Anda di halaman 1dari 93

Another Chance (part 1)

Posted on April 7, 2016


“Another Chance“

Monsta X Fanfiction GS (Gender Switch)

Cast:

Yoo Kihyun (girl) – Son Hyunwoo – Shin Wonho

Lee Minhyuk (girl) – Chae Hyungwon (girl)

Romance~Chaptered

By : YooAi

This’s my first MX fanfic

Happy Reading^^

——————————————————————

Seoul, November 2011

Aku hanya mampu terus menatapmu, hingga kau berpaling padaku.


Berpalinglah. Itu saja yang aku mau. Menolehlah, sekali saja. Tatap aku
kembali saat aku menatapmu. Takkah kau lihat, binar mataku saat
melihatmu, senyumku saat menyadari hadirmu?

Akankah kau akan terus begini?

Membiarkanku tersiksa dengan cinta ini, tersiksa dengan kehampaanku


dihadapanmu?Tolong, lihatlah aku. Sekali ini saja. Cukup sekali ini saja
dan aku akan sangat bahagia

Seoul, April 2011

Kriing!!!!

Dering alarm meraung-raung membuat Kihyun terpaksa membuka


matanya. Sudah sebulan ini ia bangun tepat waktu, dan langsung bergegas
begitu alarm berbunyi. Kihyun merenggangkan otot-ototnya lalu meraih
handuk di samping jendela sembari membuka jendela, udara segar masuk
kedalam paru-paru. Manis aroma embun pagi ia hisap perlahan,
menghayati tiap molekul oksigen yang perlahan mengisi paru-parunya.
Matanya membuka menatap satu titik dari jendela kamarnya.

Dia disana

Kihyun tersenyum, matanya menangkap tiap langkah kaki pemuda dengan


jaket baseball birunya. Hari ini senin rupanya. Ia hafal semua hal tentang
pemuda itu, jadwal pergi sekolahnya, jadwal lari paginya, kesukaannya
akan gitar, makanan favorite-nya bahkan jadwal jaket-nya. Biru untuk
Senin, hitam untuk Selasa, hijau untuk Rabu, coklat untuk Kamis dan
merah untuk Jum’at. Hanya Sabtu-Minggu Kihyun tak mengetahui jadwal
jaket pemuda itu, karena tiap Sabtu dan Minggu pemuda itu tak melintas di
depan rumahnya.

Ah, dia mengganti headphone rupanya. Gumamnya dalam hati. Masih


memperhatikan pemuda yang kini tengah menyapa pengantar susu
sembari membenarkan letak headphone-nya. Pemuda itu bersenandung
sembari terus tersenyum, membuat Kihyun kian terpaku menatapnya.

Aaaaak, senyumnya…. Jerit Kihyun dalam hati, masih terus menatap


pemuda yang kini menaiki sepedanya. Berlalu. Menyisakan senyum di
wajah Kihyun.

“Kihyunaaaa… !!” Teriakan nyaring Eomma dari lantai satu


menyadarkannya dari lamunan.

“Kihyunaaaa, banguuun…” Teriak Eommanya sekali lagi, kali ini sambil


menggedor pintu kamar tak sabaran. Membuat Kihyun mau tak mau
beranjak dari jendela dan membuka pintu.

“Sudah bangun?” Eommanya menatapnya masih tak percaya, melihat


anak gadisnya sudah bangun hanya dengan teriakannya dari pintu kamar.
Biasanya gadis ini hanya bangun ketika ia menarik selimutnya dengan
paksa atau meneteskan air ke matanya.

“Iya Eomma, Aku sudah bangun” Kihyun memutar bola matanya, sudah
satu bulan ini Eommanya selalu menatapnya tak percaya begitu ia
langsung membuka pintu kamarnya tanpa menunggu ditarik paksa dari
ranjangya.
“Kalau begitu, cepat mandi. Kita sarapan “ Ujar Eomma berbalik menuruni
tangga, menuju dapur.

—-

Hanya dengan melihatmu saja aku sudah bahagia.

Kamu, tahukah kamu melihatmu tertawa, tersenyum. Aku merasa surga


dihadapanku. Hanya dengan hadirmu saja aku sudah bahagia.
Merasakanmu hadir disekitarku, mendengar suaramu saja hidupku
terberkahi. Cinta ini indah bukan? Hanya saja kian lama cinta ini menjadi
racun, buatku.

—-

“Minhyuk-ie….” Kihyun berlari menghampiri sahabatnya.

“Oh, Kihyun-ie annyeong…” Minhyuk tersenyum manis seraya


melambaikan tangan. Tubuh mungil Kihyun mencoba menjajari langkah
jenjang Minhyuk.

“Kau sudah mengerjakan tugas Kihyun-ie?’ Tanya Minhyuk sesampainya


mereka di kelas. Kihyun mengerjapkan matanya lucu, Minhyuk mengetuk
pelan kening sahabatnya itu.

“Pasti kau lupa lagi” Minhyuk melambaikan bukunya dan menyerahkannya


pada Kihyun.

“Aaah, tugas grammar, gomawo Minhyuk-ie aku akan menyalinnya dengan


benar” Kihyun mengangguk-angguk riang, menampilkan dimple
lucunya. Bergegas menyalin tugas Minhyuk di bangkunya.

“Kihyun-ie, aku akan ke kantin, kau ingin menitip sesuatu?” Tawar


Minhyuk. Kihyun nampak berfikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya.

“Ani, jika sempat aku akan menyusulmu Minhyuk-ie” Jawabnya sembari


tersenyum menampilkan eye smilenya. Minhyuk mengangguk lalu
bergegas keluar kelas menuju kantin.

Tuk.
Ketukan lembut mendarat di kepala Kihyun. Membuat gadis itu
mendongakkan kepala dan mengerucutkan bibirnya.

“Yaaa Oppa, bisakah kau berhenti mengetuk keningku? Bagaimana jika


aku jadi semakin bodoh?” Gerutunya membuat Wonho tersenyum lembut
memandang gadis yang kini terus mengggerutu sembari menyalin tugas
Minhyuk.

“Minhyuk dimana?” Tanya Wonho sembari memutar bangkunya


kebelakang, tak henti menatap Kihyun yang tak mengacuhkanya sama
sekali. Wonho bertopang dagu sembari sesekali mengganggu Kihyun
mengerjakan tugasnya.

“Yaaaaa….Oppa..” Kihyun mengerucutkan bibirnya lagi tiap Wonho


menjahilinya, membuat Wonho kian semangat menjahilinya.

“Aaaah akhirnyaa…” Kihyun menatap bukunya senang, beranjak dari


bangkunya keluar kelas.

“Yaaa Kihyun-ah, kau mau kemana?” Tanya Wonho ikut beranjak dari
bangkunya dan mengikuti Kihyun. Kihyun terus berjalan sembari sesekali
memukul lengan Wonho yang sibuk mengacak rambut panjangnya.

—-

“Hyuk-ie, terimakasih sudah mengingatkanku tadi” Ucap Kihyun sembari


menggandeng Minhyuk keluar kelas.

“Cheomaneyo Hyun-ie, lain kali kau harus mengerjakannya sendiri, sifat


pelupamu itu sungguh tak tertolong” Tanggap Minhyuk, Wonho yang sedari
tadi mengiringi kedua gadis ini memisahkan gandengan keduanya, dan
merangkul Kihyun.

“Kihyun-ah, kau tidak lupa kan? Hari ini kau milikku” Wonho mengedipkan
matanya, disambut jitakkan keras dikepalanya, Kihyun menjulurkan
lidahnya dan berlari menjauh.

“Yaaaa…” Wonho mengejar Kihyun berusaha membalas. Kihyun berlari


mundur meledek Wonho yang kian semangat mengejarnya.

Bukkk!!. Tanpa sengaja Kihyun menabrak sesorang yang tiba-tiba muncul


dihadapannya dan sukses membuatnya jatuh terduduk di koridor. Kihyun
mengaduh mencoba bangkit sembari menggerutu, sebuah tangan terulur
membantunya berdiri.

“Yaaa…” Kihyun terkesiap kata-kata makian yang siap ia muntahkan


lenyap begitu saja.

Tuhan, apa aku bermimpi.

Kihyun hanya diam terpaku menatap wajah tampan dihadapannya. Hilang


sudah semua kata-kata yang sudah ia himpun, matanya tak lepas dari
senyum manis Hyunwoo, tangannya masih mengambang diudara meski
Hyunwoo sudah melepasnya sedari tadi.

“Gwenchana?” Hyunwoo mengibaskan tangannya dihadapan Kihyun yang


diam terpaku.

“Yaa, kau baik-baik saja?” Wajahnya kini hanya berjarak beberapa centi
saja membuat Kihyun kian merasa tak berpijak di bumi, dan kini punggung
tangannya sudah berpindah ke kening gadis itu.

“Hei…” Ulang Hyunwoo mendapati gadis itu tetap diam, sejenak ia berfikir
apakah saat terjatuh tadi kepala gadis itu ikut terbentur.

“Yaaa Kihyun-ah, gwenchana?” Wonho menghampiri kihyun yang tampak


seperti patung dihadapan Hyunwoo.

”Yaaaa…” Wonho mengguncang bahu Kihyun keras, menyadarkan gadis


itu bahwa ia masih berpijak di bumi. “Kau apakan dia?” Matanya menatap
tajam Hyunwoo, pemuda itu hanya mengangkat bahu dan melangkah
pergi.

“Op..pa…” Kihyun yang masih setengah sadar terduduk lemas dilantai


membuat Wonho sedikit panik.

“Wae geurae? Yaa, kau terluka? Kau baik-baik saja? Yaaa Kihyun-ah
jangan membuatku khawatir” Racau Wonho panik.

Kihyun memandang Wonho yang menampilkan wajah –ku-mohon-kau-


baik-baik-saja-nya lalu tertawa terbahak-bahak. Wonho yang bingung kian
panik, dan menempatkan punggung tangannya dikening Kihyun.
“Wajahmu sungguh lucu Oppa, hahahah” Tawa kihyun kian keras
menyadarkan Wonho bahwa ia tengah dijahili, dijitaknya kepala gadis
mungil itu lalu bangkit meninggalkan Kihyun.

“Oppaaa, mianhae….” Kihyun berlari menyusul Wonho yang terus berjalan


menuju lapangan basket.

—–

Jeju-do, April 2016

Angin musim semi menebarkan harumnya hingga menyusup melalui kisi-


kisi jendela.

Ah, sudah 5 musim semi aku mencoba melupakanmu bukan?

Dan hingga detik ini rasa itu masih sama, dan masih menyakitiku.
Menggerogoti tiap kebahagiaan yang coba ku raih. Kau tau? Berapa
banyak hati yang telah ku patahkan karena masih menantimu. Menanti
dirimu yang bahkan tak memandangku sedikitpun, bahkan mungkin kau tak
pernah menyadari bahwa aku ada di dunia ini. Hidup di kota yang sama
denganmu bertahun-tahun.

Hah, kau hanya melihat dia. Dia yang sialnya juga kusayangi. Dan kau
tahu? Kau membuatku menyakiti dan tersakiti oleh orang-orang yang ku
sayang. Kau Son Hyunwoo, sungguh menyebalkan. Tolong kali ini pergilah
dari pikiranku, aku lelah. Benar-benar lelah.

—–

Seoul, September 2011

Kihyun membolak balik buku dihadapannya tanpa minat, berbeda dengan


Minhyuk yang tampak semangat. Suneung1 sebentar lagi, semua siswa
terlihat sibuk mepelajari materi-materi yang kiranya akan keluar saat
suneung. ‘Saatnya mengucapkan tinggal pada masa mudaku’. Kihyun
menenggelamkan wajahnya dibalik buku yang satu lembar pun sama
sekali tak ia mengerti.

“Minhyuk-ah, kau sudah mengerjakan bab ini?” Sebuah suara menyapa


telinganya, Kihyun mendongakkan kepalanya. Ada Hyunwoo
dihadapannya. Seketika dunianya kembali terlihat beku, semuanya terhenti
selain pemuda yang kini tengah menekuni buku tebalnya. Kacamata yang
membingkai matanya menambah pesona Hyunwoo berkali-kali lipat, alhasil
Kihyun kian tak focus dengan buku di hadapannya. Sebentar-sebentar
diliriknya Hyunwoo, dan tanpa sengaja mata mereka bertemu.

Deg!

Jantung Kihyun berdegup keras seakan meronta untuk keluar. Hyunwoo


tersenyum, Kihyun yang masih belum sadar dari keterpanaannya
mengerjapkan matanya lucu membuat Hyunwoo tertawa geli.

“Aigoo, teman mu ini lucu sekali Hyuk-ah” Hyunwoo mengulurkan tangan


“Annyeong, aku Son Hyunwoo, panggil saja Hyunwoo” Hyunwoo
tersenyum manis, matanya menatap dalam mata Kihyun, membuat gadis
itu kaku.

Tuhan, senyumnya manis sekali. Kihyun mengulurkan tangannya


menyambut tangan Hyunwoo, membalas senyum Hyunwoo.

“Yaa sampai kapan kalian akan berjabat tangan?” Wonho tiba-tiba muncul
mengagetkan Kihyun yang langsung melepas jabatan tangannya. Wonho
menarik kursi disamping Kihyun. “Annyeong Kihyun-ie” Wonho memasang
senyum tampan-tapi-konyol-nya membuat Kihyun memutar bola matanya.
Hyunwoo tesenyum melihat tingkah lucu Kihyun yang membuatnya kian
imut. Sementara Minhyuk masih tetap berkonsentrasi dengan soal-soal
dihadapannya tanpa merasa terganggu sedikitpun, ia sudah terbiasa
belajar dengan keributan Ki-Ho dihadapannya.

Sejak kecil Wonho yang hanya terpaut usia beberapa bulan darinya
memang amat usil sekaligus over protectif padanya dan Kihyun, terlebih
kepada sang maknae Kihyun. Sejak mereka berumur 11 tahun Wonho
mulai semakin menunjukkan sikap menjaga-secara-berlebihan-nya
terhadap Kihyun. Awalnya ia tak terlalu mempermasalahkan toh
Kihyun maknae dan Kihyun yang mengenalkan Wonho padanya.

