuhyun
akan marah, justru kyuhyun akan marah jika kau menolak donghae. Mata Siwon
terus menatap Junhee. “Kau layak...” serunya dan memeluk adik semata
wayangnya itu.
*SKIP*
Pagi sudah datang menyapa membawa hari yang baru tapi pikiran Junhee
masih penuh dengan hal kemarin. Donghae oppa dengan setiap kata-katanya
dan ciumannya, batinya. Junhee duduk seorang diri di atas bangku taman
kampus, menikmati sepoi angin pagi yang menyentuh tubuhnya. kyuhyun oppa,
aku merindu kan mu, serunya.
“Yah, nyonya Cho bukan kah kau berjanji tidak akan pergi menghilang
lagi? Dan kau pun berjanji akan tetap duduk di sini hingga aku datang?” Minji
menggeluarkan semua unek-uneknya.
Minji mengangguk. “Oh, ne maaf kan aku yang tiba-tiba marah pada
mu.” Serunya. Junhee hanya mengganguk dan kembali menatap ke depan.
Pikirannya kembali memikirkan donghae. “Kendae, apa yang saat ini kau
pikirkan?” tanyanya.
“Junhee-ahh...”
“Junhee-ahh...”
***
Junhee POV
Aku berjalan seorang diri keluar. Perasaan ku mulai tidak karuan. “Hem,
semua itu... kata-kata itu, ciuman itu...” aku masih terus memikirkan semua
hal itu. semua hal yang di ucapkan Donghae oppa. Entah mengapa aku merasa
sakit mendengarnya. Kaki ku melangkah dan tanpa ku sadari diriku sudah
berdiri di depan makam kyuhyun oppa.
Aku menatap lirih kuburan itu. aku menatap dalam seakan aku menatap
sepasang mata evil milik suami ku. tanpa sadar mata ku kembali terasa perih.
“Oppa...” suara ku begitu bergetar dan tak butuh waktu lama, aku
menumpahkan tangis ku di depan makam suami ku. “Aku harus bagaimana?”
bingungku.
Aku terjatuh dan masih terus menangis. Entah apa yang sedang
berkecamuk di dalam perasaan ku saat ini. Aku merasa bingung, sedih, dan
sendiri, aku pun merasa bersalah pada kyuhyun oppa akan ciuman itu. “Oppa,
mianhae... jeongmal mianhae...” isak ku masih dalam tangisan ku. “Kenapa
harus seperti ini? Kenapa harus seperti ini?” aku benar-benar merasa frustasi.
sejenak aku merasa ada sebuah tangan yang menepuk pundak ku. aku menoleh
ke belakang ku. “Oppa...” kaget ku.
Dia menganguk dan tersenyum. “Sekali pun kata suka tidak pernah keluar
dari mulutnya tapi aku tau kalau sahabat ku, sangat menyukai mu, junhee-
ahh...” jelasnya. “Tapi dia tidak sehebat dan seberani kyuhyun. Dia berbeda
dengan kyuhyun dan karena kebodohannya di masa lalu dia menyalahkan dirinya
atas apa yang saat ini sedang terjadi dengan dirimu...”
“Oppa...” kaget ku dengan kalimat yang keluar dari bibir hyukjae oppa.
“choi junhee yang selalu perhatian pada lee donghae. Ke mana lee
donghae pergi, kau selalu ada di sampingnya...”
“Oppa...”
“Kenapa? Kau takut si evil marah?” tanyanya pada ku. aku hanya diam.
“sampai kapan kau akan seperti ini, Junhee-ahh? Sampai kapan?” hyukjae oppa
menatap ku dengan mata yang mulai berwarna merah. “Aku tau, sekali pun
tidak sebesar kyuhyun tapi aku tau kalau sosok donghae masih ada di dalam
hati mu, kalau kau masih menyimpan rasa cinta untuknya meski tidak sebesar
rasa cinta mu pada kyuhyun...”
“Kenapa kau harus membahas ini? Apa karena donghae oppa yang
meminta mu?” kesal ku dengan air mata ku.
“Bagaimana kalau bukan donghae yang meminta tapi kyuhyun? Apa kau
akan patuh?” tanyanya pada ku.
