Anda di halaman 1dari 113

Title : This is our Love

Author : e. ussagii*
Author FB Account : facebook.com/esterussagii
Author Twitter Account : twitter.com/esterussagii

Gender : Romantic, Sadness, Fiction

Cast : Cho Kyuhyun Super Junior as Kyuhyun


Choi Siwon Super Junior as Siwon
Lee Donghae Super Junior as Donghae
Lee Hyukjae Super Junior as Hyukjae
Lee Sungmin Super Junior as Sungmin
Ester F. S as Choi Junhee
You as Oh Minji

Author POV

Pagi sudah datang menjemput, Junhee sedang sibuk merapikan tempat


tidur dan Kyuhyun masuk ke dalam kamar hanya dengan handuk di pinggulnya.
Melihat sang istri begitu serius merapikan tempat tidur, Kyuhyun lekas
memeluk Junhee dari belakang.

“cium aku…” Suaranya terdengar begitu manja.

“oppa, sebaiknya kau cepat pakai baju mu. Setelah itu sarapan atau
nanti kita bisa terlambat.” Seraya melepaskan tangan Kyuhyun yang melingkari
pinggangnya. Kyuhyun lekas membuang nafas beratnya dan menurut dengan
perintah istri satu-satunya itu. “aku menunggu mu untuk sarapan jadi
cepatlah.” Ujarnya.

Tangan Kyuhyun lekas memegang tangan Junhee sesaat melihat tanda-


tanda Junhee yang sedang bersiap untuk keluar dari kamar. “kau yakin tidak
mau memberikan aku ini …” menunjuk ke bibirnya.

“pakai bajumu!” Serunya dan lekas keluar dari dalam kamar.


* * *

Kyuhyun POV

Aku keluar dari kamar dan ku lihat di pantry Junhee sudah menungguku.
Aku berjalan menuju pantry dan duduk di hadapannya. Aku kesal sekali rasanya
belum mendapatkan ciuman dari istriku jadi aku pasang saja wajah
kekecewaanku. Mata Junhee terus saja menatapku.

“oppa…” Suaranya terdengar sangat lembut di telingaku.

Aku hanya menatapnya seakan berkata, ya.

“kau kenapa? Apa kau marah karena aku tidak mencium mu?” Tanyanya.

Ne. aku marah karena aku tidak mendapatkan ciuman itu dari mu,
batinku. Aku hanya terus menatapnya.

“Oppa, jawab aku.” Kali ini dia sedikit terlihat manja.

“kalau aku marah apa kau akan memberikannya??” Tanyaku, sedikit


menggodanya.

Junhee tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. “ani. Aku tidak


terpengaruh.”

“yah! Kau ini kenapa? Apa kau sudah bosan mencium suami mu ini??”
Kesalku.

“anyio. Mana mungkin aku bosan hanya saja hari ini aku tidak berselera.”
Jujurnya.

“apa maksud mu dengan tidak berselera??” Bingungku.

Dia hanya mengelengkan kepalanya dengan lembut dan kembali


melanjutkan memakan sarapannya.

“yah! Kau belum menjawabku…”


“aku juga tidak tau apa jawabannya, jadi apa yang bisa kubilang…”

“kau aneh!”

“kau lebih aneh!”

“Aku??”

“ne! sudah tau aku aneh tapi kau malah menikahi ku.”

Senyuman manis terpajang di wajah cantiknya membuat diriku ikut


tersenyum. Melihat senyumanya, aku lupa kalau aku dalam proses membujuknya
untuk mencium ku.

“baiklah! Kita pasangan suami istri yang aneh!” Seru ku kembali


melanjutkan sarapannku.

* * *

Junhee POV

“baiklah! Kita pasangan suami istri yang aneh!” Nada suara bangga
terdengar jelas dari mulut Kyuhyun oppa.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. “sudah, cepatlah habiskan sarapan


mu. Aku akan mengambil tas kita di kamar.” Ujarku, berjalan meninggalkan
pantry menuju kamar kami.

Selesainya aku keluar dari kamar, Kyuhyun oppa sudah menungguku. Aku
lekas memberikan tas miliknya. Kami berdua lekas memakai sepatu kami.

“Junhee-ahh…” Dirinya memanggil namaku sambil memakai sepatunya.

“ehm…” Sautku, yang sedang berdiri menunggunya memekai sepatu.

“tas ini berat sekali mau kah kau membawakannya untukku??” Tanyanya
sesaat setelah memakai sepatu.
“MWO???” Aku terkejut dengan permintaan konyolnya dan saat itu dia
lekas menarik ku dan mencium ku dengan begitu bersemangat. Dia mencium mu,
seakan aku ingin dimakannya. Benar-benar brutal tapi aku suka itu, suami
evilku.

“aku mendapatkannya!” Suaranya terdengar begitu senang.

“aish! Pabo.” Kesalku yang merasa kecolongan tapi aku suka itu. Itulah
yang ku inginkan, ciuman dadakan. “kemarilah.”

“aku tau kau pasti akan memukul ku, kan??” Tebaknya yang sudah berdiri
memberi jarak dengan ku.

“Anyio. Oppa, kemarilah…” Aku mengulang kata-kataku.

Kyuhyun oppa pun menurut, dia berjalan ke arahku dengan perlahan. Saat
dia berdiri di hadapaku, aku lekas mengelap bekas lipstick ku yang menempel di
ujung bibirnya. Aku mengelapnya dengan lembut. Kyuhyun oppa pun tersenyum
dan sedikit mengacak-acak rambutku.

* * *

Author POV

Mereka berdua berjalan bersama menuju parkiran apartment, menaiki


mobil kesayangan Kyuhyun. Mereka berangkat menuju kampus. Tak butuh
waktu lama untuk mencapai kampus Kyunghee University dari apartment
mereka.

Sesampainya di kampus, Kyuhyun dan Junhee berpisah karena mereka


beda fakultas. Kyuhyun yang mengambil seni harus menuju gedung B dan
Junhee yang mengambil jurusan bahasa harus berjalan kaki menuju gedung E.

“jam 2 nanti kita ketemu di kantin.” Seru Kyuhyun sesaat setelah keluar
dari dalam mobil.
Junhee menganguk dan melempar senyum ke wajah Kyuhyun. “aku
duluan.” Ujarnya dan lekas meninggalkan Kyuhyun.

Dengan perlahan Junhee berjalan menuju gedung E yang lumayan jauh


dari parkiran. Tahun ini adalah tahun ajaran baru, semester genap. Dari ke
jauhan Junhee melihat punggung seseorang yang berjalan tak terlalu jauh dari
hadapannya. Dirnya pun lekas mempercepat tempo jalannya, menghampiri si
pemilik punggung.

“Oppa…” Serunya dengan nada bersahabat.

Pria itu lekas menoleh ke belakang dan terlihat tersenyum dengan sosok
yeoja yang memanggilnya. “Junhee-ahh…” Balasnya.

Kali ini Junhee sudah berdiri di sampingnya. “bukan kah kau satu fakultas
dengan Kyuhyun oppa, lalu kenapa kau ke sini?” Bingung Junhee saat melihat
Donghae berjalan menuju gedung E.

Donghae tersenyum malu mendengar pertanyaan Junhee. “bahasa inggris


ku kurang bagus, jadi aku harus mengulangnya. Seharusnya tahun lalu tapi
rasanya malas sekali…” Jujur Donghae sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Junhee tersenyum mendengar penjelasan Donghae. “tidak ku sangka


akhirnya kita bisa sekelas…”

* * *

Donghae POV

“tidak ku sangka akhirnya kita bisa sekelas…” Seru Junhee.

Aku pun tidak menyangka bisa satu kelas dengan mu, mengingat kalau aku
ini kakak kelas mu. Sejenak aku menikmati senyuman manis Junhee dan entah
kenapa masa saat aku duduk di bangku kelas 3 SMA datang lagi. Memori itu
terlihat begitu jelas sampai aku sadar kalau sekarang yang berdiri di sampingku
bukan Junhee yang dulu tapi Junhee yang sudah menjadi Nyonya Cho.
“oppa, oppa…” Junhee membangunkan ku dari lamunan ku.

“ne…” Seruku.

“kau kenapa? Apa ada yang menggangu pikiran mu??” Tanyanya.

Aku suka dengan sikapnya begitu perhatian. Dari pertama aku mengenal
mu kau tidak pernah berubah Junhee, sekali pun tidak, selalu hangat dan
ceria, batinku.

“Anyio. Aku baik-baik saja.” Jawabku sedikit berbohong.

Tak terasa kami pun sampai di kelas bahasa Inggris.

Aku tidak peduli dengan setiap kata yang keluar dari mulut dosen asal
Inggris itu, perhatianku sepenuhnya tertuju kepada yeoja yang sedang duduk
disampingku. Ya, aku sepenuhnya memberikan perhatianku pada Junhee.

* * *

Author POV

Mata Donghae terus tertuju kepada Junhee dan tanpa Donghae sadari
kalau semenjak tadi ada sepasang mata lain yang memperhatikan setiap gerak-
gerik tubuhnya. Mata kuliah yang berjumlah 3 SKS itu pun selesai. Junhee dan
seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut pun berhamburan keluar
dari dalam kelas.

“oppa, aku duluan, masih ada kelas.” Seru Junhee.

Donghae mengangguk, melihat Junhee pergi dengan temannya.

Mata kuliah berikutnya yang di datang Junhee tidak ada dosennya tapi
mereka mendapatkan tugas untuk membuat makalah tentang Linguistik. Junhee
dan Minji pun lekas datang menghampiri persputakan bahasa yang ada di
kampusnya.
“Minji, kau duluan saja ke perpus… aku ingin menelepon kyu oppa dulu.”
Ujar Junhee.

Minji pun setuju dengan usul Junhee.

Junhee mengeluarkan poselnya dan lekas menekan nomor Kyuhyun.


“Yeobuseo…” sapa Junhee.

“yeobuseo …” Balas Kyuhyun.

“oppa, mianhae. Aku rasa hari ini kita tidak bisa makan siang bersama.”
Jelas Junhee.

“wae?” Bingungnya.

“aku harus menghabiskan waktu di perpustakaan. Ada tugas membuat


makalah dan lusa harus dikumpulkan.” Suara Junhee kali ini terdengar sedikit
manja.

“Yah! jadi kau lebih memilih menghabiskan waktu dengan buku-buku sialan
itu ketimbang dengan suami mu yang tampan ini???” Bentak Kyuhyun.

“aishh! Pabo!” Kesal Junhee mendengar kata-kata Kyuhyun.

Kyuhyun terdengar sedikit tersenyum. “makan malam di rumah, aku tidak


akan makan kalau tidak bersama mu…” Sautnya.

“Arraseo.” Sambungan telepon pun terputus. Junhee lekas berjalan


kembali menuju perpustakaan bahasa yang tidak terlalu jauh dari tempat dia
menelepon Kyuhyun tadi.

* * *

Junhee POV

Aku datang ke perpustakaan, kulihat Minji sudah mengumpulkan beberapa


buku dan sedang membacanya. Aku lekas menghampirinya.
Minji sebentar melihat aku yang duduk di depannya. “rasanya aku ingin
mati …” Nadanya terdengar begitu frustasi. “Junhee-ahh, bisa kah kau bunuh
aku??”

Aku bingung sekali dengan sikap yeoja yang ada di hadapanku ini. Oh
Minji sahabat terbaik yang kupunya, aku mengenalnya semenjak kami duduk di
bangku sekolah dasar. “wah, uri Minji terlihat sangat aneh hari ini…” Jujur
ku.

“ini semester baru tapi kenapa sudah ada tugas menyebalkan ini.”

Ohh... jadi karna tugas kau begini, batinku. Tapi apa benar hanya karna
tugas, aku masih ragu. Minji kembali menatapku dan kali ini tatapannya sedikit
berbeda.

“oia, kenapa tadi ada Donghae sunbae dikelas kita?? Bukan kah dia anak
seni??” Bingung Minji saat melihat Donghae oppa satu kelas dengan kami.

“katanya dia harus mengulang mata kuliah Basic English 2 makanya dia
tadi di kelas kita. Basic English 2 itu mata kuliah dasar dan setiap fakultas
pasti mendapatkan mata kuliah itu kan?” Aku menjelaskannya sedetail mungkin
meskipun aku tau Minji pasti sudah tau.

Minji mengangguk-angguk. “ku pikir karena ingin melihat mu.” Ceplosnya.

“mwo??” Kaget ku dengan asumsi Minji.

“selama dikelas tadi aku terus memperhatikan dirinya. matanya itu


benar-benar tidak berkedip saat menatap mu.” Seru Minji. “ … seakan-akan
matanya dan diri mu itu magnet, tidak bisa lepas, sedetik pun tidak. Apa dia
menyukai mu??” Bingung Minji dengan tingkah Donghae oppa.

Aish, si pabo ini kenapa membahas ini, aku jadi ingat masa SMAku. Kalau
dia suka denganku, cerita hidupku tidak akan seperti ini, batinku.

“Minji-ahh, jangan sampai Kyuhyun oppa tau pembicaraan ini. Mengerti.”


Tegasku, enggan untuk meneruskan pembicaraan ini.
Minji mengangguk. “arraseo.” sambil mempoutkan bibirnya. Mata Minji
melihat ke jam tangannya yang menghiasi pergelangan tangan kirinya. “OMO!
Aku terlambat, hari ini teman lawan shift ku tidak bisa datang kerja jadi boss
menyuruhku datang lebih awal, oettoke?? Tugas ini?? Aish…” Nadanya benar-
benar frustasi.

“pergilah. Nanti kalau kau terlambat kau bisa kena marah. Soal tugas
jangan kau pikirkan.” Saranku.

Matanya menatapku dengan tatapan bingung.

“pergi sana! Pergi.” Aku mengulang kata-kataku dengan sedikit


memelototinya. Minji tersenyum dan lekas pergi.

* * *

Author POV

Jam setengah 7 malam Junhee meninggalkan perpustakaan. Dengan rasa


lelah yang menyelimuti tubuhnya, dirinya berjalan meninggalkan kampus
Kyunghee University menuju halte bis. Sambil sedikit merenggangkan tubuhnya,
dirinya melihat ke kanan – ke kiri melihat jalanan yang begitu sepi. “mana
bisnya? Taksi pun tidak ada. Apa aku menelepon Kyuhyun oppa saja??”
Pikirnya. Tak lama mobil sedan hitam pun berhenti di hadapannya. Kaca mobil
belakang itu terbuka. Seorang namja tersenyum dari dalam mobil. “oppa ~”
Serunya begitu senang.

Dengan cepat namja tersebut membuka pintu mobil, seakan menyuruh


Junhee untuk masuk ke dalam mobil.

Junhee pun lekas masuk ke dalam mobil, duduk manis di samping namja
tampan itu. “kau habis dari mana, Donghae oppa?” Tanyaanya.

“aku tadi dari rumah Hyukjae.” jawabnya.


“kalian habis berkumpul bersama??” Tanya Junhee penasaran.

“Ani, hanya aku dan Hyukjae. Sungmin dan Kyuhyun tidak ikut.” jelasnya.

Junhee menganguk-angguk.

“… sore sekali?? Apa kau tadi ada mata kuliah tambahan???” Tanya
Donghae.

Junhee mengelengkan kepalanya. “aku menghabiskan waktu di


perpustakaan.” Saut Junhee sedikit manja.

Donghae tersenyum saat mendengar jawabannya Junhee. “kau mirip sekali


dengan siwon, bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan buku-buku yang
membuat otak ku ‘ngebul, hebat.” Ujar Donghae, entah kagum, atau sedang
meledek.

“Aissh… berani sekali kau meledek aku dan uri oppa…” Ketus Junhee,
mempoutkan bibirnya.

* * *

Donghae POV

Aku menatapnya kembali, saat dia mempoutkan bibirnya. Terlihat sangat


manis. Tanpa sengaja aku lekas mencubit sekaligus memegang pipinya,
melakukan kebiasaanku saat dulu, saat dirinya masih lajang.

“dasar jelek…” Seru ku.

Aku tak sadar wajah kami sangat dekat. Hingga aku bisa melihat mata
indahnya dengan begitu jelas. Sesaat kami berdua berubah canggung. Aku
melepaskan ke dua tanganku dari wajahnya.

“ehm...” Junhee pura-pura batuk dan sedikit memperbaiki duduknya.

“ku dengar siwon akan kembali pindah ke korea, apa dia tidak betah di
amerika??” Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, mencoba mencairkan
suasana canggung ini.
“dia bilang, dia sudah tidak tahan melihat kalian berempat…” Seru
Junhee, seakan mulai melupakan kejadian tadi.

“memangnya ada apa dengn kami berempat??” Bingung ku.

“kalian kan selalu bersama-sama semenjak sekolah dasar dan tiba-tiba


uri siwon oppa harus melanjutkan ke Amerika seorang diri tentu saja membuat
dirinya tak senang.” Jelas Junhee.

“aku sudah menduganya. Wah, rasanya tidak sabar kembali bersama-


sama, lima sekawan.” Seruku.

Ingatanku akan masa lalu kembali terulang di otakku. Aku, Hyukjae,


Sungmin, Siwon, dan Kyuhyun. Kami berlima teman dekat, selalu satu sekolah,
selalu satu kelas kecuali dengan Kyuhyun. Kami berempat beda satu tahun
dengannya.

Mataku kembali melirik ke arah kananku, melihat wajah Junhee. Masa-


masa itu pun datang lagi. Setiap mengingat kejadian itu, aku benar-benar
merasa menyesal. Kalau saja aku tidak melakukan hal itu mungkin Junhee
sekarang masih single belum menikah atau mungkin tetap menjadi wanita yang
sudah menikah hanya saja bukan Kyuhyun suaminya.

“Oppa, sudah sampai ~ “ Ujar Junhee. Membangunkan ku dari lamunan


ku. “kau ingin mampir …” Ajaknya.

Aku mengeleng kepalaku pelan. “lain kali saja.” Balasku.

Junhee sedikit menganguk. “Gomawo sudah mengantarku.”

Aku menganguk dan lekas pergi.

* * *

Author POV
“aku pulang.” Ujarnya sesaat setelah memasuki apartementnya dan tak
ada jawaban dari Kyuhyun.

Kyuhyun duduk di depan tv, berkonsetrasi penuh berbarengan dengan


tangannya yang memegang joystick.

Junhee pun berjalan ke arah tv, menutupi tv besar itu dengan tubuhnya.

“yah! Apa yang kau lakukan??!” Bentak Kyuhyun, kesal dengan tingkah
Junhee.

“istri mu pulang kau malah asyik dengan games mu??” Junhee tak kalah
kesal dengan sikap cuek Kyuhyun.

Kyuhyun menaruh joysticknya di atas meja. Sebentar menatap Junhee


yang terlihat sangat lelah. Matanya lalu melihat jam dinding yang tergantung di
dinding. “apa buku-buku di perpustakaan itu lebih tampan dari diriku sampai
kau menghabiskan waktu mu seharian di sana???” Bentak Kyuhyun. Junhee
membelalak mendengar pertanyaan Kyuhyun. “… rasanya ingin ku bakar semua
buku sialan itu.” Lanjutnya.

“kau cemburu dengan buku??” Tanya Junhee tak percaya.

“kau juga cemburu dengan games ku, kan???” Balas Kyuhyun. Dirinya pun
sambil berjalan mendekat ke arah Junhee. Mengacak-acak rambut Junhee. “…
aku lapar.” Kali ini nada suara manja keluar dari mulutnya.

Senyuman manis pun keluar dari bibir Junhee. “aku mandi dulu setelah
itu kita makan bersama.”

*skip*

Mereka berdua duduk di pantry, makan malam bersama. Mata Kyuhyun


terus menatap Junhee yang memakan makan malamnya dengan begitu lahapnya.
“apa seharian kau tidak makan??” Tanyanya.

Junhee hanya menganguk.


Kyuhyun dengan kasar meletakan sendoknya. “apa buku-buku sialan itu
lebih penting dari perut mu??” Bentak Kyuhyun.

Melihat reaksi Kyuhyun, Junhee lekas memukul kepala Kyuhyun dengan


sendok yang ada di tangan Junhee. “Aishh… berhentilah memaki buku-buku
yang ada di perpustakaan!” Bentak Junhee. “Makan!” Junhee dengan nada
tingginya.

* * *

Kyuhyun POV

Aku pun melanjutkan makan malam ku dengan rasa yang tidak enak. Aku
benci sekali kalau harus melihat wajah yeoja yang kucintai seperti ini. Rasanya
percuma aku bilang aku mencintainya dan akan menjaganya dengan baik kalau
pada kenyataannya aku hanya bisa melihat dia kelelahan seperti sekarang ini.

“berhentilah memandangiku dengan mata seperti itu…”

Aish, ada apa dengan istriku? Bingungku yang terus salah di matanya.
“apa kau sedang masanya??” Tanyaku.

Junhee terlihat sedikit bingung dengan pertanyaanku.

“datang bulan… hari ini kau sensitive sekali.” Lanjutku.

Dia tersenyum mendengarnya. Ya, aku suka itu. Teruslah tersenyum


seperti itu, Junhee-ahh, batinku.

“tidak, aku sudah selesai dari dua hari yang lalu.” Jawabnya.

“wah, kalau begitu malam ini kita bisa melakukannya??” Aku mencoba
menggodanya.

“melakukan apa???” Bingungnya.

“melakukan itu… aku menjelajahi tubuh mu, dan kau menjelajahi tubuh
ku…” Senyuman evil ku pun ku lemparkan ke wajahnya yang membuat pipinya
memerah, seperti kepiting rebus. Aku juga suka saat melihat dia seperti ini,
manis sekali.
Tanganya lekas mencubit tanganku. “pabo!” Suaranya terdengar malu-
malu.

“yah! apa yang salah dengan itu, kau istri ku dan aku ini suami mu. Jadi
itu hal yang wajar kan???” Seruku.

Junhee menghela nafasnya, sepertinya dia sudah ke habisan kata-kata


untuk menyanggahku karena apa yang ku katakana itu benar. “habiskan
makanan mu, aku masih harus menyelesaikan tugas ku.” Perintahnya dan
kembali memakan makanannya.

“jadi bagaimana??” Aku masih menggodanya.

“oppa ~ “ Suaranya terdengar lembut di telingaku.

Aku tersenyum dan sedikit mengacak-acak rambutnya. “kerjakan tugas


mu dengan baik.”

* * *

Junhee POV

Kyuhyun oppa sudah masuk ke dalam kamar tidur sementara aku, masih
harus duduk dan mengerjakan tugas makalahku di ruangan tamu. Sudah hampir
beberapa jam aku menghabiskan waktuku dengan mengerjakan tugas. Leherku
mulai terasa pegal dan mataku mulai mengantuk tapi aku tetap meneruskan
mengerjakannya hingga selesai. Jadi besok aku tidak perlu mengerjakan tugas
sialan ini.

“yes! Finish!” Suaraku begitu semangat. Mataku melihat ke arah dinding


untuk melihat jam. “jam 2 pagi ~ marilah tidur!” Ujarku. Merapikan buku-buku
dan lekas masuk ke dalam kamar.

Lampu kamar kami terlihat sangat redup, tidak terlalu terang. Mataku
masih bisa melihat sosok Kyuhyun oppa yang tertidur dengan sangat pulasnya di
tempat tidur. Aku lekas menaiki tempat tidur dan membaringkan tubuhku,
mencoba untuk tidur tapi tidak bisa.

Aku kembali duduk. Menatap dalam wajah suamiku yang tertidur pulas.
Tanpa sadar jari-jariku mulai menelusuri wajah tampannnya itu. Aku terus
menyentuhnya dan berhenti di bibirnya.

“kau tidak perlu memegangnya seperti itu, bibir ini memang untuk mu…”

Aku kaget mendengarnya. “oppa ~ bukan kah kau sudah tidur??” Suaraku
terdengar terbata-bata.

Kyuhyun oppa lekas membuka matanya dan kembali tersenyum. Dasar


evil, kesalku. “aku memang sudah tidur tapi terbangun karena sentuhan mu.”
Ujarnya.

Aku lekas kembali membaringkan tubuhku dan membelakanginya. Dirinya


memeluk ku dari belakang. Tangannya di lingkarkan di pinggangku dan seperti
biasa, dia selalu menaruh bibirnya di dekat telingaku, membuat diriku merinding
karena bisa merasakan hembusan nafasnya.

“tidak jadi minta cium?” Nada suara menggodanya muncul lagi.

Aishh, seharian ini entah berapa kali dia sudah menggodaku, membuat
aku merasa malu. “sudah tidurlah, oppa! Aku besok ada kuliah pagi.” Seruku,
mencoba untuk menyuruh si evil ini tidur.

Kyuhyun oppa bukannya tidur justru menambah erat memelukku.


Tangannya yang melingkari pinggangku terasa semakin erat. Dan nafasnya pun
sangat terasa di telingaku. “saranghae.” Serunya, berbisik di telingaku dan
lekas mencium leherku dengan kasar, membuatku meras geli.

“oppa~” Ujarku, sedikit memberontak dalam pelukkannya.

“kau tidak ingin mengucapkannya??” Tanyanya.

“nado. Neomu, neomu saranghae. Tidurlah oppa dan berhentilah mencium


leherku ~”
“kau tidak suka??” Tanyanya, sedikit mengangkat tubuhnya dan menatap
wajahku.

Aku pun menatapnya, mencium bibirnya sejenak, lebih tepatnya


menyentuh bibirnya dengan bibirku. “ayo, kita tidur.” Seruku, kembali
menuntun tangannya untuk memelukku.

Kyuhyun oppa tersenyum dan kembali mengeratkan pelukkannya.

* * *

Author POV

Sinar matahari pagi sudah menyilaukan dunia, karena ada kuliah pagi
Junhee pergi ke kampus sendirian, sedangkan Kyuhyun masih tertidur di
apartment. Selesai dengan mata kuliah pertama, Junhee dan Minji duduk di
bangku taman kampus.

“yah! bagaiman ini? Tugas untuk besok belum selesai ku kerjakan??” Minji
menghela nafas beratnya, terdengar begitu frustasi.

Junhee mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Menyodorkannya ke


hadapan Minji. “ini!” Serunya.

“Ige mwoya??” Tanyanya, terlihat bingung.

“ini makalah mu.” Singkat Junhee. “… hanya ini yang bisa ku lakukan
untuk mu…” Lanjut Junhee.

Minji bangun dari duduknya dan memeluk Junhee. “Junhee-ahh, kau


benar-benar sahabat sekaligus adik untukku ~” Seru Minji.

Junhee melepas pelukkannya. “Yah! kenapa jadi adik mu, tidak mau, aku
ingin menjadi kakak mu ~” Suara Junhee terdengar manja.

Pukulan persahabatan pun mendarat di kepala Junhee.


“pabo! Aku ini kan lebih tua satu bulan dari mu, lagi pula aku juga jauh
lebih dewasa dari pada diri mu.” Minji kembali duduk di samping Junhee.

melebarkan ke dua tangannya, “Eonnie....” seru Junhee.

Mereka berdua kembali berpelukkan.