Tapi, saat mereka mulai masuk sekolah menengah ia sedikit merasakan


perih saat Wonho lebih memilih bersama Kihyun dibanding dengannya. Ia
mulai mengenal rasa sakit saat Wonho tiba-tiba mengirimkan pesan
padanya untuk membatalkan rencana mereka yang mereka rencanakan
jauh-jauh hari dengan alasan Kihyun sedang sendiri dirumah atau Kihyun
minta ditemani ke toko buku. Menyadari bahwa rasanya itu dapat merusak
persahabatan mereka, Minhyuk menepis rasa itu jauh-jauh sebelum rasa
itu kian membesar dan tak dapat ia tahan lagi.
Hingga kini akhirnya ia dapat melupakan Wonho dan segala rasa-
menyakitkan-miliknya. Minhyuk menutup bukunya ikut tertawa
memperhatikan Kihyun yang kini tengah dijahili Wonho diikuti tingkah
lucunya yang selalu muncul saat Wonho menjahilinya. Matanya tak
sengaja beradu pandang dengan Hyunwoo yang tertawa menyaksikan
tingkah lucu Kihyun. Tanpa Kihyun sadari mereka saling melempar senyum
penuh arti.

—-

Wonho mendrible bola kesana kemari menipu lawannya dan berakhir


dengan melakukan three point memastikan kemenangan timnya. Kihyun
bersorak meneriakkan nama Wonho, yang dibalas Wonho dengan kedipan
mata diringi tatapan iri dari fansnya. Wonho berlari menghampiri Kihyun
yang menyodorkan minum dan handuk.

“Gomawo” Wonho mengusap kepala Kihyun lembut.

“Oppa, tidak lupa kan?” Kihyun meletakkan bekal yang ia siapkan di


pangkuan Wonho dan menyerahkan sumpitnya. Setiap Wonho melakukan
pertandingan basket Kihyun pasti akan membuatkannya bento dengan
banyak ayam didalamnya, dan Wonho pasti akan menghabiskannya
meskipun ia tak begitu menyukai ayam layaknya Kihyun yang tergila-gila
pada ayam. Siapapun yang melihat mereka akan mengira mereka adalah
pasangan yang sangat serasi. Tanpa mereka sadari seseorang
memperhatikan mereka berdua dari kejauhan, ada kekecewaan tersirat
dimatanya.

“Tentu saja, mana mungkin Oppa mu ini lupa hm?” Wonho mengacak
rambut Kihyun yang di kuncir kuda.

“Oppaaa, nanti rambutku berantakan!!” Kihyun menjauhkan kepalanya dari


tangan Wonho, membuat Wonho semakin ingin mengganggu gadis itu.

“Oppa!!” Teriaknya kesal, tapi bukan Wonho namanya jika ia berhenti.


Kihyun berusaha membalas dengan menjambak rambut Wonho.

“AAA! Yaaaa….!!” Wonho berteriak kesakitan. “A..ampun Kihyun-ah, yaaaa


AW!!” Wonho meringis meratapi rambutnya yang masih berada di
genggaman Kihyun.

“Yaaa, yaaa lepaskan yaaa nanti akan ku traktir vanilla ice cream” Wonho
berusaha membujuk Kihyun untuk melepaskan tangannya yang masih
menggenggam erat rambut Wonho. “Kutambah dengan strawberry ice
cream.. aaaa..aaa…. Araso araso…. Ku tambah ayam satu porsi besar”
Wonho menatap Kihyun memelas.

“Oke!! Kajja Oppa!” Kihyun bangkit dengan semangat meninggalkan


Wonho yang masih sibuk meratapi rambutnya dan dompetnya.

“Mihnyuk-ieeee” Kihyun berlari menghampiri Minhyuk yang terlihat sedang


berbicara dengan seseorang.

“Kihyun-ie anyeong, mana Wonho Oppa?” Minhyuk melambaikan tangan


pada Kihyun yang kini mendadak merasakan lidahnya kelu mendapati
Hyunwoo-lah orang yang sedang berbincang dengan Minhyuk. Ia tak
mengerti harus bersikap bagaimana bila ada Hyunwoo dihadapannya.

“Mmm….”

“Yaa, Kebiasaanmu buruk sekali Kihyun-ah, teganya kau meninggalkan


korbanmu sendirian” Sebelum Kihyun menjawab pertanyaan Minhyuk,
Wonho sudah datang menghampiri sambil mengacak rambutnya kembali.

“Oppa! Jangan mengacak rambutku!” Rajuk Kihyun mengerucutkan


bibirnya lucu.

“Aigoo, uri Kihyun-ie merajuk lagi” Wonho tersenyum lembut “Kajja kita
beli ice cream, kalian ingin ikut?” Tawar Wonho pada Hyunwoo dan
Minhyuk.

“Mereka pasti sibuk Oppa, sebentar lagi suneung dan olimpiade, sebaiknya
kita jangan ganggu mereka” Potong Kihyun tanpa menatap Hyunwoo, ia
takut semakin tak berkutik bila terlalu lama berada di dekat Hyunwoo. Tak
baik bagi kinerja jantungnya yang selalu bereaksi berlebihan dihadapan
Hyunwoo. Tanpa ia sadari terbesit kekecewaan di mata Hyunwoo.

“Oh ya? Baiklah selamat belajar Minhyuk-ah, pai pai….” Wonho merangkul
Kihyun dan menariknya menjauh.

“Apa mereka berpacaran Minhyuk-ah?” Hyunwoo menatap lekat Kihyun


dan Wonho sebelum mereka menghilang dari pandangannya. Minhyuk
terdiam sejenak, menatap Hyunwoo mencoba mencari tau apa yang
sebenarnya ingin Hyunwoo ketahui.
“Molla, mereka sudah sejak dulu seperti itu, tak dapat dipisahkan. Wae?”
Minhyuk menatap Hyunwoo mencoba menebak apa yang sebenarnya
tersimpan dalam hatinya. Ia akui, pemuda inilah yang berhasil
membuatnya melupakan Wonho.

“Aniya…. Kajja” Hyunwoo menarik Minhyuk menuju perpustakaan. Minhyuk


hanya terdiam sembari menatap punggung Hyunwoo.

—–

Jejudo, April 2016

Kihyun berjalan menyusuri trotoar yang kini dipenuhi harum cherry


blossoms yang mulai bermekaran disepanjang jalan menuju tempatnya
bekerja, dari kejauhan tampak sebuah toko bunga dengan plang berwarna
pastel bertuliskan Yoo Florist. Tiba-tiba matanya tertutup sepasang tangan
yang amat ia kenal. Perlahan aroma kopi menyusup indra penciumannya.
Kihyun tersenyum dan mencubit pelan tangan yang masih setia bertengger
dimatanya itu.

“Aww!” Jerit Wonho mendramatisir cubitan Kihyun yang sama sekali tak
sakit itu. “Kau kejam sekali Kihyun-ah” Sungutnya sembari mengelus
lengannya yang dicubit Kihyun tadi. Kihyun memutar bola matanya,
mengahadapi kekonyolan Wonho yang selalu ia dapatkan tiap pagi.

Kihyun merogoh kunci di dalam tasnya, membuka tokonya dan mulai


mengecek bunga-bunga segar yang didrop tadi pagi. Sementara Wonho
sudah menghilang ke café-nya yang berada persis disamping tokonya,
bahkan ada pintu khusus yang menghubungkan café-nya dengan toko
bunga Kihyun. Meskipun café-nya memiliki pintu Wonho lebih memilih
masuk melalui toko Kihyun saat akan membuka café-nya, yang selalu
diprotes Kihyun habis-habisan dan tentunya tak penah digubris sama
sekali oleh pemuda satu itu.

“Oseo osipsio2!” Seru Kihyun begitu mendengar bel berbunyi. “Ada yang
bisa saya bantu?” sapanya ramah pada pembeli yang tengah melihat
rangkaian bunga pada display. “Agassi??” Ulangnya sembari menghampiri
wanita berblus floral yang masih membelakanginya.

“Saya ingin mawar biru ini” Ujar si wanita berblus floral berbalik badan.
Kihyun membelalakkan matanya.

Tuhan, kebetulan macam apa ini.


“Oh, Kihyun-ah? Yaa, neo…”

————————————————

TBC
Another Chance (Part 2)
Posted on April 19, 2016

“Another Chance“

Monsta X Fanfiction GS (Gender Switch)


Cast:

Yoo Kihyun (girl) – Son Hyunwoo – Shin Wonho

Lee Minhyuk (girl) – Chae Hyungwon (girl)

Romance~Chaptered

By : YooAi

Happy Reading^^

——————————————————————

“Saya ingin mawar biru ini” Ujar si wanita berblus floral berbalik badan.
Kihyun membelalakkan matanya.

Tuhan, kebetulan macam apa ini.

“Oh, Kihyun-ah? Yaa, neo…” Minhyuk memeluk Kihyun yang masih diam
terpaku, seakan tak percaya bahwa yang dilihatnya adalah Minhyuk
sahabatnya dimasa lalu.

“O..oraemaniyeyo Minhyuk-ie”

—-

“Mwo?! Kau tak sengaja bertemu dengan Minhyuk?” Wonho tak dapat
menyembunyikan keterkejutannya. “Di sini? Jeju-do?” Kihyun hanya
menjawab dengan anggukan lemah sembari meminum lemon tea yang
disajikan Wonho. “Laki-laki itu?” Wonho sedikit berdeham saat
menanyakan hal yang sebenarnya terlarang untuk ditanyakan. Kihyun
hanya menggeleng, bibirnya membentuk senyuman kecil yang Wonho
amat tahu bahwa senyuman itu palsu. Jelas terlihat sebuah luka kembali
terbuka bahkan bernanah yang coba gadis itu tutupi. Gadis itu hanya
tertunduk diam membuat Wonho bingung ‘Apa yang harus ku lakukan’
tanyanya dalam hati mendapati sorot mata Kihyun kian meredup. Lama
dipandanginya gadis itu, hening.
“Kihyun-ah…” Wonho menatap Kihyun dalam, jelas terlihat cinta yang ia
pelihara bertahun-tahun lalu masih bersarang di hatinya. Diraihnya tangan
Kihyun, menggenggamnya mencoba meraih hati gadis itu. “Kau tahu,
meski bertahun-tahun telah berlalu, meski hatimu belum sepenuhnya milik
ku, hatiku tetap sama. Masih mencintaimu, lebih dari sekedar sahabat dan
hingga kini belum berkurang sedikitpun” Ucapnya masih menatap Kihyun,
mencoba meyakinkan Kihyun bahwa ia bersungguh-sungguh mencintai
gadis itu. Kihyun menatap lelaki dihadapannya pilu, jujur ada satu ruang
dihatinya yang masih menyimpang Hyunwoo di dalamnya. Ia tak
memungkiri ia juga memiliki rasa pada Wonho, tapi hingga kini ia masih
terus dibayangi kenangan indah sekaligus menyakitkan yang Hyunwoo
berikan padanya.

“Oppa…” Kihyun tak mampu berkata-kata. Ia merasakan ketulusan Wonho,


namun ia masih meragukan hatinya. Benarkah ia masih menyimpan rasa
untuk si brengsek Hyunwoo atau telah sepenuhnya beralih kepada sang
malaikat penjaga, Shin Wonho.

“A… Aku…” Ucapan Kihyun terhenti oleh telunjuk yang mendarat di bibir
mungilnya.

“Aku akan menunggu, bukankah aku dulu sudah pernah mengatakan


bahwa aku akan selalu menunggu Kihyun-ah. Tak peduli kapan, entah
esok, lusa atau nanti aku tak peduli. Tak perlu buru-buru menjawabnya,
cintaku akan selalu bisa menunggu. Karena cintaku untuk mu tak terbatas
Kihyun-ah. Aku telah mencintaimu sedari dulu, setahun dua tahun ataupun
sepuluh tahun menunggumu tak masalah buatku. Aku yakin, jika memang
ditakdirkan kau untuk ku, seratus tahun nanti pun kau akan bisa mencintai
ku seperti aku mencintaimu” Wonho meraih Kihyun dalam pelukannya,
menenangkan gadis itu.

“Kau tahu Oppa…”

“Hmm…”

“Satu hal yang ku tahu pasti, pelukan mu adalah pelukan ternyaman di


dunia” Ujar Kihyun membalas pelukan Wonho yang menanggapinya
dengan senyum penuh ketulusan, entah dimana lagi akan ia temukan cinta
seperti cinta yang Wonho berikan padanya.

—–

Seoul, September 2011


Angin dingin menerpa daun-daun yang mulai berubah warna menjadi
keemasan Kihyun merapatkan jaketnya. Sebenarnya pagi ini ia malas
untuk berangkat ke sekolah, Wonho sedang mengikuti turnamen basket
dan Minhyuk harus mengikuti acara keluarga di Busan sehingga ia benar-
benar sendiri hari ini. Membayangkan sekolah tanpa kedua sahabatnya
membuat gadis itu seakin berat melangkahkan kaki ke sekolah.

“Kihyun-ah anyeong” Sebuah sapaan menghampiri pendengarannya. Ada


Hyunwoo disana dengan jaket baseball birunya. Kihyun tersenyum kikuk
tak menyangka akan bertemu Hyunwoo pagi ini, biasanya Hyunwoo
berangkat 20 menit sebelum ia berangkat sehingga kecil kemungkinan
mereka bertemu di jalan seperti ini.

“Oh, Hyunwoo?” Kihyun menggigit bibirnya mencoba menetralisir


jantungnya yang kini berdetak semakin kencang.

“Kau berangkat sendiri?” Tanya Hyunwoo yang disambut anggukan pelan


dari Kihyun. “Mau berangkat bersama?” Tawar Hyunwoo memposisikan
sepedanya menghalangi jalan Kihyun.

“Hah?” Kihyun masih mencerna pertanyaan Hyunwoo.

“Mau berangkat bersamaku?” Ulang Hyunwoo dengan senyum yang


berhasil membuat Kihyun menganggukkan kepalanya otomatis. Hyunwoo
menepuk top tube sepedanya mempersilahkan Kihyun duduk diatasnya.
Kihyun tak berani mengangkat kepalanya wajahnya pasti sudah semerah
jus tomat buatan eommanya. Ternyata berangkat sekolah tanpa Wonho
dan Minhyuk tak seburuk yang ia bayangkan.

“Kihyun-ah” Sapaan Hyunwoo menyadarkan Kihyun dari lamunannya,


dilihatnya sekelilingnya ternyata mereka sudah berada di sekolah. Kihyun
buru-buru turun dari sepeda Hyunwoo dan bergegas menuju kelasnya
setelah mengucapkan terima kasih tanpa menatap Hyunwoo. Hyunwoo
hanya tersenyum geli melihat tingkah Kihyun yang menurutnya lucu itu.

Hari panjang nan membosankan tanpa Wonho dan Minhyuk telah terlewati,
Kihyun nyaris membenturkan kepalanya ke dinding jika ia harus lebih lama
lagi berada disekolah. Ia bukan gadis yang pandai bergaul seperti Minhyuk
ataupun terkenal seperti Wonho yang punya segudang prestasi. Ia
hanyalah gadis biasa -sangat biasa malah- yang hobi menghabiskan waktu
dengan menggambar ataupun mendengarkan lagu bila sendirian. Ia sudah
terlalu bergantung dengan kehadiran Wonho, sedari dulu temannya
hanyalah Wonho dan Minhyuk. Entah ia harus berterima kasih atau kesal
karena sikap Wonho yang akan sangat protektif jika menyangkut dirinya,
hasilnya ia hanya memiliki Wonho dan Minhyuk sebagai temannya.