***
Siwon POV
Sudah jam 10 malam tapi junhee belum kembali ke rumah. Aku berusaha
menghubingi ponselnya tapi tidak aktif. “Junhee-ahh, kau dimana?” kawatir ku
akan kondisinya. Mendengar ceritanya tentang donghae yang menciumnya, aku
menjadi semakin kawatir. Lee Donghae, kenapa kau ambil langkah secepat itu,
eoh? Aku sedikit kecewa dengan sikap sahabat ku itu.
Aku melihat sebuah taksi berhenti di depan rumah kami dan tak lama
pintu belakang taksi terbuka lalu sosok yang sedang ku tunggu-tunggu pun
datang. Aigo, sampai kapan aku akan melihat wajah menyedihkan seperti itu,
junhee-ahh? Sedihku melihat adik semata wayangku terlihat begitu tanpa
harapan. “Oppa...” suaranya begitu lemas menyapa ku saat melihat ku berdiri
di depan pintu rumah kami.
Aku menganguk dan junhee berlalu dari hadapan ku. aku menghela nafas
ku dengan begitu beratnya. Aku menatap langit malam yang begitu sendu.
“Tuhan, tidak bisa kah kau kembali kan kyuhyun ke sisi adik ku?” air mta ku
menetes di pipi ku. aku menundukkan kepala ku, menghapus sisa-sisa air mata
ku. “Atau tidak bisakah Kau membantu kami agar adik ku dengan Donghae
dapat bersama?”
*SKIP*
Aku keluar dari dalam mobil ku dengan perasaan campur aduk. Memasuki
rumah yang tidak asing untuk ku, “Tuan muda ada mu?” tanya ku pada pelayan
rumah yang menyembut diriku.
Aku menaiki anak tangga menuju lantai dua di mana kamar sang tuan
muda berada. Tanpa mengetuk aku membuka kamar itu dan saat melihat wajah
sang tuan muda, aku tak dapat menahan diriku untuk tidak melepaskan tinju ku
di wajahnya.
“Yah. Choi Siwon!!! Ada apa ini?” teriak Hyukjae, kaget melihat tingkah
ku yang tiba-tiba. Hyukjae selalu berada dekat dengan sang tuan muda, karena
sang tuan muda adalah sahabat terbaiknya.
“Mianhae. Aku tidak dapat menahan diriku saat itu. aku benar-benar
tidak bisa lagi melihat junhee dengan kesedihannya..” jujurnya. Wajahnya
terlihat sedih. “Hem...” nafasnya terasa berat. “Aku tau ini terlalu terburu-
buru, tapi aku ingin segera menikahi junhee, siwon-ahh...”
Author POV
“Junhee-ahh...”
Junhee terlihat kaget dengan kalimat yang baru saja hinggap di telinga.
Mwo? Kata-kata itu?? itu kata-kata ku pada mu, Kyuhyun oppa? Junhee tak
percaya dengan kalimta itu. apa benar kau yang begitu cemburuan dengan
Donghae oppa justru memberikan ku padanya?? Bingung Junhee.
“Mau kah kau menikah dengan ku?” kali ini Donghae sedikit berlutut di
hadapannya Junhee.
“Yah! Oh Minji!” kali ini suara Junhee hadir dengan nada tinggi.
“Jebalyo...”
“Kau dengarkan aku! Untuk kali ini kau harus dengar kan aku!” minji
melempar suaranya ke hadapan Junhee. “Kau menikah dengan Donghae
sunbae... bukan kah Kyuhyun sunbae pun meminta hal itu?” mata Minji pun
terlihat mulai berkaca-kaca. “Choi Junhee dengarkan aku, untuk kali ini
saja...”
Perlahan namun pasti buliran air bening pun jatuh di pipi Junhee. Junhee
manrik nafasnya pelan.
*SKIP*
Sudah hampir satu bulan pernikahan Junhee dengan Donghae, dan rasa
frustasi itu pun mulai muncul di dalam diri Donghae. Dirinya berfikir dengan
menikahi Junhee dapat membalut setia luka Junhee tapi justru Junhee tetap
sama. Dirinya justru menjadi lebih pendiam dan tertutup.
Pagi yang cerah sudah datang menghiasi kota Seoul. Junhee dan Donghae
duduk bersama di pantry menikmati sarapan mereka tanpa sepatah kata pun.