“Aishhh, lihatlah pasangan lesbi sedang bermesraan ~” Ledek Hyukjae


yang tiba-tiba datang bersama dengan Kyuhyun, Sungmin, dan Donghae.

“yah! sunbae, siapa yang kau bilang lesbi??” Kesal Minji melepas
pelukkannya dengan Junhee.

* * *

Donghae POV

“bukan kami yang lesbi tapi kalian berempat yang homo!” Ketus Junhee
sambil mempoutkan bibirnya.

Aish, si pabo ini, benar-benar membuatku ingin mencubit pipinya setiap


dia melakukan itu tapi aku harus menahan diriku, tidak mungkin aku mencubit
pipinya sementara Kyuhyun ada di sini, batinku.

“Homo?? Wah, kau ini Junhee…” Gaya Sungmin terlihat sama saat SMA
dulu.

“wah, Sungmin sunbae aku sudah lama tidak melihat gaya mu yang seperti
tadi…” Ujar Minji. “… aku merasa kembali ke masa SMA dulu...”

Aku tersenyum kecil mendengar ucapann Minji. Ternyata kau juga


merasakannya, Oh Minji?

“Ahhh, jinjja! Benar sekali. Sudah lama rasanya kita tidak saling
mengejek lesbi dan homo…” Hyukjae pun merasakan hal yang sama.

“Junhee-ahh…” panggilku.
“Ne.” Jawabnya.

Aku bisa merasakan sepasang mata tertuju pada kami berdua. Mata
Kyuhyun mulai mengawasi diriku. “hari ini Siwon tiba di Seoul, kan??” Tanyaku.

Junhee menganguk.

“Wah, benar kah?? Ehm, bagaimana kalau malam ini kita pergi makan
bersama dan karoke bersama??” Tawaran Sungmin.

“Sesuju! 2 pasangan homo, satu psangan lesbi dan seorang pastor, sudah
lama kita tidak keluar bersama ~” Seru Hyukjae begitu bersemangat.

“Yah! siapa yang kau bilang lesbi dan homo???” Kesal Junhee.

“Tentu saja yang lesbi kalian berdua...” Hyukjae menunjuk Minji dan
Junhee. “lalu homo pertama aku dengan Donghae, yang ke dua Sungmin dengan
Kyuhyun dan …”

“Yah!” Dengan cepat Junhee memotong perkataan Hyukjae.

“… uri Kyuhyun oppa tidak homo, dia beda dengan mu ~” Kali ini Junhee
berdiri dari duduknya dan lekas memengang erat tangan Kyuhyun.

Entah kenapa aku sedikit kesal melihat itu dan aku hanya bisa
menahannya dalam hatiku.

Sungmin melepas paksa tangan Kyuhyun dari tangan Junhee. “ani, uri
Kyuhyun hanya menyayangi diriku seorang…” Sungmin terlihat seperti ingin
memeluk Kyuhyun tapi tertahan karena Junhee menarik tubuh Kyuhyun.

“yah! hentikanlah.” Ujar Kyuhyun. “… Mianhae, Junhee-ahh… untuk saat


ini aku lebih memilih Sungmin hyung…” Si evil ini benar-benar senang menggoda
uri Junhee. ‘Uri Junhee’ kata-kata itu hanya mampu ku katakan di dalam
hatiku.

“iya kalian menikah saja sana dan di malam pertama kalian, aku akan
membunuh kalian berdua dan membuang mayat kalian ke sungai Han!” Ketus
Junhee.
Kami semua tertawa setelah mendengar ucapan Junhee.

“yeobo-ahh, kau jahat sekali melempar mayatku ke sungai Han~” Kyuhyun


merangkul Junhee dan mencubit pipi cabi Junhee.

Junhee pun lekaas kembali mempoutkan bibirnya, aku yang sudah tidak
tahan pun lekas mengalihkan pandanganku.

“bisakah aku ikut nanti malam??” tanya Minji sedikit ragu-ragu.

“tadi kan Hyukjae sudah bilang, pasangan lesbi juga harus ikut itu
artinya kau ikut.” Jawabku akan pertanyaan Minji.

“kalian pergilah, aku tidak ikut ~” Ujar Junhee.

* * *

Kyuhyun POV

Tidak ikut??? Kenapa dengan mu, apa tugas mu belum juga selesai?
Bingungku dengan apa yang baru saja ku dengar dari mulut Junhee. “waeyo?
Apa tugas sialan itu belum selesai??” Tanyaku.

“jadi kau belum mengerjakan tugas mu, Junhee-ahh tapi kau.... malah
ini...” Minji terdengar begitu bersalah hingga dirinya tak melanjutkan kata-
katanya.

“Ani, bukan karena tugas. Semalaman aku sudah membuat dua makalah,
jadi kau tidak perlu merasa tidak enak dengan ku, Minji-ahh…” Saut Junhee.

Kau mengerjakan dua makalah dalam sehari, waw, istri pabo ku ini baik
sekali, kagumku.

“lalu kenapa kau tidak ikut??” Tanya Donghae hyung.


Entah kenapa setiap dia bertanya dengan Junhee mataku selalu
mengawasinya, seakan sedang mengingatkannya kalau yeoja ini bukan lagi Choi
Junhee tapi Cho Junhee.

“kau harus ikut!” Tegas Sungmin hyung tanpa menunggu alasan dari bibir
Junhee.

Aku pun lekas menyetil kening Junhee. “aishh, appoy!” Serunya, sembari
mengelus-elus keningnya.

“tidak boleh bilang tidak. Kau ikut. Mengerti?!” Perintahku.

Dirinya lekas mempoutkan bibirnya dan sekali pun itu terlihat manis tapi
aku benci melihat itu. Sudah lebih dari dua kali Junhee mempout kan bibirnya,
aku tidak suka melihatnya karena Donghae hyung sangat menyukai gaya Junhee
yang seperti ini dan sangat terlihat sekali kalau dari tadi Donghae hyung ingin
mencubit pipi Junhee tapi tertahan, mungkin karena ada aku.

“kalau kau mempout kan bibir mu begitu lagi nanti ku kepang dengan
hidung mu~” Kesalku.

“Sunbae, kau kejam sekali!” Saut Minji.

“I know!” Balasnya. Tangannya mengambil tas yang tergeletak manis di


bangku taman kampus. “Ayo, Minji kita ke kelas.” Ketus suaranya.

Tangan Donghaae lekas menahannya. Aishh, aku benci melihat itu. Yah!
hyung, dia itu istri ku. “kau ikut kan?” tanya Donghae hyung yang terlihat
sangat ingin istri ku ikut.

Junhee menganguk dan memberikan senyuman untuk Donghae hyung,


senyuman itu terlihat sangat manis, sementara aku kesal sekali melihatnya.

* * *

Author POV

Junhee dan Minji berjalan bersama menuju kelas. “Kau kenapa tadi
tidak ingin ikut, Junhee-ahh? Bukan kah kita sudah lama tidak pernah pergi
bersama-sama lagi semenjak kita lulus…?” penasaran Minji dengan sikap Junhee
tadi.

Junhee sekilas melihat Minji. “Tidak ada alasan yang pasti hanya saja
aku lebih ingin tidur.”

“Benarkah?”

Because I naughty… naughty… hey…

“Yeobuseo” seru Junhee menyapa orang yang meneleponnya.

“Yah! kau adik macam apa, oppa mu pulang kau tidak di rumah, bahkan
uri eomma dan appa pun tidak, apa kalian sudah menganggap aku ini sudah
mati???” kesal orang di seberang.

“Siwon oppa! Kau sudah dirumah?” tanya Junhee.

Minji terlihat antusias saat Junhee menyebut nama Siwon. Telingannya di


dekatkan ke arah ponsel Junhee.

“Pulanglah, kalau mata kuliah itu tidak penting! Kau tidak akan mati
karena bolos!” Siwon lekas mematikan jaringan teleponnya.

“Apa itu Siwon sunbae?” tanya Minji.

Junhee menganguk. “Ne...! Minji-ahh, aku harus pulang jadi tolong


absenin diriku yah…” pinta Junhee.

“Ne.” jawab Minji.

Junhee pun lekas berlari meninggalkan Minji.

* * *

Junhee POV
Setelah aku keluar dari dalam taksi, aku lekas berlari masuk ke dalam
rumah, tidak sabar ingin memeluk Siwon oppaku yang sangat ku sayangi itu.
“Oppa ~” teriakku saat memasuki ruang tengah rumah kami. Dari kejauhan ku
lihat Siwon oppa berdiri sambil melebarkan ke dua tangannya. Layaknya adegan
di film-film, aku berlari kearahnya dan dia lekas memeluk diriku. Siwon oppa
memelukku dengan erat dan sedikit menggendongku.

Siwon oppa menurunkanku dan melepaskan pelukkannya. “Yah, kau berat


sekali, apa kau sedang hamil??” tanyanya

“Aissh… kau ini jangan sebarangan bicara oppa~” kesalku.

Wajahnya terlihat bingung dengan reaksiku. “Apa ada yang salah?? Kau
kan sudah punya suami jadi wajar saja kau hamil…”

Aku dengan lemas berjalan menuju sofa besar yang ada di ruang tv dan
lekas duduk. “memang tidak ada yang salah hanya saja uri eomma, appa,
bahkan ke dua orang tua Kyuhyun oppa juga Kyuhyun oppa ingin sekali aku
hamil, kalau mereka mendengar cadaan mu tadi aku takut kalau mereka akan
berharap…”

“sepertinya kau tidak ingin hamil…”

Aku hanya menganguk.

“waeyo?

Aku sedikit mengelengkan kepalaku. “aku takut, aku kan masih muda…”

Siwon oppa lekas menyetilku. “Inilah yang ku tanyakan pada mu waktu


itu, apa kah kau siap menikah muda, dan kau dengan semangat 45 berkata siap
lalu sekarang…”

“Aissh, aku kan hanya tidak siap memiliki anak!” aku mencoba membela
diriku sambil mengusap-usap keningku yang di sentilnya tadi.

Senyuman manis Siwon oppa terpajang di bibirnya. “Sepertinya Kyuhyun


menjaga mu dengan baik…”
“Tentu saja…” seru ku.

“Syukurlah. Aku lega mendengarnya.” Ujar Siwon oppa.

Because I naughty, naughty, hey, I’m Mr. simple…

“Yeobuseo…” sapaku.

“Yah! kau bilang ada di kelas tapi tidak ada! Di mana kau???” teriak
Kyuhyun.

Aku sedikit menjauhkan ponselku dari telinga kananku. “Aish, si pabo


ini…” kesalku. “Tidak bisa kah kau pelan-pelan bertanya?? Aku ada di rumah…”

“Rumah?” suaranya berubah kawatir. “Apa terjadi sesuatu dengan


dirimu??”

“Aku di rumahku, bukan di rumah kita.” Aku mencoba menjelaskan


kembali kata rumah. “Uri Siwon oppa menyuruhku untuk pulang…”

“Siwon hyung??”

“Apa itu kyuhyun?” tanya Siwon oppa kepadaku, aku lekas menganguk dan
menyerahkan ponselku kepadanya. “Yah! Kyuhyun…” sapa Siwon oppa.
“Datanglah kemari kalau kuliah itu memang tidak penting…” sambungnya. “Ne!”
ponselku pun di kembalikan kepadaku.

“Apa dia akan datang ke sini?” tanyaku.

“Ne! malam ini kalian menginap saja disini.” Ujar Siwon oppa.

* * *

Siwon POV

“Menginap?” kaget Junhee. “Dan kau akan tidur bersama Kyuhyun oppa,
begitu???” nadanya semakin meninggi.
Aku lekas menutup mulutnya dengan tanganku. “Yah! tidak bisa kah kau
tidak berteriak???”

“Aishh…” tangannya melempar tangannku dari mulutnya. “Oppa-ahh,


melihat Sungmin oppa saja aku sudah mati kesal sekarang di tambah lagi
dengan oppa ku sendiri, aish….” Junhee terlihat kehabisan kata-kata.

Aku tertawa melihat tingkah adik semata wayangku ini. “Jadi, uri Junhee
sudah sangat, sangat, sangat mencintai Kyuhyun???” aku mencoba
menggodanya.

Tak ada reaksi dari Junhee selain mempoutkan bibirnya.

Aku lekas mengelitiki perutnya dan terus menggodanya. “Junhee


mencintai Kyuhyun, Junhee mencintai Kyuhyun…”

“Yah. oppa, hentikan, hentikan…” suara Junhee memohon.

Aku lekas menghentikan kegiatanku, menatap mata bahagia adikku. “Jadi


jawab aku, kau benar-benar mencintainya???”

Junhee tetap diam, senyuman manis terpajang di wajahnya.

“Yah. senyuman itu tidak memberikan jawaban yang pasti… dan yang aku
butuh kan jawaban yang pasti, kau mencintaiinya, kan??”

Junhee sedikit menganguk malu.

Aku mengacak-acak rambutnya, tersenyum bersamanya. “Junhee-ahh,


kau tidak tau kalau awalnya aku sangat mencemaskan pernikahan kalian, aku
takut kalau pernikahan ini akan menyiksa mu…”

Junhee memberikan tatapan seriusnya pada setiap kata yang keluar dari
mulutku. “Maksud oppa?? Aku tidak mengerti??”

Aku sedikit tersenyum ragu, akan mengatakan ini atau tidak. Sekilas aku
menatap Junhee yang sangat menantikan penjelasannku, aku pun memutuskan
untuk mengatakannya. “Sekalipun kau tak pernah bilang padaku tapi aku tau
kalau yang kau suka itu Donghae tapi entah kenapa dirimu justru berpacaran
dengan Kyuhyun bahkan kalian memutuskan menikah saat masih sekolah.” Unek-
unek yang selama ini ku tahan akhirnya tersalurkan. “Awalnya aku ragu, tapi
setelah melihat hubungan kalian yang seperti ini, aku rasa Kyuhyun jauh lebih
baik dari Donghae.”

Junhee memelukku dan merebahkan kepalanya di lengan kiriku. “Kau tidak


perlu kawatir, oppa. Uri kyuhyun oppa dia bisa menjagaku dengan baik.”
Serunya.

Aku menganguk sembari merangkul tubuh kecilnya. “Aku tau.”

“Boleh kan aku minta sesuatu padamu, oppa??”

Aku hanya menatapanya, menunggu apa permintaannya.

“Jangan pernah bahas tentang aku dan Donghae oppa di depan Kyuhyun
oppa, dia itu sangat cemburuan…” pinta Junhee sedikit manja.

“Dia begitu karena dia juga tau kalau saat sekolah kau suka dengan
Donghae…”

Junhee menganguk. “Tapi bisa kah kau lakukan itu, oppa?? Jebal…”

Aku menganguk, mengiyakan.

* * *

Author POV

“Hyung ~” teriak Kyuhyun saat melihat Siwon sedang mengobrol dengan


Junhee di ruang tamu keluarga Choi. Kyuhyun memeluk Siwon dari belakang.
“Aku sangat merindukan mu, hyung!” serunya, begitu menggebu-gebu.

Siwon pun lekas membalikan tubuhnya dan berdiri. Membalas pelukan


Kyuhyun dengan begitu eratnya. “Ne. aku pun sangat merindukan mu, Kyu.”
Saut Siwon.
Junhee sedikit melongo melihat adegan yang sedang berlangsung di
depannya. “Hello… Hello…” serunya tapi tidak ada yang memperhatikan.

“Sudah berapa lama kita tidak bertemu, kyu-ahh?? Aishh, magnae


ku…” Siwon masih menumpahkan rasa rindunya kepada Kyuhyun, mereka pun
masih berpelukan.

“Hey, kalian berdua. Namja…” Junhee mencoba menarik perhatian ke


dua namja yang masih berpelukan itu.

“Ohh…” singkat Siwon mulai menyadari kalau ada tiga orang di ruang
tamu. Siwon pun melepas pelukannya dan kembali duduk, begitu juga dengan
Kyuhyun.

Kyuhyun memelototi Junhee. “Yah. kau ini istri macam apa, berbohong
dengan suami mu sendiri! Kau bilang ingin ke kelas tapi ternyata pulang??”
bentaknya.

“memang awalnya ingin ke kelas tapi Siwon oppa meneleponku.” Bela


Junhee.

Siwon sedikit memukul perut Kyuhyun. “Hey! Siapa kau berani sekali
kau memarahi uri Junhee. Aku yang memintanya datang…”

Kyuhyun diam sementara Junhee tersenyum menang.

“Mana yang lainnya??” tanya Siwon pada Kyuhyun.

“Sepertinya ada kelas. Ahh, hyung nanti malam kita akan keluar dan
karoeke bersama, acara ini yang buat Hyukjae hyung dan Sungmin hyung
dalam rangka menyambut dirimu yang kembali ke Seoul.” Informasi lengkap
dari bibir Kyuhyun.

“Jinjja?? Wah, kalau begitu malam ini mereka berempat ikut menginap
saja di sini.” Antusias Siwon dengan rencananya. “Kyu, malam ini kau dan
Junhee menginap di sini yah.” Kyuhyun melirik ke arah Junhee dan Siwon
mengerti maksudnya. “Tenang saja, uri Junhee sudah mengijinkannya lagi
pula kalian kan sudah lama tidak tidur di sini, jadi malam ini kalian tidur di
sini, arraseo??”

“Arraseo, hyung!!” semangat Kyuhyun. “Yah! Junhee kau kenapa?? Apa


kau benar-benar tidak ingin ikut nanti malam??” tanya Kyuhyun yang melihat
muka Junhee tidak begitu senang dengan rencana malam ini.

Junhee sedikit mengelengkan kepalanya. “Ne!. Aku hanya ingin tidur


malam ini.” Singkatnya.

“Yah, Junhee berhentilah bersikap seakan-akan kau ini mayat hidup


yang tak butuh hiburan.” Kesal Siwon dengan sikap Junhee yang selalu saja
malas kalau di ajak keluar.

Kyuhyun menatap Siwon, menyenggol Siwon dengan sikunya. “Yah,


hyung! Siapa kau berani sekali membentak istri ku begitu?”

“Kyuhyun-ahhh….” Kaget siwon dengan sikap kyuhyun.

Kyuhyun tertawa dan mearangkul Siwon. “Aku hanya bercanda.”

Junhee pun tertawa melihat tingkah dua namja itu.

*SKIP

Sesuai dengan rencana yang sudah di buat, mereka semua


menghabiskan malam bersama tak ada hal yang menarik yang terjadi selama
mereka berkaroe dan makan malam. Hanya tinggal satu jam lagi, jam akan
menunjukkan pukul 12 malam, karna Minji yang harus berkerja malam,
mereka semua pun menyudahi acara mereka di luar.

Siwon dan yang lainnya lekas pulang ke rumah sedangkan Junhee,


Kyuhyun dan Minji pergi mengatar Minji ke tempat kerjanya di salah satu
coffee shop 24 hours di tengah-tengah kota Seoul.
“Junhee, Kyuhyun sunbae, terimaksih sudah mengantar ku…” seru Minji
sebelum keluar dari dalam mobil.

“Apa kau yakin akan bekerja??” tanya Junhee yang baru saja tau
kalau sahabatnya juga bekerja dari tengah malam hingga pagi.

Minji tersenyum dan lekas keluar dari mobil. Sedikit mengetuk jendala
mobil Junhee. Junhee lekas membukannya. “Ne, gwenchana. Kau tidak perlu
kawatir, saengi! Aku sudah bekerja selama dua minggu di sini dan aku tetap
sehat kan??” seru Minji, mencoba meyakinkan Junhee.

Junhee sedikit menganguk meski tidak puas dengan jawaban Minji.

“Sunbae, pergilah.” Suruh Minji kepada Kyuhyun. Kyuhyun pun


menganguk dan lekas menjalankan mobilnya.

Junhee masih terlihat murung.

“Kau kenapa??”

“aku ini sahabat yang buruk.” Maki Junhee pada dirinya sendiri.

“Maksudnya?” bingung Kyuhyun dengan perkataan istrinya.

Junhee menghela nafasnya. “Aku hidup berkecukupan tapi aku malah


membiarkan sahabatku kesusahan. Minji bekerja di dua tempat demi ibu
dan adiknya, wajar saja kalau kemarin dia bertingkah aneh.” Jelasnya. “Aku
payah.”

Kyuhyun lekas menyentil kening Junhee.

“Yah. berhentilah menyetilku.” Kesal Junhee mengelus-elus keningnya.

“Karena kau pabo kau pantas di sentil!” ketus Kyuhyun. “Kalau kau
berfikir untuk memberikan uang kepada Minji itu namanya kau menghinanya.”
Jelas Kyuhyun. “Kalau memang kau ini teman yang baik, harusnya kau
mendukung apa yang sekarang di kerjakan oleh Minji.” Nasehat Kyuhyun.
“Kalau kau ingin menolongnya, kau bisa membuatkannya makan siang atau
sekedar mentraktirnya dan memberikan dukungan moral untuknya bukannya
memberikan uang kepadanya, karna uang yang kau berikan itu pun bukan
milik mu.”

Junhee begitu terkesima mendengar kata-kata Kyuhyun. “wah,


ternyata selain kau ahli dalam games dan mencium leherku, kau juga ahli
mengeluarkan kata-kata bijak…”

Kali ini tangan Kyuhyun mengacak-acak rambut Junhee. “Kau yang


membuatku seperti ini.” Suaranya terdengar begitu lembut.

“Benar kah??”

Kyuhyun menganguk pelan. “Karena itu tetaplah bersemangat, untuk


ku, suami mu.”

***

Kyuhyun POV

Kami berdua memasuki ruang tengah rumah Junhee dan di sana semua
hyungdeul sudah berkumpul. Kartu juga soft-drink sudah menghiasi meja
ruang tengah.

“Kalian sudah sampai…” ujar Siwon hyung saat melihat kami berdua.

Junhee terlihat sedikit mengerutkan keningnya, seakan penasaran


dengan suatu benda yang ada di ujung meja. “Itu apa??” tanyannya, sambil
menunjuk-nunjuk ke arah meja.

Hyukjae hyung lekas menyembunyikan benda tersebut dan mulai


berakting. “Apa? Yang mana?? Aku tidak melihatnya, Junhee-ahh…” dirinya
sambil sedikit mengeser-geser semua benda yang ada di atas meja.
Sementara hyungdeul yang lainnya mulai menahan tawa dengan tingkah Jewel
Monkey satu ini.

Junhee terlihat ingin menerkam Hyukjae hyung dengan tingkah


bodohnya. “oppa, kalau kau begitu kau terlihat seperti namja idiot.”
Kesalnya.
Hyukjae hyung pun meletakan benda tersebut. Senyuman bersahabat
terlihat jelas di wajahnya. “Junhee-ahh, wajar saja kalau kami menonton
ini, itu tandanya kami berlima ini normal…”

Aku merangkul Junhee, memegang erat pundaknya, sedikit tertunduk,


menutup tawaku dengan kepala Junhee.

“Pabo.” Suara Donghae hyung, juga ikut tertawa.

Ya, kami lima namja yang berada di ruang tengah keluarga Choi
tertawa geli dengan ucapannya Hyukjae hyung sedangkan Junhee menahawan
tawanya. Gayanya sama seperti diriku, sedikit membuang muka dan
tersenyum.

Junhee menganguk-anguk, mungkin sudah kehabisan kata-kata untuk


membalas kalimat Hyukjae hyung. “Okay. Whatever.” Singkatnya. “Aku
tidur.” Kaki kecilnya lekas menaiki tangga dan meninggalkan kami berlima di
ruang tengah.

“Mimpi indah.” Balas Siwon hyung.

Kami berlima duduk di atas sofa, memulai malam kami berlima dengan
permainan kartu. Kami menghabiskan setengah botol bedak Junhee untuk
bermain kartu. Wajah kami berlima sudah hampir semuanya tertutup bedak
dan karena sudah merasa bosan dua jam lebih dengan bermain kartu, kami
berlima pun mulai bernostalgia dengan cerita masa lalu.

“Kalian ingat tidak saat pertama kali kita mengajak Kyuhyun bolos
sekolah…” Sungmin hyung membuka kembali lembaran masa lalu kami.

Senyuman terpancar dari wajah Donghae hyung. “Ne. aku ingat. Itu
tahun pertamanya dan kita sebagai kakak kelasnya justru mengajaknya untuk
melompati pagar sekolah…” dirinya sesekali menengguk soft-drink kaleng
yang ada di tangannya.

“Dan karena itu kita berempat di panggil kepala sekolah. Tentu saja
aku ingat.” Dengus Hyukjae hyung.
“Dan setiap istirahat, kita selalu menonton film yadong dari hape mu,
hyung.” Aku pun ikut membuka lembaran masa lalu kami.

“Ahh, yah. dan kalian berempat memaksaku untuk ikut menontonya


bersama…” jelas Siwon hyung.

“Ani, kami tidak memaksa mu tapi kau sendiri yang mau…” Donghae
hyung coba membenarkan pernyataan Siwon hyung.

“Aku sendiri yang mau??? Kau bercanda Donghae-ahh… aku mana


mungkin begitu…” nada tak percaya Siwon hyung dengan apa yang baru saja
di dengarnya.

“Intinya kita berlima menontonya bersama dan saat Junhee tiba-tiba


datang, kau...” Hyukjae hyung menunjuk ke arah Siwon hyung. “...
melempar hape ku hingga hancur.” Kesal Hyukjae hyung.

Kami bertiga lekas tertawa mengingat kejadian itu. “Iya, ya, aku
ingat bagian itu. Kau sangat takut kalau Junhee tau kau menonton film
yadong…” Sungmin hyung masih tertawa lebar.

Wajah Siwon hyung memerah sesaat. “Aku begitu karena aku takut
kehilangan muka di depan adik ku sendiri.” Siwon hyung coba membela
dirinya.

“ahhh, aku jadi teringat kembali dengan wajah mu, siwon-ahh. Saat
Junhee datang ke kelas dengan membawa makan siang dan ternyata makan
siang itu bukan untuk mu tapi untuk Donghae… wajah mu lucu sekali saat
itu…” seru Hyukjae hyung.

Tawa ku tertahan saat mendengar kejadian itu. Ingatan akan masa


SMA yang tak ingin ku ingat pun tiba-tiba tergambar jelas di pikiranku.

“Ne, saat itu Junhee benar-benar tergila-gila dengan Donghae.”


Timpal Sungmin hyung.

Yah! bisa kah kalian hentikan pembicaraan ini? Kesalku dengan mereka
yang mulai membahas hal yang ku benci. Soft-drink yang ada di tanganku
pun mulai tak karuan bentuknya, tanpa sengaja jari-jari kanan ku
meremukan benda kaleng tersebut, memaksa mata-mata mereka untuk
melihat ke arahku dan raut wajahku yang sudah berubah. Aku terdiam
sejenak, mencoba menenangkan diriku sendiri. “Aku mengantuk.” Singkatku
dan lekas berlalu dari hadapan mereka berempat.

>>>>>>>>> FLASH-BACK <<<<<<<<<<<

Author POV

Angin sore itu terasa sangat kencang. Mata Junhee bisa dengan jelas
memperhatikan punggu Donghae yang saat itu berada di depannya. Angin
yang lalu-lalang di antara Junhee dan Donghae terasa begitu sejuk. Mereka
berdua berdiri di atap gedung sekolah, menikmati suasana sore dengan langit
yang begitu cerah.