Kihyun memandang keluar jendela, hari sudah sore rupanya. Ia bergegas


membereskan buku-bukunya. Ia tak mau pulang terlambat hari ini, karena
takkan ada Wonho ataupun Minhyuk yang akan menemaninya pulang dan
ia ingin pulang berjalan kaki hari ini menikmati musim gugur yang indah,
setidaknya menurut ramalan cuaca tak aka nada badai ataupun hujan hari
ini.

Kihyun terus berjalan dengan headset ditelinganya, menikmati daun-daun


yang mulai jatuh dan angin sore yang dingin membuatnya berfikir
seandainya ada Wonho tentunya sorenya tak akan setenang ini. Kihyun
melewati halte begitu saja tak memperhatikan sekelilingnya. Ia terlalu sibuk
dengan lagu-lagu bermelodi lembut yang mengalun dari smartphone-nya.

“Anyeong Kihyun-ah” Sapa Hyunwoo dengan senyum manisnya yang


berhasil membuat Kihyun nyaris pingsan karena kaget dan jantungnya
berdetak makin cepat. Sedang apa dia sini? Kihyun bertanya-tanya dalam
hatinya, menatap Hyunwoo yang masih bersandar di halte.

“A..anyeong” Kihyun membalas senyum Hyunwoo kikuk. Hyunwoo berjalan


menghapiri Kihyun yang terpaku ditempatnya berdiri.

“Kau sendirian lagi?” Tanyanya yang lagi-lagi dijawab dengan anggukan


lucu, membuat hatinya sedikit berdesir. “Baguslah kalau kau sendiri”
Hyunwoo tersenyum misterius namun tampan, membuat Kihyun makin
terpana melihatnya. “Kau tak naik bis?” Hyunwoo bertanya sekali lagi.

“A… Aku sedang ingin berjalan kaki” Jawab Kihyun tertunduk


menyembunyikan pipinya yang selalu merona merah begitu ada Hyunwoo
di dekatnya. Mungkin ini adalah salah satu sore terbaik yang pernah ia
lalui.

“Lebih baik kau naik bis Kihyun-ah, bukankah matahari akan tenggelam
lebih cepat? Kau akan kedinginan nantinya”

“Geure? Aku akan naik bis di halte berikutnya saja” Jawab Kihyun tanpa
melihat Hyunwoo, matanya sibuk melihat kemanapun asal tidak menatap
wajah Hyunwoo, ataupun rahangnya yang indah ataupun bahu bidangnya.
Semua keindahan itu tak baik untuk kesehatan jantungnya. Ia bersumpah
bahu Hyunwoo adalah bahu paling sempurna yang pernah ia lihat.
Ah, apa yang kufikirkan. Gerutu Kihyun dalam hati mencoba menepis
pikiran-pikiran anehnya. Kihyun hanya menghembuskan nafas keras-keras
berharap otaknya tak lagi berpikir yang tidak-tidak. Tiba-tiba sebuah syal
merah melingkari leher jenjangnya, Kihyun terdiam menatap Hyunwo yang
sedang melilitkan syal merah dilehernya. Tubuhnya yang hanya sebatas
bahu Hyunwoo membuatnya harus mendongak, lampu-lampu hias di
sepanjang jalan membuat Hyunwoo nampak seperti malaikat
dihadapannya.

“Dengan begini kau tak akan kedinginan, lain kali kau harus memakai jaket
tebal bukan hanya sekedar mengikuti trend fashion” Ujar Hyunwoo dengan
senyum di wajahnya, Kihyun bersumpah senyum Hyunwoo kali ini benar-
benar mengalihkan dunianya.

“K… Kau tidak naik bis?” Kihyun memberanikan diri bertanya, membuat
Hyunwoo mengerutkan keningnya berpikir. “Umm… aku pernah melihatmu
melintas di depan rumahku” setiap hari lanjutnya dalam hati.

“Aaah, kau tinggal di perumahan itu? Aku hanya mengantar koran setiap
pagi” Jawab Hyunwoo sembari menyandarkan sepedanya. “Aku tidak
sekaya itu untuk bisa tinggal disana” Matanya yang teduh menatap lurus
jalanan didepannya. Tatapan sendu Hyunwoo membuat Kihyun merasa
bersalah, ternyata tak semua hal mengenai Hyunwoo ia tahu.

“Yaa, ada apa dengan wajahmu itu?” Hyunwoo mengusap lembut kepala
gadis yang kini hidungnya terlihat memerah menahan tangis. “Ah, bus mu
sudah datang. Rumahku ada di belakang pertokoan sana, anyeong…”
Hyunwoo memacu sepedanya, meninggalkan Kihyun terus menatapnya
hingga menghilang dari pandangan.

—-

Kihyun tengah serius menggambar dengan drawing pad-nya. Mata sendu


Hyunwoo yang ia lihat di halte tadi membuatnya ingin mengabadikan
tatapan itu kedalam gambarnya. Kihyun memadupadankan warna dengan
serius, mencoba membenarkan shading yang dirasanya berantakan.
Hyunwoo yang tengah memandang lurus kedepan,
dengan background halte dan suasana sore yang temaram menjadikan
gambarnya terlihat hidup. Setelah men-save gambarnya, Kihyun
menggerakkan badannya yang terasa kaku ke kiri dan ke kanan.

“Huaaa!!!” Teriak Kihyun kaget begitu mendapati Wonho sedang duduk di


ranjangnya dengan tatapan menyelidik. “Oppa, kau…. Yaaaa!!” Kihyun
menyerang Wonho yang masih duduk di ranjangnya dengan pukulan
bertubi-tubi.

“Aaaaw…yaaa…yaa…stop it…. Ya!! Kau ingin membunuhku?” Teriak


Wonho.

“Kau yang hampir membunuhku oppa! Sejak kapan Oppa ada disini?”
Kihyun duduk disamping Wonho yang tengah bersungut-sungut karena
pukulannya.

“Sejak kau menggelengkan kepala berkali-kali dan menghapus gambarmu


berkali-kali lalu memandangnya seolah kau menemukan harta karun
didalam lautan.” Jawab Wonho dengan tatapan menyelidik yang disambut
dengan cubitan Kihyun. Kihyun melangkah ke balkon kamarnya merasakan
hembusan angin dingin ditiap helai rambut panjangnya.

“Oppa” Panggil Kihyun pelan.

“Hmmm….”

“Kau pernah jatuh cinta?” Tanya Kihyun membuat Wonho mengangkat


sebelah alisnya. Wonho menghampiri Kihyun yang kini berdiri di balkon
kamarnya, terulas senyum di bibir mungilnya. Wonho hanya diam menatap
gadis dihadapannya, sungguh gadis dihadapannya inilah yang
membuatnya ingin menjadi lelaki hebat yang bisa melindunginya.

“Oppa?” Kihyun menyadarkan Wonho dari lamunannya.

“Wae?”

“Apa Oppa pernah jatuh cinta?” Kihyun mengulang pertanyaannya kembali,


Wonho tergagap Kihyun yang ada didepannya kini menatapnya dengan
serius membuat jantungnya kembali tak karuan. Wonho memejamkan
matanya sejenak mencoba menetralisir pesona Kihyun yang sedari tadi
menunggu jawabannya.

“Pernah” Jawabnya seraya menatap Kihyun tajam. “Satu kali, dengan


seorang gadis lucu yang selalu riang seperti matahari, yang selalu berhasil
membuatku berkata iya tanpa memikirkan hal lain selain kebahagiaannya”
Lanjut Wonho tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis
dihadapannya itu. “Dan aku tak pernah tau bagaimana jika akhirnya aku
harus hidup tanpanya, kau tahu Kihyun-ah saat gadis itu menatapku dan
aku balas menatapnya aku seperti tak memerlukan apapun lagi untuk
hidup” Wonho tersenyum lembut memperhatikan Kihyun yang salah
tingkah karena ditatap intens oleh Wonho yang entah mengapa terlihat
tampan malam ini.

“Ehm, noona Eomma sudah menunggu untuk makan malam, kalian bisa
melanjutkan lovey dovey kalian nanti” Seung Woo yang muncul dari balik
pintu mengedipkan matanya usil, membuat Kihyun makin salah tingkah.
Wonho menatap gadis didepannya geli, wajah Kihyun yang merona
membuat gadis itu kian cantik dimata Wonho.

Kihyun telah duduk manis bersama eommanya, Seungwoo dan tentunya


Wonho menikmati makan malam dalam diam, berkali-kali ia menghela
nafas seakan-akan pasokan udara menipis. Seungwoo yang biasanya
selalu mengganggu noona-nya pun ikut diam, membuat sang eomma
bertanya-tanya. Ia menyikut Seungwoo yang tengah asyik memotong
lauknya. Seungwoo melirik eommanya tak senang yang disambut delikan
eommanya yang menyeramkan. Seungwoo menghembuskan nafasnya
kesal, lalu menyikut Wonho dengan tatapan ‘kau-apakan-noona-ku’,
Wonho hanya mengangkat bahu. Seungwoo melempar tatapan
mengancam pada Wonho yang hanya di angggap angin lalu olehnya.

Brak!! Kihyun meletakkan garpunya dengan keras lalu beranjak ke


kamarnya, meninggalkan tanda tanya besar bagi tiga orang yang tengah
menyantap makan malam mereka membuat Ny. Yoo bergegas
menghampiri anak gadisnya itu.

“Yaa Hyeong, kenapa noona ku aneh sekali malam ini?” Seungwoo


dengan mulut penuh makanan mendekati Wonho yang di jawab Wonho
dengan mejejalkan makanan kedalam mulut Seungwoo. “Makanlah”
Tangggapnya. Seungwoo mengangguk patuh dengan mulut penuh
melanjutkan makannya dengan lahap.

“Anak eomma sedang ada masalah apa hmm?” Ny. Yoo menghampiri putri
sulungnya yang tengah bersungut-sungut diranjangnya.

“Aaah molla Eomma….” Jawab Kihyun sembari mencoret-coret


sketchbook-nya kesal. Ny. Yoo tersenyum membelai lembut rambut
panjang Kihyun. “Eomma tahu, tadi Wonho Oppa bilang kalau dia pernah
jatuh cinta. Aku kesal Eomma, bisa-bisanya dia baru memberitahuku
sekarang. Kenapa dia tak pernah cerita padahal aku selalu menceritakan
semuanya pada Wonho oppa” Tangan Kihyun kini beralih pada Freya-
boneka pemberian Wonho- dan meremasnya dengan gemas. Ny. Yoo
tertawa geli melihat tingkah putrinya yang kekanak-kananakan itu, ternyata
selama makan tadi Kihyun diam karena memikirkan mengapa ia tak tahu
bahwa Wonho pernah jatuh cinta.

“Aigooo, eomma kira kau sedang PMS atau ada yang mengganggumu di
sekolah” Ny. Yoo mengacak-acak rambut putrinya itu.

“Eommaaa…. Kenapa tertawa…. Aishh…. Eommaaa….” Rajuk Kihyun


karena ditertawakan Eommanya. Ny. Yoo beranjak keluar dari kamar
Kihyun berinisiatif untuk memanggil Wonho untuk ‘menjinakkan’ Kihyun.

Wonho membuka pintu kamar Kihyun, melongok memastikan gadis itu


tidak sedang mengenggam benda apapun yang bisa saja terbang ke
arahnya. Woho tersenyum, gadis itu tengah sibuk dengan boneka sapi
kesayangannya -Freya. Wonho merebahkan diri disamping Kihyun yang
tak mengacuhkan dirinya sama sekali.

“Kata eomma kau marah padaku” Wonho membuka obrolan.

“Oppa jahat!” Tanggap Kihyun tanpa melihat Wonho, setiap ia marah


kepada Wonho ia takkan mau menatap Wonho sedikitpun. “Kenapa tak
memberitahuku, siapa gadis itu?” Tanya Kihyun masih tanpa menatap
Wonho. Membuat Wonho ingin tertawa namun ditahannya, karena ia masih
ingin berumur panjang.

“Gadis yang mana?” Wonho berpura-pura tak mengerti arah pembicaraan


Kihyun.

“Aish, yang tadi ku tanyakan Oppa. Yang membuat Oppa jatuh cinta”
Kihyun berbalik dan menatap Wonho yang tengah bertopang dagu
menatapnya balik.

“Ah…. Gadis lucu itu?” Wonho memberi kode Kihyun untuk mendekat dan
berbisik “R-A-H-A-S-I-A” Wonho bergegas melarikan diri sebelum ia
menjadi perkedel ditangan Kihyun.

“Oppaaa!!!” Teriak Kihyun kesal mengejar Wonho yang berlari keluar


menuju rumahnya. Bukan Kihyun namanya kalau ia membiarkan Wonho
begitu saja.

—–

Kihyun berjalan sendirian menuju ruang guru, ia mendapat tugas untuk


membawa hasil ujian harian dari Kim Hyung Soo seonsaengnim. Kihyun
berjalan lurus tak menghiraukan sekelilingnya, ini hari ketiga ia ke sekolah
sendirian tanpa Wonho dan Minhyuk. Wonho masih sibuk dengan
turnamen basketnya dan harus masuk karantina, makan malam beberapa
hari yang lalu adalah terakhir ia bertemu Wonho. Sedang Minhyuk, gadis
itu memang sudah kembali dari Busan kemarin namun ia juga harus
mengikuti karantina karena lolos mengikuti Miss Highschool Korea yang
perhelatannya tinggal beberapa hari lagi. Kihyun mengeha nafas dengan
berat, saat teman-temannya sibuk mengukir prestasi ia hanya diam tak
berbuat apapun. Yah, meskipun ia sudah pernah menerbitkan beberapa
webtoon dengan nama pena yang tentunya tak ada yang tahu siapa sosok
sebenarnya dibalik webtoon-nya itu. Menurut Minhyuk itu sebuah prestasi,
tapi menurutnya itu hanyalah hal biasa karena kebetulan hobinya adalah
menggambar. Kihyun membuka pintu ruang guru bersamaan dengan
seseorang yang juga membuka pintu itu dari dalam.

Tuhan, dia tampan sekali. Hati Kihyun menjerit senang Hyunwoo ada
dihadapannya sekarang. Dengan kemeja yang entah kenapa tak rapi hari
ini dan rambut yang basah oleh keringat. Dimata Kihyun saat ini, Hyunwoo
tampak bersinar seperti dalam drama-drama yang sering ia tonton. Kihyun
melirik bahu dan dada bidang Hyunwoo dan berakhir dengan
membayangkan bagaimana jika kemeja yang Hyunwoo pakai menghilang.
Kihyun menggelengkan kepalanya kencang, mencoba menepis pikiran
kotornya. Ya ampun aku merasa pervert sekarang, jeritnya dalam hati.