Donghae terus menatap Junhee hingga akhirnya dirinya memberanikan diri
untuk membuka suaranya. “Mianhae....” terdengar begitu pelan.
Junhee pun memberi perhatian akan hal itu. perlahan Junhee mengangkat
wajahnya, menatap Donghae yang duduk di hadapannya.
Kali ini mereka sudah beradu pandang. “Aku pikir dengan menikahi mu,
aku dapat menghapus semua luka mu... tapi... tapi... aku salah akan hal
itu....” sambungnya.
“Luka di hati mu, tidak akan pernah bisa aku sembuhkan... itu
kenyataannya...” lirih suaranya. “Aku bukan Kyuhyun, aku tidak bisa menjadi
dia, sekalipun aku berusaha keras tapi aku bukan dia, aku bukan Cho
Kyuhyun... kendae...” donghae mulai hadir dengan mata yang terlihat berkaca-
kaca. “Aku memiliki cinta yang begitu besar untuk mu, Junhee-ahh... mungkin
cinta ku tidak seindah cinta Kyuhyun untuk mu tapi cinta ini begitu besar
hingga membuat ku sesak karenanya...”
“Sekarang kau istri ku, aku tidak akan pernah meminta mu untuk
menghapus sosok Kyuhyun dari dalam hati mu, aku hanya... aku.... aku hanya
meminta mu untuk mencintai ku seperti dulu...!” jujur Donghae. “Aku tidak akan
memaksa mu, aku tidak ingin menyakiti mu lagi...” setetes air mata Donghae
pun mengalir di pipinya. Dengan cepat tangannya menyapu cairan bening itu dari
wajahnya. “Aku pergi ke kampus...” pamitnya dan lekas berlalu dari hadapan
Junhee.
Perasaan yang tak jelas terus menyelimuti diriku. Pengakuan ku tadi pagi
kepada Junhee benar-benar keluar dari dalam lubuk hatiku. Aku pun sudah
tidak fokus dengan setiap penjelasan dari sang dosen. Selesai dengan mata
kuliah hari ini, aku bertemu dengan Hyukjae, Sungmin juga Siwon. Kami duduk
bersama di taman kampus.
“Junhee, apa dia baik-baik saja?” penasaran Siwon akan kondisi Junhee.
“Apa dia sudah mau membahas tentang kehamilannya?” kali ini Sungmin
membuka suaranya. “Sudah berapa usia kehamilannya?” terdengar begitu
kawatir.
Aku mengelengkan kepala ku. entahlah aku pun bingung dengan semua
keadaan ini, rasanya sampai kapan Junhee akan menutupi kehamilannya, batin
ku. “Emm.... aku sedang suntuk, bisa kah kita bermain sebentar...?” pinta ku.
Aku terdiam dengan pertanyaan itu. benar kah Junhee akan membunuh
kalian karena aku? Batin ku. Senyuman kecut terlukis di wajah ku. “Jinjjayo?”
*SKIP*
Aku pulang ke rumah dengan wajah penuh dengan lebam. “Aku pulang...”
seru ku masuk ke dalam rumah walau aku tau tidak ada siapa-siapa. Junhee
pasti sudah berada di dalam kamar.
“Kau belum tidur?” tanya ku, kaget melihat Junhee masih berada di
ruang tamu.
“Gwenchanyo...”
“Apa kalian main permainan bodoh itu lagi?” tebaknya. Kali ini sepasang
matanya terlihat begitu kesal.
“Pabbo!” kesalnya.
Junhee-ahh, apa kau benar-benar sudah seperti uri Junhee yang dulu?
Apa benar itu? aku merasa seperti kembali saat kami masih duduk di bangku
SMA. “Ne, aku memang bodoh...”
Tangan Junhee pun mulai megobati luka lebam yang ada di ujung bibirku.
*SKIP*
Pagi sudah datang. Aku perlahan membuka mataku dan melihat Junhee
tertutup selimut di dalam pelukkan ku. “Saranghae, Junhee-ahh...” aku
mencium keningnya dan kembali mengelus-elus kepalanya dengan lembut. Sesaat
aku menatap langit-langit kamar ini, “Kyuhyun-ahh, apa kau juga selalu merasa
bahagia setiap kau membuka mata mu di pagi hari dan ada Junhee di dalam
pelukkan mu?” tanya ku, sedikit tersenyum.