“Ahhhh… indahnya hari ini…” ujar Donghae, merentangkan ke dua


tangannya.

“Saranghae.” Singkat Junhee. “Neomo, neomo, saranghae oppa…”

Donghae membalikan tubuh gagahnya. Bibir tipisnya tertarik,


melempar senyum ke arah Junhee berdiri. “Nado. Neomu, neomu saranghae,
saengi…”

kata-kata Donghae, memaksa Junhee mengangkat wajahnya, menatap


wajah namja yang saat itu berdiri di hadapannya. “S… saengi…??!” nada
bingung dan kaget tercampur menjadi satu.

Donghae menganguk pelan dan tersenyum manis. “Sekali pun kau ini
adiknya Siwon tapi aku sudah menganggap mu seperti adik ku sendiri.
Neomu, neomu, neomu saranghae.” Dirinya kembali mengulang kalimat itu
sambil mengelus-elus rambut Junhee.
Mata Junhee berubah memerah, entah menahan marah atau menahan
air matanya. “Oppa, tidak bisa kah kau melihat ku sebagai seorang yeoja?
Ani, tidak bisa kah kau mencintaiku seperti seorang namja dewasa kepada
yeoja dewasa??” tanya Junhee dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Donghae terdiam. Dirinya tak menyangka Junhee akan seberani ini


menunjukkan perasaannya. “Junhee-ahh…”

“Jawab aku, oppa…” lirih suara Junhee dengan air mata yang mulai
mengalir di wajahnya. “Tidak bisa kah kau mencintai ku lebih dari kaka ke
adiknya???” Junhee mengulang pertanyaannya.

Dirinya mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Menyerahkannya ke


hadapan Junhee yang sedang menangis di hadapannya.

Junhee dengan kasar melempar sapu tangan itu dan berteriak. “Aku
tidak butuh itu, aku butuh cinta mu, oppa. Tidak bisa kah kau
mencintaiku??” tangisan Junhee semakin pecah.

Donghae mengehla nafasnya dengan gusar. Donghae membalikan


badannya. Terlihat begitu kesal dan merasa sangat bersalah. “Kau sudah
mendengarnya tadi, Junhee-ahh…” balas Donghae. Dirinya kembali
membalikan badannya dan lekas pergi meninggalkan Junhee tanpa melihat ke
arah Junhee.

Donghae pergi meninggalkan Junhee bersama dengan air matanya dan


seseorang yang sejak awal mengawasi mereka berdua. Orang itu lekas
menghampiri Junhee yang masih menangis. Namja itu berdiri di hadapan
Junhee.

“oppa ~” kaget Junhee.

“berhentilah menangis. Aku tidak suka kau menangis.” Tegas namja


itu. “Kau harus melupakannya, berhentilah mencintainya. Berhenti menyiksa
diri mu sendiri dengan perasaan yang tak berujung ini.” Bentaknya di wajah
Junhee.
Junhee lekas memeluk namja tersebut dan menangis di dalam pelukkan
namja itu. “Apa aku bisa melupakannnya?? Aku mencintainya…” rengek
Junhee.

Dengan kasar namja tersebut memegang kedua pundak Junhee,


menatap mata Junhee yang berhiaskan air mata. Dengan cepat namja itu
mencium bibir Junhee dengan lembut dan intens sementara Junhee terdiam.
Namja itu melepas ciumannya. “Aku sudah menandai mu. Saat ini kau
milikku, Choi Junhee milik Cho Kyuhyun. Mulai hari ini kau hanya bisa
mencintaiku dan aku akan mengisi hati mu dengan cintaku.” Jelasnya.

“Oppa…”

“Kau hanya boleh mencintaiku. Hanya aku, Cho Kyuhyun.” Tegas namja
yang bernama Kyuhyun itu.

>>>>>>>>>>>>>>>>> END FLASH BACK <<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Author POV

Kyuhyun dengan perlahan masuk ke dalam kamar Junhee. Dia


membaringkan tubuhnya di samping Junhee dan memeluk Junhee dengan
begitu eratnya dengan ke dua tangannya. “yah, oppa~ kau ingin
membunuhku…” Junhee terbangun karena pelukkan Kyuhyun yang mulai terasa
sakit.

Kyuhyun melepas pelukkannya. “Mianhae.” Singkatnya, sedikit menjauh


dari tubuh Junhee. Nafasnya terdengar sangat berat.

Junhee memberikan perhatian penuh dengan sikap aneh suaminya itu.


Menatap namja yang sedang terlentang di sebelah kanannya. “Chagi-ahh…
waeyo??” tanya Junhee lembut.

Kyuhyun melirik ke arah Junhee, sedikit tersenyum mendengar istrinya


memanggilnya dengan kata ‘chagi’. “Gwenchanayo.”

“Chagi oppa-ahh…” kali ini suara Junhee terdengar begitu manja.


“Gwenchanayo. Tidurlah.” Lembut Kyuhyun. Dirinya pun lekas
membalikan tubuhnya.

Junhee menatap dalam punggung yang ada di depannya. Dia menghela


nafasnya. Menatap langit-langit kamarnya. “Ahh… bagaimana ini katanya
rumah tangga yang baik itu di bangun karena rasa percaya dan bukan karena
adanya rahasia, tapi pernikahan ini sudah mulai mengajak si rahasia…” seru
Junhee seraya ikut membalikan tubuhnya dan sekarang punggung Junhee dan
Kyuhyun pun bertemu. “hari-hari ke depanku pasti berat karena rumah
tangga ku sudah berteman dengan si rahasia…”

Tangan Kyuhyun dengan cepat sudah melingkari pinggang Junhee.


Kepalanya diletakannya di antara telinga dan leher Junhee. Dada bidang
Kyuhyun menempel dengan punggung Junhee begitu eratnya, hingga detak
jantung Junhee terasa di dada bidangnya. Tak ada cela sedikit pun antara
Junhee dan Kyuhyun saat ini. “Kau menyesal menikah dengan ku??” bisik
Kyuhyun di telinga Junhee.

Junhee tersenyum dalam remang kamarnya. “Sedetik pun tidak


pernah.” Yakin Junhee.

Kyuhyun semakin erat memeluk tubuh Junhee. “Mianhae, jeongmal


mianhae.” Suara Kyuhyun berubah sedikit serak. “Aku merasa seperti
pencuri yang jahat. Aku mencuri hati mu dengan paksa dan mengurungnya
dalam hatiku.” Lanjutnya. Junhee terdiam mendengar kata-kata Kyuhyun.
“Jeongmal mianhae.”

“Oppa ~”

“Entah kenapa setiap aku mengingat kejadian saat itu, aku merasa
sangat cemburu…” jujur Kyuhyun.

Junhee mengerti dengan perkataan suaminya. Junhee membalikan


tubuhnya dan saat ini mereka berdua tidur terlentang bersama. Junhee
memegang tangan kiri Kyuhyun, mencium punggung tangan Kyuhyun dengan
lembut. “Oppa, bisa kah aku meminta tangan kanan mu?”
Kyuhyun memberikan tangan kanannya.

Tangan kanan Junhee dan Kyuhyun berada di udara, menunjukkan


cincin pernikahan mereka. “Cincin ini tanda aku menerima mu dan cincin ini
yang akan membawaku ke masa depan bersama mu.” Jelas Junhee. “Tidak
peduli seindah apa masa lalu itu tetap saja yang akan aku pilih masa depan
ku dan kau masa depan ku, oppa.”

Kyuhyun menatap dalam istri yang sangat di sayanginya itu.

“Kau bukan pencuri tapi kau itu suami ku. Kau Cho Kyuhyun yang
memilih Choi Junhee.” Tegas Junhee.

Kyuhyun lekas mengangkat tubuhnya dan memposisikannya di atas


Junhee dengan tangan kanannya dirinya menahan tubuhnya tak ingin menindih
Junhee. Mata Kyuhyun menatap dalam mata Junhee. “Saranghae.” Lembut
suaranya menyapu wajah Junhee. Perlahan namun pasti, Kyuhyun
menghampiri bibir Junhee dan menciumnya dengan lembut. Ciuman yang
diberikan Kyuhyun seakan menunjukkan betapa dirinya bersyukur memiliki
istri seperti Junhee.

***

Siwon POV

“Morning…” suara khas Junhee memecahkan suasan hening di dapur.

Aku yang sedang membuat kopi menoleh ke arahnya yang sedang


berjalan menuju tempat ku berdiri. “Pagi. Sudah rapi, apa ada kuliah pagi?”
tanyaku. Junhee menganguk seraya melihat kegiatan yang sedang ku
lakukan. “Kau ingin kopi?”

“Ne.” senyuman manis terpajang di wajahnya. “Sore ini eomma dan


appa kembali dari Daejon, jadi aku dan Kyuhyun oppa tidak perlu menginap
lagi kan malam ini???” tanya Junhee.

“Kau tidak suka menginap di sini???” aku kembali melempar tanya


kepada Junhee.
Aku sekilas melihat wajahnya. Junhee tersenyum. “Ini kan rumah ku,
mana mungkin aku tidak suka.” Jelasnya.

“Kalau begitu, Kyuhyun yang tidak suka menginap?!” tebakku.

“Ani, dia tidak pernah bilang tidak suka menginap di sini.” Singkatnya.

Aku menatap adik ku dengan serius, “Kyuhyun masih tidur?” aku yang
sangat penasaran dengan keadaan Kyuhyun. Junhee tersenyum ke arahku dan
aku benci hal itu. “Jawab aku…”

“Kalau aku keluar dari kamar sendiri, itu artinya dia masih tidur.”
Nadanya berubah sedikit kesal.

“Mianhae.” Singkat ku, meletakan segelas kopi hangat di hadapan adik


perempuanku. Junhee hanya melirik diriku yang saat ini sedang duduk di
hadapannya. “Sekali pun bukan aku yang memulainya tapi tadi malam kami
semua terbawa suasana, maksudku saat bercerita tentang masa sekolah
dulu, siapa yang tau kalau akan membahas mu yang begitu menggilai
Donghae…”

“Gwenchanayo.” Singkat Junhee, menyeruput secangkir kopi yang tadi


ku buatkan.

“Aku tau kau berbohong, aku belum pernah melihat Kyuhyun seperti
tadi malam.” Jujur Siwon. “Junhee-ahh, apa kau yakin Kyuhyun tidak apa-
apa?? Semalaman aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan hal ini…”

“aku kan sudah meminta mu, oppa…” suara Junhee berubah menjadi
serius. “Aku meninta mu untuk tidak membahasnya tapi sudahlah
gwenchanayo. Kyuhyun oppa sudah tenang sekarang.”

Aku terdiam mendengar kata-kata Junhee. Aku tau dia sedikit marah
denganku. “Mianhae.” Pelan suaraku.

Tangan Junhee meraih tanganku, memegangnya dengan erat.


“Gwenchana, oppa.”
“Pagi…” sungmin ikut bergabung bersama ku dan Junhee di dapur
rumah kami. “Junhee-ahh, kyuhyun-ahh gwenchanayo??” tanyanya langsung
ke intinya.

Junhee tersenyum mendengar pertanyaan Sungmin. “Oppa, kau juga


kawatir dengan Kyuhyun oppa??”

“Ne. tadi malam dia terlihat sengat kesal sekali. Ahh, aku ini memang
sepupuh yang buruk. Entah kenapa aku malah membahas hal yang dibencinya
tapi jujur saja aku tidak menyangka reaksinya akan seperti itu…” pengakuan
Sungmin. Aku setuju dengan sungmin, aku pun tak menyangka Kyuhyun akan
terlihat sangat kesal hingga meremukkan soft-drink yang ada di tangannya.

“Kalian berdua tidak perlu kawatir, uri Kyuhyun oppa baik-baik saja.”
Yakin Junhee, mencoba menenangkan perasaan tak karuan yang menggangguk
ku juga Sungmin.

“Junhee-ahh, tolong jaga Kyuhyun kami dengan baik, dia itu sangat
mencintai mu.” Pinta Sungmin pada adik ku.

Aku pun lekas menatap Junhee. Junhee melempar senyuman manisnya.


“Ne, oppa! Bahkan tanpa kau minta aku akan menjaganya dengan baik.”

“Pagi…” donghae menyapa kami bertiga.

Kami bertiga melihat ke arahnya yang sudah terlihat rapi. “Pagi, kau
ada kuliah pagi?” tanyaku bingung. Donghae menganguk sambil menenguk kopi
hangatku.

“Kau yakin akan ikut kelas professor gila itu???” Sungmin tak percaya
dengan apa yang akan di lakukan Donghae.

“Ne. aku sudah janji akan ikut kelasnya hari ini.” Jawabnya. “Kau
kapan mulai kuliah?” tanya Donghae padaku.

“Mungkin minggu depan, setelah semuanya selesai di urus.” Jelasku.

“Kau ada kuliah pagi juga?” tanya Donghae pada Junhee. Junhee
manganguk. “Kau ingin berangkat bersama ku??” tanyanya.
Junhee sedikit berfikir, “Baiklah. Kajja!” seru Junhee.

“Kami berangkat.” Ujar Donghae. Mereka berdua pun lekas berlalu


dari hadapan ku.

***

Donghae POV

Mata Junhee melihat ke arah mobil sedan hitam yang terparkir manis
di depan rumahnya. Dirinya terlihat sedang mencari sesuatu. “Ehm, supir mu
mana, oppa?” tanyanya.

Aku sedikit tersenyum. “Junhee-ahh…” panggil ku. Junhee menoleh ke


arahku dan dengan cepat aku melemparkan kunci mobilku ke arahnya. “Hari
ini kau supirnya.” Seruku, lekas masuk ke dalam mobil. Junhee terlihat
kaget dengan tingkah semena-menaku ini tapi aku puas sekali rasanya, sudah
lama tidak mengerjai uri Junhee.

Junhee masuk ke dalam mobil. “Aishh, pantas saja kau mengajak ku


berangkat bersama, karena kau butuh supir ternyata…” jengkelnya sambil
menyalakan mesin mobil. Bibirnya sudah di poutkannya.

Ke dua tangan ku meraih wajahnya, mencubit pipi cabinya. “Dasar


jelek…” seru ku, mengekspresikan semua yang kurasakan.

Junhee menatap ku dengan bibir yang masih di poutkannya. “Kau lebih


jelek dari aku, oppa ~” ujarnya.

“Arra. Aku jelek dan kau sangat manis.” Tangan ku kali ini mengacak-
acak rambutnya. Junhee-ahh, aku merindukanmu, hatiku yang seakan tak
tahan dengan situasi yang sedang ku hadapi sekarang antara aku dan
Junhee. “Menyetirlah, nanti kita terlambat…”

Junhee menganguk dan menjalankan mobil kesayangannku. “Oppa,


harusnya di usia mu ini kau sudah bisa menyetir supaya tidak menyusahkan
orang…” nasehatnya.
“Arra.” Singkat ku sambil mengutak-atik hapeku.

“Bagaimana nanti kalau kau kencan dengan pacar mu, apa kata yeoja
itu nanti??”

“Aku tidak berniat untuk memeliki pacar.” Jelasku.

Mata Junhee menatapku bingung. “Jadi kau berniat akan mengahbiskan


seluruh hidup mu bersama Hyukjae oppa???”

Aku pun menatap yeoja yang ada di sampingku saat ini. “Ani, bukan
dengan Hyukjae… tapi dengan bayangan seseorang…” Junhee menghentikan
mobilnya karena ada lampu merah yang menyala di depan mobil kami. Junhee
hanya menatapku bingung. Terlihat jelas dirinya enggan untuk melanjutkan
percakapan ini. “Sampai saat ini aku masih belum bisa melepaskan bayangan
itu…” lanjut ku dengan nada begitu lirih. Junhee menatap jalan yang ada di
depannya dengan begitu fokus. Dirinya enggan untuk melihat ke arahku.
Waeyo Junhee-ahh? Apa kau tidak ingin mengingatnya?? Entah kenapa
belakangan ini hati ku sangat merindukan mu, Junhee-ahh. “Gwenchana??”
tanyaku pada Junhee yang terlihat mulai gusar.

“Ne. gwenchana.” Jawabnya tanpa menoleh ke arahku.

“Mianhae dengan ketidak nyamanan ini.” Seruku.

Junhee menghela nafasnya dengan kasar. “Kau tau apa persamaan mu


dengan Kyuhyun oppa?” tanyanya padaku. aku hanya menatapnya. “Kalian
berdua selalu tau bagaimana meletakan diriku di posisi yang menyenangkan
sekaligus posisi yang tidak menyenangkan dan anehnya aku hanya dapat
menerima hal itu without do nothing.”

“Junhee-ahh…” aku merasa bersalah sesaat setelah mendengar kata-


kata Junhee.

“Gwenchana.” Singkatnya. Kembali menjalankan mobil dan kami berdua


hanya duduk terdiam mengamati jalan di hadapan kami tanpa satu kata pun.
***

Author POV

Junhee kembali pulang ke apartementnya dengan perasaan gusar.


Seharian dirinya tidak menemukan Kyuhyun di kampus, bahkan hape Kyuhyun
pun mati tidak bisa di hubungi. Junhee masuk ke dalam apartementnya dan
lekas membuka pintu kamarnya. Melihat sesosok namja yang sedang tertidur
di atas tempat tidurnya.

“oppa ~” seru Junhee menarik selimut dari tubuh Kyuhyun.

“kau sudah pulang??” singkat Kyuhyun yang terlihat sedikit pucat.

Junhee pun semakin panik karena wajah pucat Kyuhyun. “kau sakit??
Hari ini kau tidak ke kampus kan???” kawatir serta bingung tercampur
menjadi satu.

“Ehm,” singkat Kyuhyun.

Tangan kanan Junhee menyetuh kening Kyuhyun. “badan mu agak


panas, apa perlu kita ke dokter? Atau kau ingin aku menelepon eomma untuk
datang ke sini??”

“tenanglah. Aku tidak apa-apa. Kau mandi sana, aku hanya butuh
tidur.” Dingin Kyuhyun menutup tubuhnya dengan selimut dan lekas
membalikan tubuhnya, membelakangi Junhee.

“waeyo, oppa-ahh?” bingung junhee dengan sikap aneh kyuhyun.

Kyuhyun diam.

“oppa~” nada frustasi Junhee terdengar begitu lirih. “baiklah, aku


akan mandi dan makan malam sendiri, kau tidurlah, oppa…” seru Junhee,
berlalu dari dalam kamarnya.

*SKIP
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, junhee masih berada di
ruang tengah apartementnya sedangkan kyuhyun berada di kamar dengan
takut junhee masuk ke dalam kamarnya, membaringkan tubuhnya di samping
Kyuhyun, suaminya.

Matanya menatap dalam punggung yang ada di sampingnya. Dengan


perasaan sedikit takut, Junhee memberanikan diri untuk memeluk punggung
itu, melingkarkan tangannya di pinggang kyuhyun. “Mianhae, oppa ~” lirih
suaranya. “Aku tau kau pasti marah denganku karena tadi pagi aku pergi
bersama donghae oppa, jeongmal mianhae…” lanjutnya. Wajahnya di
benamkannya di punggung kyuhyun, air mata Junhee meresap ke dalam kaos
yang di pakai Kyuhyun.

***

Kyuhyun POV

Tangan Junhee melingkari tubuhku dan air matanya terasa di


punggungku. Pabo, seharusnya dari awal kau sudah mengucapakan ini tanpa
harus menangis, batinku sedikit merasa kesal dengan sikap Junhee. Aku
lekas membalikan badanku dan Junhee melepaskan pelukkannya.

“kau belum tidur…?” kaget Junhee.

Aku sedikit menyentil keningnya. “Pabo, bagaimana aku bisa tidur


kalau kau tidak di sini?” jelasku. “Harusnya dari awal kau bilang kalau kalian
pergi bersama, aku benci kalau harus mendengar istriku pergi dengan namja
lain dari mulut orang lain.” Jujurku.

Kali ini kami berdua terduduk di atas tempat tidur. Junhee


menundukkan kepalanya sambil berusaha menahan air matanya. “Mianhae,
jeongmal mianhae, oppa ~” air matanya terus menetes.

Aku perlahan mengakat kepalanya, menatap wajahnya yang penuh


dengan air mata. “Kenapa kau menangis?” tanyaku, sedikit menggodanya.
“Oppa ~” tangisannya pun pecah.

Aku tersenyum dan menariknya masuk ke dalam pelukkanku. Aku


memeluknya dengan erat. Perlahan menariknya keluar dari pelukkan ku dan
menatap wajahnya, dengan jari-jari tanganku, ku apus air matanya. “Kau
tau kan aku tidak suka kau menangis?”

Junhee manganguk.

“jangan pernah pergi dengan namja lain lagi, arraseo?”

Junhee kembali menganguk.

Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, mencium bibirnya dengan


perlahan. Bibir Junhee bergetar di dalam mulutku, mungkin karena dirinya
habis menangis tadi. Aku menciumnya dengan perlahan dan intens. Melepas
ciuman itu dan kembali tersenyum ke arahnya. “Tidurlah.” Ujarku.

“Kendeu oppa, apa kau baik-baik saja? Badan mu agak panas…”

“Gwenchana. Mungkin itu efek karena menahan cemburu seharian.”


Jelasku yang lekas menarik Junhee untuk membaringkan tubuhnya. Aku
memeluk tubuh Junhee dengan begitu eratnya dan seperti biasa aku sedikit
mencium lehernya.

“Oppa, tidurlah…” ujar Junhee dan lekas membalikan tubuhnya,


membelakangiku.

“Aku merindukan mu, chagi-ahh…” tanganku kembali melingkari


pinggang Junhee. Dengan sedikit tenaga aku membalikan tubuh kecil junhee
dan sedikit menindihnya. Kali ini aku sudah berada di atas tubuh istriku.
Dengan tangan kananku aku menahan tubuhku tak ingin menyakiti Junhee dan
sekali lagi aku menciumnya. Aku mencium lehernya dan kembali ke biibirnya.
Rasanya sudah lama aku dan Junhee tidak menikmati malam seromatis ini.

***
Junhee POV

Dengan mata yang masih berat aku mencoba membuka mataku, melihat
kamar kami yang sudah di terangi oleh sinar matahari pagi. Sekilas aku
melihat jam yang tergeletak di samping tempat tidur. “Jam 10…” kaget ku.
Badanku sedikit ku angkat, melihat sekeliling kamar. Pakaian ku dan Kyuhyun
oppa menghiasi lantai kamar kami. Ku perhatikan suamiku yang masih
tertidur pulas dengan tubuh putihnya itu. Aku sedikit mendekat ke arahnya,
menyapu wajah tampannya dengan tatapanku.

Aku lekas bangun, keluar dari dalam kamar menuju kamar mandi.
Selesai dengan urusanku di kamar mandi dengan handuk aku kembali masuk
ke dalam kamar. Melihat diriku di depan cermin. Sesekali melihat sisi kanan
dan kiri leherku. “Selalu tanda-tanda ini yang muncul…” kesal ku melihat
bekas kiss-mark di leherku. aku memakai pakaianku dan kembali ke luar dari
dalam kamar. Menyiapkan sarapan untuk suami ku tercinta.

Dengan penuh semangat aku membangunkan Kyuhyun oppa. “Oppa…


oppa…” seruku, mengguncangkan tubuhnya. “Ayoo, bangun… sekali pun ini
libur tapi kau tidak boleh tidur seharian…” ujarku.

“Shirro…” serunya. Menarik selimut menutupi tubuhnya.

“Aissh, oppa-ahh… bangun…” paksaku, sedikit menarik tangannya.

Dengan kasar Kyuhyun oppa menarik kembali tangannya. “Satu jam


lagi…” pintanya.

“Mwo? Satu jam lagi?? Ini saja sudah jam setengah 11, kau ingin
bangun jam berapa, pabo…” kesal ku. Kembali menarik tangannya. “Ayo,
bangun…” Sekuat tenaga aku menariknya hingga Kyuhyun oppa terlihat
terduduk di atas tempat tidur. Tangan kanannya berada di belakang
tubuhnya, menopang badanya dan matanya masih terpejam. “Bangun, oppa…
mandi dan kita sarapan…” seruku. “Ani, mana ada orang sarapan jam
setengah 11, baiklah makan siang saja…” aku mengkoreksi ucapanku sendiri.
Kyuhyun oppa tertawa mendengar apa yang baru saja ku katakan.
“Pabo…” serunya, sambil sedikit membuka matanya. “Berikan aku ini…”
Tangan kirinya menunjuk ke arah bibirnya.

Aku mengelengkan kepala ku. “Tidak mau. Memangnya kau tidak bosan
semalaman mencium ku??” aku merasa heran dengan namja yang satu ini,
entah kenapa dirinya suka sekali dicium dan mencium, walau pun sebenarnya
aku pun menyukainya.

“Kalau begitu aku tidak mau bangun…” ancam Kyuhyun oppa kembali
membaringkan tubuhnya.

“Yah! oppa…” teriak ku kesal dengan sikap suami ku. Aku kembali
menarik tangannya. “Bangunlah…”

Tanpa di duga, Kyuhyun oppa justru membalasku, dia menarik ku


hingga terjatuh tepat di atas tubuh putihnya. Senyuman evilnya mulai
terlukis di wajahnya. “Kena kau…” serunya seraya mendekatkan wajahnya ke
arahku.

Amuri apado joha jigeum neol boreo gagi ttaemune…

Aku sedikit menjauh kan wajahku dari Kyuhyun oppa. “Hape mu


berbunyi…”

Meoreojyeo inneun dongan neol neomu bogo sipeotgi ttaemune……

“Sebentar saja…” pintanya.

Aku mengelengkan kepala ku.

“Kau angkat sana.” Kesalnya, melepas tangannya dari wajahku.

aku lekas mengambil hape Kyuhyun oppa. “Yeobuseo…” sapaku. “Oh,


eommanim, ne…” aku mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut ibu
mertuaku. “Ne.” sautku dan menutup telepon. Aku melihat ke arah Kyuhyun
oppa yang masih bermalas-malasan di atas tempat tidur. “Eommaniem mengajak
kita makan siang di luar.”

“Kau saja yang pergi.” Ketus Kyuhyun oppa.

“Yah. ini kan acara keluarga mu kenapa hanya aku yang pergi…?” kesalku
dengan sikap Kyuhyun oppa.

“Pabo, keluargaku yah keluargamu.” Suaranya terdengar begitu serius.

“Baiklah tapi memangnya aku ini janda, harus pergi sendiri…”

“Yah!” pekik Kyuhyun oppa hingga dirinya terduduk di atas tempat tidur.
“Awas kalau berani bilang begitu lagi.”

“Memangnya kenapa…?” entah kenapa hari ini aku ingin sekali menggoda
suami ku ini.

“Kau?!” nada suaranya semakin meninggi. “Karena aku tidak mau pergi
jauh dari mu…” suaranya pun berubah lembut dalam sekejap.

Aku menatap dalam wajah suamiku yang terlihat begitu serius.