“Anyeong Kihyun-ah” Sapa Hyunwoo, mata sipitnya menghilang begitu ia


menampilkan senyum menawannya.

“Aa…. Anyeong Hyunwoo….” Jantung Kihyun berdetak berkali-kali lipat


kencangnya, selalu seperti itu. Cukup dengan senyuman Hyunwoo
mungkin ia bisa mencapai surga segera.

“Ya!! Sampai kapan kau berdiri di depan pintu!” Bentakan keras Kim Hyung
Soo seosaengnim dari dalam mengagetkan Kihyun yang baru menyadari
bahwa Hyunwoo sudah menghilang dari hadapannya. Rasanya Kihyun
ingin membenturkan kepalanya ke tembok sekarang, Yaa Son Hyunwoo
kau sungguh menyebalkan, kau menjatuhkanku terlalu dalam.

—–

I see myself in the dusty mirror

As I deny the endlessly twisting days that they say will pass someday
With the merciless and dark night

I covered myself with the blanket in my dark room

Should I forget all the streets that we remember?

—–

Jejudo, April 2016

“Arrrgghhhh…. Arghhhh…”

Sayup-sayup terdengar suara erangan membangunkan Wonho dari


tidurnya, melirik jam yang berada di nakas tempat tidurnya.

Pukul 02.00 pagi.

“AAArrghhhh…. Aaarrghhh….” Erangan kesakitan itu muncul lagi. Wonho


bergegas menyibak selimutnya dan berlari menuju kamar di ujung lorong
melewati dapur.

Kihyun-ah….
Another Chance (Part 3)
Posted on April 27, 2016
“Another Chance“

Monsta X Fanfiction GS (Gender Switch)

Cast:

Yoo Kihyun (girl) – Son Hyunwoo – Shin Wonho

Lee Minhyuk (girl) – Chae Hyungwon (girl)

Romance~Chaptered

By : YooAi

Happy Reading^^

——————————————————————

Pukul 02.00 pagi.

“AAArrghhhh…. Aaarrghhh….” Erangan kesakitan itu muncul lagi. Wonho


bergegas menyibak selimutnya dan berlari menuju kamar di ujung lorong
melewati dapur. Ia menyesal kenapa tak tidur dikamarnya yang berada
disamping kamar Kihyun malah menempati kamar kerjanya yang terletak di
lantai dua.

Kihyun.

Hanya nama itu dalam pikirannya, Wonho mempercepat langkahnya begitu


ia mendengar lagi lolongan kesakitan dari kamar Kihyun. Ia membuka pintu
kamar Kihyun. Gelap. Ia baru menyadari sepertinya semua lampu di
apartemen ini mati. Kihyun tidak boleh berada diruang gelap sendirian,
tidak setelah kejadian itu. Wonho segera menghampiri Kihyun yang tengah
mengerang di atas tempat tidurnya dan bergegas memeluknya.

“Gwenchana Kihyun-ah, Oppa di sini.” Bisiknya lirih mencoba


menenangkan Kihyun. Air matanya mengalir mendapati wanita yang amat
ia cintai seumur hidupnya itu tengah mengerang kesakitan. Traumanya
akan ruang gelap dimulai 5 tahun lalu saat Kihyun kehilangan
kepercayaannya pada seseorang, dan ia sendiri kehilangan mimpinya.

Kihyun terus mengerang dalam pelukan Wonho membuatnya kian perih,


pindahkan saja sakitnya ke tubuhku Tuhan.

Lirihnya dalam hati, air matanya tak dapat terbendung lagi. Kihyun
kesakitan adalah hal yang tak pernah ia inginkan dalam hidupnya.

Mianhae Kihyun-ah.

Wonho memeluk Kihyun kian erat penyesalannya kian bertumpuk. Andai


saja ia bisa melindungi gadisnya, andai ia tak mempercayai lelaki brengsek
itu, andai saja ia tak berbuat kesalahan besar yang berimbas pada gadis
yang ada di pelukannya kini, andai saja ia tak pernah ada di dalam hidup
gadis ini, tentu Kihyun akan hidup sangat bahagia tanpa harus melalui fase
menyakitkan dalam hidupnya.

“Kihyun-ah…. Tenanglah Oppa disini, hey sayang….” Wonho membelai


lembut rambut kihyun mencoba menenangkan gadis itu.

“Op…pa….” Suara lirih gadis itu memanggilnya. Wonho tersenyum dalam


tangisnya.

“Gwenchana, oppa disini.” Ujarnya tanpa melepaskan pelukannya.

Kihyun mengangguk dalam pelukan Wonho, kamarnya sudah terang


kembali. Sepertinya gangguan listrik di apartemen mereka berhasil
diperbaiki. Wonho masih merasakan gadis dipelukannya terisak pelan, ia
masih terus membisikkan kata-kata menenangkan bagi Kihyun. Wonho
menundukan pandangannya, pelukan Kihyun melonggar nafasnya
terdengan teratur. Wonho tersenyum, gadisnya sudah terlelap kini. Ia
merapikan letak bantal di ranjang Kihyun merebahkan gadis itu hati-hati
menyelimutinya dan mengecup keningnya lembut, lalu beranjak tidur di
sofa samping ranjang Kihyun, takut jika tiba-tiba gadis itu terbangun dan
mengerang kesakitan lagi.

Cahaya matahari menembus kisi-kisi jendela, Wonho membuka matanya


terganggu dengan cahaya yang mengenai matanya.

“Argh….”

Ia merasakan badannya kaku, tidur disofa sangat menyiksanya. Wonho


beranjak dari sofa ke tempat tidur yang telah kosong di dekatnya dan
merebahkan tubuhnya, mencoba menyambung tidurnya yang terganggu.
Kihyun membuka pintu kamar menggelengkan kepala melihat Wonho yang
kembali berlayar ke alam mimpinya.
Brugh.

“Aaargh….” Lolongan kesakitan Wonho terdengar begitu tubuhnya


mencium lantai dengan anggunnya.

“Yaaaaaa!!!” Teriaknya hendak mencincanng siapapun yang mengganggu


tidurnya namun langsung menciut begitu dilihatnya Kihyun berdiri
dihadapannya dengan spatula ditangan kanannya, dan jangan lupakan
aura membunuh yang menguar kepenjuru ruangan.

“Mo…morning….”Wonho menggaruk belakang kepalanya kikuk.


Sebenarnya ia sedikit terpana dengan gadis manis yang ada
dihadapannya, dengan rambut light brown yang terbias cahaya matahari,
dress floral selutut ditambah dengan apron putih, benar-benar seperti
karakter-karekter anime yang digilainya. Oh, tentunya jika tanpa aura gelap
yang melingkupinya.

“Cepat mandi, aku sudah terlambat membuka toko” Kihyun berkacak


pinggang.

“Kihyun-ah kalau kau marah-marah setiap pagi seperti ini keriputmu akan
terus bertambah tahu.” Wonho berlari secepat kilat ke kamar mandi
sebelum Kihyun melalapnya habis-habisan.

Wonho menyesap kopinya pelan diam-diam dipandangnya Kihyun yang


masih sibuk menata meja makan. Gadis itu terlihat gelisah, bahkan
beberapa kali ia terlihat nyaris menjatuhkan piring yang ia pegang. Wonho
mengangkat sebelah alisnya saat Kihyun menyodorkan piring berisi nasi
kepadanya. Mereka makan dalam diam meskipun beberapa kali Kihyun
terlihat menghela nafas panjang, seolah ada beban yang tertumpuk
didalam hatinya.

“Oppa, semalam Minhyuk menelfonku.” Ujar Kihyun sembari membenarkan


tottebag-nya, mereka dalam perjalanan menuju toko bunga Kihyun
sekaligus café Wohno. Wonho hanya diam menunggu Kihyun melanjutkan
kata-katanya.

“Dia ingin menemuiku, menurut Oppa bagaimana?” Lanjut Kihyun, Wonho


tau Kihyun pasti amat merindukan Minhyuk ia hanya ragu untuk
menemuinya karena kesalahpahaman yang tak kunjung diselesaikan.

Sebenarnya Wonho-lah yang menyarankan Minhyuk untuk menemui


Kihyun, sejak mereka dirawat dulu sebenarnya Minhyuk sudah beberapa
kali menjenguknya dan Kihyun tapi selalu disaat Kihyun sedang tertidur.
Minhyuk hanya menemui Wonho dan menjelaskan kesalahpahaman yang
terjadi saat Kihyun melihat Hyunwoo dan ia berciuman. Hanya saja Kihyun
juga sedang mengalami trauma berat saat itu sehingga ia takut untuk
menemui Kihyun, ia takut akan mengingatkan Kihyun dengan peristiwa
mencekam yang baru saja dilaluinya, dan selama ini Wonho dan Minhyuk
memang terus saling bertukar kabar dan puncaknya kemarin saat Wonho
menyarankan Minhyuk untuk menemui Kihyun di toko bunganya.
Pertemuan kedua yang diminta Minhyuk tentunya atas saran Wonho juga.
Setidaknya kedua sahabatnya itu dapat bersama lagi dan ia dapat melihat
Kihyun yang bersinar lagi seperti Kihyun 5 tahun yang lalu.

“Temui saja.” Jawab Wonho tanpa ragu tangannya meraih tangan Kihyun,
menggandengnya tanpa mengalihkan pandangannya dari kelopak-
kelopak cherry blossoms yang tertanam disepanjang jalan yang mereka
lalui. Kihyun mendongak, memandang sahabatnya yang tampak semakin
tampan hari ini dengan kemeja putih polos dan rambut hitamnya dan
kacamata yang bertengger indah di hidung mancungnya. Jika saja
Hyunwoo belum merangsek masuk kedalam hatinya mungkin ia akan jatuh
cinta pada pria ini, pria tampan dengan sejuta pesona juga kelembutannya,
hei gadis mana yang tak mengharapkan pria seperti ini. Tapi sialnya hati
Kihyun yang bodoh ini malah memilih mencintai lelaki berengsek macam
Hyunwoo .

“Memandangiku?” Wonho melirik Kihyun menampilkan seringaiannya.


Buru-buru Kihyun memalingkan wajahnya. Wonho mengacak rambut
Kihyun lagi membuat Kihyun mempoutkan bibirnya lucu.

“Aku ingin melihatmu bahagia lagi Kihyun-ah, temui Minhyuk selesaikan


kesalahpahaman kalian”

“Mengapa baru sekarang Oppa?” Kihyun tersenyum getir, otaknya


memaksanya mengingat kembali kenangan indah bersama Minhyuk dan
kenangan menyakitkan setelahnya.

“Menurutmu jika ia datang dulu akankah kau mendengarnya Kihyun-ah?”


Wonho Kini meletakkan tangannya di kedua bahu Kihyun membuat Kihyun
menghentikan langkahnya.

“Bahkan dulu kau selalu ketakutan kepada siapapun yang memasuki ruang
rawatmu, kau hanya menerima dokter Jo dan aku. Bahkan kau takut pada
adikmu dan eomma mu sendiri” Wonho menatap lurus gadis
dihadapannya.
“Ini sudah saatnya Kihyun-ah, kau berdamai dengan masa lalumu. Aku tak
mau mendapatimu mengerang lagi seperti tadi malam Kihyun-ah, sudah
cukup 5 tahun ini aku melihatmu seperti itu.” Lanjut Wonho dengan mimik
serius, membuat Kihyun menahan geli karena wajah serius Wonho terlihat
konyol dimatannya.

“Yaa! Aku serius arra?” Wonho kembali menampilkan mimik seriusnya lagi.

“Ndee, arasoyo Oppa” Kihyun tersenyum manis, membuat Wonho


mendadak blank.

Hari ini Kihyun memutuskan untuk menutup tokonya lebih cepat dan
menemui Minhyuk seperti yang dianjurkan Wonho. Gadis itu menyusuri
jalanan yang cukup lengang di sore hari, bau semerbak cherry
blossoms yang mulai menampakkan kuncupnya sungguh
menenangkannya. Kihyun meraih pintu coffeshop tempat ia akan menemui
Minhyuk sore ini. Namun belum setengah ia membuka pintu matanya
menangkap sosok yang paling tak ingin ia temui di dunia ini tengah
bertegur sapa dengan gadis yang ia yakini Minhyuk. Sosok yang
membuatnya tersiksa selama ini dan yang membuat Wonho kehilangan
mimpinya sekaligus sosok yang selama ini tak pernah absen dari
pikirannya setiap hari. Katakanlah ia bodoh, bahkan hingga detik ini
dihatinya masih terselip kenangan-kenangan indah bersama lelaki yang
kini terlihat sedang menyesap kopinya. Kihyun membalikkan badannya
tepat sesaat sebelum mata Hyunwoo menatap pintu café. Kihyun
memutuskan untuk tak menemui Minhyuk, bergegas berjalan menjauhi
café saat telepon genggamnya berdering.

Minhyuk is calling…..

Ia menatap layar handphone-nya sejenak, dan memutuskan untuk


menjawab panggilan Minhyuk .

“Yeoboseyo?”

“….”

“Ah, aku tidak bisa bertemu denganmu hari ini Minhyuk-ah, mianhae aku
lupa ada janji dengan Wonho oppa”

“….”
“Ndee….O. Araso….” Kihyun menyimpan handphone-nya bergegas
menyetop taksi yang kebetulan lewat didepannya. Ia bergegas masuk dan
mengutarakan tujuannya, lagi-lagi taksi tersebut beranjak tepat ketika
Hyunwoo tiba. Pria itu tampak mencari-cari, ia yakin tadi ia melihat seorang
gadis yang Nampak seperti Kihyun, gadisnya.

“Ada apa Oppa?” Seorang gadis dengan tubuh semampai bak model
menghampiri Hyunwoo yang tadi berlari keluar café seperti orang
kesetanan. Hyunwoo masih terpaku di pinggir jalan tak mengindahkan
gadis yang menghampirinya dengan wajah khawatir.

“Dia disini Wonnie….” Hyunwoo berbalik memeluk gadis yang ia panggil


Wonnie itu. “Aku tau dia disni tadi, aku melihatnya….aku benar-benar
melihatnya” Hyunwoo mempererat pelukannya, bahunya berguncang
hebat.