Junhee tiba-tiba membuka matanya lalu terduduk di atas tempat tidur
dengan wajah yang sedang menahan sesuatu.
***
Author POV
Suasana siang kampus Kyunghee terasa begitu lengang. Minji dan Junhee
seperti biasa duduk di bangku taman kampus setelah selesai dengan kuliah
mereka. Minji sedari tadi terus menahan diri untuk tidak bertanya tentang
wajah pucat Junhee.
“Kau baik-baik saja, junhee-ahh?” kawatir minji. “Dari tadi kau tiba di
kampus wajah mu terlihat begitu pucat...” pertanyaan itu pun keluar dari
mulutnya.
“Mungkin itu karena bayi di dalam perut mu...” ceplos Minji. “Dari
semenjak kau tau kalau kau hamil, kau tidak pernah cek ke dokter kan?” minji
mencoba mengingatkan Junhee.
Minji sadar betul akan raut wajah Junhee. “Mian, bukannya aku ingin
mengingatkan mu akan kejadian dulu hanya saja... bayi mu, dia butuh
perhatian...” nasihat minji.
“Arrasoeyo.” Pelan suara Junhee. “Kendae, aku takut kalau bayi ini
membuat Donghae oppa justru meninggalkan ku...” jujurnya. “Aku masih belum
siap untuk kembali di tinggalkan...” lirih suara Junhee.
BRAK
*SKIP*
Di ruang kesehatan Minji dan empat orang pria lainnya menunggu dokter
kampus untuk segera keluar dari ruang pemeriksaan. “Aigoo, bagaimana Junhee
bisa pingsan, Minjia-ahh?” kawatir Siwon.
Minji terdiam. Kalau aku bilang Junhee hamil pada mereka, ahh... tidak
akan... junhee bisa membunuh ku, batinnya.
“Lalu... kenapa adik ku bisa pingsan?” lagi, Siwon menanyakan hal yang
sama.
Donghae menatap Minji dan Minji pun membalas tatapan itu. “Kau pasti
tau sesuatu...” yakin Donghae.
Sungmin, Hyukjae dan Donghae juga Siwon pun memberi perhatian akan
pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Minji.
Donghae pun mulai hadir dengan keseriusannya. “Aku tidak akan pernah
meninggalkan Junhee.” Tegasnya.
“Lalu apa? Apa yang membuat Junhee pingsan?” Siwon yang tidak sabar
dengan jawaban Minji.
“Kalian berlima tidak perlu kawatir...” dokter kampus pun sudah keluar
dari ruang pemeriksaan. “Apa yang sedang di alami Junhee adalah hal wajar...
kandungannya sudah menginjak usia 9 minggu, jadi dia akan merasa pusing juga
mual...!” ujar sang dokter. “aku permisi.” Dirinya pun lekas berlalu dari
hadapan mereka berlima.
“kaget akan apa? Bukan kah dokter bilang itu hal yang biasa?” ujar
Sungmin.
“Junhee bilang yang tau dia hamil hanya aku dan Tuhan...” polos Minji.
*SKIP*
Junhee dan donghae sudah berada di atas tempat tidur mereka. Junhee
masih dengan diamnya. Dirinya masih memikirkan bayi yang ada di dalam
perutnya juga bagaimana perasaan Donghae jika mengetahui akan hal itu.
“Hah...” nafasnya terdengar begitu berat.
Kali ini Donghae sudah duduk di samping Junhee. “Kau ingin makan
sesuatu di tengah malam beginii...?” kali ini dirinya ikut menyentuh lembut
perut Junhee. “Kau kenapa?” matanya menatap sepasang mata Junhee.
Junhee menatap sedih sebuat benda panjang nan tipis yang ada di
telapak tangan Donghae. “Ini kan...”
“kami semua tau kalau kau hamil tapi kami menunggu mu yang
mengatakannya sendiri...” jujur Donghae. “Aku tidak akan pernah meninggalkan
mu... aku janji...” Donghae menarik Junhee masuk ke dalam pelukkanya. “Bayi
ini...” tangannya menyentuh perut Junhee. “Aku akan menjaganya dan akan
menjadi appa yang baik untuknya... lalu setalah itu, kita berikan dia adik...”
lembut suaranya.
END