“Aku tidak akan meninggalkan mu seorang diri, Junhee-ahh…” lanjutnya,


suara yang begitu lantang dan sangat percaya diri.

“Ehm, aku tau itu.” Balas ku, tersenyum manis.

***

Author POV

Junhee dan Kyuhyun pun pergi ke sebuah restoran untuk memenuhi


permintaan orang tua Kyuhyun yaitu makan siang bersama. Kaki mereka berdua
membawa diri mereka masuk ke dalam restoran, sedikit melempar pandangan
mereka menyelusuri isi restoran, mencari sesorang yang mereka kenal. Dari
kejauhan Kyuhyun melihat seorang pria paruhbaya mengangkat tangannya,
seakan menyuruhnya untuk menghampiri pria tersebut.
“Di sana…” ujar Kyuhyun, sedikit menarik tubuh Junhee untuk
mengikutinya.

Mereka berdua pun berjalan bersama dan menghampiri orang tua


Kyuhyun. “Junhee-ahh…” seru eomma seraya memeluk menantu satu-satunya
dengan begitu hangat.

Junhee dengan lembut melepas pelukkannya bersama eomma mertuanya


dan menundukkan kepalanya ke arah appa Kyuhyun. “Appaniem…”

Appa menganguk. “Ne, duduklah, menantu…” serunya.

Eomma sedikit memberikan perhatian pada leher Junhee. “Junhee-ahh,


apa alergi mu sedang kambuh?? Kenapa leher mu merah-merah begini?”

Dalam sekejap warna muka Junhee maupun Kyuhyun berubah menjadi


merah seperti kepiting rebus. “Ani, eommanim…” saut Junhee, sedikit berfikir
untuk mencari alasan yang masuk akal.

“Lalu kenapa?” bingung eomma.

“Ehmmm…” Junhee pun semakin bingung, belum mendapatkan alasan yang


tepat.

“Nyamuk.” Ceplos Kyuhyun.

“Nyamuk?” appa terlihat bingung dengan pernyataan anak laki-lakinya


itu.

“Itu karena di gigit nyamuk dan Junhee mengaruknya, bukan begitu,


yeobo-ahh??” ujar Kyuhyun, sedikit menendang kaki Junhee dari bawah meja.

“Ahh… Ne. aku di gigit nyamuk dan menggaruknya terlalu keras…”


sambung Junhee, terlihat gugup.

Baik eomma dan appa pun menganguk-anguk. Tak lama makanan pun tiba
di meja mereka. “Kami sudah memesankan makanan untuk kalian, jadi kalian
harus makan yang banyak, arrachie?” seru appa pada Junhee dan Kyuhyun.
Mereka berdua pun terlihat sedikit menganguk, mengiyakan permintaan appa.
“Bagaimana kuliah kalian??” eomma membuka pertanyaan saat mereka
berempat memulai menyantap hidangan yang ada di depan mereka. “Apa ada
kendala??” tanya eomma begitu perhatian.

Junhee mengelengkan kepalanya dengan pelan. “Sejauh ini aku masih bisa
mengikuti semua mata kuliah.” Jujur Junhee.

“Kau?” tanya appa pada Kyuhyun.

“Sama dengan Junhee, semester ini aku masih bisa mengikuti semua mata
kuliah dengan baik.” Seru Kyuhyun.

“Cepat-cepatlah kalian lulus terutama kau, menantuku…” ujar appa,


terlihat sedikit serius. “Berikan aku cucu.” Lanjutnya.

Junhee dalam sekejap berhenti mengunyah makanan yang ada di dalam


mulutnya, seakan tertahan dengan kata cucu yang baru di dengarnya tadi.
Kyuhyun pun peka dengan reaksi istrinya. “Yah, appanim…”

“Waeyo?? Apa ada yang salah dengan permintaan ku??” tanya appa pada
Kyuhyun.

“Memang tidak ada yang salah hanya saja menantu mu ini kan masih
kuliah…” Kyuhun mencoba meminta pengertian pada ayahnya.

Junhee sedikit melirik Kyuhyun dan tersenyum pada suamianya.

“Ohh, kalau begitu bagaimana kalau Junhee berhenti kuliah saja.” Usul
appa.

“MWO?” Kyuhyun dan Junhee terbelalak mendengar usul appa.

“Di usia ku yang sudah tua ini hanya mengingkan menimang cucuku
sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini…” nada suara appa mulai memelas.

“Aishh…” dengus Kyuhyun. “Appaniem, sekali pun uri Junhee berhenti


kuliah kalau aku tidak menyentuhnya bagaimana dia bisa hamil??”

“Mwo? Jadi sampai saat ini kalian belum melakukan itu??” kaget appaniem
dengan pernyataan Kyuhyun.
“Tentu saja kami sudah melakukannya beberapa kali…” jelas Kyuhyun.
Dalam sekejap seluruh darah Junhee berkumpul di pipinya. “Kami melakukannya
dengan sangat baik dan juga hati-hati…” sambung Kyuhyun dan Junhee semakin
menundudukkan kepalanya.

Eommaniem dengan cepat lekas memukul kepala Kyuhyun dengan sendok


yang ada di tangannya. PLAKKK “Paboya!” kesal eommanim.

“Aishh…” kyuhyun mengelus-elus kepalanya.

“Bagaimana bisa kau membahas hal sepribadi itu dengan begitu santainya,
Kyuhyun-ahh???” tanya eomma begitu penuh emosi. “Uri Junhee-ahh, kau tidak
perlu mendengarkan apa kata appaniem mu itu, dia begitu karena teman
kerjannya baru saja mendapatkan cucu… kau fokus saja dengan kuliah mu,
arrachie…?” kali ini eomma berbicara pada menantunya.

“Ne.” saut Junhee.

“Dan kau, yeobo-ahh… tidak hanya kau yang ingin menimang cucu, tapi
aku juga ingin begitu juga dengan besan kita, mereka juga sangat mengingkan
seorang cucu… tapi segala sesuatu ada waktunya. Bersabarlah.” Nasehat
eommaniem untuk appaniem, terdengar begitu bijak. “Sekarang makanlah
dengan tenang…”

* * *

Kyuhyun POV

Semenjak siang tadi Junhee terlihat tidak tenang, mungkin dia masih
memikirkan apa yang dikatakan appaniem tadi. Aku menghela nafas ku
perlahan. Appaniem, bersabarlah, pinta ku. Junhee masuk ke dalam kamar,
wajahnya masih sama seperti saat makan siang tadi. Tubuh kurusnya lekas di
baringkannya di sampingku. Melihat Junhee yang begitu dingin, aku pun fokus
pada laptop yang ada di pangkuan ku.
Junhee sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan. Membuat goncangan kecil
di atas tempat tidur kami. “Ahh…” kesalnya.

Aku hanya meliriknya sesaat. Dengan kasar Junhee menarik selimut


hingga menutupi wajahnya dan membelakangi diriku. Yah, apa kau masih
memikirkan yang tadi?? Bingungku dengan sikap istriku ini.

“Arrghhh…” Junhee tiba-tiba duduk dan mengacak-acak rambutnya


dengan sangat kasar.

“Yah. ada apa dengan mu, Junhee-ahh???”

Junhee melempar pandangannya ke arahku. Menatap ku seakan aku ingin


di makannya. “Haahhhhh…” dengusnya dan kembali menarik selimut menutupi
tubuhnya.

Aku hanya melongo melihat tingkah aneh istriku ini. Sekilas aku melihat
ke layar laptopku. “Aishhh, aku kalah…” kesal ku yang gagal memecahkan
rekor. Aku terpaksa mengulang kembali permainan ku dan kali ini aku harus
fokus. Sesaat aku melihat Junhee, terlihat dirinya sudah mulai tenang, aku tau
itu karena dia sudah tidak bergerak ke kiri atau ke kanan lagi. “Baiklah
sekarang aku bisa fokus…” ujar ku kembali memberi perhatian pada games
online ku. Aku begitu fokus pada games ku, benar-benar ingin memecahkan
rekor. Tak terasa aku sudah menghabiskan sekitar 30 menit untuk meraih nilai
tertinggi hingga tiba-tiba Junhee berteriak dan terduduk di atas tempat tidur
dengan wajah yang pucat. “Kau kenapa???” kaget ku dengan teriakan Junhee di
tengah malam.

Junhee menatap ku. “Aku bermimpi, aku sedang melahirkan… rasanya


sakit sekali…” dirinya terlihat begitu ke takutan. Wajahnya penuh dengan
keringat.

Aku lekas menutup laptopku, menaruhnya di samping tempat tidur lalu


memeluk Junhee ku dengan erat. “Gwenchana…” ujarku, mengelus-elus kepala
istriku. “Itu hanya mimpi.”

“aku takut, oppa ~” renggek Junhee.


Aku menepuk-nepuk pundaknya. Arra, arra, Junhee-ahh, batinku. Aku
mencium kepalanya lembut. “kau tidak perlu takut, ada aku yang menjaga mu…”

“oppa, aku takut kalau harus melahirkan… ”

“Gwenchana, bukan kah tadi eomma bilang segala sesuatu ada


waktunya...” Ulang ku, terus mencoba menenangkan Junhee. aku menuntun
tubuh Junhee untuk kembali berbaring di atas tempat tidur. “tidurlah, aku
akan memeluk mu seperti ini. Jadi setan-setan kecil tidak akan ada yang
berani menggangu mu lagi, karena mereka takut padaku, sang raja evil…”
seruku, sedikit tersenyum.

“ehm…” singkat Junhee, memeluk tubuhku begitu eratnya.

* * *

Author POV

Kelas sudah selesai, Junhee duduk sendiri di bangku taman kampus,


Kyunghee University. Keningnya di kerutkannya terlihat sedang memikirkan
sesuatu, sesekali Junhee menghela nafasnya dengan berat.

“Junhee-ahh… kenapa kau tinggalkan aku sendiri??” Minji datang


menghampiri Junhee dan lekas duduk di samping sahabatnya. “Yah, apa yang
sedang kau pikir kan???” penasaran Minji dengan wajah serius Junhee.

“Ahhh…” suara frustasi Junhee. “Minji-ahh, oettoke?? Aku sudah


telat…” lanjut Junhee.

“Kalau kau telat kenapa kau masih di sini, pabo??? Cepat sana susul
Kyuhyun sunbae…” nasehat Minji.

“Aishh… Aku sedang tidak bicara tentang Kyuhyun oppa…” jelas Junhee.

“lalu…” bingung Minji.

“Aku sedang bicara tentn masaku, masa subur ku...! terakhir kali itu
kira-kira sehari atau dua hari sebelum siwon oppa datang dan sekarang ini
sudah hampir dua bulan lebih tapi juga belum datang…” jelas Junhee.
“Oettoke??” frustasi Junhee.

“Ehm apa dalam beberapa bulan ke belakang ini kalian melakukan itu?”
tanya Minji sambil membentuk tanda kutip dengan jari telunjuk dan tengahnya.

Junhee menganguk dengan malu. “Kami melakukannya…”

“Mungkin kau hamil…” ceplos Minji.

“Yah. jangan sembarangan seperti itu…”

“Apa yang salah??” bingung Minji. “Kau berhubungan dengan Kyuhyun


sunbae dan hasil dari hubungan itu pasti seorang bayi, Junhee-ahh…”

“Arra kendeu aku belum siap untuk itu…”

Minji memperhatikan ekspresi frustasi sahabatnya. “Cek…”

“Mwo?”

“Cek ke dokter, apa kau hamil atau tidak?? Atau mungkin karena terlalu
lelah makanya telat…” dugaan Minji.

“Kalau aku kelelahan justru masanya akan lebih panjang.” Jawab Junhee.
“Aku tidak berani kalau harus ke dokter, aku takut kalau ternyata aku benar
hamil, oettoke???”

Minji lekas menyentil kening Junhee pelan. “Pabo! Kalau tidak di cek, itu
hanya akan membuat mu stress…” jelasnya. “Aku akan menemani mu…” Wajah
Junhee masih terlihat enggan untuk menerima tawaran Minji. “Atau kau saja
yang cek sendiri, kau beli tespek di apotik, bagaimana?” usul Minji.

Junhee terlihat sedikit berfikir dengan usul ke dua yang diberikan Minji.
Junhee menganguk-anguk. “Baiklah.” Singkat Junhee. “Sudah jam 3, kau tidak
kerja??”

“Aigoo, aku lupa…” Minji lekas bangun dari duduknya. “Junhee-ahh beri
tau aku kalau kau sudah mengeceknya, arrachie??”
“Ne.” singkat Junhee.

“Aku pergi.”

* * *

Junhee POV

Dengan perasaan yang tak tentu aku berjalan menuju parkiran, aku
melihat Siwon oppa yang sedang berjalan kearah mobilnya. “oppa…” teriak ku
dan sedikit berlari ke arah Siwon oppa.

“Ohh, Junhee-ahh… kau sudah selesai kuliah??” tanyanya. Aku lekas


menganguk. “Kau menunggu Kyuhyun?” tebaknya.

“Ani. Dia masih ada kelas hingga jam 5.” Sautku. “Oppa, bukan kah
harusnya kau juga masih ada kelas…?” bingungku melihat Siwon oppa berada di
parkiran bukannya di kelas.

Siwon oppa tersenyum aneh ke arahku dan menggaruk-garuk kepalanya.


“ahh, aku sedang malas dengan kuliah jadi aku bolos…”

“Ahh, dasar kau.”

Siwon oppa masih tetap dengan senyum anehnya. “Kau ingin pulang kan?
Biar ku antar…”

Aku mengelengkan kepala ku, pelan. “Aku sedang tidak ingin pulang, ehm,
bagaiman kalau kita makan ice cream di tempat biasa, oppa??” ajakku. “kita
sudah lama tidak pergi berdua…”

Siwon oppa menganguk-anguk, pertanda setuju dengan tawaranku.


“Baiklah, kajja… kita makan ice cream, aku yang traktir…”

“Okay…” suat ku.


Kami berdua lekas masuk ke dalam mobil. Tak butuh waktu lama untuk
mencapai tempat biasa kami memakan ice cream bersama karena letaknya tak
jauh dari kampus kami. Siwon oppa memarkirkan mobilnya dan setelah itu kami
berdua keluar dari dalam mobil dan berjalan menghampiri mobil box penjual ice
cream.

“Ingin rasa apa?” tanya penjual es pada kami.

“Coklat vanilla…” jawab Siwon oppa. “Kau?” tanyanya padaku.

“ehm, sama…” sautku.

“Coklat vanilla dua.” Siwon oppa mengulang pesanan kami.

“Ne, semuanya 5ribu won…” ujar penjual es.

Siwon oppa lekas memberikan uang padanya dan tak lama dua ice cream
coklat vanilla sudah siap tersaji. Kami berdua lekas berjalan ke arah taman
bermain dan duduk di ayunan, tempat biasa aku dengan siwon oppa.

“Ahhh, rasanya sudah lama tidak ke tempat ini dan semuanya masih sama
bahkan ayunan ini…” ujarnya, mengingat memory yang lalu.

“ehm, tidak ada yang berubah…” dukungku dengan pernyataan Siwon


oppa. Aku melempar pandangan ku jauh ke depan dan memperhatikan beberapa
wanita yang sedang duduk di bangku taman. Perut mereka terlihat begitu
buncit dan entah kenapa aku lekas melihat ke arah perutku sendiri, kepalaku
langsung sakit melihat perutku. “ahh…” keluh ku.

“Waeyo??” tanya siwon oppa dengan sikap ku tadi.

“Ani.” aku mengelengkan kepalaku.

Siwon oppa menganguk dan dirinya tersenyum saat melihat anak-anak


kecil yang sedang bermain di taman. “Mereka lucu sekali…”

“oh..” singkatku. Aku tanpa sadar ikut tersenyum melihat anak-anak


kecil yang sedang berkejar-kejaran, mereka manis sekali.
“Melihat mereka aku jadi penasaran dengan anak mu nanti, Junhee-ahh…”
siwon oppa terlihat begitu antusias. “Apa nanti anak kalian akan sama evilnya
dengan kyuhyun atau aneh seperti dirimu…” tawa lebar terlukis di wajah siwon
oppa. “lucu sekali pasti…” yakinnya.

“Evil? Aneh??” kesalku medengar dua kata itu.

“Ne. evil, suka sekali menggangu orang bahkan hyungdeulnya pun selalu di
ganggungnya tapi saat dia tidak ada terasa begitu sepi!” jelas Siwon oppa.
“Aneh, yang ada di pikiran mu hanya tidur, cukup pintar di dalam kelas tapi
bodoh di luar kelas...” Lanjutnya.

Aku tersenyum mendengarnya. “Apa kau sudah siap menjadi ahjusshi???”


entah kenapa aku bertanya hal bodoh.

Siwon oppa menatapku. “Kenapa kau tanya begitu? Memangnya aku


sebentar lagi akan punya keponakan????”

Aku dengan cepat mengelengkan kepalaku. “aniyo, aku hanya bertanya…”


gugupku dengan pertanyaan siwon oppa.

Dirinya lekas tertawa puas. “Hahaha… seharusnya kau lihat wajah mu


tadi, Junhee-ahh! Kau ketakutan sekali…” ujarnya, memakan ice cream yang
ada di tangannya. “Sore ini begitu indah…”

“Ice creamnya enak…” ujar ku.

“Kalau begitu habiskan.” Pinta siwon oppa tersenyum manis.

* * *

Author POV

Sesaat setelah Siwon mengantar Junhee ke apartementnya, Junhee lekas


pergi ke apotik untuk membeli tespeck. Dirinya membeli lima buah tespeck
sekaligus dan dengan perasaan gusar dirinya lekas kembali ke apartement,
takut Kyuhyun sudah pulang.
Di dalam kamar mandi Junhee membaca setiap petunjuk yang tertulis di
bungkus tespeck tersebut. “Jadi tunggu lima menit setelah itu tau hasilnya…”
serunya. “Okay, kajja...” ujarnya pada dirinya sendiri. Dirinya mencoba untuk
mengeluarkan urinnya tapi tidak juga keluar. “Aishh, oettoke? Kenapa ini?”
Frustasinya.

Dirinya lekas keluar dari kamar mandi, lekas menuju kulkas yang ada di
dapur, tanpa gelas Junhee lekas menengguk beberapa kali air putih langsung
dari botol. “Semoga sekarang bisa…” harapannya. “Coba lagi…” kakinya kembali
membawa dirinya masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi dirinya
mencoba lagi tapi tetap saja tidak keluar. “Ahhh…” dengusnya kesal. Junhee
kembali keluar dari dalam kamar mandi dan duduk di pantry. “Sebentar lagi
Kyuhyun oppa pulang, oettoke???” rasa panik menyelimuti diri Junhee dan
setelah duduk di pantry beberapa menit akhirnya dirinya pun lekas menuju
kamar mandi karena ingin membuang air kecil.

Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Junhee kembali duduk di


pantry. “Okay, kita mulai…” suaranya berubah gugup. Dengan perlahan Junhee
mulai menyentuh air urinenya dengan ujung tespek. “Sekarang tinggal tunggu
lima menit…” serunya. Junhee begitu gusar menunggu lima menit, matanya terus
melihat ke arah jam. “Aigoo, sejak kapan lima menit itu terasa seperti lima
jam…” keluhnya. Setelah menunggu lima menit, Junhee dengan perlahan melihat
hasilnya. Jantung Junhee terpacu kencang, bulir-bulir keringat pun sedikit demi
sedikit mulai keluar dari pori-porinya. Matanya terbelalak melihat hasil tespek.
“ahhhh…” suaranya begitu kencang. Dengan perasaan campur aduk Junhee
membuka 3 tespek sekaligus dan lekas membuat ke tiga tespek itu menyentuh
air urinnya. Dirinya kembali menunggu lima menit dan saat lima menit berlalu,
Junhee lekas melihat ke tiga tespek tersebut. “Huaaaa…” kali ini teriakknya
sedikit berbeda. “Ehm…” dirinya terlihat bingung dengan hasilnya. “Sudahlah
lupakan empat tespek gila ini, masih sisa satu, nanti coba lagi…” Junhee lekas
membuang empat tespek yang sudah di cobanya itu dan kembali duduk di
pantry, wajahnya terlihat sedikit pucat.

“Aku pulang…”
“Aigooo…! Kenapa kau sudah pulang, oppa…?” junhee terlihat kaget dengan
kehadiran suaminya.

Kyuhyun mengerutkan keningnya. “Harusnya kau bertanya kenapa


terlambat bukannya bertanya kenapa sudah pulang…” kyuhyun mencoba
mengkoreksi pertanyaan istrinya. Kyuhyun lekas berjalan ke arah kulkas dan
membuka kulkas mengambil sebotol air dingin lalu menuangkannya ke dalam
gelas. Memberi perhatian penuh kepada Junhee yang masih duduk di pantry.
“Kau kenapa??” bingung Kyuhyun melihat ekspresi Junhee yang aneh.

“Memangnya kenapa? Aku tidak apa-apa…” elak Junhee. Kyuhyun hanya


menatap mata Junhee, menganguk-angguk sedikit. “Ehm, aku mandi dulu…” seru
Junhee dan lekas masuk ke dalam kamar mandi.

Kyuhyun menatap bingung ke arah pintu kamar mandi. “Ada apa dengan
dia? Aneh sekali…” Junhee menghabiskan waktu hampir setengah jam di kamar
mandi sehingga Kyuhyun harus mengetuk pintu kamar mandi. “Yah! Junhee-ahh
kau bisa masuk angin lama-lama di kamar mandi…” teriak Kyuhyun dari luar
kamar mandi. Tak lama Junhee pun keluar dari kamar mandi dengan handuk
melilit tubuhnya. Wajahnya makin terlihat aneh di mata Kyuhyun. “Waeyo?”
bingung Kyuhyun.

Junhee memaksa tersenyum. “Gwenchana…” ujarnya. “Kau mandi saja


dulu, oppa setelah itu kita makan malam bersama…” sarannya dan lekas
berjalan menuju kamarnya.

* * *

Kyuhyun POV

Selesai bershower kaki ku membawa diriku ke wastafel yang ada di dalam


kamar mandi, sejenak aku melihat ketampanan ku melalui kaca wastafel. “Cho
Kyuhyun, kau namja tertampan yang pernah ada…” banggaku dengan ketampanan
yang diberikan Tuhan untuk ku. Aku lekas membuka kotak kecil yang ada di
samping kaca untuk mengambil tonik wajahku. Mataku terpaku dengan benda
yang belum pernah kulihat sebelumnya tapi aku tau itu apa.

Aku mengambilnya dan melihatnya dengan teliti. “Apa ini milik


Junhee???” bingungku melihat benda tipis dan panjang yang ada di telapak
tangannku.

Aku lekas berjalan keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk di
pinggangku dan benda tipi situ di genggamanku. Aku melihat ke dapur yang
kosong, begitu juga dengan ruang tv, pintu kamar kami terlihat tidak tertutup
rapat. Kaki ku pun membawa ku berjalan menuju kamar. Aku melihat Junhee
berdiri membelakangi ku.

“Oettoke, Minji-ahh?? Aku sudah mencoba semuanya dan hasilnya sama


tanda plus yang keluar…” suara Junhee menghentikan langkahku. Aku berdiri di
depan kamar kami dan dengan seksama mendengarkan perbincangan istriku dan
sahabatnya, Minji. “Ani, aku belum memberi tahu kyuhyun oppa, aku takut
sekali…” lanjutnya. “Ne, besok aku akan menceritakan semuanya… kepalaku
pusing sekali, rasanya ingin mati…” kalimat itu membuatku tertawa kecil, dasar
pabo, batinku.

“Ahhh, segarnya…” aku lekas membuka pintu kamar kami dan masuk ke
dalam kamar sambil berakting, dengan cepat aku lekas meletakan tespeck itu di
samping lampu tidur tanpa sepengetahuan Junhee.

“Kau sudah selesai mandi?” tanyanya sambil menatapku dengan wajah


begitu gugup. Aku hanya menganguk kecil. “ehm… aku akan membuatkan makan
malam…” ujar Junhee berjalan ke arahku yang masih berdiri di dekat pintu
kamar.

Aku lekas menahannya dengan memegang tangannya, membuat Junhee


menghentikan langkahnya. “Lupakan makan malam…” seruku dan langsung
mencium bibir istriku. Aku menciumnya dengan lembut dan sedikit menggendong
tubuhnya. Entah kenapa tanganku yang satunya lekas mengelus-elus perut rata
milik istriku. Telapak tanganku seakan bisa merasakan detak jantung calon bayi
kami di dalam perut Junhee. Junhee membalas ciumanku sesaat dan setelah itu
dia berhenti. “Waeyo?” bingungku.

Junhee menatapku dan tersenyum. “Aku buat makan malam dulu, oppa ~”
serunya.

Aku membalas senyumnya dengan ikut tersenyum. “Sebentar saja…”


pintaku. Aku kembali mencium bibirnya, Junhee pun membalas ciuman ku dan
seperti biasa aku turun ke lehernya, membuat kiss mark di leher kanannya.

“Oppa…” Junhee yang merasa geli dengan ciuman leher yang diterimanya.
Aku menahan tubuh Junhee untuk tidak bergerak dan sedikit mengigitnya.
“Yah!” Junhee mendorongku pelan. Tangan kanannya mengelus-elus lehernya.
“Kau ini suami ku atau vampire…?” tanyanya masih mengelus-elus lehernya.

Aku tersenyum evil ke arahnya. “Mian…” seruku sambil menariknya


mendekat ke arahku. Aku memberi perhatian kepada lehernya dan ikut
menyentuhnya pelan. “Tenanglah tidak berdarah…”

Junhee terlihat sedikit kesal. “sudahlah aku mau buat makan malam
dulu.” Junhee berjalan keluar dari dalam kamar.

Tak lama aku pun keluar dari dalam kamar, menyusul Junhee yang sudah
duduk di pantry. Kami makan malam bersama. Senyuman lebar tak henti-henti
terlukis di wajahku sementara Junhee masih terlihat begitu bingung dengan
kehamilannya. “Apa malam ini kau akan mengerjakan tugas?” tanyaku.

Junhee mengelengkan kepalanya perlahan. “Aku ingin langsung tidur,


oppa…” ujarnya begitu pelan.

“Waeyo??”

“Seharian ini kepalaku pusing, jadi aku ingin tidur saja…”

“Pusing? Apa kau sakit?? Bagaimana kalau kita ke dokter???” usulku yang
kawatir dengan kaeadaan istriku.

Junhee dengan cepat mengelengkan kepalanya dan terlihat sangat gugup.


“Tidak perlu, aku tidak butuh dokter, oppa-ahh… aku hanya butuh istirahat…”
ujarnya. Aku hanya mengangguk-angguk. Kau takut ke dokter karena kau takut
dokter akan memberi tahu ku kalaun kau sedang hamil, hah??? Batinku.

Jam Sembilan malam kami berdua sudah berada di dalam kamar. Aku
memeluk Junhee dari belakang, entah kenapa aku terus saja mengelus-elus
perut ramping Junhee.

“Yah, oppa berhentilah, aku geli…” pinta Junhee memegang tangan kiriku
yang berada di atas perutnya.