——

Kihyun duduk termenung menatap gambarnya 5 tahun lalu, seorang


pemuda yang tengah menatap lurus kedepan berlatar belakang halte.
Sekelebat kisah menyakitkan itu melintas di pikirannya, tiba-tiba ia
merasakannya lagi sesak menyeruak didadanya. Kihyun bergegas meraih
botol obat disampingnya dan menelannya tanpa ragu. Lagi, setiap ia
mengingat pemuda itu dan mengingat kejadian menyakitkan setelahnya
nafasnya sesak ditambah bila ruangan yang ia tempati gelap ia akan
meraung sekencang-kencangnya seakan seluruh kehidupannya tersedot
kedalam kegelapan. Berkali-kali ia dan Wonho mendatangi psikiater
berkali-kali itu pula mereka mengatakan bahwa ia harus berdamai dengan
masa lalunya dengan amarah dan kekecewaanya. Bahu gadis itu
berguncang jika saja penghianatan Hyunwoo tak ia lakukan bersama
Minhyuk, dan jika saja tak berbarengan dengan peristiwa mengerikan itu ia
kan dengan senang hati menepis segala kecewaan dan amarahnya juga
kesedihannya. Namun, malangnya tak sesederhana itu.

Sementara itu di tempat lain di Jeju Hyunwoo tengah menyusuri pantai


sendirian, pikirannya masih berada di coffeshop tadi dimana ia melihat
sosok yang sangat ia yakini adalah Kihyun-nya. Gadis manis, yang selalu
mengabiskan waktunya dengan sketchbook maupun novel dibandingkan
bergosip dengan gadis sebayanya. Hyunwoo menatap pasir di kakinya
yang berkali-kali tersapu ombak, wajahnya menyunggingkan senyum getir.
Pria itu mau tak mau juga mengingat kenangan buruk sekaligus
mengerikan yang menimpa gadisnya, dan itu semua disebabkan olehnya.
Pria itu kini tertunduk memeluk kakinya, mengingat tiap detil peristiwa yang
menyakiti gadis yang ia cintai hingga kini. Gadis yang menjadi cinta
pertamanya yang sialnya ia sakiti begitu dalam. Ia mengingat dengan jelas
bagaimana gadis itu mengerang kesakitan dalam tidurnya. Selepas
kejadian itu, sebenarnya setiap malam ia berdiri didepan kamar rawat
betuliskan Nn. Yoo di pintunya. Ia hanya mampu berdiri disana mendengar
erangan gadis itu disusul kemudian perawat yang berlarian membawa
ampul berisi obat penenang. Sejatinya ia ingin berada di dalam ruangan itu
memeluk gadisnya, menenangkannya. Tiap malam ia hanya berdiri
diruangan itu hingga tepat di hari ke empat belas, erangan itu berhenti
lebih cepat dibandingkan biasanya dan ia melihat seorang pemuda dengan
kaki yang masih di gips memeluk erat gadis itu dan menenangkannya. Pria
itu memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, seharusnya ia yang ada
disana. Namun, ia cukup tahu diri ialah yang menyebabkan kedua orang itu
masuk kedalam bahaya dan berakhir dengan trauma mendalam bagi
gadisnya.

Sepasang kaki kurus berdiri dihadapan Hyunwoo lalu ikut mendudukan diri
disampingnya. Gadis itu, Chae Hyungwon- amat mengerti betapa besar
rasa bersalah yang dipikul oleh lelaki yang selalu memberikan semua yang
ia miliki dan ia mampu untuk mebahagiakannya. Gadis itu tak berkata apa-
apa, ia hanya mengusap pelan tengkuk lelaki yang masih tertunduk larut
kedalam kenangannya. Hyungwon menyampirkan selimut yang ia bawa
dari resort untuk lelaki yang akan selalu menjadikannya prioritas didalam
hidup lelaki itu, menjaga agar lelaki itu tak jatuh sakit. Mungkin hari ini akan
berlalu seperti biasanya bila Hyunwoo tak melihat gadis itu. Gadis yang
selalu ada di hati Oppanya, yang menjadi alasan mengapa Hyunwoo yang
dulu lembut, ramah dan mudah tersenyum itu mejadi dingin, angkuh, gila
kerja namun sayangnya menyedihkan seperti saat ini.

“Oppa, ini sudah terlalu malam untuk berada di tepi pantai, besok
bukankah peresmian resort ini?” Hyungwon menghela nafas panjang
mendapati perkataannya tak digubris sama sekali. “Jika besok peresmian
dibatalkan karena CEO YS group tiba-tiba jatuh pingsan dan harus dibawa
kerumah sakit. Apa jadinya ribuan karyawan yang sudah bekerja keras
selama ini? Oppa tega membuat mereka menjadi pengangguran karena
saham kita goyah?” Hyunwoo mengangkat kepalanya ikut tersenyum
menatap gadis yang tengah menatapnya dengan senyum lembut, ia
menggenggam tangan gadis itu seraya beranjak menuju resort.

—-

Matahari sudah semakin tinggi, jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi.
Sudah setengah jam kihyun mondar mandir di depan tokonya, sesekali ia
melirik jam tangannya. Dari kejauhan terlihat remaja tanggung
mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.

“Mian noona aku ada ujian pagi ini” Jo Changkyun, remaja berusia 18
tahun itu memamerkan giginya. Kihyun tak menjawab ia bergegas masuk
kedalam toko, mengambil paper bag lalu mengunci tokonya dan naik di
belakang Changkyun.

“Kita sudah terlambat acara dimulai sejam lagi” Ujarnya menepuk pundak
Changkyun yang dijawab Changkyun dengan menyodorkan helmnya.
Derung suara motor membelah jalanan sepi Jeju pagi ini, membawa
Kihyun pada takdir yang tak disangka-sangkanya.

Seorang wanita anggun bergaun putih selutut nan elegan terlihat gelisah,
berkali-kali dilihatnya jam tangan disampingnya seorang pria dengan
kacamata bulat tengah menunduk takut-takut. Ia menggerutu dalam hati,
kenapa Kihyun lama sekali. Ia sudah sering memesan pita bunga untuk
acara apapun di Jeju pada Kihyun, dan selama ini gadis itu tak pernah
seterlambat ini. Ia menoleh ke arah pintu masuk gerbang terlihat motor
yang dikemudikan adiknya dan Kihyun memasuki areal resort. Pria itu
bernafas lega, Kihyun berlari-lari kecil menghampiri Jo Dongrim yang
kentara sekali terlihat lega.

“Mian Oppa, Changkyun ada ujian tadi ini pitanya.” Gadis itu menyerahkan
paper bag yang dipegangnya dengan senyum khasnya, dimple-nya
membuat senyum itu kian manis.

“Gomawo Kihyun-ah.” Jo Dongrim mengacak pelan rambut Kihyun. Chae


Hyungwon mengalihkan pandangannya demi didengarnya nama yang tak
asing di kehidupannya selama 5 tahun ini. Kihyun. Cukup dengan
mendengar namanya saja Hyungwon tahu gadis berdimple dihadapannya
inilah yang selama ini dicari-cari oleh Hyunwoo. Kihyun hendak berbalik
menghampiri Changkyun ketika sepasang lengan ramping menahannya,
diliriknya heran gadis tinggi dihadapannya itu.

“Maaf Agassi, ada apa?” Kihyun menatap gadis yang masih memegang
lengannya itu penuh tanda Tanya.

“Hmm…. Bisakah anda ikut saya sebentar kedalam? Ada beberapa


karangan bunga yang harus dibenarkan, anda pemasok bunga untuk acara
ini bukan?” Pinta Hyungwon cepat tanpa jeda, ia bersyukur mewarisi otak
cerdas ibunya sehingga dapat menemukan alasan yang tepat untuk
menahan Kihyun sementara disini. Kihyun mengernyitkan keningnya
seingatnya bunga-bunga sudah disiapkan oleh Changkyun dan beberapa
orang pekerja lepas yang disewanya dan lagi ia telah mengecek ulang
dekorasi bunga itu kemarin siang.

Kihyun mengikuti langkah Hyungwon menyusuri lorong-lorong panjang


hotel. Gadis itu berusaha mensejajari langkah panjang Hyungwon hingga
mereka berhenti disebuah ruangan dengan meja panjang dan bunga-
bunga yang terlihat berantakan. Kihyun mebelalakan matanya, bunga-
bunga ini terlalu banyak jika harus diselesaikan sebelum acara dimulai.

“Acara peresmian hotel ini dimulai sebentar lagi bukan? Sepertinya tak
memungkinkan buatku menyelesaikannya dalam waktu sesingkat ini.”
Kihyun menatap bunga-bunga itu lemas, Hyungwon tersenyum
mengingatkan Kihyun akan senyum seseorang.

Dimana dia, pikirnya.

Sesaat kemudian ditepisnya ingatan itu segera, ia tak ingin terluka lagi.

“Acara akan selesai 2 jam lagi, setelah itu akan ada jamuan makan bagi
jajaran direksi di ruangan ini. Nah, anda dapat menata bunga-bunga ini
dalam kurun waktu tersebut.” Lanjut Hyungwon sembari mempersilahkan
Kihyun untuk memulai pekerjaannya.

Hyunwoo terlihat mondar-mandir gelisah berkali-kali dilihatnya


pintu balroom hotel. Kemana bocah satu itu, gerutunya dalam hati. Ia
nyaris menghabiskan champagne ke dua-nya saat melihat gadis cantik
yang ia tunggu-tunggu dari tadi melangkah dengan elegan
menghampirinya.

”Kau kemana saja?” Bisik Hyunwoo begitu Hyungwon menghampirinya.

“Kau akan sangat berterima kasih denganku hari ini Oppa.” Hyungwon tak
mengubris pertanyaan Hyunwoo, gadis itu tersenyum licik yang dimengerti
Hyunwoo bahwa ada kejutan besar menantinya.

“Awas saja kalau kejutan itu tak penting, akan ku bakar semua anak-
anakmu.” Ancam Hyunwoo pada dongsaeng-nya yang sangat tergila-gila
dengan tas dan menyebut tas-tas tersebut ‘anak’. Hyungwon hanya
menyeringai ia tahu oppanya tak akan tega melakukan itu padanya.

Hyunwoo benar-benar ingin mencekik dongsaengnya itu bila tak ingat


bagaimana ia menyayangi gadis semampai itu. Betapa tidak ditengah
acara peresmian saat ia baru saja turun dari podium dan hendak
menghampiri para investor Hyungwon menariknya keluar dari ballroom dan
menginstruksikannya untuk mengikuti gadis itu menjelajahi lorong-lorong
panjang di hotelnya. Hyungwon meninggalkan Hyunwoo di depan dining
room yang pintunya sedikit terbuka. Samar-samar suara merdu mengalun
indah menyapa pendengarannya. Hyunwoo mengernyitkan keningnya, ia
mengenal suara ini dan lagu ini. Lagu yang ia nyanyikan bertahun-tahun
lalu di depan seorang gadis yang selalu menghuni hatinya sejak dulu.
Hyunwoo melangkah maju sedikit membuka pintu, dilihatnya bahu sempit
memunggunginya. Ia nyaris merosot ke lantai, lututnya terasa lemas.
Ingatannya melayang mundur ke dalam kenangan yang selalu ia ingat tiap
detailnya hingga detik ini.

TBC
Another Chance (Part 4)
Posted on May 4, 2016

“Another Chance“

Monsta X Fanfiction GS (Gender Switch)

Cast:

Yoo Kihyun (girl) – Son Hyunwoo – Shin Wonho

Lee Minhyuk (girl) – Chae Hyungwon (girl)

Romance~Chaptered
By : YooAi

Happy Reading^^

——————————————————————

flashback

Kihyun menghampiri Hyunwoo yang telah menunggunya di halaman


belakang sekolah. Pemuda itu tengah bersandar di bawah pohon maple
yang mulai menguning dan berguguran, sesuai janjinya pemuda itu
menunggu Kihyun di belakang sekolah selepas suneung.

“Hyunwoo-ya, ada apa memanggilku kesini.” Kihyun duduk disamping


Hyunwoo yang tengah tersenyum memandangnya, mata pemuda itu
menyiratkan kesedihan. Hyunwoo mengisyaratkan Kihyun untuk diam dan
mulai memetik gitar disampingnya. Suaranya mengalun indah, matanya
menatap tepat kedalam mata Kihyun seakan menyampaikan bahwa lagu
ini memang untuk gadis itu. Ketika mencapai refrain Hyunwoo
memejamkan mata, setitik bulir bening mengalir di sudut matanya.

“…. I m gonna tell you before it’s too late. Now, now that I found you. Now I
know how I feel for you. I don’t know when you came to me. It might too
late, but now I know the reason why I wasn’t honest. Yes, during this short
time that I have left, I will wait you until you come to me….”

Hyunwoo terus menyanyikan lagunya hingga di bait terakhir ia kembali


menatap gadis yang kini matanya berkaca-kaca terharu. Hyunwoo
memeluk Kihyun, gadis itu tak dapat berkata apapun ia merasa cintanya
kini tak lagi bertepuk sebelah tangan.

“Saranghae….” Bisik Hyunwoo. “Kihyun-ah, maukah kau berjanji?”


Hyunwoo menatap Kihyun dalam, gadis itu mengangguk. “Jika nanti, aku
menyakitimu. Aku mohon, jangan dengarkan penjelasanku, larilah dariku
sejauh yang kau bisa. Jangan baca pesanku ataupun jawab teleponku.”
Lanjutnya dengan sungguh-sungguh.

Kihyun membuka mulutnya ingin bertanya namun tertahan dengan bibir


Hyunwoo yang kini menyesapnya lembut. Kihyun menutup matanya,
menerima setiap cinta yang Hyunwoo sampaikan melalui ciumannya,
ciuman pertama mereka. Ciuman yang terasa indah sekaligus
menyesakkan karena Kihyun merasakan air mata Hyunwoo mengalir
disela-sela ciuman mereka. Angin musim gugur yang dingin menerbangkan
daun maple yang berguguran bersama hati Kihyun yang kini melambung
bahagia.

—–

“Mwoyaa….” Lirih Kihyun pelan tanpa sengaja ia menyanyikan lagu yang


dinyanyikan Hyunwoo dulu. Aku masih merindukanu Hyunwoo-ya. Hatinya
tak pernah menuruti otaknya yang selalu berteriak bahwa ia seharusnya
memikirkan Wonho, untuk apa ia memikirkan pemuda itu. Kihyun masih
sibuk meletakkan bunga yang ia rangkai ke atas meja mungil di bawah
jendela besar dalam dining room itu. Ia belum menyadari ada seseorang di
belakangnya yang memandanginya sarat akan rindu. Lelaki itu melangkah
pelan menghampiri gadis yang melanjutkan senandung indahnya lagi.