“Sekali ini saja, hanya untuk malam ini, Junhee-ahh, ijinkan aku
mengelus-elus perutmu…” pintaku sedikit memohon. Junhee pun melepas
tangannya dari tanganku, aku kembali mengelusnya dengan perlahan. “Ehm, kau
tau, perut mu ini sedikit buncit, Junhee-ahh…” aku sedang menggoda uri
Junhee.

“Jinjja?”

“Ne. Aku tidak suka dengan wanita yang buncit…” ujarku.

Junhee lekas terduduk dan menatapku dengan tatapan sedih. “Tapi oppa,
bukan kan kalau wanita hamil perutnya memang harus buncit…” suaranya
terdengar begitu manja.

Aku melempar senyuman evilku. “Memangnya sekarang kau sedang


hamil??” pancingku. Ayolah, katakan Junhee-ahh, pikirku.

Junhee membelakangiku dan kembali membaringkan tubuhnya di


sampingku. Aku terus menunggu jawaban dari bibirnya. Junhee terlihat ragu-
ragu menjawabku, “Ani.” Singkatnya.

Aish, apa susahnya tinggal bilang iya, kesalku dengan sikap Junhee.
baiklah, kita ikuti permainan mu, Junhee-ahh. Batinku. Aku lekas kembali
menarik Junhee ke dalam pelukkanku. Aku mencium keningnya. Membuat posisi
seperti awal, yaitu memeluknya dari belakang agar aku dapat menyentuh
perutnya. “Saranghae…” bisik ku di telinganya. Susah sekali menyembunyikan
perasaan bahagia ini.
Junhee dengan cepat berbalik dan kami pun berhadapan saat ini. Dia
tersenyum ke arahku. “Saat ini aku sedang bingung antara senang atau sedih
tapi mendengar kata itu, perasaanku kembali membaik…” jujurnya. Aku hanya
menatapnya dalam dan tersenyum. Setidaknya kau jujur pada ku dengan apa
yang sedang kau rasakan, pikirku. Junhee perlahan mendekatkan wajahnya ke
arahku dan untuk pertama kalinya dirinya mencium bibir ku tanpa harus aku
yang memulainya. “Nado, neomu, neomu, neomu saranghae, chagi oppa…”
senyuman lebar terpajang di wajah istriku.

Perasaan bahagia benar-benar menyelimutiku malam ini. aku memeluk


Junhee dan sedikit berguling ke arah kanan membuat diriku berada di atas
tubuh Junhee. aku tersenyum sambil menatapnya lalu kembali menciumnya dan
tangan kanan ku mematikan lampu tidur kamar kami.

#SKIPPP

Jam setengah tujuh pagi aku sudah membuka mataku. Aku melihat
Junheeku masih tertidur lelap di sampingku dengan selimut menutupi tubuh
mulusnya. Aku tersenyum ke arahnya, “Junhee-ahh, kau benar-benar
memberikan kebahagian yang luar biasa untuk ku.” Aku begitu bersyukur akan
kehadiran Junhee dalam hidupku. Perlahan aku mencium keningnya dan kembali
tersenyum sesaat setelah melihat lehernya yang penuh dengan kiss mark.
Pandangan ku beralih ke perut rata Junhee. aku menghapiri perut itu dan
menciumnya perlahan. Aku menatap penuh bahagia ke arah perutnya, “Pagi, uri
baby… kau baik-baik saja disana??” seru ku, mengelus-elus perut Junhee
pelan. “Dengar kan appa, huh, kalau kau yeoja kau tidak perlu kawatir, karena
eomma mu cantik pasti kau juga cantik…” ujarku sekilas menatap wajah Junhee.
“Dan kalau kau namja, kau juga tidak perlu kawatir karena appa mu ini namja
tertampan di Seoul…” yakinku penuh dengan percaya diri.

Aku kembali mengelus perut Junhee yang masih terlapiskan selimut.


“Cepatlah keluar dari sana, appa dan eomma sudah tidak sabar ingin bertemu
dengan mu.” Entah kenapa mataku mulai terasa perih. “Selama di dalam sana
kau jangan menyusahkan eomma mu?? Eomma mu sudah kurus jadi kau harus
berbagi makanan dengannya, arrachie??” air mataku pun menetes jatuh di atas
perut Junhee, aku begitu terharu dengan keajaiban ini.

Aku lekas keluar dari kamar menuju kamar mandi setelah beberapa menit aku
kembali ke kamar. Memakai pakaian terbaikku dan siap untuk pergi ke kampus.
Sebelum meninggalkan kamar, aku kembali mencium kening istriku yang masih
tertidur pulas. Dan sekali lagi aku menatap perut Junhee, “Hey, appa pergi
dulu, kau jaga eomma mu dengan baik, arrachie??” aku lekas mencium perut
istriku dan berdiri.

“Oppa...” Junhee yang tiba-tiba terbangun lekas memegang tanganku, menahan


langkahku. “Kau sudau mau ke kampus?” tanyanya, dirinya dengan cepat duduk
di atas tempat tidur dengan tangan yang memegangi selimut untuk menutupi
tubuhnya.

“Ne, waeyo?”

“Tunggu sebentar, aku akan membuatkan kau sarapan, oppa…”

“tidak perlu, aku akan sarapan di kampus saja…! Kau kembali tidur saja…”
ujarku.

Junhee mengelengkan kepalanya. “Andew! Kau harus sarapan di rumah,


tunggu sebentar tidak akan lama…!” Junhee bersikukuh.

Aku pun menyerah. “Baiklah, aku tunggu di luar…” balas ku. Aku berjalan
keluar dan duduk di pantry tak lama Junhee keluar dari dalam kamar dan
masuk ke dalam kamar mandi. Aku bersabar menunggu istriku sambil sesekali
tersenyum ke arah tespeck yang ada di tanganku.

“Oppa…” teriak Junhee dari dalam kamar mandi.

“Waeyo???”

“Apa kau lihat sesuatu di dalam kotak??” tanyanya, kali ini Junhee sudah
keluar dari dalam kamar mandi.

“Memangnya kau mencari apa???” aku kembali bertanya. Junhee terlihat


enggan untuk memberii tau ku. Junhee kembali masuk ke dalam kamar mandi.
“Junhee-ahh, kau bilang ingin membuatkan sarapan? Aku bisa telat…” seru ku,
membuat alasan.

Junhee keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah frustasi. “Mianhae.
Aku tidak jadi membuatkan sarapan, oppa… nanti siang saja kita makan
bersama…” ujarnya tak bersemangat.

Aku menganguk dan bangun dari duduk ku berjalan menuju pintu. “Ahh…”
aku membalikan tubuhku dan menatap Junhee. “…saat ke kampus nanti jangan
pakai sepatu berhak dan jangan pakai rok mini, arrachie?” perintahku.

Junhee menghela nafasnya. “Ne.” singkatnya.

Di dalam mobil aku tertawa senang. “Apa kau mencari ini, Junhee-ahh??”
puasku melihat tespeck yang ada di tanganku. Aku tersenyum. “Junhee-ahh,
kau ingin main-main dengan raja evil…” senangku.

Aku dengan begitu bersemangat pergi menuju kampus ku dan tak lama
aku sudah berada di dalam parkiran kampusku. Aku melihat empat orang
hyungdeul ku sedang berdiri di dekat mobil Siwon hyung yang terpakir di bagian
kanan parkiran. Aku mengklakson ke arah mereka, seakan sedang menyapa
mereka dan Sungmin hyung terlihat menunjuk ke arah sebrang, memberi tau ku
untuk memparkirkan mobilku di sebrang. Aku pun menurut. Aku memparkirkan
mobilku dengan baik dan keluar dari dalam mobil dengan tespeck di tanganku.
Aku sudah tidak sabar ingin menunjukkan tespeck ini kepada mereka. Aku
melempar senyum ku ke arah empat hyungdeul ku dan saat aku berjalan tanpa
sengaja tespeck itu terjatuh dari tanganku dengan cepat aku lekas
membungkukkan tubuhku untuk mengambilnya. Dalam sekejap aku mendengar
teriakan Sungmin oppa dan yang lainnya memanggil nama ku dengan begitu
kerasnya. Aku yang masih terbungkuk lekas melempar pandangan ke depan
untuk melihat hyungdeul ku lalu ke arah kananku.

BRAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK

* * *
Junhee POV

Niatku yang ingin memberikan tespeck itu pada Kyuhyun oppa di atas
piring kandas sudah. Aku setengah mati mencari tespeck itu tapi tidak juga
ketemu. Dengan terburu-buru aku keluar dari apartementku. “Aishh, karena
tespeck sialan itu aku terlambat ke kampus dan tanganku terjepit pintu…” seru
ku sambil sesekali meniup-niup tanganku yang masih terasa nyeri. “tapi kemana
perginya tespeck itu??” bingungku dengan keberadaan tespeck itu. “Ahh…”
kesalku. Dengan sedikit berlari aku keluar dari dalam lift melewati lobi
apartement lalu keluar dari gedung apartement.

Di pinggir jalan aku lekas berteriak memanggil taksi. “Taksi…” teriakku


dan satu taksi berhenti di hadapannku. Aku masuk ke dalamnya. “tolong
antarkan aku ke kampus Kyungsee…” pintaku.

“Ne.” balas supir taksi itu.

Dalam perjalanan aku lekas membuka tas ku, mencari hapeku. Aku
bahkan mengeluarkan seluruh isi tas ku tapi hape biru ku tetap tidak ada. Aku
coba cek di saku celanaku tapi tetap saja tidak ada. Aku coba untuk
mengingat-ingat di mana aku meletakan hape ku itu. “Aishhh, Junhee pabo! Aku
meletakan hapeku di pantry, kenapa bisa lupa seperti ini…” kesalku pada diriku
sendiri.

Tak lama tiba-tiba taksi yang ku tumpangi menepi ke pinggir jalan. “Yah,
ajushii, waeyo??” bingungku.

“Sepertinya bannya bocor.” Jawab sang supir taksi.

Ahhhh, aku ingin sekali mencakar orang rasanya. Aku keluar dari dalam
taksi dan berlari menuju kampus yang hanya tinggal dua blok dari tempat ku
sekarang. “ahhh, hari ini benar-benar membuatku gila…” gerutuku.

Aku terus berlari dan saat sampai di depan kampus, aku melihat Minjii
yang juga sedang berlari ke arahku. “Junhee-ahh…” suaranya terdengar begitu
panik di telinga ku. Tangannya langsung menarik ku untuk mengikutinya.

“Kita tidak masuk kelas???” tanyaku bingung.


Minjii tidak menjawabku, dirinya begitu fokus melihat jalan raya yang
ada di depan kami. “Taksi…” serunya. Taksi pun berhenti di hadapan kami,
Minjii dengan cepat membuka pintu dan masuk ke dalam taksi. “Tolong antar
kami ke rumah sakit…” pintanya pada supir taksi.

“Rumah sakit? Waeyo??” bingungku. “Apa ahjumma masuk rumah


sakit???” tanyaku.

Minjii menatapku dengan tatapan yang belum pernah ku lihat sebelumnya.


“Dimana hape mu, Junhee-ahh?”

“Ohh, aku lupa membawanya… tertinggal di pantry, waeyo???”

Minji menarik nafasnya perlahan, seakan sedang mencari tenaga. “Tadi


ada mahasiswa yang membawa mobilnya dengan sangat cepat hingga menabrak
mahasiswa lain… …” Minji mulai bercerita. Aku mendengarkan cerita Minjii
dengan baik. “Dia anak semester akhir, dia menyetir dalam keadaan mengantuk
berat …”

Aku mengangguk-angguk. “Sudah mau lulus malah berulah pasti pihak


kampus akan mempersulit dirinya.” ujarku.

“Junhee-ahh, kau tidak bertanya siapa yang di tabraknya???”

Pertanyaan Minjii membuatku teringat dengan lima namjadeul yang ku


kenal. Siwon oppa, Sungmin oppa, Hyukjae oppa, Donghae oppa dan suamiku,
Kyuhyun oppa. “Bukan dari semester enam, kan?” tebak ku.

Minjii mengelengkan kepalanya. “bukan semester enam…”

Aku bersyukur itu artinya uri Siwon oppa dan yang lainnya baik-baik
saja. Aku kembali menatap Minjii, wajahnya seakan sedang menahan tangis,
dalam sekejap pikiran-pikiran aneh pun menghampiriku. Aku mengelengkan
kepalaku perlahan, seakan aku mengerti maksud dari tatapan Minjii.

* * *
Author POV

Dengan cepat Siwon mengendarai mobilnya melewati jalan raya yang


terlihat begitu ramai. Sementara itu Sungmin yang duduk di belakang Siwon,
memangku kaki Kyuhyun dengan wajah cemas dan takut. Donghae yang duduk di
samping Sungmin memegang kepala Kyuhyun berharap dapat menghentikan darah
yang terus keluar dari kepala magnaenya. Hyukjae pun terlihat panik, dirinya
terus saja menoleh ke belakang menatap miris ke arah wajah Kyuhyun yang
hampir tertutup oleh darah.

“Hyung… rasanya sakit sekali…” lirih suara Kyuhyun.

“Bertahanlah!” minta Donghae pada Kyuhyun, mata Donghae terlihat mulai


berkaca-kaca.

“Aishhh, lampu merah sialan ini!” kesal Siwon memukul stir mobilnya,
begitu emosi.

“Mianhae… jeongmal mianhae…” suara lemah Kyuhyun terdengar begitu


menyedihkan di telinga hyungdeulnya. “Mianhae… Donghae hyung…” lanjut
Kyuhyun. “Aku sudah mencuri Junhee mu…” mata Kyuhyun terlihat mulai
berkaca-kaca.

Donghae tertunduduk menatap wajah Kyuhyun. “Diamlah! Kita bahas itu


nanti.” Pinta Donghae.

Kyuhyun mengelengkan kepalanya dengan begitu pelan. “Hyung, maaf kan


aku…” dirinya bersikukuh meminta maaf.

“Kyuhyun-ahh…” Sungmin tak kuat melihat apa yang terjadi di


hadapannya.

Kyuhyun menarik bibirnya, memberikan senyuman kecil. “Uri Junhee…


dirinya… sedang hamil…” ujung mata Kyuhyun mengeluarkan air mata. Empat
pasang mata yang mendengar ucapan Kyuhyun lekas memberi perhatian penuh
pada Kyuhyun. “Uri Junhee masih merahasiakan kehamilannya, yeoja aneh itu
ingin membuat kejutan…” Kyuhyun kembali menarik bibirnya lemah dan
tersenyum. Kyuhyun mengangkat tangan kanannya dengan tenaga seadanya,
menunjukkan tespeck yang terus di genggamnya. “Aku akan jadi appa… dan
kalian jadi ahjushii…” Donghae lekas membuang tatapan dari wajah Kyuhyun,
sedangkan Siwon memukul stir yang ada di hadapannya. Sungmin mengucak
wajahnya dengan sangat kasar. “Donghae hyung, aku kembalikan Junhee mu…”
ujar Kyuhyun sembari memberikan tespeck itu kepada Donghae.

“Setelah kau membuatnya hamil, kau kembalikan padaku?! kau pikir aku
dan Junhee itu apa?” teriak donghae. Air mata Donghae jatuh tepat di pipi
kyuhyun.

Kyuhyun terbatuk. Kondisinya sangat buruk akibat kecelakaan yang


terjadi di parkiran kampus. Dirinya terlempar dan kepalanya terbentur keras
mengakibatkan darah terus keluar dari kepalanya. Hyukjae yang tak tahan
melihat itu semua dengan kasar membuka kaca mobil, “Beri kami jalan, kami
membawa orang sekarat…” teriak Hyukjae dengan air mata yang mulai tumpah
di wajahnya. “Aigoo… berikan kami jalan, jebal…” fustasi Hyukjae.

“Na, tidak bisa menjaga Junhee…” suara Kyuhyun terdengar begitu


bersalah. Air matanya ikut menghiasi wajah Kyuhyun. “Jaga uri Junhee,
hyung… ambilah tempat ku…” mohon Kyuhyun. Donghae melempar pandangannya
ke atas, menahan air matanya. “Sayangi anak ku seperti anak mu sendiri,
jebal…” Kyuhyun terus memohon pada Donghae. Kyuhyun pun seakan susah untuk
bernafas.

“Diamlah! Berhenti bicara!” teriak Siwon. “Bukan Donghae atau pun salah
satu dari kami tapi kau, hanya kau yang bisa menjaga Junhee… Arrachie??”
bentak Siwon.

“Aku... sudah berjanji... pada Junhee… untuk tidak meninggalkannya...


sendiri…” Kyuhyun mulai terbata-bata.

“Aku mohon, berhentilah bicara, Kyuhyun-ahh…” kali ini suara Donghae


terdengar begitu memelas. “Aku mohon…”

Siwon dengan kasar mengklakson tanpa henti. “Beri kami jalan…” frustasi
Siwon dengan jalan yang ada di hadapannya. Tak lama lampu hijau pun menyala.
Siwon mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
* * *

Siwon POV

Aku seperti orang gila mengendarai mobilku. Junhee-ahh, aku terus


memanggil nama adik perempuan ku satu-satunya. Aku bahkan tak mampu untuk
melihat keadaan Kyuhyun yang begitu parah dan membayangkan reaksi uri
Junhee.

Akhirnya kami pun sampai di rumah sakit. Kami semua bergerak cepat
membawa Kyuhyun ke UGD. Kami berempat menunggu Kyuhyun di depan ruang
UGD. Tak lama orang tua Kyuhyun dan orang tua ku sudah datang ke rumah
sakit bersamaan. Junhee-ahh, kau dimana?? Bingungku dengan keberadaan
adikku, aku mencoba meneleponnya tapi tidak ada jawaban.

“Bagaimana keadaan Kyuhyun??” tanya eomma Kyuhyun pada Sungmin,


keponakannya.

Sungmin hanya mengelengkan kepalanya dengan pelan.

Tak lama dokter pun keluar dan menghampiri kami semua. Dari wajahnya
aku sudah bisa menebak keadaan Kyuhyun tapi diriku terus mengelak pikiran
jelek itu. Aku berjalan mendekati dokter begitu juga dengan yang lainnya.

“Mianhamida. Kami sudah berusaha tapi pasien kehilangan begitu banyak


darah.” Ujar dokter.

“Maksudnya?? Uri kyuhyun…” eomma Kyuhyun tak sanggup melanjutkan


kalimatnya. Tangisnya pecah dalam sekejap.

Dokter itu menunduk dan lekas meninggalkan kami semua dengan


kesedihan kami. Kedua kaki ku terasa begitu lemah, rasanya untuk berdiri pun
tak sanggup. Sungmin menatap langit-langit rumah sakit, menahan air matanya.
Hyukjae terduduk dan menunduk. Sementara Donghae berjalan masuk ke dalam
ruang UGD dengan perlahan dan uri eomma menangis di dalam pelukan appa.
Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat Junhee tau.
Aku menoleh sebentar dan melihat Junhee datang bersama dengan Minji.
Matanya menatap kami satu persatu, ekspresinya terlihat begitu miris.
Mengingat apa yang dikatakan Kyuhyun tentang adikku, membuatku meneteskan
air mata. Kenapa di saat kau hamil semua ini terjadi?? Aku merasa sedih.

Junhee menghentikan langkahnya, sekilas melihat ke arah ruang UGD.


Dengan perlahan dirinya masuk ke dalam dan melihat tubuh kaku yang tertutup
selimut putih. Donghae menatap Junhee dengan air mata di wajahnya. Junhee
menatap Donghae, menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum kecut. Dirinya
berbalik dan keluar dari ruang UGD. Sepasang matanya kembali menatap kami
satu persatu. “Eommaniem appaniem…” Junhee menundukkan kepalanya memberi
hormat pada orang tua Kyuhyun.

“Junhee-ahh…” suara lirih yang tercampur dengan tangisan keluar dari


bibir eomma Kyuhyun.

Junhee menghela nafasnya dengan begitu berat. Matanya mulai berkaca-


kaca. “Aku harus kembali ke kampus…” ujarnya. “Minji-ahh ayo kita ke
kampus…” ajak Junhee.

Minji mengelengkan kepalanya dengan perlahan. “Junhee-ahh…”

“Kau tidak mau??” tanyanya pelan. Junhee menganguk. “Arrasoe. Biar


aku pergi sendiri. Lagi pula hari ini aku ada janji makan siang dengan Kyuhyun
oppa…” suaranya terdengar begitu menyedihkan.

“Putriku…” eomma lekas memeluk Junhee. Junhee melepas pelukkan


eomma dan lekas berjalan dengan begitu pelan.

Aku yang tak kuat melihat adikku seperti ini, aku lekas berjalan ke
arahnya dengan cepat. Memegang bahunya, menghentikan langkah kakinya.
Junhee membalikan badannya dan menatap ku dengan mata yang berkaca-kaca.
Aku mengelengkan kepalaku pelan kearahnya, seakan berkata jangan seperti ini.

Air mata Junhee mengalir di pipinya. “Oppa…” tangisnya pecah seketika.

Aku menariknya masuk ke dalam pelukkanku. Aku memeluk Junhee begitu


erat, berusaha memberikannya tenaga.
“Kyuhyun oppa…! Dia, dia…” Junhee menangis begitu sedihnya hingga
membuatnya susah berkata-kata. “Oppa… pukul dia, pukul dia, dia meninggalkan
ku… dia meninggalkan ku sendiri… dia… dia… oppa…” lanjutnya terdengar begitu
lirih di telingaku.

Tangisan kami semua pun tak tertahan kan melihat reaksi Junhee.
donghae yang sudah berdiri di dekatku pun tak sanggup melihat uri Junhee.

“Putriku…” eomma yang ikut memeluk Junhee.

Aku mengelus-elus kepalanya dan menepuk pundak adikku dengan lembut.


Aku tak tau harus berkata apa, aku hanya bisa membiarkan air mataku terus
mengalir.

* * *

Autor POV

Seminggu sesudah kematian Kyuhyun, Junhee masih terlihat begitu


terpukul dengan kejadian yang tiba-tiba itu. Junhee tak pernah beranjak dari
kamar apartementnya. Dirinya terduduk di ujung kamarnya, menatap lirih ke
arah tempat tidurnya lalu menatap foto besar yang tergantung di atas tempat
tidurnya. Foto pernikahannya dengan Kyuhyun.

“Oppa, kenapa kau meninggalkan aku?? Bahkan kau tidak tau kalau ada
anak mu di perut ku?” lirih suara Junhee. Tangisannya pun kembali pecah.
“Kenapa kau begitu jahat, oppa??? Kenapa kau tinggal kan aku sendiri??”
Junhee menutup wajahnya dengan ke dua tangannya. Ingatannya akan masa
lalu bersama Kyuhyun muncul di dalam pikiran Junhee.

>>>>>>>> FLASHBACK <<<<<<<<<<


Junhee dan Kyuhyun sedang menikmati pemandangan malam sungai Han.
Junhee sedikit bersandar di depan kap mobil Kyuhyun, sedangkan Kyuhyun
berdiri membelakangi Junhee.

Junhee tersenyum melihat punggung kekasihnya itu. “Jadi, bagaimana


rasanya jadi mahasiswa, oppa?” tanyanya kepada Kyuhyun yang baru seminggu
merasakan menjadi mahasiswa baru di Kyunghee University.

“Mengasyik kan!” singkatnya, menarik bibirnya melempar senyum ke wajah


Junhee. “Mengerjakan tugas atau tidak itu terserah pada ku…” lanjutnya dan
sedikit berjalan menghampiri tempat Junhee berdiri. “Di tambah lagi yeoja-nya
pun catink-cantik…! Kuliah sangat mengasyik kan…” kali ini Kyuhyun sudah ikut
bersandar di depan kap mobilnya, berdiri di samping Junhee.

“Kalau yeoja-nya cantik-cantik kenapa tidak kau pacari saja lalu


putuskan aku…!” kesal Junhee.

Kyuhyun menganguk-anguk mendengar ide yang keluar dari mulut Junhee.


“Tadinya aku ingin seperti itu tapi sayangnya yeoja itu sunbae ku, kau tau kan
aku ini tidak suka dengan wanita yang lebih tua…”

“Yah! oppa, kau ini jahat sekali…” Junhee terlihat begitu cemburu.

Senyuman evil terlukis di wajah Kyuhyun dengan reaksi Junhee,


tangannya lekas merangkul Junhee. “aku hanya bercanda, pabo! Tenanglah,
sekalipun seluruh yeojadeul cantik di dunia ini telanjang di hadapanku, aku
tidak akan menyentuh mereka. Aku hanya akan memilih Choi Junhee, yeoja
aneh yang membuat ku hampir gila…” tegasnya.

“Jinjja?”

Kyuhyun menatap Junhee. “Berdoalah pada Tuhan supaya hari itu datang,
jadi aku bisa membuktikannya pada mu, Junhee-ahh…”

Junhee tersenyum manis mendengarnya. “Ehm… Seminggu tidak bertemu


kau pasti merindukan ku, kan???” yakin Junhee.
Kyuhyun melepas rangkulannya. “Sebelum aku menjawab pertanyaan itu,
kau dulu yang menjawab, apa yang kau rasakan selama seminggu tidak melihat
ku?” Kyuhyun justru kembali melempar pertanyaan.

“Naega… ehm…” Junhee terlihat sedikit malu-malu. “Ehm, aku sangat


merindukan mu, oppa…” jujurnya. “Sekolah terasa begitu sepi sekali…”
sambungnya, terdengar begitu manja.

Pandangan Kyuhyun kembali menatap keindahan sungai Han yang ada di


hadapannya. “Nado, Junhee-ahh…! Aku pun sangat merindukan mu…” jelas
Kyuhyun. “Jadwal kuliah ku yang begitu padat dan jadwal sekolah mu yang juga
begitu padat membuat ku hampir gila…” frustasi suaranya.

Junhee meletakan kepalanya pelan di bahu Kyuhyun. “Tapi setidaknya


kita masih bisa bertemu sekarang ini…”

“Junhee-ahh…”

“Ehm…”

“Mau kah kau menikah dengan ku?” suara Kyuhyun terdengar begitu
serius.

Junhee dengan cepat menarik kepalanya dari bahu Kyuhyun. Menatap


heran ke arah namja yang ada di sampingnya. “Bercanda mu membuatku kaget,
oppa-ahh…” protesnya. “Sama sekali tidak lucu…” kesalnya.

“Aku sedang tidak bercanda, pabo!” tegas Kyuhyun menanggapi Junhee.


“Kalau kita menikah, kita akan tinggal bersama itu artinya kita akan selalu
bertemu…” jelas Kyuhyun.

Junhee terdiam, menatap dalam wajah namja yang terlihat begitu serius.
“..tapi aku kan masih sekolah, lagi pula aku belum siap menjadi ibu…”

Kyuhyun menyentil kening Junhee pelan dan sedikit menyisipkan senyuman


manis di bibirnya. “Aku ini meminta mu menikah dengan ku bukannya meminta
anak dari mu…” koreksinya. “Lagi pula menikah atau tidak menikah kau kan
masih bisa tetap bersekolah…”
“Kendeu…”

“Aku hanya ingin bersama mu! Lagi pula kita sudah pacaran hampir 3
tahun dan aku mengenal mu pun lebih dari setengah usiaku…” Kyuhyun
bersikukuh ingin menikah dengan Junhee.

“Untuk mengenal seseorang kau harus menghabiskan seluruh hidup mu,


oppa…” saut Junhee.

Kyuhyun tersenyum. “Arra! Terutama orang aneh seperti dirimu, masih


sangat labil…” ledeknya. Tersenyum.

“Aishh…”

Kyuhyun berjalan sedikit dan berdiri di hadapan Junhee. “Mau kah kau
menikah dengan ku, nona Choi Junhee?” kali ini dirinya berlutut di hadapan
Junhee.

“Oppa ~” Junhee terlihat tersipu malu dengan sikap Kyuhyun. “Bagun…”


ujarnya, sambil sedikit menarik tangan Kyuhyun.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya. “Aku butuh jawaban mu, nona… Mau


kah kau menikah dengan ku, nona Choi?” ulang Kyuhyun.

Wajah Junhee semakin memerah. Senyuman lebar karena merasa sangat


bahagia tercampur dengan wajah kaget Junhee. “Ehm, jujur saja walau aku
masih sedikit ragu tapi…” Junhee menghentikan kata-katanya, menatap mata
Kyuhyun yang terlihat begitu bersungguh-sungguh. “… aku mau menikah dengan
mu, oppa…” lanjutnya.

Kyuhyun pun lekas berdiri dan memeluk Junhee begitu eratnya. “Aku
mencintai mu, Junhee-ahh…” ujarnya terus memeluk Junhee. “Neomu, neomu,
neomu saranghae…”

“Nado, oppa~” balas Junhee masih di dalam pelukkan Kyuhyun.

Kyuhyun melepas pelukkannya dan mencium kening Junhee. “Kajja, kita


bertemu orang tuaku setelah itu orang tua mu…” ajak Kyuhyun penuh dengan
semangat.
“MWO???” kaget Junhee. “Maksud mu malam ini kita bertemu orang tua
mu???” dirinya mencoba mencerna kata-kata Kyuhyun dengan bahasanya
sendiri.

Kyuhyun menganguk yakin. “Ne. kajja, aku tidak mau membuang-buang


waktu…”

“Jinjja?” Junhee masih tidak percaya dengan niat Kyuhyun.

“Aishhh, si pabo ini!” kesal Kyuhyun. “Ppwali…” serunya sambil menarik


tangan Junhee untuk masuk ke dalam mobil. Junhee pun menurut. Kyuhyun
lekas berlari kecil untuk mencapai pintu mobil yang ada di sisi lain. Kyuhyun
masuk ke dalam mobil dan terlihat begitu bersemangat mengendarai mobil
kesayangannya.

“Wah, sepertinya uri Kyuhyun oppa sangat ingin menikah dengan


Junhee…” ujar Junhee.

Kyuhyun tersenyum. “Ne. karena yeoja yang bernama Choi Junhee itu
limited edition!”

“Aish…” kesal Junhee mendengar ucapan Kyunhyun.

Kyuhyun tertawa bahagia melihat reaksi Junhee.

*SKIPPPP

Di ruang tengah keluraga Cho, Kyuhyun duduk berdampingan dengan


Junhee dan orang tua Kyuhyun duduk di hadapan mereka berdua.

“Lalu apa yang ingin kalian bicara kan pada kami malam-malam seperti
ini?” tanya nyonya Cho, terlihat begitu bingung.

Kyuhyun menarik nafasnya perlahan, mencoba menghilangkan rasa


groginya. “Eomma, appa, kami datang untuk meminta restu kalian berdua. Kami
berdua memutuskan untuk menikah!” jelas Kyuhyun.
Junhee menatap namja yang duduk di sebalah. Wajah serius Kyuhyun
membuat Junhee begitu terpesona dan sangat tersanjung akan kesungguhan
Kyuhyun.

“MWO???” kaget nyonya Cho dengan permintaan putranya.

“Wah… Jinjja?” tuan Cho yang terlihat tidak percaya dengan permintaan
putranya. “Tentu saja aku sebagai appa mu akan merestui kalian berdua…”
bahagia pria paruh baya itu.

Senyuman lebar terlukis di wajah Kyuhyun begitu juga dengan Junhee.

“Andew!” satu kata yang keluar dari mulut nyonya Cho menahan senyuman
Kyuhyun dan Junhee, begitu juga dengan tuan Cho.

“Waeyo. Yeobo-ahh? Bukan kah dari dulu kau selalu bilang hanya Junhee
yang pantas menjadi menantu kita?” bingung tuan Cho akan ucapan istrinya itu.

“yah, eomma…” bingung Kyuhyun dengan sikap ibunya.

“Aku memang mengingkan Junhee jadi menantu ku, tapi usia kalian berdua
itu masih muda bahkan uri Junhee masih duduk di bangku SMA…” penjelasan
nyonya Cho. “Ini terlihat sangat buru-buru sekali…” lanjutnya.

“Apanya yang terburu-buru? Aku dan Junhee sudah saling mengenal lama
dan kami pun pacaran bukan tiga bulan atau enam bulan tapi sudah hampir tiga
tahun…” bela Kyuhyun. “Eomma, putra mu ini sangat mencintai yeoja ini…”
tangannya merangkul Junhee. “Dan kami ingin menikah!” Kyuhyun terlihat begitu
kekeh.

“Yeobo-ahh, aku mengerti maksud mu tapi kau juga harus mengerti


mereka berdua, apa yang dibilang putra kita itu benar, untuk apa pacaran
lama-lama…” tuan Cho ikut mendukung putranya.

Junhee hanya bisa diam mendengar perdebatan yang sedang berlangsung


di hadapannya.

“Junhee-ahh, apa Kyuhyun memaksa mu untuk menikah?” tanya nyonya


Cho pada Junhee.
“Ani, eommaniem. Kyuhyun oppa hanya meminta ku menikah, ini semua
tanpa paksaan…” jelas Junhee memanggil orang tua Kyuhyun dengan sebutan
eomma.

“Itu, eomma kau sudah dengar kan, tanpa paksaan…” ulang Kyuhyun.

“Atau jangan-jangan ada yang kalian berdua sembunyikan…” tebak nyonya


Cho.

“Apa maksud mu, eomma?” bingung Kyuhyun dengan pertanyaan


eommanya.

“Apa Junhee sedang hamil karena itu kalian berdua tiba-tiba ingin
menikah?” tanya nyonya Cho begitu serius.

“Ani, eommaniem!” Junhee dengan cepat lekas membantah dugaan dari


ibunya Kyuhyun. “Kami tidak mungkin melakukan hal itu di luar pernikahan…”

Kyuhyun menarik nafasnya merasa kesal dengan dugaan ibunya. “Eomma,


sekali pun aku ini terlihat berengsek aku tidak mungkin mencoreng nama baik
keluarga kita dengan hal murahan seperti itu!” tegas Kyuhyun.

“Yoebu-ahh, sebaiknya kau buang prasangka aneh mu itu.” Ujar tuan


Cho.

Nyonya Cho sedikit tersenyum lega. “Aku hanya bercanda. Aku tau siapa
putra ku dan siapa calon menantuku kendeu…” nyonya Cho kembali terlihat
serius. “Tolong tunggulah satu tahun lagi, setidaknya sampai uri Junhee
menyelesaikan SMAnya setelah itu kalian menikah. Pernikahan itu bukan
permainan…” nasehat nyonya Cho.

“Tapi eomma…” Kyuhyun terlihat kecewa dengan keputusan eommanya.

“Kyuhyun-ahh aku tau kau sangat mencintai uri Junhee, eomma mu ini
pun sama, sangat menginginkan Junhee menjadi menantu di rumah ini tapi
segala sesuatu ada waktunya, putra ku.” Lembut nyonya Cho memberi
pengertian pada putranya.
Kyuhyun ingin membukan mulutnya tapi tertahan karena Junhee memegang
tangan Kyuhyun. “Ne, eommaniem. Aku pun setuju dengan apa yang kau
katakan.” Seru Junhee. “Oppa, bersabarlah, hanya satu tahun lagii…” ujar
Junhee pada Kyuhyun.

Kyuhyun menghela nafasnya, memegang kepala Junhee dan


mendekatkannya ke bibirnya. Kyuhyun mencium kening Junhee dengan lembut.
“Baiklah. Satu tahun lagi kita akan menikah.”

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>ENDFLASHBACK<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Siwon yang begitu kawatir dengan keadaan adiknya, terus mengawasi


Junhee di apartement milik Kyuhyun. Mendengar Junhee kembali menangis,
Siwon masuk ke dalam kamar, melihat Junhee duduk di ujung kamarnya dengan
ke dua tangan menutupi wajahnya.

Siwon berjalan pelan masuk ke dalam kamar. Dirinya berlutut di depan


Junhee, menarik ke dua tangan Junhee dengan pelan. Menatap lirih wajah adik
semata wayangnya itu yang penuh dengan air mata.

“Oppa…” suara Junhee terdengar begitu menyiksa telinga Siwon. Siwon


menganguk pelan, seakan mengerti apa yang dirasakana adiknya. Junhee
memeluk Siwon dan tangisnya pecah dalam pelukkan Siwon.

Perlahan Siwon melepas pelukkannya. “Junhee-ahh, pulanglah, eomma


sangat kawatir dengan keadaan mu…” pintanya. “Kyuhyun pun tak suka melihat
kau seperti ini, Junhee-ahh…” sambungnya.

Mata Junhee sekilas melihat poto Kyuhyun. Dirinya terdiam dengan kata-
kata Siwon. Beberapa saat kemudia, Junhee menganguk. Mereka berdua berdiri
bersamaan dan keluar dari dalam kamar. Siwon pun lekas membawa Junhee
kembali pulang ke rumah.
Siwon POV

Aku kembali berjalan menghampiri mobil ku yang terpakir di depan rumah


kami. Hyukjae mengajak ku untuk ke rumah Donghae. Bukan hanya adik ku,
Junhee yang begitu terpukul dengan kematian Kyuhyun tapi juga Donghae. Saat
kami berempat menggendong Kyuhyun menuju ruang UGD aku sempat melihat
Kyuhyun membisikkan sesuatu pada Donghae lalu memberikan sebuah benda
yang membuat Donghae begitu terpaku, entah apa yang dibisikan dan apa yang
diberikan, itu sedikit membuat ku penasaran.

Mobil ku sudah berada di depan rumah Donghae dan dibelakang mobil ku


ada mobil Sungmin sedang Hyukjae sudah memakirkan mobilnya di depan mobil
ku. Kami bertiga keluar dari dalam mobil dan berkumpul bersama di depan
rumah Donghae. Aku menghela nafasku, terasa begitu sesak rasanya, aku benci
sekali situasi yang seperti ini.

Sungmin sedikit menyenderkan tubuhnya di mobilku. Raut wajah


kesedihan masih terlukis di wajahnya. “Bagaimana dengan keadaan Junhee,
Siwon-ahh?” tanyannya begitu serius.

Aku terdiam sejenak. Sungmin menunggu jawabanku begitu juga dengan


Hyukjae. “Masih sama.” Singkatku. “Tapi tadi dia sudah mau pulang bersama
ku ke rumah….” Sambungku.

Sungmin menganguk. “Setidaknya dia sudah mau pulang…”

“Lalu kandungannya? Baik-baik saja kan? Ku dengar hamil muda itu


sangat rawan…” kawatir Hyukjae.

Aku mengelengkan kepalaku. “Molla. Dia sama sekali tidak membicarakan


tentang hal itu padaku.” frustasiku.

Hyukjae menepuk pundakku, dia mengerti apa yang sedang kurasakan.


“Cepat atau lambat kebahagian akan kembali pada kita.” Serunya. Aku juga
Sungmin setuju dengan ucapannya. “Kajja…” ajaknya.

Kami bertiga berjalan memasuki pekarangan rumah Donghae. Pelayan


rumahnya membuka kan kami pintu. “Donghae di atas kan?” tanyaku.
“Ne.” singkat pelayan itu.

Kami bertiga lekas menuju lantai atas rumah keluarga Donghae. Tanpa
banyak basa-basi, Hyukjae lekas membuka pintu kamar Donghae. Aku bisa
melihat Donghae dengan wajah frustasi membaringkan tubuhnya di atas sofa
coklat yang ada di samping tempat tidurnya. “Kalian…” singkatnya dan lekas
duduk di atas sofa.

Kami bertiga masuk ke dalam kamarnya. Hyukjae duduk disampingnya dan


Sungmin duduk di pinggir tempat tidurnya bersama denganku. “Kenapa kau tidak
menjawab telepon kami, huh?” tanya Hyukjae. Donghae hanya diam dan tak
berani menatap kami bertiga. “Ada apa dengan mu, Donghae-ahh?” kesal
Hyukjae dengan sikap Donghae.

“Aku bingung! Rasanya aku ingin sekali memukul bocah tengik itu.” Emosi
Donghae. “Aku ingin sekali meninju Kyuhyun…” sambungnya. Matanya terlihat
merah dan berkaca-kaca. “Kalau tidak bisa menjaga sampai akhir kenapa
memutuskan untuk menikah?” air matanya pun menetes di wajahnya.

“Setidaknya Kyuhyun lebih berani dari pada dirimu…” ceplos Hyukjae.

Tidak ada bantahan dari kalimat Hyukjae. Donghae kembali menundukkan


kepalanya. “Saat kita membawanya menuju ruang UGD, dia memberikan ku ini…”
Donghae mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.

“itu kan…” aku begitu mudah untuk mengenali benda bulat melingkar itu.

“Dia berbisik untuk membawa Junhee ke masa depanku!” suara Donghae


terdengar begitu bingung.

Jadi kau benar-benar menyerahkan uri Junhee pada Donghae, Kyuhyun-


ahh? Tebak ku dengan sikap Kyuhyun.

“Apa dia tidak tau kalau yang dicintai Junhee itu dirinya? kenapa
semuanya seperti ini…” frustasi Donghae.
“Dulu kau pernah mengisi hati Junhee, sekarang pun masih bisa…!” ujar
Sungmin. Kami bertiga langsung menatap Sungmin. “Biar bagaimana pun ini
permintaan Kyuhyun sebelum dirinya pergi…” sambungnya.

Aku terdiam mendengar kata-kata Sungmin. Yah. kau benar Sungmin-


ahh, ini permintaan Kyuhyun, di mata Kyuhyun hanya Donghaelah yang pantas
mengambil tempatnya. Pikirku. Tapi apa masih ada sosok Donghae di hati adik
ku?

“Tidak semudah itu…” saut Donghae.

Aku terdiam. Berfikir keras. Kyuhyun-ahh, apa kau yakin dengan semua
ini? batinku. Aku menghela nafasku perlahan. Menatap tiga sahabat ku dan
sesaat aku bisa merasakan Kyuhyun berada bersama-sama dengan kami.
“Menikahlah dengan adik ku…” entah setan apa yang merasuki ku hingga
mengeluarkan kata itu. “Kami bertiga akan membantu mu!” sambungku. Donghae
terlihat ingin membuka mulutnya. “Kau pikir kan dulu baik-baik. Aku pulang.”

************

Author POV

Setelah hampir dua minggu Junhee tidak masuk kampus akhirnya dirinya
kembali melakukan aktifitasnya. Junhee duduk di bangku kampus Kyunghee
seorang diri. Minji yang baru sampai di taman kampus melihat Junhee duduk
seorang diri dengan cepat dirinya segera menghampiri Junhee. Minji duduk di
samping Junhee. mata Minji berkaca-kaca melihat kehadiran Junhee, sahabat
karibnya itu. “Junhee-ahh…” ujarnya.

Junhee pun menaruh perhatian pada yeoja yang duduk disampingnya. “Kau
kenapa?” bingung Junhee dengan sikap Minji.

Minji menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Aku tidak apa-apa.”


Jawabnya dan air matanya pun jatuh di pipinya. “Aku senang bisa melihat mu
kembali, Junhee-ahh…” jujur Minji langsung memeluk Junhee.
Junhee hanya tersenyum mendengar kata-kata Minji. “Ne. aku pun
senang bisa melihat mu lagi, Minji-ahh…” jelasnya.

“Aku memang tidak bisa merasakan sepenuhnya apa yang kau rasakan
tapi aku sangat mengerti perasaan mu, melihat mu datang ke kampus ini,
benar-benar membuat ku kagum akan dirimu, Junhee-ahh…” jelas Minji.

Junhee tersenyum mendengar ucapan Minji. “Jeongmal gomawoyo, Minji-


ahh… kau begitu perhatian pada diriku…”

Minji sedikit menyentil Junhee. “Kau sudah ku anggap sebagai adik ku,
untuk apa sungkan begitu…” serunya dan kembali memeluk Junhee. “Kembalilah
ceria, uri Junhee-ahh…”

Junhee menganguk. Dirinya melihat ke pergelangan tangannya, melihat


jam tangan birunya. “Ehm, sudah saatnya masuk kelas kan?”

“Ne, kajja kita ke kelas ~” ajak Minji.

Junhee menggelengkan kepalanya perlahan. “Aku masih belum siap untuk


berlajar…” jujur Junhee. “Kau saja yang masuk kelas, Minji-ahh…” lanjutnya.
Wajah Minji kembali terlihat sedih, “Aku baik-baik saja, hanya belum siap
untuk belajar…” Junhee seakan mengerti arti dari raut wajah Minji.

“Kau yakin?”

Junhee mengangguk. “Sana ke kelas, nanti aku akan meminjam catatat


mu…”

“Baiklah. Aku akan ke kelas tapi kau harus janji, kau tidak akan
menghilang lagi, arrachie?”

Junhee tersenyum lemah. “Arrasoe. Aku akan menunggu mu di sini.”


Janji Junhee.

Minji bangun dari duduknya. “Aku ke kelas yah.” pamitnya, meninggalkan


Junhee di bangku taman seorang diri.
Junhee seorang diri menikmati setiap tiupan angin yang sesekali menyetuh
tubuhnya.

“Coffee…” seorang namja datang dengan menawarkan cup coffee di


hadapan Junhee.

Junhee sekilas melirik ke arah namja tersebut, sedikit melempar


senyuman dan menerima cup coffee itu. “Gomawo…”

Namja itu lekas duduk di samping Junhee, sedikit menegguk coffee yang
ada di tangannya. “Sepertinya setengah dari kebiasaan Kyuhyun sudah pindah
ke dalam diri mu…” seru namja tersebut.

Junhee kembali melirik namja itu.

“Ku lihat Minji berjalan ke gedung E seorang diri.” Jelas namja itu.

Junhee menganguk. “Aku masih belum siap untuk belajar…” saut Junhee.

Mata namja itu terlihat begitu fokus melihat ke depan, entah apa yang
dilihatnya. “Junhee-ahh…” memanggil nama Junhee dengan begitu serius. “Kau
tau apa yang selalu ku pinta pada Tuhan setiap malam?” tanyannya pada
Junhee.

Junhee terdiam.

“Aku selalu meminta agar hari itu bisa kembali terulang…” lanjut namja
tersebut. Suaranya berubah serak dalam sekejap.

Mata Junhee pun menatap namja yang ada disampingnya, tidak percaya
akan apa yang tadi di dengarnya. “Oppa…”

“Karena terlalu takut membuat mu terluka, aku hanya bisa diam. Karena
terlalu takut membuat mu menangis, aku hanya bisa menerima perhatian mu.
Karena terlalu takut membuat mu sakit, aku hanya bisa berpura-pura tidak
melihat cinta mu… tapi lihatlah sekarang, aku membuat mu terluka, aku
membuat mu menangis dan aku juga yang membuat mu merasa sakit.” Jelas
namja yang duduk disamping Junhee. “Kalau saja hari itu bisa terulang, aku
akan langsung memeluk mu dan tidak akan melepaskan mu, sedetik pun tidak…
dan hari ini pasti tidak akan pernah terjadi…” lirih suara namja itu. “Mianhae,
jeongmal mianhae, Junhee-ahh…”

“Donghae oppa…” air mata Junhee sudah menetes di wajahnya.

Donghae menatap Junhee dengan mata yang berkaca-kaca. “Mianhae


karena aku selalu membuat mu sedih…” jari-jari Donghae dengan perlahan
menyapu air mata Junhee. “Mianhae…” lanjutnya. Donghae bangun dari
duduknya, perlahan melangkah meninggalkan Junhee di bangku taman.

Junhee menatapa lirih punggung yang perlahan menjauh dari hadapannya.


“Kenapa semuanya menjadi seperti ini??” lirih suara Junhee. “Oppa…”

Junhee mencoba menenangkan dirinya. menghapus sisa-sisa air matanya


dari wajahnya. Junhee bangun dari duduknya dan berjalan meninggalkan taman
dan tiba-tiba saja seseorang memegang tangan Junhee, memaksa dirinya untuk
menghentikan langkah kakinya. “Oppa…” kagetnya.

Namja itu lekas menarik Junhee menuju parkiran kampus. “Masuklah…”


perintah namja itu pada Junhee.

Junhee pun hanya menurut dengan namja itu. Setelah mereka berdua
sudah ada di dalam mobil, namja itu lekas membawa pergi Junhee dari kampus
Kyunghee.

Junhee POV

“kau terlihat lelah, Junhee-ahh… kau tidur saja dulu, perjalanan kita
agak sedikit jauh…” nasehat namja yang ku panggil oppa itu padaku.

Aku pun setuju dengan nasehatnya. Aku menyenderkan punggungku dan


menutup mataku perlahan. Aku masih belum bisa percaya dengan apa yang baru
saja ku dengar tadi. Kenapa dengan mu, Donghae oppa?? Kenapa tiba-tiba kau
mengatakan itu semua? Apa karna sekarang tidak ada Kyuhyun oppa jadi kau
berani untuk mengatakannya? Bingungku. Mataku terasa perih sekali. Cairan
bening menerobos keluar dari ujung mataku, dengan cepat jari-jariku
menghapus cairan itu. Ayolah, Junhee berhenti menangis, ujarku pada diriku
sendiri yang merasa lelah. Sekali lagi aku menghela nafas ku pelan.

Tak sengaja tangan kananku menyentuh perutku. Aish, aku lupa kalau ada
bayi di dalam perutku, seruku yang seakan melupakan buah cintaku dengan
Kyuhyun oppa. Aku meletakan tangan ku di atas perutku, ke lima jari-jariku
seakan sedang mengelus bayi kecil yang masih ada di dalam perutku. Bagaimana
kau di dalam sana?? Baik-baik saja, kah?? Tanyaku. Mianhae, aku benar-
benar payah, aku eomma yang payah, aku benar-benar mengabaikan mu,
kesalku akan diriku sendiri. Seandainya appa mu tau kalau aku mengacuhkan
darah dagingnya, dia pasti akan membenci diriku dan seandainya appa mu tau
kalau kau ada di dalam perutku, kalau kau bernafas di dalam sini, mungkin
tidak seperti ini kejadiannya. Hati ku kembali terasa sesak. Entah untuk yang
keberapa kalinya aku menghela nafas ku, seakan kekurangan oksigen hingga
membuatku merasa sesak. Air mata kembali terjatuh di pipiku. Ahhh, rasanya
aku ingin berteriak minta tolong.

“Jangan kau pendam sendiri, Junhee-ahh…” seru namja itu, seakan


mengerti dengan apa yang saat ini sedang berkecamuk dalam diriku. “Berbagilah
denganku, Junhee...! Sekalipun aku ini bukan Kyuhyun atau pun Donghae, aku
akan selalu mendengar mu…” lanjutnya.

Aku membuka mataku dengan sangat perlahan, menoleh ke arah namja


itu. Dia terlihat fokus dengan jalanan yang ada dihadapannya, sikapnya seakan
enggan untuk melihatku. Aku pun ikut menatap jalanan yang ada di depanku.
Aku ingin membuka mulutku, mencurahkan semuanya sesuai dengan ucapannya
‘berbagi’ hanya saja aku tidak tau harus mulai dari mana. Aku diam. Dia pun
diam. Suasana saat itu begitu hening. Tak ada suara apa pun kecuali suara
halus mesin mobil.

“Baiklah mungkin kau tidak bisa bercerita sekarang, aku bisa mengerti
itu...” serunya. “... tapi kalau kau ingin cerita, kau tau harus mencari ku di
mana…” lanjutnya kepada ku, dirinya masih terlihat fokus menatap jalan besar
yang ada di hadapan kami berdua.
Aku masih terdiam, masih berusaha untuk bersuara. Aku mencoba untuk
mengumpulkan semua tenaga yang tersisa untuk membuka mulutku. Aku menarik
nafas ku perlahan. “Aku… Aku ini menyedihkan kan, oppa?” akhirnya kalimat itu
keluar dari mulutku meski dengan suara yang terdengar begitu parau. Mataku
kembali terasa perih.

Namja itu tetap fokus dengan jalanan yang ada dihadapannya, sikapnya
itu membuatku sedikit lebih nyaman untuk kembali meneruskan kata-kataku.

“…cinta pertamaku, Donghae oppa… karena takut menyakitiku, dia… dia


mengabaikan ku…” sambungku. “Kyuhyun oppa…” aku menghela nafasku. Nama
itu terasa begitu menyiksa ku. “… dia memaksaku untuk mencintainya dan saat
aku sudah sangat mencintainnya, dia justru meninggalkan ku…” aku sekuat
tenaga menahan agar tak menangis tapi sia-sia, air mataku terus saja mengalir
melewati pipiku. “Aku sangat menyedihkan!”

“Donghae tidak mengabaikan mu dan Kyuhyun pun tidak meninggalkan mu,


Junhee-ahh… mereka berdua selamanya akan selalu ada disamping mu, sebagai
sayap-sayap mu…”

Aku menoleh bingung dengan perkataan namja itu. “Apa maksud mu,
oppa?” tanyaku padanya. “Tolonglah jangan memberikan ku harapan yang tidak
jelas, aku sudah terlalu sakit saat ini…” jujurku, memelas.

Namja itu lekas menghentikan mobilnya. Menatap ku dengan tatapan


serius lalu tersenyum. Membuat ku semakin bingung. “Kita sudah sampai.”
Ujarnya tanpa memberikan penjelasan dengan ucapan sebelumnya.

Aku lekas melihat sekeliling dan tempat ini tidak asing untuk ku. Sejenak
aku berfikir, entah sudah berapa lama aku tidak mengunjungi tempat ini.

“Sekali pun aku ini namja yang tampan tetap saja kalau ke tempat
seperti ini aku tidak berani sendiri, yang lain sedang sibuk jadi kau saja yang
ku ajak…” dirinya lekas menjelaskan alasannya membawa ku ke tempat ini.
“Kajja…” serunya, keluar dari dalam mobil, meninggalkan ku di dalam mobil.
Setelah beberapa detik, aku pun mengikutinya. “aku tunggu di sini…”
seruku, enggan untuk mengikutinya.