“Kihyun-ah….” Sekujur tubuh Kihyun bereaksi demi mendengar suara yang


sedari tadi ikut bersenandung dalam ingatannya. Gadis itu membalikkan
badannya matanya membola, tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
Hyunwoo melangkah maju tangannya terulur mencoba meraih Kihyun-nya
yang ia rindukan selama ini. Kihyun melangkah mundur tanpa sengaja
tangannya menyenggol vas yang ia letakkan tadi.

Prang!!

Vas itu jatuh, pecah berkeping-keping. Kihyun menatap pecahan itu


matanya menyiratkan kesakitan, bayangan-bayangan menyakitkan tiba-
tiba saja melintas di kepalanya bertepatan dengan sesak yang
menyakitkan hingga ia sulit bernafas. Gadis itu terjatuh dan menjerit
histeris sebelum kegelapan melingkupinnya, samar-samar ia merasakan
seseorang memeluknya. “Mianhae…mianhae…” kata-kata itu terus
berulang seperti mantra, ia merasakan bahunya basah sebelum akhirnya
kegelapan menguasainya.

—-

Kihyun melangkahkan kaki riang, tangannya menjinjing kotak bekal menuju


taman belakang sekolah. Kihyun bersenandung riang hingga akhirnya
langkahnya terhenti. Matanya menangkap hal yang tak seharusnya ia lihat.

Tes,

Air mata Kihyun menetes, itu Hyunwoonya. Pemuda itu terlihat sedang
menikmati ciuman panas dengan seorang gadis yang tak perlu ia ragukan
lagi siapa. Hyunwoonya dan Minhyuk sahabatnya tengah menikmati bibir
masing-masing. Kihyun menjatuhkan kotak bekalnya, membuat Hyunwoo
menatapnya. Kihyun bersiap untuk mendengar apapun yang Hyunwoo
katakana bila pemuda itu menghampirinya dan mejelaskan bahwa
semuanya salah paham. Namun, tak semuanya harus sesuai dengan apa
yang kita inginkan bukan? Hyunwoo malah menyeringai seolah-olah
menunjukkan bahwa ia memang sengaja melakukan itu dihadapan Kihyun.

Kihyun tak sanggup lagi melihat apa yang dilakukan Hyunwoo, ia berlari
kencang dengan air mata mengalir menganak di kedua pipinya. Ia terus
berlari hingga sepasang tangan menahannya. Kihyun berbalik, ia balik
menatap Wonho yang tengah menatapnya khawatir. Kihyun menangis.
Ingin rasanya Wonho membunuh siapa saja yang membuat gadis ini
menangis. Wonho tak bertanya sedikitpun, ia hanya memeluk Kihyun erat
berusaha menyampaikan bahwa ada dia disini, di sisi Kihyun.

Hari mulai gelap saat Kihyun dan Wonho masih duduk di halte depan
sekolah. Gadis itu tak lagi menangis, ia tertawa. Mentertawakan
kebodohannya menerima Hyunwoo, menganggap Hyunwoo juga
mencintainya dan berharap Hyunwoo berbeda dari laki-laki kebanyakan.
Wonho masih menatap Kihyun khawatir. Tanpa mereka sadari ada yag
mengawasi mereka dengan mata penuh amarah.

Ting.

Ponsel Kihyun berkedip-kedip menandakan pesan masuk.

“Aku akan menjelaskan semuanya, temui aku di gudang dekat sekolah.


Sendirian.” Kihyun membaca pesannya dalam diam. Ia teringat ucapan
Hyunwoo seminggu yang lalu, ‘Jika nanti, aku menyakitimu. Aku mohon,
jangan dengarkan penjelasanku, larilah dariku sejauh yang kau bisa.
Jangan baca pesanku ataupun jawab teleponku’ Kihyun mengepalkan
tangannya geram.

Jadi dia sudah merencanakannya?

Kihyun bangkit ingin menemui Hyunwoo dan menanyakan kenapa pemuda


itu sekejam ini. Sesaat ia ragu Hyunwoo bilang untuk tidak menemuinya
meminta penjelasan. Kihyun menggelengkan kepalanya tak ada gunanya
ia menepati janjinya pada Hyunwoo, ia benar-benar ingin menemui lelaki
itu, setidaknya lelaki itu harus memberinya penjelasan.

“Mau kemana?” Wonho menahan Kihyun.


“Aku harus menemui dia Oppa, setidaknya aku mendengar alasannya
mengapa dia sekejam ini opaa….”

“Aku tidak mengizinkanmu” Tegas Wonho memegang erat pergelangan


tangan Kihyun, matanya menatap tajam gadis itu. Kihyun berusaha
melepaskan tangannya.

“Lepaskan oppa…. Aku mohon….”

“Tidak!! Kau bodoh atau gila hah?!” Bentak Wonho, Kihyun terbelalak baru
kali ini Wonho membentaknya. Kihyun sedang kalut saat ini, bentakan
Wonho malah membuatnya makin ingin menemui Hyunwoo.

“Apa hak mu membentakku, melarang ku?? Kau bukan siapa-siapa!!”


Teriak Kihyun membuat Wonho melepaskan tangannya segera. Kihyun
berlari menjauh dari Wonho, sungguh ia menyesal dengan kata-katanya
barusan. Namun ia benar-benar ingin bertemu Hyunwoo ia tak bisa begitu
saja menerima kejadian tadi.

Wonho masih terduduk lemas di trotoar, dipandanginya jalanan dimana


Kihyun menghilang dari pandangannya setelah menancapkan belati
kedadanya. Gadis itu benar, ia bukan siapa-siapa. Jalanan Seoul yang
ramai dimalam hari tak mampu menghilangkan rasa hampa di hatinya. Ia
tetap merasa sendirian, pemuda itu tersenyum getir seumur hidup ia telah
mengenal dan selalu berusaha melindungi gadis yang ternyata
mengaggapnya tak berarti apa-apa.

Ddrrrt…ddrrtt.

Ponselnya bergetar, nomor yang tak dikenal. Wonho mengusap layar


poselnya, menolak panggilan itu. Namun ternyata si penelpon tak putus
asa, kembali ponsel Wonho bergetar, dengan malas di gesernya tanda
hijau dilayar handphone-nya.

“Aaaaargh!!” Belum juga ia bersuara terdengar teriakan dari ponselnya.


Lalu didengarnya tangisan wanita, ia mengenali suara itu.

“Kihyun-ah!”

“Kalau kau ingin gadis ini selamat datang ke gudang kosong di belakang
sekolahmu, sendirian.” Suara seseorang diseberang sana terdengar
mengerikan.
“Kau siapa?!” Wonho mengepalkan tangannya hingga buku-buku
tangannya memutih.

“Kau akan tahu jika kita bertemu nanti”

Pip!.

Wonho tak bisa lagi menggambarkan apa yang ada dipikirannya saat ini,
begitu ia tiba digudang itu matanya melihat Kihyun yang terikat. Kondisi
gadis itu mengenaskan, wajahnya lebam dengan sudut bibir terluka
bajunya sudah tak beraturan lagi bentuknya beberapa kancingnya terlepas.
Gadis itu tengah merintih kesakitan. Wonho hendak melangkah maju
namun tertahan dengan beberapa orang yang menghadangnya. Saat ia
bersiap menyerang ia mendengar Kihyun kembali mengerang. Seorang
pemuda menarik rambut gadis itu dengan pisau menempel di leher Kihyun.

“Anyeong Wonho” Pemuda itu mengisyaratkan anak buahnya untuk


menyalakan satu-satunya lampu di ruangan itu.

“Gunhee” Geram Wonho.

“Oh, kau masih mengenalku kawan? Ah, tentu saja kau harus
mengenalku.” Ucapnya tenang ia mengusap-usapkan pisaunya di leher
Kihyun.

“Sudah aku jelaskan, bukan aku yang membuat adikmu terbaring dirumah
sakit!” Wonho berteriak panik, ia tak ingin Kihyun terluka lagi. Brak!
Pemuda dengan pisau ditangannya kini mendendang kursi dimana Kihyun
terikat sehingga gadis itu terhempas dilantai mengerang.

“Kihyun-ah…akh!” Teriakan Wonho tertahan tinju salah satu anak buah


Gunhee.

“Kalau kau ingin gadis ini selamat, terima saja apa yang aku lakukan
padamu” seketika ruangan menjadi gelap, hanya ada suara pukulan dan
teriakan kesakitan Wonho. Kihyun bergetar ia dapat dengan jelas
mendengar erangan Wonho yang kian melemah dan suara-suara pukulan
bertubi-tubi menggema.

“Kau tahu, aku benar-benar berterima kasih pada Hyunwoo yang mau
menggiring gadis ini kesini” ujar Gunhee dingin. Plak!! Tamparan keras
mendarat dipipi Kihyun, ia benar-benar membenci kegelapan ini. Ia hanya
merasakan sakit dan mendengar erangan-erangan Wonho dalam
kegelapan ini. Tak lama kemudian terdengar bunyi sesuatu patah disertai
lolongan kesakitan dari Wonho. Kihyun tak sanggup mendengar apapun
lagi, lalu semuanya menjadi gelap.

—–

Kihyun mengerjap-ngerjapkan matanya, kepalanya terasa pusing.


Mimpinya terulang lagi dan kali ini terasa sangat nyata. Kihyun
mengedarkan pandangan kesekelilingnya, kamar siapa ini?. Ia berada di
kamar yang tak ia kenal, kamar ini terlalu luas untuk menjadi kamarnya.
Kihyun meraih gelas di nakas samping ranjangnya, meneguknya hingga
habis. Ia teringat, sebelum terbangun di kamar ini ia merasa melihat
Hyunwoo dan ruangan tiba-tiba menjadi gelap membuatnya sesak dan
ketakutan.

Mungkin aku kelelahan. Pikirnya, tak mungkin Hyunwoo ada di sini. Sosok
Hyunwoo yang ia lihat tadi mungkin saja hanya halusinasi karena terlalu
memikirkan lelaki itu. Kadang ia berharap Hyunwoo datang padanya
menjelaskan mengapa ia mencium Minhyuk hari itu, dan apa hubungannya
dengan Gunhee. Kihyun menghela nafas panjang, sekarang yang menjadi
pertanyaan siapa pemilik kamar ini dan mengapa ia bisa ada disni.

“Kau sudah sadar?” Hyunwoo menatapnya khawatir, laki-laki itu melangkah


mendekati Kihyun membuatnya beringsut mundur. Hyunwoo menhentikan
langkahnya begitu mendapati reaksi Kihyun yang terlihat tak ingin di
hampiri olehnya, ia tak mau kejadian pingsannya Kihyun tadi terulang.

“Kau…kenapa kau disini?” Kihyun memberanikan diri bertanya pada lelaki


di depannya ini. Ia masih setengah tak percaya bahwa ia benar-benar
harus bertemu lagi dengan Hyunwoo, entah takdir gila macam apa yang
menghubungkan mereka.

“Harusnya aku yang bertanya mengapa kau ada disini” Jawab Hyunwoo
datar, sungguh ia sangat ingin menjahit mulutnya saat ini. Ia tak bisa,
bukan. Ia segan beramah tamah dengan gadis di hadapannya setelah
reaksi Kihyun yang langsung menjauh tiap coba ia dekati. Sungguh,
sebenarnya ia ingin sekali memeluk gadis ini meminta maaf kepadanya
dan memohon agar diberikan kesempatan kedua. Namun ia bukanlah
orang yang pandai mengekspresikan apa yang ia rasa.

“Maaf kalau begitu, aku akan pulang sekarang.” Tanggap Kihyun dengan
senyum getir, apakah pria di depannya ini tak pernah sekalipun
mencintainya? Mengapa setelah sekian lama ia tak sedikitpun berniat
untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Kihyun mencoba bangun
namun kepalanya masih terasa berat.

“Tinggal lah sebentar lagi, sampai kondisi mu benar-benar stabil” Ujar


Hyunwoo.

“Tapi bagaimana ya, aku tak bisa berada diruangan yang sama dengan
mu” Kihyun menatap tajam Hyunwoo tetap memaksakan berdiri meskipun
tubuhnya sedikit limbung. “Ah, vas bunga tadi. Toko kami akan segera
menggantinya.” Lanjutnya kemudian menghilang dibalik pintu. Hyunwoo
tak berkata apapun hanya memandangi punggung gadis itu hingga benar-
benar hilang dari pandangannya.

—–

Blamm!

Kihyun menutup pintu kamarnya keras tak memperdulikan Wonho yang


menggedor pintunya tak sabaran, ia khawatir melihat Kihyun yang pulang
dengan wajah pucat dan tak menghiraukan saat ia menyapa gadis itu.

“Kihyun-ah, kau kenapa? Yaaa… setidaknya buka pintu


kamarmu….Kihyun-ah….”

Wonho yang terus mengetuk pintu Kihyun khawatir harus menelan kecewa
karena gadis itu tak kunjung membuka pintu hingga pagi dan hanya diam
saat gadis itu keluar untuk sarapan dan berangkat kerja. Wonho tak tahu
harus melakukan apa, akhirnya ia hanya ikut diam tak mau mengganggu
Kihyun. Ia terbiasa menanti.

—–

“Hyeong, kau sedang bertengkar dengan noona?” Changkyun


menyembulkan kepalanya dibalik pintu.

“….”

“Ah, atau noona salah makan?”

“…..”
“Hyeooong, aish aku tak dianggap disini” Gerutu Changkyun, pemuda itu
mendesah frustasi, di flower shop sebelah Kihyun tengah merangkai bunga
dalam diam tak menyahut ataupun menatapnya saat ia bertanya sedang di
café Wonho juga diam sembari terus mengelap gelas-gelas di bar.

Kring. Bel di pintu bertentang, tanda ada pelanggan yang datang.

“Oseo…..” Sapaan dan senyum ramah Wonho terhenti begitu melihat siapa
yang masuk kedalam café-nya.

TBC

Another Chance (Part 5-End)


Posted on May 23, 2016
“Another Chance“

Monsta X Fanfiction GS (Gender Switch)


Cast:

Yoo Kihyun (girl) – Son Hyunwoo – Shin Wonho

Lee Minhyuk (girl) – Chae Hyungwon (girl)

Romance~Chaptered

By : YooAi

Happy Reading^^

——————————————————————

“Hyeong, kau sedang bertengkar dengan noona?” Changkyun


menyembulkan kepalanya dibalik pintu.

“….”

“Ah, atau noona salah makan?”

“…..”

“Hyeooong, aish aku tak dianggap disini” Gerutu Changkyun, pemuda itu
mendesah frustasi, di flower shop sebelah Kihyun tengah merangkai bunga
dalam diam tak menyahut ataupun menatapnya saat ia bertanya sedang di
café Wonho juga diam sembari terus mengelap gelas-gelas di bar.

Kring. Bel di pintu bertentang, tanda ada pelanggan yang datang.

“Oseo…..” Sapaan dan senyum ramah Wonho terhenti begitu melihat siapa
yang masuk kedalam café-nya.

“Changkyun-ah pergilah ke samping dan kunci pintunya” Perintah Wonho


menatap dingin pria yang ada dihadapannya. Changkyun bergegas
melaksanakan apa yang diperintahkan Wonho tanpa bertanya apapun,
Wonho terlihat menakutkan dimatanya.

“Aku tahu, kau tak mungkin datang ke sini hanya untuk minum kopi Son
Hyunwoo-ssi” Mata Wonho menatap tajam sepertinya ia mulai memahami
mengapa Kihyun sangat diam dari semalam.
“Benar, aku ingin menemui Kihyun.” Jawab Hyunwoo.

“Ku rasa Kihyun tak akan mau menemui anda Hyunwoo-ssi.” Tanggap
Wonho tak memperdulikan tatapan memelas Hyunwoo.

“Ku mohon, biarkan aku menemuinya sebentar saja.”

Wonho melirik pintu di samping kanannya, ia bisa melihat Kihyun berdiri


dibalik pintu itu. Wonho memandang Kihyun meminta persetujuan yang di
balas Kihyun dengan gelengan. Wonho tersenyum lega, ia tahu
seharusnya kata-kata ‘berdamai dengan masa lalu’ mau tak mau juga
berkaitan dengan lelaki dihadapannya ini, tapi ia belum siap kehilangan
Kihyun setelah bertahun-tahun memperjuangkannya. Bukan tidak mungkin
Kihyun akan kembali ke pelukan Hyunwoo, Wonho tahu persis bagaimana
isi hati gadis itu, hanya saja ia memilih menutup mata demi apa yang ia
rasakan pada gadis yang telah ia kenal selama hidupnya ini. Biarlah, kali
ini ia menjadi egois berharap memiliki Kihyun untuknya sendiri.

“Maaf Hyunwoo-ssi pintu keluar ada di sebelah sana, aku tak perlu
memanggil petugas keamanan bukan?”

Hyunwoo menatap Wonho dengan pandangan memohon yang tak digubris


lelaki itu, dengan lemas Hyunwoo melangkahkan kaki keluar dari café
menyemangati dirinya sendiri, ia pasti akan memiliki kesempatan untuk
menemui Kihyun lagi. Pasti.

“Oppa, aku sedang memasak untuk makan malam” Kihyun meletakkan


pisaunya kesal.

“Hanya sebentar”

“Oppa…. Ini sudah 15 menit dan aku benar-benar harus memasak”

“Memasak saja aku akan tetap seperti ini, tak akan menganggu” Wonho
tetap bergeming, Kihyun berbalik badan memandang laki-laki yang sedari
tadi memeluknya. Ia menangkap tatapan khawatir di wajah lelaki yang
selalu mencintainya dan ingin dicintainya ini. Kihyun meletakkan tangannya
di pipi kanan Wonho, hatinya terasa sakit betapa ia telah dan akan
semakin menghancurkan hati lelaki ini bila ia tetap membiarkan Hyunwoo
masuk kedalam hidupnya lagi.
Tes.

Setitik air mata mengalir dari mata Kihyun, gadis itu menggeleng pelan, ia
tak ingin Wonho tersakiti lagi. Sudah cukup ia menghancurkan masa depan
Wonho jangan sampai ia menyakiti hatinya lagi. Bertahun-tahun ia
menyimpan rasa bersalah yang begitu besar untuk cita-cita Wonho yang
harus kandas karenanya. Wonho tak bisa lagi menjadi atlit karena cedera
parah pada kaki kanannya, dan demi menyelamatkan Kihyun malam itu ia
harus meninggalkan basket yang ia cintai selamanya.

“Aku mencintaimu Kihyun-ah, aku kembali memintamu dan ini untuk yang
terakhir kalinya. Maukah, kau meinggalkan segalanya yang telah terjadi
dan memulai hidup baru bersamaku. Jadilah kekasihku” Wonho menatap
dalam tepat di kedua manik mata Kihyun. Gadis itu tak bisa berkata
apapun, ia tak mengerti apa yang harusnya ia lakukan. Memilih Wonho
yang jelas mencintainya dan akan selalu melindunginya, atau kembali ke
pelukan Hyunwoo yang tiba-tiba saja muncul kembali dalam hidupnya.

“Oppa aku….”

“Ini benar-benar akan menjadi yang terakhir Kihyun-ah, jika kau memilih
ingin bersamaku aku akan tetap tinggal disisimu dan jika tidak maafkan aku
karena tak bisa menjaga janjiku untuk selalu mencintaimu dan bersamamu”
Wonho memejamkan matanya menahan bulir bening yang memaksa untuk
keluar dari matanya, sebenarnya ia sudah mengira bahwa Kihyun pasti
akan….

Cup.

Ciuman singkat mendarat di bibir Wonho, matanya terbelalak lebar.


Sungguh ia tak bisa menerka dengan pasti apa arti dari ciuman singkat
Kihyun di bibirnya.

“Aku akan benar-benar belajar mencintaimu Oppa, bantu aku. Dan aku
mohon jangan pernah tinggalkan aku, aku tak bisa membayangkan harus
berpisah denganmu” Kini pipi gadis itu memerah, ia menunduk
menghindari tatapan Wonho yang seakan tak percaya dengan apa yang
baru saja terjadi.

“Kihyun-ah….”

Cup.
Kali ini Kihyun kembali menempelkan bibirnya lama, matanya terpejam
mencoba menyalurkan apa yang ia yakini saat ini bahwa keputusannya tak
salah. Wonho perlahan menutup matanya menyambut ciuman Kihyun
dengan kebahagiaan yang membuncah. Tangannya mengusap lembut pipi
Kihyun, menyalurkan rasa cintanya melalui sentuhan lembut yang bisa
Kihyun rasakan. Sinar lembut bulan masuk menyusup dibalik tirai, menerpa
dua insan yang kini tengah menyalurkan cinta dan ketulusan yang mereka
rasakan.

—-

Matahari bersinar cukup terik siang ini tanpa ada awan di langit Jeju yang
biru. Kihyun masih sibuk dengan rangkaian bunganya dibantu oleh
Changkyun. Ada beberapa tangkai tulip putih yang harus ia rangkai hari ini.
Kihyun tersenyum puas rangkaian tulip putih itu terlihat cantik dengan pita
berwarna hijau muda pilihannya.

“Changkyun-ah, tolong antar bunga ini ke alamat ini”

“Bukannya noona yang akan mengantarkannya sendiri?”

“Aku akan bertemu dengan Minhyuk siang ini, jika sampai sore aku tak
kembali kau tutup saja tokonya. Oke?” Ujar Kihyun mengedipkan mata,
Chankyun menatap Kihyun malas. Selalu seperti ini, gerutunya.

Kihyun mengedarkan pandangannya di penjuru café. Matanya menangkap


sosok cantik yang melambaikan tangan kepadanya. Kihyun meghampiri
Minhyuk yang tersenyum ramah tanpa ragu.

“Anyeong Kihyun-ah.” Sapa wanita cantik yang sebenarnya enggan Kihyun


temui ini.

“Anyeonghaseo”

“Yaa, berhenti berbicara formal denganku.”

“Ada apa?”

“Kau masih membenciku? Kihyun-ah setelah aku menjelaskan semuanya


akankah kau terus membenciku?”

Kihyun menatap mata Minhyuk yang berkaca-kaca, sebenarnya ia tak ingin


bersikap dingin dihadapan Minhyuk. Namun mengingat ia melihat wanita ini
bersama dengan Hyunwoo bahkan hingga saat ini itu menyakitkan.
Sungguh menyakitkan. Minhyuk menggenggam tangan Kihyun.

“Kihyun-ah, tak pernah sekalipun aku menghianati persahabatan kita. Aku


akui aku pernah memiliki rasa pada Hyunwoo, tapi itu dulu sebelum aku
tahu Hyunwoo menyayangimu dan kau juga memilki rasa yang sama
dengannya.” Minhyuk menghembuskan nafas keras begitu Kihyun menarik
tangannya.

“Mungkin kau masih bertanya-tanya mengapa aku mencium Hyunwoo saat


itu. Saat itu Hyunwoo memanggilku dia bilang itu semua demi kau Kihyun-
ah. Aku tahu, apapun alasannya aku tak seharusnya melakukan hal itu
pada orang yang dicintai sahabatku”

Kihyun ingin mengabaikan Minhyuk sekali lagi, namun mata Minhyuk yang
berkaca-kaca menahan tangis membuatnya luluh. Benar kata Wonho, ia
harus berdamai dengan masa lalunya.

“Saat kau tiba-tiba tak bisa menemuiku aku sangat sedih Kihyun-ah,
kenapa kau tak mau menemuiku?”

“Aku melihat kau bersama laki-laki itu.” Kihyun menatap Minhyuk tajam.

“Aku tak bersama siapa-siapa Kihyun-ah, aku baru datang saat aku
menelepon mu karena tak melihatmu di café.”

“Jadi bukan kau yang ku lihat?”

“Yak, baboya. Aku sudah memutuskan tak mengenal Hyunwoo lagi sejak
kau melihatku saat itu. Kau tahu, aku menamparnya keras sekali saat itu.”
Minhyuk meneteskan air matanya, kesal karena Kihyun belum juga
mengerti betapa ia menyayangi sahabatnya itu. Kihyun tersenyum, musim
semi tahun ini Tuhan mengembalikan sahabatnya lagi atau lebih tepatnya
membuka hatinya untuk sahabatnya lagi. Sore itu mereka habiskan dengan
bernostalgia masa-masa indah yang pernah mereka lalui bersama.

Kihyun berjalan sendiri menyusuri trotoar yang dipenuhi wangi cherry


blossoms. Gadis itu duduk di halte melirik jam di tangannya. Masih jam 7
malam. Jarak ke apartemennya hanya 15 menit dengan berjalan kaki, ia
menunggu Wonho yang akan pulang setengah jam lagi. Hari ini lelaki itu
pulang dari Seoul setelah tiga hari.
“Kau masih suka menggunakan pakaian yang bisa membuatmu kedinginan
rupanya”

Kihyun mendongakkan kepalanya. Sesosok lelaki tampan dengan syal


merah juga tulip putih dengan pita hijau di tangannya tengah tersenyum
menatapnya. Lampu-lampu trotoar bersinar lembut membuat lelaki itu
terlihat seribu kali lebih tampan. Kihyun mengingat perasaan ini, perasaan
yang ia rasakan saat melihat Hyunwoo sore itu. Dan rasa itu ia rasakan lagi
sore ini pada orang yang sama. Hyunwoo.

“Kau, kenapa kau ada disini?”

Hyunwoo tersenyum tak membalas pertanyaan Kihyun, lelaki itu malah


bersimpuh di hadapan Kihyun menyampirkan syal merah ke leher Kihyun.
Kihyun menahan nafas, setelah sekian lama ia masih saja kikuk di depan
Hyunwoo. Hyunwoo menyerahkan bunga di tangannya.

“Ini…. Apa maksudmu sebenarnya?” Kihyun melemparkan bunga


ditangannya, ia juga melepaskan syal yang dililitkan Hyunwoo padanya. Ia
sadar, ia telah memilih melupakan Hyunwoo dan belajar mencintai Wonho.

“Aku minta maaf.” Hyunwoo menatap mata Kihyun. “Aku tahu, aku
berengsek. Aku lelaki bodoh. Tapi aku mohon Kihyun-ah, maafkan aku.”
Hyunwoo meraih tangan Kihyun.

“Tidak.” Kihyun dengan tegas menghempaskan tangan Hyunwoo. Ia tak


ingin kembali terjerat oleh pesona lelaki itu.

“Ku mohon Kihyun-ah, maafkan aku. Aku mencintai mu sungguh.”

“Cinta katamu? Jangan bercanda Hyunwoo-ssi.” Mata Kihyun berair,


kilatan-kilatan kenangan indah dan menyakitkan tentang Hyunwoo silih
berganti terbayang di ingatannya.

“Aku benar-benar mencintamu Kihyun-ah, aku akui aku salah. Aku


membiarkan Gunhee menyakitimu. Tapi sungguh, aku ingin mencegahnya
kau harus dengarkan dulu alasanku”

“Alasan? Bukannya kau yang memintaku untuk tidak meminta penjelasan


ataupun alasan mengapa kau dan sahabatku ada disana, dan mengapa
Gunhee berterima kasih kepadamu karena telah membawaku padanya?”
Emosi Kihyun meluap, gadis itu mengeluarkan semua amarah yang ia
pendam hingga saat ini.
“Aku…”

“Cukup Hyunwoo-ssi, tahukah kau betapa menyakitkannya lima tahun ini


aku lalui? Aku mohon menghilanglah dari hadapanku.” Kihyun melangkah
mundur.

“Kihyun-ah….” Hyunwoo mencoba meraih Kihyun yang terus melangkah


mundur, matanya terbelalak begitu melihat ada mobil melaju kencang.
Hyunwoo hendak berlari meraih Kihyun.

Grep.

Kihyun bergulingan di jalan matanya terpejam takut. Seseorang


memeluknya dengan erat.

“Kihyun-ah, gwenchana?” Kihyun membuka matanya, ia engenali suara ini.

“Oppa….”

“Yak! Babo-ya, kenapa kau ceroboh sekali hah?!!” Wonho membentak


gadis yang masih ada di pelukannya itu. Matanya menyiratkan
kekhawatiran yang sangat. Kihyun hanya menangis mengeratkan
pelukannya pada Wonho. Sedang dari kejauhan Hyunwoo hanya menatap
dua orang itu dengan mata sedih, lagi-lagi ia nyaris mencelakakan Kihyun.
Lama Hyunwoo menatap Kihyun yang memeluk erat Wonho sebelum
akhirnya mereka berlalu dari pandangannya dengan Kihyun dalam
gendongan Wonho.

Wonho mengeluarkan baskom berisi air hangat. Mengompres kaki Kihyun


yang terlihat sedikit memar. Kihyun menatap lekat Wonho, ia berjanji dalam
hati bahwa ia tak akan menyakiti Wonho lagi. Kihyun melirik pergelangan
tangan Wonho yang terlihat memar dan mengulurkan tangannya meraih
tangan Wonho. Pergelangan tangan Wonho terlihat lebih parah
dibandingkan dengan kakinya, ada sedikit luka di sana. Kihyun menarik
Wonho untuk duduk di sampingnya dan mengambil alih handuk di tangan
Wonho. Wonho hanya diam dan sedikit meringis begitu lukanya mengenai
handuk hangat yang semula akan ia gunakan untuk mengompres kaki
Kihyun.