Namja itu lekas berjalan ke arah ku dan saat ini kami berdua sudah
berdiri berdampingan. Matanya terlihat ingin memakan ku. “Ani, kau harus
ikut!” tegasnya. “Aku takut, Junhee-ahh…” lanjutnya, menarik paksa tanganku
untuk mengikutinya. Wajahnya tiba-tiba terlihat sangat aneh, terlihat begitu
imut, membuatku tidak tega untuk menolak permintaannya.

“Yah! kau ini seperti yeoja, sungmin oppa…” kesalku dengan sikap
pengecutnya, entah ini sifat aslinya atau hanya pura-pura untuk memancing
emosiku dan jujur saja itu berhasil, sesaat aku lupa kalau hati ku ini terasa
perih.

Dia hanya tersenyum padaku dan dirinya masing memasang wajah imutnya
itu.

***

Sungmin POV

Aku dan Junhee sudah berdiri di depan makam Kyuhyun. Sekilas aku
melirik Junhee yang berdiri di sampingku. Wajahnya terlihat begitu merindukan
Kyuhyun, rasanya sakit sekali melihat wajahnya. Untung saja Siwon tidak di
sini, kalau Siwon melihat ini pasti dia akan sangat kawatir. Aku kembali
melempar pandanganku ke makam Kyuhyun, Kyuhyun-ahh, aku berhasil
membawa Junhee mu. Kalian sudah hampir beberapa minggu tidak bertemu,
kan? Kau pasti merindukan istri mu ini, kan? Bagaimana? kau senang? Batinku.
Masih terus menatap makam Kyuhyun seakan menatap Kyuhyun yang sedang
berdiri di hadapanku.

“Apa kau datang ke sini hanya untuk berdiri, oppa?” ketus Junhee,
melihat ke arahku.

Aishh, kau ini Junhee selalu tidak sabaran tapi tidak apalah, setidaknya
sekarang kau sedikit terlihat seperti dulu, pikirku. Aku kembali fokus ke
makam yang ada di hadapanku. “Kyuhyun-ahh, bagaimana kabar mu?
Gwencanayo??” aku berbicara pada makam Kyuhyun seakan kyuhyun benar-
benar ada di hadapanku. “Bagaimana di sana? Apa ada yeoja sexy??” canda ku.
Junhee melirik ku seakan ingin menelan diriku hidup-hidup. Aku pun tersenyum
padanya dan kembali fokus dengan Kyuhyun. “Aku lupa kalau ada istri mu di
sini.... Ohh iya, ini ada minuman kesukaan mu, bir kaleng…!! Ini sedang diskon
karena itu aku belikan yang banyak untuk mu…” aku membuka bungkusan yang
ku bawa, aku pun membuka satu minuman itu dan meletakannya di atas makam
Kyuhyun. “Minumlah…” seruku. “... dan ini, ada cd games terbaru, kau pasti
suka, ini games terbaru yang sedang populer saat ini…” aku pun lekas meletakan
beberapa cd games di dekat bir. Sesaat aku kembali menoleh ke arah Junhee,
dia terlihat begitu fokus menatap makam Kyuhyun. Matanya kembali berkaca-
kaca. “Dan kau, apa hanya ingin menatapnya seperti itu tanpa mengatakan
sesuatu pada suami mu, huh?” balas ku, sedikit menyenggol tubuh kurusnya.

Junhee sedikit tersenyum ke arahku dan kembali menatap makam yang


ada dihadapannya. Dalam sekejap raut wajahnya berubah sendu. Dirinya
terdiam, cukup lama Junhee terdiam, hingga akhirnya dirinya membuka
mulutnya, “Oppa, bagaimana keadaan mu?” suaranya terdengar begitu penuh
dengan luka. “Oppa, apa yang harus ku lakukan, huh? Apa yang harus ku
lakukan untuk bertahan? Rasanya tenagaku sudah tidak ada lagi…” air mata
Junhee mengalir deras di wajahnya.

Aku menghela nafasku dengan berat. Aku tak tahan melihatnya. Aku
mengenal Junhee bukan dua atau tiga tahun tapi kami sudah bersama-sama
sejak sekolah. Junhee sudah ku anggap seperti adik ku sendiri dan aku seakan
bisa merasakan apa yang Siwon rasakan saat ini, terasa perih melihat adik
kesayangan menangis lirih di depan mataku sendiri.

“Apa kau bahagia melihat ku begini?”

PLAKK

“Yah! Kau ini kenapa, Sungmin oppa…?” ujarnya padaku sambil mengelus-
elus kepalanya.
“Kau bodoh karena kau bodoh, kau dapat hukuman!” jawabku, kesal. “Apa
kau tidak tau kalau uri Kyuhyun itu tidak suka melihat kau begini tapi kau
malah mengajukan pertanyaan aneh itu! Melihat kau menangis saja dia sudah
seperti kehabisan udara apa lagi kalau melihat mu begini, dia mungkin akan
mati dua kali…” lanjutku, menumpahakan semua kekesalan ku akan sikap
Junhee. Junhee masih mengelus-elus kepalanya dan itu membuatku tidak tega.
Mianhae, Junhee-ahh bukan maksud ku ingin menyakiti mu dengan memukul
kepala mu, hanya saja aku tidak bisa melihat kau menangis seperti itu dan aku
rasa Kyuhyun setuju dengan ku, batinku. Junhee mempoutkan bibirnya, melihat
itu aku langsung memikirkan Donghae, seandainya kau di sini pasti kau sudah
mencubit pipi Junhee, seruku. “Sudah lanjutkan bicara dengan suami mu…”

Junhee menatapku, seakan ingin membalas pukulanku, aku hanya


tersenyum.

“Arrasoe. Aku akan menunggumu di mobil, kau lanjutkan saja berbincang


dengan evil magnae, ne…” aku lekas berjalan mundur dan meninggalkan Junhee
dengan Kyuhyun. Aku berjalan menuju mobilku. Duduk bersandar di depan kap
mobilku. “Hanya ini yang bisa ku lakukan untuk mu, Kyuhyun-ahh…” seruku
menatapa langit sore yang cerah. “Aku, Hyukjae dan Siwon pasti akan
mewujudkan permintaan mu, mengembalikan posisi Donghae di samping Junhee,
seruku. Aku mengeluarkan hapeku dari saku celananku. Mengetik sms kepada
ketiga sahabatku.

>> kita makan bersama, di restaurant biasa ~

Tak lama Junhee menghapiriku. Ku perhatikan wajahnya terlihat memerah


begitu juga dengan matanya yang sembab. Kau pasti kembali menangis, kan?
Tebakku. Ahh, mianhae Kyuhyun-ahh tapi memang istri mu belakangan ini
sedang cengeng karena dirimu, ujarku.

“Haaaaaaaaaaaaaaaaaah…” ujarnya, merenggangkan ke dua tangannya,


seakan baru saja lepas dari penjara. “Kajja kita pulang…” ajaknya. Raut
wajahnya sedikit berbeda.

“Kau kenapa?” bingung ku.


Junhee sedikit tersenyum. “Ehm, gomawoyo oppa, jeongmall gomawo!”
dirinya langsung memeluk diriku. Aku tersenyum dalam hatiku. “Kajja,
pulang...”

Aku menggelengkan kepala ku perlahan dan tersenyum. “Setelah makan,


aku akan mengantar mu.”

“Tapi aku tidak lapar, oppa…”

Aish, badan mu sudah sekurus itu kau masih tidak mau makan?
Bingungku. Apa kau tidak memikirkan bayi mu, Junhee-ahh? Kesalku dengan
sikap Junhee. “Tapi aku lapar!” tegasku, memasang wajah aegyoku dan itu
berhasil membuat Junhee mengangguk dan tersenyum kecil padaku.

“Baiklah. Kau sudah baik pada ku hari ini, tapi lihat saja nanti akan ku
adukan kau ke uri Siwon oppa karena sudah memukul kepala ku...” ujarnya.

Aku tersenyum dengan wajah sedikit bersalah. “Naiklah!” seruku, masuk


ke dalam mobil. Junhee pun ikut masuk ke dalam mobil.

***

Author POV

Sungmin dan Junhee tiba di restaurant tempat biasa mereka berkumpul


bersama. Di ujung ruangan, terlihat Siwon dan Hyukjae sedang menunggu
mereka berdua. Sungmin dan Junhee pun menghampiri meja orang yang mereka
kenal itu.

“Annyeong ~” sapa Siwon pada Sungmin dan Junhee sambil mengangkat


tangan kanannya dengan ke tiga jarinya itu.

Sungmin membalas dengan mengankat tangannya dan tersenyum.

Junhee duduk di samping Siwon dan sedikit tersenyum.


“Kalian bertemu Kyuhyun kenapa tidak mengajak ku, huh??” protes
Hyukjae.

“Mian, tadi itu aku sangat terburu-buru ~ lain kali pasti aku akan
mengajak mu, Hyukjae…” penjelasan Sungmin.

“Kalau kau juga ikut tadi, kepala ku ini pasti akan benar-benar benjol…”
ketus Junhee, kembali membahas apa yang terjadi di makam Kyuhyun.

Siwon dan Hyukjae terlihat bingung dengan ucapan Junhee. “Benjol?


Memangnya tadi kepala mu terbentur apa?” kawatir Siwon.

“Aku memukulnya.” Pengakuan Sungmin.

“Yah! siapa kau berani memukul uri Junhee?” pekik Siwon. Sungmin hanya
tersenyum dan menunjukkan wajah imutnya. Siwon pun hanya menggerutu tak
tega melihat wajah imut sahabatnya. “Tapi pukulan mu tidak keras, kan?”

“Ani, hanya pelan.” Senyuman kembali terlukis di wajah Sungmin.

Junhee tersenyum melihat itu. “Sudahlah. Apa hanya kita saja?” tanya
Junhee.

Hyukjae tersenyum kecil. Lama sekali rasanya tak melihat senyuman mu,
Junhee-ahh, batinnya. “Donghae sedang dalam perjalanan, sebentar lagi dia
sampai…” jawabnya, seakan mengerti dengan pertanyaan Junhee.

Siwon menatap Junhee dan sedikit tersenyum, seakan bersyukur pada


Tuhan, adiknya sudah sedikit lebih terlihat kembali seperti dulu, seperti saat
Kyuhyun masih bersama-sama dengan mereka.

“Ahhh, mianhae aku telat...” tiba-tiba Donghae sudah berada di samping


Hyukjae dan duduk didekat Hyukjae. Sekilas menatap Junhee yang ada di
hadapannya. Mata mu bengkak apa kau habis menangis? Tapi raut wajah mu
sedikit lebih cerah, bingungnya.

“Kajja pesan makanan, aku lapar sekali...” seru Sungmin. “Junhee-ahh


kau ingin apa?” tanyanya pada Junhee.
Junhee sesaat melempar pandangannya berniat untuk mengambil daftar
menu yang ada di samping Siwon tapi matanya terhenti pada bagian depan
restoran. Junhee menatap iri pada sepasang kekasih yang sedang makan malam
itu. Perut yeoja itu terlihat besar dan namja itu sesekali mengelus-elus perut
yeoja itu. Junhee terus menatapnya tanpa menghiraukan pertanyaan Sungmin.

Ke empat namjadeul itu pun memperhatikan Junhee lantaran Junhee yang


tak kunjung menjawab pertanyaan Sungmin. Mata ke empat namjadeul itu
terlihat bingung dengan apa yang sedang di lihat Junhee dan saat mereka
menelusuri arah pandangan Junhee, mereka pun mengerti.

Siwon perlahan menarik nafasnya sembari menutup matanya, berusaha


mengubah ekpresinya untuk tidak terlihat sedih. Dengan lembut Siwon
menyenggol tangan adik perempuannya. “Junhee-ahh, kau ingin makan apa
malam ini? Aku traktir...” tanya Siwon begitu lembut.

“Ahhh...” senggolan Siwon membangunkan Junhee dari lamunannya.


Matanya yang berkaca-kaca itu pun akhirnya mengeluarkan cairan bening.
Dengan cepat Junhee menghapus cairan yang mengalir di pipinya. “Ehmm...”
Junhee mencoba mengalihkan suasan dengan menyibukkan diri melihat daftar
menu. “Aku ingin ice cream, ne... ice cream caramel...” serunya.

“Okay. Ice cream caramel...” ulang Donghae. “Kau tidak ingin makan
nasi?”

Junhee mengelengkan kepalanya perlahan. “Ehm, aku ke belakang


sebentar...” ujarnya dan lekas pergi.

“Pada hal tadi Junhee sudah sedikit membaik...” frustasi Hyukjae.

“Ne.” Dukung Sungmin.

“Biar ku sususl...” seru Donghae, berdiri dari bangkunya.

“Kau yakin bisa mengatasinya?” kawatir Siwon.

Donghae menatap mata Siwon dengan sangat serius dan menganguk. “Kau
bisa mengandalkan ku.” Yakinnya dan lekas pergi.
Donghae POV

Perlahan kaki ku membawa ku ke toilet restauran ini. Menunggu Junhee


di depan toilet perempuan. Setelah menunggu beberapa saat, Junhee pun
keluar. Aku menatap matanya dengan sangat tajam. Sementara itu wajahnya
terlihat bingung dengan kehadiran ku.

“Kau sedang apa, oppa?” tanyanya pada ku.

Aku mengulurkan tangan kanan ku ke hadapannya.

Junhee semakin terlihat bingung. “Ige mwoya?” bingungnya.

“Kau ingat dulu aku pernah menawarkan sapu tangan ku untuk mu saat
kau menangis dan kau melemparnya...” ujar ku, mencoba membangkitkan
ingatan orang yang kucintai ini. “Kau ingat saat itu kau bilang bukan sapu
tangan yang kau butuh kan tapi cinta ku...” seru ku. “Apa kau ingat itu...?”

Junhee menatap langit-langit lorong tempat kami berdiri. Dirinya terlihat


sedang menahan tangisan.

“Kali ini aku menawarkan tangan ku untuk menghapus air mata mu,
Junhee-ahh...” tegas ku.

Junhee menatap ku dengan mata berkaca-kaca. “Oppa, jebal...”


suaranya terdengar bergetar. Air matanya pun kembali menghiasi wajahnya.
“Je.... jebal... jangan seperti ini...”

“Harusnya kata-kata itu yang keluar dari bibir ku, Junhee-ahh! Jangan
seperti ini, jebal...” ujar ku. Perasaan ku sudah tak bisa lagi ku tahan, aku
lekas menarik Junhee masuk ke dalam pelukanku. Aku memeluknya dengan
sangat erat sementara itu Junhee menangis terisak-isak dalam pelukanku.
Dirinya seakan menumpahkan setiap rasa sakitnya dalam pelukkanku. “Mianhae
Junhee-ahh, mianhae...”

“Oppa...”
“Ijinkan aku menggantikan posisi Kyuhyun! Ijinkan aku untuk membalut
luka yang sudah ku buat, Junhee-ahh...”

Junhee melepas pelukkannya dan menatap ku dengan wajah penuh air


mata.

Dengan sedikit takut aku mendekatkan wajah ku ke arahnya dan perlahan


aku mencium bibir uri Junhee, sekali pun Junhee tidak membalas ciuman itu,
dia pun tak menolak ciuman yang ku berikan.

***

Author POV

Selesai makan bersama, Siwon dan Junhee pulang bersama. Selama


perjalanan Junhee terus memikirkan apa yang terjadi saat berada di depan
kamar mandi. Kata-kata Donghae benar-benar menggangunya. Aish, yah Choi
Junhee, kenapa tadi kau tidak menolak ciuman itu? kenapa justru kau
membiarkan pria lain mencium mu? Apa karena sekarang tidak ada Kyuhyun
oppa? Kesal Junhee. “Hem...” nafasnya terdengar begitu berat.

Siwon sekilas melihat ke sebelahnya, melihat raut wajah adiknya yang


masih terlihat menyimpan banyak masalah. Saengi, sampai kapan kau akan
terus begini? Kyuhyun-ahh, entah kenapa kau bisa begitu hebat hingga dapat
menaklukkan adik ku sementara aku hanya mampu melihatnya susah seperti ini?
Frustasi Siwon.

“Oppa...” panggil Junhee hampir tidak terdengar.

Siwon kembali menenggok ke arah Junhee, memastikan dia memanggil


dirinya atau tidak. “Ehm...” jawab Siwon ragu-ragu.

“Hem...” Junhee terlihat sedikit berfikir bagaimana memulai percakapan


ini. “Ehm, donghae oppa...” suaranya kembali terhenti.

Kali ini wajah Siwon berubah serius, “ada apa dengan namja itu?”

“Dia tadi... tadi... mencium ku...” kata itu keluar dari mulut Junhee.
Kaki Siwon tanpa di perintah lekas menginjak rem, membuat mobil yang
sedang di kendarainya berhenti mendadak. “Mwo?” kagetnya. Matanya menatap
dalam Junhee. “Benar kah itu?”

Junhee mulai terlihat gugup. “Gwenchanayo, oppa!” ujarnya.


”Sebenarnya... bukan itu yang ingin ku sampai kan tapi... tentang perasaan
Donghae oppa...” sambungnya.

“Katakan lah...”

“Donghae oppa, dia menyalahkan dirinya atas semua hal ini...! dia
menyesal karena menolak ku di masa lalu...” mata junhee kembali berkaca-
kaca. “Dia meminta maaf pada ku dan mengatakan ingin membalut luka ku...
tapi...”

“Tapi apa?” penasaran Siwon.

Junhee menundukkan kepalanya. “entahlah oppa, aku merasa tidak layak


untukknya dan aku pun takut kyuhyun oppa akan marah...” air mata junhee
menetes. Tangannya memegang perutnya.

Siwon menatap lirih adiknya. Kau berkata begitu karena ada bayi di
dalam perut mu, kan? Tebak siwon. Bodoh, kau justru memakai alasan kyuhyun
akan marah, justru kyuhyun akan marah jika kau menolak donghae. Mata Siwon
terus menatap Junhee. “Kau layak...” serunya dan memeluk adik semata
wayangnya itu.

*SKIP*

Pagi sudah datang menyapa membawa hari yang baru tapi pikiran Junhee
masih penuh dengan hal kemarin. Donghae oppa dengan setiap kata-katanya
dan ciumannya, batinya. Junhee duduk seorang diri di atas bangku taman
kampus, menikmati sepoi angin pagi yang menyentuh tubuhnya. kyuhyun oppa,
aku merindu kan mu, serunya.

“Junhee-ahh...” suara yang tidak asing datang menghampiri Junhee.


“Oh, Minji...” saut Junhee. kali ini sahabat terbaik Junhee duduk di
sampingnya. wajahnya terlihat sedikit kesal. “Kau kenapa?” penasarannya.

“Yah, nyonya Cho bukan kah kau berjanji tidak akan pergi menghilang
lagi? Dan kau pun berjanji akan tetap duduk di sini hingga aku datang?” Minji
menggeluarkan semua unek-uneknya.

Junhee tersenyum. Sudah lama aku tidak mendengar orang memanggil ku


dengan sebutan nyonya Cho, pikirnya. “Ne, kau benar. Aku nyonya Cho.” Saut
Junhee.

Wajah Minji berubah dalam sekejap. “Mianhae, Junhee-ahh... aku tidak


bermaksud untuk mengingat kan mu...” serunya, penuh dengan penyesalan.

Junhee kembali melukiskan senyum di wajahnya. “Gwenchanayo. Aku tidak


apa-apa. Mian, kemarin sungmin oppa mengajak ku pergi mengunjunggi makan
kyuhyun oppa...” dirinya menjelaskan alasan kenapa dia pergi kemarin.

Minji mengangguk. “Oh, ne maaf kan aku yang tiba-tiba marah pada
mu.” Serunya. Junhee hanya mengganguk dan kembali menatap ke depan.
Pikirannya kembali memikirkan donghae. “Kendae, apa yang saat ini kau
pikirkan?” tanyanya.

Junhee meliriknya. “tidak ada... aku hanya merindukan kyuhyun oppa...”


yah, aku merindukan suami ku, seandainya dia ada di sini, aku tidak perlu
merasakan hal yang membuat ku sangat frustasi ini, seru junhee dalam
hatinya. Aku tidak perlu kembali bingung dengan perasaanku sendiri, jujurnya.
Junhee melihat Minji dengan tatapan kebingungan. “Minji-ahh...” Panggil
Junhee. “Apa kebahagian akan kembali pada ku?” tanya ku frustasi.

“Junhee-ahh...”

Junhee terdiam. Matanya terlihat mulai berkaca-kaca. “Donghae


oppa...” nama itu pun keluar dari mulutnya.

Minji mengangguk perlahan, seakan mengerti akan maksud dari


sahabatnya. “Kalau Tuhan memang mengatakan ‘ya’ jalan itu pasti akan
terbuka...” seru Minji. Minji memegang pundak Junhee. “Tersenyumlah untuk
bayi mu, Junhee-ahh...”

Kata-kata Minji mengingatkan kembali akan kehamilannya. Junhee


kembali menghela nafasnya.

“Junhee-ahh...”

“Gwenchanayo, nan gwenchanayo...” Junhee terus mengatakan itu.

***

Junhee POV

Aku berjalan seorang diri keluar. Perasaan ku mulai tidak karuan. “Hem,
semua itu... kata-kata itu, ciuman itu...” aku masih terus memikirkan semua
hal itu. semua hal yang di ucapkan Donghae oppa. Entah mengapa aku merasa
sakit mendengarnya. Kaki ku melangkah dan tanpa ku sadari diriku sudah
berdiri di depan makam kyuhyun oppa.

Aku menatap lirih kuburan itu. aku menatap dalam seakan aku menatap
sepasang mata evil milik suami ku. tanpa sadar mata ku kembali terasa perih.
“Oppa...” suara ku begitu bergetar dan tak butuh waktu lama, aku
menumpahkan tangis ku di depan makam suami ku. “Aku harus bagaimana?”
bingungku.

Aku terjatuh dan masih terus menangis. Entah apa yang sedang
berkecamuk di dalam perasaan ku saat ini. Aku merasa bingung, sedih, dan
sendiri, aku pun merasa bersalah pada kyuhyun oppa akan ciuman itu. “Oppa,
mianhae... jeongmal mianhae...” isak ku masih dalam tangisan ku. “Kenapa
harus seperti ini? Kenapa harus seperti ini?” aku benar-benar merasa frustasi.
sejenak aku merasa ada sebuah tangan yang menepuk pundak ku. aku menoleh
ke belakang ku. “Oppa...” kaget ku.

Dia menganguk ke arah ku. “Tidak apa-apa, menangislah. Menangislah


hingga kau puas, Junhee-ahh...” ujarnya.
Aku perlahan berdiri dan entah kenapa aku ingin sekali memeluknya. Dan
ya, aku memeluknya dan menumpahkan sisa-sisa air mata ku di dalam
pelukkannya. “Aku bingung... a....ku... pa... yah....” susah sekali aku
mengeluarkan kata-kata itu karena berlomba dengan isak tangis ku.

Tangannya mengelus kepala ku lembut. “Kau tidak payah...” ujarnya.


“Kau hebat, kau wanita hebat, junhee-ahh...” lanjutnya. “Kalau kau payah,
tidak mungkin si setan jelek dan ikan bodoh itu mencintai mu...”

Aku melepas pelukkan ku dan menatap matanya dengan mata ku yang


penuh dengan air mata. “ikan bodoh?” bingung ku. “donghae oppa?” tebakku.

Dia menganguk dan tersenyum. “Sekali pun kata suka tidak pernah keluar
dari mulutnya tapi aku tau kalau sahabat ku, sangat menyukai mu, junhee-
ahh...” jelasnya. “Tapi dia tidak sehebat dan seberani kyuhyun. Dia berbeda
dengan kyuhyun dan karena kebodohannya di masa lalu dia menyalahkan dirinya
atas apa yang saat ini sedang terjadi dengan dirimu...”

Aku terdiam mendengar ucapan Hyukjae oppa. Sejenak aku melihat


makam kyuhyun oppa. “Aku tidak ingin membicarakan tentang donghae oppa
saat ini, oppa...” elak ku.

Hyukjaae oppa tersenyum. “Kyuhyun-ahh, lihatlah istri mu masih begitu


mencintai mu, bahkan dia tak ingin kau cemburu meski kau sudah di surga saat
ini...” hyukjae oppa menatap makam kyuhyun oppa dengan begitu seriusnya.
“Tapi bisa kah kau membantu ku untuk membuat istri mu ini melepas kan semua
tentang mu?”

“Oppa...” kaget ku dengan kalimat yang keluar dari bibir hyukjae oppa.

“Bukan maksud ku untuk mengatakan kau harus melupakan kyuhyun,


karena aku tau sampai kapan pun kau tidak akan melupakan kyuhyun...”
jelasnya. “Aku hanya ingin kau kembali seperti junhee yang dulu, choi junhee
yang aneh...”
Aku terdiam mendengar itu. apa bisa aku kembali seperti dulu sementara
seseorang yang selalu ku sayang pergi meninggalkan ku dengan calon bayi yang
ada di dalam perut ku ini? Batinku.

“choi junhee yang selalu perhatian pada lee donghae. Ke mana lee
donghae pergi, kau selalu ada di sampingnya...”

“Oppa...”

“Kenapa? Kau takut si evil marah?” tanyanya pada ku. aku hanya diam.
“sampai kapan kau akan seperti ini, Junhee-ahh? Sampai kapan?” hyukjae oppa
menatap ku dengan mata yang mulai berwarna merah. “Aku tau, sekali pun
tidak sebesar kyuhyun tapi aku tau kalau sosok donghae masih ada di dalam
hati mu, kalau kau masih menyimpan rasa cinta untuknya meski tidak sebesar
rasa cinta mu pada kyuhyun...”

“Kenapa kau harus membahas ini? Apa karena donghae oppa yang
meminta mu?” kesal ku dengan air mata ku.

“Bagaimana kalau bukan donghae yang meminta tapi kyuhyun? Apa kau
akan patuh?” tanyanya pada ku.

Aku menutup mulut ku dan mengelengkan kepala ku pelan. Tidak mungkin,


tidak mungkin kyuhyun oppa yang meminta. “Aku tidak suka bercanda mu,
oppa...” Hyukjae oppa menarik ku masuk ke dalam pelukkannya. “Kau
bercanda...” aku masih menangis dalam pelukkanya, tidak percaya dengan
semuanya.

***

Siwon POV

Sudah jam 10 malam tapi junhee belum kembali ke rumah. Aku berusaha
menghubingi ponselnya tapi tidak aktif. “Junhee-ahh, kau dimana?” kawatir ku
akan kondisinya. Mendengar ceritanya tentang donghae yang menciumnya, aku
menjadi semakin kawatir. Lee Donghae, kenapa kau ambil langkah secepat itu,
eoh? Aku sedikit kecewa dengan sikap sahabat ku itu.
Aku melihat sebuah taksi berhenti di depan rumah kami dan tak lama
pintu belakang taksi terbuka lalu sosok yang sedang ku tunggu-tunggu pun
datang. Aigo, sampai kapan aku akan melihat wajah menyedihkan seperti itu,
junhee-ahh? Sedihku melihat adik semata wayangku terlihat begitu tanpa
harapan. “Oppa...” suaranya begitu lemas menyapa ku saat melihat ku berdiri
di depan pintu rumah kami.

“Kau sudah makan?” tanya ku padanya.

Junhee hanya tersenyum dan mengelengkan kepalanya. “aku tidak lapar.


Aku mau masuk dulu, oppa... aku lelah...”

Aku menganguk dan junhee berlalu dari hadapan ku. aku menghela nafas
ku dengan begitu beratnya. Aku menatap langit malam yang begitu sendu.
“Tuhan, tidak bisa kah kau kembali kan kyuhyun ke sisi adik ku?” air mta ku
menetes di pipi ku. aku menundukkan kepala ku, menghapus sisa-sisa air mata
ku. “Atau tidak bisakah Kau membantu kami agar adik ku dengan Donghae
dapat bersama?”

*SKIP*

Kaki ku membawa diriku menghampiri mobil kesayanganku dengan cepat


aku memacu laju ku. Jalanana malam itu tampak bersahabat dengan diriku, tak
butuh waktu lama, aku sudah mencapai tujuanku.

Aku keluar dari dalam mobil ku dengan perasaan campur aduk. Memasuki
rumah yang tidak asing untuk ku, “Tuan muda ada mu?” tanya ku pada pelayan
rumah yang menyembut diriku.

“Ne, tuan muda ada di kamarnya.” Jawabnya.

Aku menaiki anak tangga menuju lantai dua di mana kamar sang tuan
muda berada. Tanpa mengetuk aku membuka kamar itu dan saat melihat wajah
sang tuan muda, aku tak dapat menahan diriku untuk tidak melepaskan tinju ku
di wajahnya.
“Yah. Choi Siwon!!! Ada apa ini?” teriak Hyukjae, kaget melihat tingkah
ku yang tiba-tiba. Hyukjae selalu berada dekat dengan sang tuan muda, karena
sang tuan muda adalah sahabat terbaiknya.

“Itu karena kau sudah mencium adik ku kemarin.” Jelas ku lalu


mengulurkan tangan ku, membantu sang tuan muda untuk bangkit.

Dirinya tersenyum sambil memegang ujung bibirnya. “Junhee memberi tau


mu?” penasaran.a

“Yah! Lee donghae!! Kau mencium nae yeodongsaeng?” kaget hyukjae.

“Mianhae. Aku tidak dapat menahan diriku saat itu. aku benar-benar
tidak bisa lagi melihat junhee dengan kesedihannya..” jujurnya. Wajahnya
terlihat sedih. “Hem...” nafasnya terasa berat. “Aku tau ini terlalu terburu-
buru, tapi aku ingin segera menikahi junhee, siwon-ahh...”

Sebuah pernyataan yang membuat ku kaget. “aku memang meninta mu


untuk meikahi uri junhee saat itu tapi tidak secepat ini!! Saat ini junhee masih
sangat kehilangan kyuhyun kalau kau tiba-tiba datang dan memintanya untuk
menikahi mu, itu artinya dirimu hanya akan jadi pelampiasan..!!” aku mencoba
untuk membuat donghae untuk bergerak secara perlahan.

Hyukjae terdiam mendengar percakapan kami.

“Kau ingin menunggu sampai kapan? Sampai perut Junhee membesar?


Atau sampai Junhee menyusul kyuhyun??” donghae terlihat sinis menatap ku.
“Pelampiasan atau tidak, aku tidak perduli. Aku... aku tidak bisa lagi melihat
junhee seperti sekarang ini... semua ini menyiksa ku...” matanya terlihat
merah dan dirinya menundukkan kepalanya.

Aku membuang nafas ku dengan tidak beraturan. Mengusap wajah ku


dengan ke dua telapak tangan ku begitu kasar. Aku tidak tega melihat kondisi
adik ku saat ini tapi aku pun tidak mau melihat sahabatku yang nantinya hanya
akan jadi pelampiasan adik ku. aku terdiam. Menatap donghae dengan wajah
frustasinya. Perlahan aku menganggukan kepala ku, “Lakukanlah apa yang
menurut mu baik, donghae-ahh...” suara ku berselimutkan kepercayaan.
Donghae menatap ku dan mengangguk kecil sedangkan hyukjae
menghampiri ku dan menepuk pundak ku. “Kau....” kali ini hyukjae menatap
donghae. “Kau bisa andalkan kami, donghae-ahh... kami akan membantu mu...!”

Kali ini anggukkan datang dari diriku.

“Gomawo, jeongmal gomawo....”

Author POV

Junhee berjalan seorang diri di lorong kampusnya. Dirinya pun terhenti


dengan sebuah benda melingkar yang berhenti di ujung sepatunya. Mata
bulatnya terlukis jelas, saat dirinya menyadari benda apa itu. “Igo...” pelan
suaranya, terdengar seperti berbisik.

“Junhee-ahh...”

Junhee mengangkat kepalanya, menatap seorang namja yang berdiri di


hadapannya. “Oppa...” kagetnya.

“Kyuhyun, dia...” namja itu terdengar begitu bingung. Dirinya terlihat


menarik nafasnya perlahan. Memejamkan matanya sejenak, mencoba untuk
menenangkan dirinya, kembali mengatur nafasnya. “Dengan cincin ini....
Kyuhyun meminta ku, membawa mu ke dalam masa depan ku...” kalimat itu pun
terlontarkan dengan begitu jelas dari sela-sela mulutnya.

Junhee terlihat kaget dengan kalimat yang baru saja hinggap di telinga.
Mwo? Kata-kata itu?? itu kata-kata ku pada mu, Kyuhyun oppa? Junhee tak
percaya dengan kalimta itu. apa benar kau yang begitu cemburuan dengan
Donghae oppa justru memberikan ku padanya?? Bingung Junhee.

“Mau kah kau menikah dengan ku?” kali ini Donghae sedikit berlutut di
hadapannya Junhee.

Junhee tetap dengan rasa terkejutnya. Saat ini pikirannya kembali


teringat saat Kyuhyun membawanya ke Sungai Han. Omo, bahkan cara kalian
sama? Tak percayanya. Air matanya perlahan melewati pipinya.
Sepasang mata yang terus mengawasi Junhee dan Donghae, mengambil
langkah mendekat ke arah mereka berdua. “Ne, Junhee mau... sunbae....”
jelasnya. Terdengar penuh dengan percaya diri. “Uri Junhee, dirinya masih
menyimpan perasaan yang dulu...”

“Minji-ahhh....” kaget Junhee dengan ucapan Minji.

Minji tak menghiraukan Junhee. Dirinya enggan untuk menatap wajah


sahabatnya. “Ne. Uri Junhee masih mencintai mu, oppa... Dia bersedia
menikah dengan mu....”

“Yah! Oh Minji!” kali ini suara Junhee hadir dengan nada tinggi.
“Jebalyo...”

“Kau dengarkan aku! Untuk kali ini kau harus dengar kan aku!” minji
melempar suaranya ke hadapan Junhee. “Kau menikah dengan Donghae
sunbae... bukan kah Kyuhyun sunbae pun meminta hal itu?” mata Minji pun
terlihat mulai berkaca-kaca. “Choi Junhee dengarkan aku, untuk kali ini
saja...”

Perlahan namun pasti buliran air bening pun jatuh di pipi Junhee. Junhee
manrik nafasnya pelan.

“Jebalyo...” Minji memeluk Junhee dalam.

*SKIP*

Junhee dan Donghae pun menikah. Atas permintaan Junhee, mereka


berdua pun tetap tinggal di apartemen milik Kyuhyun. Sekali pun Donghae sudah
menikah dengan Junhee, mereka berdua tidak pernah tidur bersama. Donghae
tidur di ruang tamu dan Junhee tidur di dalam kamar seorang diri.

Sudah hampir satu bulan pernikahan Junhee dengan Donghae, dan rasa
frustasi itu pun mulai muncul di dalam diri Donghae. Dirinya berfikir dengan
menikahi Junhee dapat membalut setia luka Junhee tapi justru Junhee tetap
sama. Dirinya justru menjadi lebih pendiam dan tertutup.
Pagi yang cerah sudah datang menghiasi kota Seoul. Junhee dan Donghae
duduk bersama di pantry menikmati sarapan mereka tanpa sepatah kata pun.
Donghae terus menatap Junhee hingga akhirnya dirinya memberanikan diri
untuk membuka suaranya. “Mianhae....” terdengar begitu pelan.

Junhee pun memberi perhatian akan hal itu. perlahan Junhee mengangkat
wajahnya, menatap Donghae yang duduk di hadapannya.

Kali ini mereka sudah beradu pandang. “Aku pikir dengan menikahi mu,
aku dapat menghapus semua luka mu... tapi... tapi... aku salah akan hal
itu....” sambungnya.

Junhee tetap diam.

“Luka di hati mu, tidak akan pernah bisa aku sembuhkan... itu
kenyataannya...” lirih suaranya. “Aku bukan Kyuhyun, aku tidak bisa menjadi
dia, sekalipun aku berusaha keras tapi aku bukan dia, aku bukan Cho
Kyuhyun... kendae...” donghae mulai hadir dengan mata yang terlihat berkaca-
kaca. “Aku memiliki cinta yang begitu besar untuk mu, Junhee-ahh... mungkin
cinta ku tidak seindah cinta Kyuhyun untuk mu tapi cinta ini begitu besar
hingga membuat ku sesak karenanya...”

Junhee terus menatap Donghae dengan diamnya.

“Sekarang kau istri ku, aku tidak akan pernah meminta mu untuk
menghapus sosok Kyuhyun dari dalam hati mu, aku hanya... aku.... aku hanya
meminta mu untuk mencintai ku seperti dulu...!” jujur Donghae. “Aku tidak akan
memaksa mu, aku tidak ingin menyakiti mu lagi...” setetes air mata Donghae
pun mengalir di pipinya. Dengan cepat tangannya menyapu cairan bening itu dari
wajahnya. “Aku pergi ke kampus...” pamitnya dan lekas berlalu dari hadapan
Junhee.

Junhee tetap duduk di pantry seorang diri. Dirinya menangis terisak


mendengar setiap pengakuan yang keluar dari bibi Donghae. Junhee masuk ke
dalam kamarnya, perlahan mengambil poto dirinya bersama Kyuhyun, menatap
poto itu dalam hingga dirinya tertidur.
Donghae POV

Perasaan yang tak jelas terus menyelimuti diriku. Pengakuan ku tadi pagi
kepada Junhee benar-benar keluar dari dalam lubuk hatiku. Aku pun sudah
tidak fokus dengan setiap penjelasan dari sang dosen. Selesai dengan mata
kuliah hari ini, aku bertemu dengan Hyukjae, Sungmin juga Siwon. Kami duduk
bersama di taman kampus.

“Junhee, apa dia baik-baik saja?” penasaran Siwon akan kondisi Junhee.

Aku mengangguk pelan.

“Apa dia sudah mau membahas tentang kehamilannya?” kali ini Sungmin
membuka suaranya. “Sudah berapa usia kehamilannya?” terdengar begitu
kawatir.

Aku mengelengkan kepala ku. entahlah aku pun bingung dengan semua
keadaan ini, rasanya sampai kapan Junhee akan menutupi kehamilannya, batin
ku. “Emm.... aku sedang suntuk, bisa kah kita bermain sebentar...?” pinta ku.

“Kau ingin main apa?” tanya Hyukjae.

“Batu, gunting, kertas...!” jawab ku, terlihat bersemangat. “Siapa yang


kalah, dia akan dapat pukulan...”

“Donghae-ahhh...” siwon seakan tidak setuju dengan game itu. dirinya


tau betul setiap kami bermain game itu pasti aku akan kalah.

“Palli....” paksa ku.

Hyukjae seakan mengangguk ke arah Siwon, membujuknya untuk ikut


bermain. Kami pun mulai bermain dan yah, aku selalu kalah. Satu persatu
pukulan bersarang di wajah ku. entah kenapa aku merasa pantas mendapatkan
pukulan ini.
“Sudah aku tidak mau main lagi...” ujar siwon. “Kau ingin membuat
Junhee-ku membunuh kami bertiga karena memukuli mu?” teriaknya di wajah
ku.

Aku terdiam dengan pertanyaan itu. benar kah Junhee akan membunuh
kalian karena aku? Batin ku. Senyuman kecut terlukis di wajah ku. “Jinjjayo?”

“Yah, Lee Donghae!!!” kesal Hyukjae akan sikap ku.

*SKIP*

Aku pulang ke rumah dengan wajah penuh dengan lebam. “Aku pulang...”
seru ku masuk ke dalam rumah walau aku tau tidak ada siapa-siapa. Junhee
pasti sudah berada di dalam kamar.

“Oppa...” pelan suaranya.

“Kau belum tidur?” tanya ku, kaget melihat Junhee masih berada di
ruang tamu.

“Aku... aku menunggu mu...” jawabnya. “Kau kenapa?? Wajah mu???”


setelah sekian lama akhirnya aku kembali melihat wajah Junhee yang kawatir
akan kondisi ku.

“Gwenchanyo...”

“Duduklah...” Junhee menarik tangan ku untuk duduk di sofa. “Aku akan


ambilkan obat untuk mu...” sambungnya dan meninggalkan ku di ruang tamu.

Aku duduk di sofa dengan perasaan sedikit senang, rasanya seperti


mimpi. Junhee-ahh, apa kah kali ini kau benar sudah melihat diriku? Batinku.
Apa perasaan yang dulu itu sudah kembali hadir di dalam hati mu? Hatiku terus
bertanya-tanya.

Junhee kembali ke ruang tamu dengan kompresan dan obat di tangannya.


Dirinya duduk di sampingku, mulai mengompres setiap luka lebamku. “Kenapa
kau bisa begini?” terdengar begitu kawatir di telingaku.
Aku hanya diam. Terus menatap Junhee yang sibuk mengurusi luka lebam
ku.

“Apa kalian main permainan bodoh itu lagi?” tebaknya. Kali ini sepasang
matanya terlihat begitu kesal.

“Mian...” hanya itu yang keluar dari sela-sela bibirku.

“Pabbo!” kesalnya.

Junhee-ahh, apa kau benar-benar sudah seperti uri Junhee yang dulu?
Apa benar itu? aku merasa seperti kembali saat kami masih duduk di bangku
SMA. “Ne, aku memang bodoh...”

Tangan Junhee pun mulai megobati luka lebam yang ada di ujung bibirku.

Aku memberanikan diriku. Aku menggenggam erat tangan Junhee, seakan


menyuruhnya untuk berhenti sejenak. Aku sedikit mendorong tubuh kurusnya
untuk bersandar di sofa dan perlahan mencium bibir Junhee. Cukup lama aku
menciumnya hingga akhirnya Junhee un mau membalas ciumanku. Aku menarik
ciumanku, menghentikannya sejenak. Aku menatap wajah istri ku dengan
tatapan kebahagiannya. Aku tersenyum ke arahnya.sepasang mata indahnya
terus menatap ku dengan wajah merah merona. Aku berdiri dan mengangkat
Junhee, kami masuk ke dalam kamar. Menutup pintun kamar dengan kaki,
berjalan mendekat ke tempat tidur dan meletakan Junhee lembut di atas
tempat tidur. Lagi, aku menatap wajahnya dan terus tersenyum. Aku mencium
keningnya perlahan, lalu matanya dan kembali aku mencium bibirnya, Junhee
pun langsung membalas ciuman ku itu.

*SKIP*

Pagi sudah datang. Aku perlahan membuka mataku dan melihat Junhee
tertutup selimut di dalam pelukkan ku. “Saranghae, Junhee-ahh...” aku
mencium keningnya dan kembali mengelus-elus kepalanya dengan lembut. Sesaat
aku menatap langit-langit kamar ini, “Kyuhyun-ahh, apa kau juga selalu merasa
bahagia setiap kau membuka mata mu di pagi hari dan ada Junhee di dalam
pelukkan mu?” tanya ku, sedikit tersenyum.
Junhee tiba-tiba membuka matanya lalu terduduk di atas tempat tidur
dengan wajah yang sedang menahan sesuatu.

Aku mengerutkan kening ku. “Waeyo?”

Tangannya mencoba meraih kemeja ku yang ada di ujung tempat tidur.


Aku pun mengambil kemeja itu dan junhee lengsung mengambilnya lalu memakai
kemeja itu. dirinya berhamburan berlari.

“Waeyo Junhee-ahh?” teriak ku.

“Gwenchanayo.” Jawabnya, yang sudah tidak berada di dalam kamar.

“Junhee...” aku lekas memakai pakaian ku dan menyusul Junhee. Dari


dalam kamar mandi aku dapat mendengar suara muntahan Junhee. “Ahh...apa
ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan intim?” tanya ku pada diriku sendiri.
“Gwenchana?” aku mengetuk pintu kamar mandi.

Junhee keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah pucatnya.

“Kau ingin aku panggil dokter?”

“Ani.” Jawabnya dengan cepat. “Aku baik-baik saja, oppa...”


sambungnyam mengigit bibir bawahnya. “Kau, bersiaplah... aku akan
menyiapkan sarapan...”

***

Author POV

Suasana siang kampus Kyunghee terasa begitu lengang. Minji dan Junhee
seperti biasa duduk di bangku taman kampus setelah selesai dengan kuliah
mereka. Minji sedari tadi terus menahan diri untuk tidak bertanya tentang
wajah pucat Junhee.

“ehmmm....” junhee seakan sedang menahan sesuatu.

Kenapa dengan mu, Junhee-ahh? Batin minji.


“hueeee....” junhee pun seakan ingin memuntahkan sesuatu tapi di
tahannya. “Ahhh...” frustasi suaranya.

“Kau baik-baik saja, junhee-ahh?” kawatir minji. “Dari tadi kau tiba di
kampus wajah mu terlihat begitu pucat...” pertanyaan itu pun keluar dari
mulutnya.

Junhee mengelengkan kepalanya perlaha, “Molla...” jujurnya. “Dari tadi


pagi aku merasa mual... rasanya ingin terus-terusan muntah...” sambung
Junhee.

“Mungkin itu karena bayi di dalam perut mu...” ceplos Minji. “Dari
semenjak kau tau kalau kau hamil, kau tidak pernah cek ke dokter kan?” minji
mencoba mengingatkan Junhee.

Junhee terdiam. Dirinya enggan untuk mengingat-ingat hari itu.

Minji sadar betul akan raut wajah Junhee. “Mian, bukannya aku ingin
mengingatkan mu akan kejadian dulu hanya saja... bayi mu, dia butuh
perhatian...” nasihat minji.

“Arrasoeyo.” Pelan suara Junhee. “Kendae, aku takut kalau bayi ini
membuat Donghae oppa justru meninggalkan ku...” jujurnya. “Aku masih belum
siap untuk kembali di tinggalkan...” lirih suara Junhee.

Minji terdiam dengan kata-kata Junhee. Minji menaruh tangannya di


pundak Junhee. “Kalau seandainya hari itu datang, kau tidak perlu sedih, kau
masih punya aku... aku akan membantu mu menjaga keponakan ku...” senyuman
bersahabat terlukis di wajah Minji.

Junhee memeluk Minji erat. “Gomawoyo, Minji-ahh... kau benar-benar


seperti seorang eonni untuk ku...”

Minji mengangguk dan tersenyum. “Tuhan menciptakan ku memang untuk


mu...” serunya. “Palli, kita ke perpustakan... kita harus mencari referensi...”

Junhee mengangguk. Mereka berdua masuk ke dalam perpustakan. Minji


sibuk mencari-cari buku sedangkan Junhee duduk dengan wajah yang semakin
pucat. Pori-porinya tak henti-hentinya mengeluarkan bulir-bulir keringat. Yah,
rasanya pusing dan mual sekali, batinnya.

BRAK

“Junhee-ahh...” teriak Minji melihat Junhee tergeletak di lantai.


“Omona, oethoke?” bingungnya. Minji mengeluarkan ponselnya. “Siwon
sunbae...” dirinya sibuk mencari nama itu di dalam ponselnya. “Ani, Donghae
sunbae...” dirinya mengoreksi ucapannya.

“Yah, agasshi, siapa pun cepat telepon... jangan pilih-pilih...” ceplos


salah satu mahasiswa yang mencoba menyadarkan Junhee.

“Mian...” saut Minji. “Yeoboseyeo, Donghae sunbae... Junhee, dia


pingsan... aku akan membawanya ke ruang kesehatan...” Minji menutup
teleponnya.

*SKIP*

Di ruang kesehatan Minji dan empat orang pria lainnya menunggu dokter
kampus untuk segera keluar dari ruang pemeriksaan. “Aigoo, bagaimana Junhee
bisa pingsan, Minjia-ahh?” kawatir Siwon.

Minji terdiam. Kalau aku bilang Junhee hamil pada mereka, ahh... tidak
akan... junhee bisa membunuh ku, batinnya.

“Minji...” panggil Siwon. “Ya, Oh Minji!” kali ini sedikit meninggikan


suaranya. “Kau dengar aku?”

Minji hanya menatap Siwon dengan diamnya.

“Apa kau memukul Junhee?” tebak Hyukjae.

“Mwo?” matanya membulat, kaget dengan dugaan aneh itu. “Yah,


Hyukjae sunbae... kau pikir aku gila memukul sahabat ku sendiri...” gerutu
Minji.

“Lalu... kenapa adik ku bisa pingsan?” lagi, Siwon menanyakan hal yang
sama.
Donghae menatap Minji dan Minji pun membalas tatapan itu. “Kau pasti
tau sesuatu...” yakin Donghae.

“Apa kau akan meninggalkan Junhee?” tanya Minji pada Donghae.

Sungmin, Hyukjae dan Donghae juga Siwon pun memberi perhatian akan
pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Minji.

“Jawab aku?” tegas suara Minji.

Donghae pun mulai hadir dengan keseriusannya. “Aku tidak akan pernah
meninggalkan Junhee.” Tegasnya.

“Ahh....” Minji membuang nafasnya. “Aku juga pernah mendengar kata-


kata itu dari Kyuhyun sunbae tapi justru dia pergi...”

“Kyuhyun pergi bukan karena keinginanya kan...” ceplos Sungmin.

Minji mengangguk. “Arrasoe.”

“Lalu apa? Apa yang membuat Junhee pingsan?” Siwon yang tidak sabar
dengan jawaban Minji.

“Kalian berlima tidak perlu kawatir...” dokter kampus pun sudah keluar
dari ruang pemeriksaan. “Apa yang sedang di alami Junhee adalah hal wajar...
kandungannya sudah menginjak usia 9 minggu, jadi dia akan merasa pusing juga
mual...!” ujar sang dokter. “aku permisi.” Dirinya pun lekas berlalu dari
hadapan mereka berlima.

“Itu... itu yang membuat Junhee pingsan...” sambung Minji.

Donghae tersenyum. “Syukurlah, itu ternyata hal yang biasa...” tenang


Donghae.

Minji mengerutkan kenaningnya. Menatap satu persatu pria yang berdiri


di dekatnya. “Kalian tidak kaget?” bingungnya.

“kaget akan apa? Bukan kah dokter bilang itu hal yang biasa?” ujar
Sungmin.
“Junhee bilang yang tau dia hamil hanya aku dan Tuhan...” polos Minji.

“Kyuhyun memberi tahukan kami kalau Junhee sedang hamil.” Jelas


Hyukjae. “Di hari yang... entahlah, hari bahagia atau hari malapetaka...”

“Kyuhyun subae?” minji masih mengerutkan keningnya.

“Kau ingin pulang?” Donghae melihat Junhee keluar dari ruang


pemeriksaan dengan wajah pucatnya.

Junhee terdiam. Enggan untuk memberikan jawab.

“donghae-ahh, antar junhee pulang...” pinta siwon. “Istirahatlah...”

*SKIP*

Junhee dan donghae sudah berada di atas tempat tidur mereka. Junhee
masih dengan diamnya. Dirinya masih memikirkan bayi yang ada di dalam
perutnya juga bagaimana perasaan Donghae jika mengetahui akan hal itu.
“Hah...” nafasnya terdengar begitu berat.

“Gwenchana?” perhatian donghae.

Junhee melirik sampingnya dan mencoba untuk tersenyum. Perlahan,


dirinya mengangguk. “Jaljayo, oppa...”

“Ne, jaljayo...” perlahan Donghaeh mencium kening Junhee.

Jam 12 malam Junhee mulai hadir dengan ketidak nyamannannya.


Matanya masih terpejam, keringat mulai hadir di setiap pori-pori kulitnya.
“Haaaa...” dirinya terbangun dan duduk di atas tempat tidur dengan wajah
penuh keringat yang di selimuti oleh ketakutan. Sekilas, matanya menatap
Donghae yang masih tertidur pulas. “Hemm...” dirinya membuang nafasnya.
“Itu haya mimpi...” pelan suaranya, terdengar seperti berbisik.

Kakinya mwmbawanya berjalan ke pantry apartemenya. Junhee duduk


seorang diri di sana sambil menegguk air mineral. “Kyuhyun oppa, oetoeke?”
bingungnya. Junhee menundukkan kepalanya. “Mianhaeyo...” tangannya mulai
mengelus perutnya. “Ahh, eomma mu payah... apa kau baik-baik di sana?”
tanyanya terdengar kawatir.

“Aku rasa dia baik-baik saja...” Donghae sudah berdiri di belakang


Junhee.

Junhee menolehke belakangnya. “Oppa...” kagetnya.

Kali ini Donghae sudah duduk di samping Junhee. “Kau ingin makan
sesuatu di tengah malam beginii...?” kali ini dirinya ikut menyentuh lembut
perut Junhee. “Kau kenapa?” matanya menatap sepasang mata Junhee.

“Kau tau kalau aku....”

Donghae mengangguk. Tersenyum dengan bibir tipisnya. “Igo...” kali ini


dirinya menyerahkan sesuatu ke hadapan Junhee.

Junhee menatap sedih sebuat benda panjang nan tipis yang ada di
telapak tangan Donghae. “Ini kan...”

Senyuman masih terukir di wajah Donghae. “Kyuhyun yang memberikan ini


kepada ku hari itu... dia tidak ingin kau sendirian, Junhee-ahh...”

“Jadi dia tau kalau....”

“kami semua tau kalau kau hamil tapi kami menunggu mu yang
mengatakannya sendiri...” jujur Donghae. “Aku tidak akan pernah meninggalkan
mu... aku janji...” Donghae menarik Junhee masuk ke dalam pelukkanya. “Bayi
ini...” tangannya menyentuh perut Junhee. “Aku akan menjaganya dan akan
menjadi appa yang baik untuknya... lalu setalah itu, kita berikan dia adik...”
lembut suaranya.

“Gomawo, Donghae oppa...” air mata Junhee masih terus mengalir di


pipinya.

“Ani, kau tidak perlu mengatakan itu...” tulus Donghae. “Saranghae,


Junhee-ahh...” lembut Donghae.
“Nado, nan jeongmal saranghae Junhee-ahh...” bisikan itu terasa begitu
nyata di telinga Junhee. Dan junhee pun dapat merasakan belaian lembut yang
ia rindukan.

Kyuhyun oppa, panggilnya dalam hatinya. “Nado, saranghae oppa...”

END

Anda mungkin juga menyukai