“Gomawo.” Ucap Kihyun terus mengompres tangan Wonho dan kini beralih
ke sikunya.
“Jangan buat aku khawatir lagi.” Wonho meletakkan tangannya di pipi
Kihyun yang tampak lembab karena air matanya. “Jangan menangis lagi.
Maaf membentakmu tadi.” Wonho menghapus air mata Kihyun pelan
hatinya sakit bila harus melihat air mata gadisnya lagi.

—–

“Oppa.” Hyungwon masuk ruangan Hyunwoo tanpa permisi. Hyunwoo


mendongak sejenak untuk kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali.
Merasa tak di perhatikan Hyungwon menarik kacamata yang bertengger di
hidung mancungnya.

“Wonnie, kau tak lihat Oppa mu ini sedang bekerja.” Hyunwoo mencoba
merebut kembali kacamatanya dari tangan Hyungwon dan kembali
menenggelamkan diri dengan berkas-berkas di hadapannya. Hyungwon
merengut kesal, ia merogoh tasnya dan melemparkan kertas dengan pita
emas diatasnya. Tertulis ‘Wedding Invitation’ bertinta emas dengan dua
nama yang amat Hyunwoo kenal. Shin Wonho dan Yoo Kihyun.

Hyunwoo hanya melirik sekilas undangan yang dilemparkan Hyungwon


dan melanjutkan pekerjaannya dengan tangan bergetar. Ia memang sudah
berniat untuk melupakan Kihyun selepas kejadian beberapa waktu lalu,
dimana Kihyun nyaris celaka karenanya lagi. Tapi tidak secepat ini, ia
belum siap atau bahkan tidak akan pernah siap menerima kenyataan
Kihyun-nya dimiliki lelaki lain.

“Kau akan diam saja?” Hyungwon menatap Hyunwoo tajam.

“….”

“Oppa!”

“Kau ingin aku melakukan apa Wonnie? Kau ingin aku menggagalkan
pernikahan mereka? Tidak Wonnie, aku yakin Wonho bisa
membahagiakan Kihyun.” Hyunwoo menatap dongsaengnya sembari
tersenyum. Hyungwon tau, senyum itu senyum palsu. Jauh di dalam
hatinya ia tahu Hyunwoo tengah menangis. Hyungwon tak berkata apapun
lagi, gadis itu hanya melangkah keluar ruangan Hyunwoo meninggalkan
Hyunwoo yang kembali sibuk dengan pekerjaannya lagi.

Hyunwoo meraih undangan yang tergeletak di hadapannya dan


meremasnya pelan. Perlahan air matanya menetes. Hyunwoo tahu,
bahkan sangat tahu ini semua untuk kebahagiaan Kihyun. Tapi entah
mengapa hatinya tetap saja merasakan sakit. Persetan dengan kata-kata
bijak yang mengatakan bahwa ‘cinta adalah bahagia melihat yang dicinta
bahagia’. Nyatanya hatinya remuk sekarang. Hyunwoo menangis dalam
diam tanpa menyadari Hyungwon masih di depan pintu melihat oppanya
menangis.

Dua minggu menjelang pernikahan Kihyun dan Wonho kesibukan terlihat di


sana-sini. Kihyun Tampak sibuk dengan persiapan gedung pernikahannya
dan tengah mendiskusikan menu untuk acara pemberkatan juga
resepsinya. Wonho yang mendampingi gadis manis berdimple itu
tersenyum melihat betapa antusiasnya Kihyun mepersiapkan pernikahan
mereka, gadis itu benar-benar perfeksionis. Persiapan pernikahan mereka
sudah mendekati 90%, tinggal menyebarkan undangan ke beberapa teman
yang tinggal jauh dari Jeju.

“Kau bahagia?” Wonho bertanya sembari menyurukkan kepalanya di


perpotongan leher Kihyun, lengannya melingkar posesif di pinggul Kihyun.

“Tak ada wanita yang tidak bahagia mempersiapkan pernikahannya oppa”


Kihyun menggenggam tangan Wonho yang memeluknya.

Wonho melepaskan pelukannya menatap Kihyun, ia sungguh mencintai


gadis ini. Prioritas utamanya adalah kebahagiaan Kihyun. Wonho
menangkap ada gurat kesedihan sekilas terlihat di mata Kihyun-nya. “Kau
benar-benar bahagia?” Ulangnya mencoba meyakinkan dirinya sendiri
bahwa Kihyun akan benar-benar bahagia bersamanya.

“Oppa, aku sungguh bahagia bersamamu. Hentikan tatapan selidik mu


yang konyol itu.” Kihyun mencubit gemas pipi Wonho, membuat pria itu
tertawa dan meraihnya kedalam pelukan yang dalam.

“Aku berjanji akan membahagiakanmu Kihyun-ah.”

—-

“Jadi nona?”

“Hyungwon. Chae Hyungwon. Namaku mungkin sedikit aneh untuk


wanita.” Hyungwon tersenyum manis namun anggun.

“Ah, baiklah Hyungwon-ssi, apa yang saya bisa bantu?”


“Tinggalkan Kihyun. Datanglah kepadaku.” Hyungwon mengatakannya
dengan tenang seolah permintaannya sepele.

“Mwo? Anda sedang bercanda? Apakah ini hidden camera?” Wonho


menampilkan wajah terkejutnya yang selalu Kihyun katakan konyol.
Hyungwon menggeleng, matanya tetap menatap tajam Wonho.

“Saya serius Wonho-ssi, tolong tinggalkan Kihyun.” Hyungwon menyeruput


kopinya pelan.

“Maaf Hyungwon-ssi, permintaan anda benar-benar konyol, bahkan saya


tidak mengenal anda sebelum ini. Dan perlu anda ketahui, saya mencintai
Kihyun selama hidup saya, dan saya tak akan meninggalkannya barang
sekalipun.” Wonho menunduk hormat dan bersiap pergi dari hadapan
Hyungwon.

“Apa kau pikir dia akan bahagia bersamamu?” Wonho menghentikan


langkahnya. “Aku tahu Kihyun eonni masih mencintai Hyunwoo oppa, dan
begitu pula Hyunwoo oppa.” Wonho mengepalkan tangannya dan berlalu
tanpa mengatakan apapun.

—-

Seminggu menjelang pernikahan Wonho menemani Kihyun final fitting baju


pernikahan mereka. Wonho tampak begitu tampan dengan setelan
berwana putih dengan dasi hitam di lehernya, rambut pirangnya di cat
gelap membuat beberapa staff di butik berdecak kagum sekaligus iri pada
Kihyun yang bisa mendapatkan pria setampan Wonho.

Wonho menghampiri Kihyun yang tengah duduk memandang jalanan di


depan jendela. Gadis itu Tampak cantik dengan gaun panjang
berwarna broken white yang klasik, rambutnya dibiarkan tergerai menutupi
punggungnya yang sedikit terbuka. Kihyun tampak seperti seorang putri.

“Kihyun-ah.” Sapa Wonho lembut, namun gadis itu seperti tengah


tenggelam dalam lamunannya. Wonho melingkarkan tangannya di pundak
Kihyun, membuat gadis itu tersentak kaget.

“Oppa…”

“Sedang memikirkan apa hmm?” Tanya Wonho yang hanya dijawab


Kihyun dengan senyum.
Dddrrt…dddrrt….

Handphone Kihyun bergetar, ada nomor tak dikenal menghubunginya.


Kihyun melirik Wonho meminta persetujuan pria itu hanya tersenyum dan
meninggalkan Kihyun sendiri mempersilahkan gadis itu untuk berbicara
leluasa.

“Yobb….Mwo?!” Kihyun bergegas keluar butik, namun Wonho


menahannya.

“Ada apa Kihyun-ah?”

“Hyunwoo ada di rumah sakit Oppa, aku harus segera kesana….” Air mata
Kihyun menetes, Wonho menatapnya perih. Gadis ini bahkan tak berpikir
betapa menyakitkannya air mata yang ia teteskan untuk Hyunwoo bagi
Wonho. Wonho mencoba tetap tenang, ia membujuk Kihyun untuk
mengganti bajunya dulu dan berjanji akan mengantarkannya ke rumah
sakit.

Sesampainya di rumah sakit Kihyun langsung berlari menuju UGD, di sana


terlihat Hyungwon tengah terduduk di koridor. Kihyun bergegas
menghampiri gadis itu meski ia masih bertanya-tanya apa hubungan gadis
ini dengan Hyunwoo, dan mengapa ia menghubungi Kihyun perihal
Hyunwoo yang kecelakaan hingga kini dilarikan ke rumah sakit.

“Eonni…. Bagaimana jika Oppaku terluka parah eonnii…. Hiks, bagaimana


hidupku nantinya….” Gadis dengan tubuh semampai itu menghambur ke
pelukan Kihyun begitu melihatnya datang. Sedang Wonho hanya diam
menyaksikan Kihyun menenangkan gadis berkulit pucat itu.

Empat jam berlalu, Kihyun kini sedang duduk di samping Hyunwoo.


Tangannya menggengga erat tangan Hyunwoo. Sungguh, ia belum bisa
menghapus Hyunwoo dari hatinya sebesar apapun kesalahan Hyunwoo
hatinya tetap tak bisa menghapus lelaki itu. Hyunwoo telah terlalu lama
menggenggam hatinya, tak ada ruang kosong yang tersisa untuk siapapun
lagi, pun itu Wonho malaikat penjaganya.

Kihyun terlalu sibuk akan kekhawatirannya pada Hyunwoo sehingga tak


menyadari ada lelaki lain di sana yang menatapnya penuh luka. Wonho
hanya menatap calon pengantinnya yang kini tengah menatap lelaki lain
dengan penuh kekhawatiran. Wonho tak sanggup lagi melihatnya, ia
menutup pintu dan bergegas keluar.
“Aku sudah bilang kan, Kihyun eonni masih menyukai Oppaku.” Suara
lembut namun angkuh menyapa pendengaran Wonho, ia cukup tahu suara
siapa itu dan melanjutkan langkahnya tanpa menoleh. Hyungwon
menghentakkan kakinya kesal dan berlari menyusul Wonho yang berbelok
menuju cafetaria.

Hyungwon mengaduk-aduk kopinya, pandangannya tak lepas dari Wonho


yang sebentar-bentar menghirup kopinya lalu menghembuskan nafas
keras-keras, terkadang malah mengernyitkan dahinya seperti sedang
meminum soju.

“Wae?” Wonho menatap gadis cantik di hadapannya itu dengan kesal.


Bukan ia tak menyadari bahwa sedari tadi gadis itu tak pernah lepas
memandangnya.

“Oppa.”

“Aku bukan oppamu.”

“Wae? Bukankah kau lebih tua dariku?” Hyungwon menopangkan dagunya


mencoba bersikap imut yang membuat Wonho menahan tawanya. Gadis
ini benar-benar berbeda dari Kihyunnya, jika Kihyun tanpa berbuat apapun
akan terlihat imut, namun gadis ini sungguh tak pantas jika berlaku imut
apalagi menunjukkan aegyo. Ia terlalu cantik dan anggun.

“Hentikan sikap sok imut mu itu, aku geli melihatnya.” Ujar Wonho
menahan tawa membuat Hyungwon mengerutkan keningnya.

“Aku beri tahu satu hal oppa, biarkan Kihyun eonni bahagia bersama
oppaku. Oppa lihat sendirikan? Kihyun eonni masih sangat menyayangi
oppaku.” Hyungwon menatap mata Wonho tajam, wajah angkuh dan
anggunnya kembali tampak. Wonho menundukkan kepalanya lama,
menghela nafas panjang lalu beranjak keluar dari cafetaria diikuti
Hyungwon.

Langkah Wonho terhenti begitu tiba di depan ruang rawat Hyunwoo.


Matanya menangkap Kihyun yang tengah tertidur di samping ranjang
Hyunwoo. Tangannyamasih menggenggam tangan Hyunwoo. Wonho
menghela nafas panjang lalu melangkah menuju pintu luar. Sadar masih
diikuti Hyungwon, Wonho menghentikan langkahnya.

“Apa kau masih akan terus mengikuti ku seperti ini? Aku akan pulang.”
“Aku tak punya kendaraan ataupun ongkos taksi.” Gadis itu menampilkan
aegyonya lagi membuat Wonho mengacak rambutnya frustasi. Ya Tuhan
gadis ini terlihat imut sekarang.

—-

Kihyun membuka pintu apartemennya dengan wajah lelah. Ia melihat


Wonho yang tidur di sofa. Kihyun mengecup kening Wonho sekilas, ingin
meminta maaf akan sikapnya kemarin. Entah mengapa yang ada
difikirannya saat ini hanya Hyunwoo dan apa yang terjadi tadi pagi.

Pagi ini di rumah sakit Kihyun terbangun dengan lengan Hyunwoo


memeluknya. Kihyun tidak tahu sejak kapan ia pindah ke atas ranjang dan
tidur di pelukan Hyunwoo. Beruntung saat ia bangun Hyunwoo belum
bangun sehingga ia dapat segera pulang.

—-

Wonho memandang Kihyun yang hanya termenung di depan sup yang


tampaknya sudah lama mendidih. Ia paham betul apa yang tengah Kihyun
pikirkan saat ini, Hyunwoo. Hanya nama itu yang bisa membuat Kihyunnya
seperti ini. Wonho menghela nafas panjang, lagi. Beranjak menuju dapur
dan mengambil alih pekerjaan Kihyun. Kihyun tersentak menatap Wonho
yang berlalu menaruh panci di meja makan.

“Aku ada urusan dengan temanku, kau makan saja duluan.” Wonho meraih
kunci motornya yang sangat jarang ia gunakan dan keluar tanpa
mengucapkan apa-apa lagi. Kihyun menatap punggung Wonho yang
menghilang dari balik pintu. Ada sedikit rasa sakit di hatinya, Wonho tak
pernah sedingin ini. Sesibuk apapun pemuda itu selalu menyempatkan diri
memakan masakan Kihyun.

—-

Sudah dua hari ini Wonho sering pulang malam dan jarang membuka café,
ketika pulang pun pemuda itu hanya menyapa Kihyun sebentar, padahal
pernikahan mereka tinggal menghitung hari. Kihyun yang menyadari
perubahan sikap Wonho setelah ia pulang dari rumah sakit berkali-kali
mencoba untuk berbicara dengan Wonho namun pemuda itu selalu
beralasan sedang sibuk.

Kihyun mendengar suara pintu terbuka, ia buru-buru memejamkan mata


berpura-pura tidur. Wonho menghampiri Kihyun yang dikiranya tertidur di
sofa. Tangannya terulur membelai rambut Kihyun lembut. Wonho
mengecup pelan kening Kihyun tak ingin membangunkan gadis itu,
menatapnya sejenak sebelum mengangkat gadis itu kedalam
gendongannya.

“Aku mencintaimu Kihyun-ah, sungguh.” Wonho yang masih mengira


Kihyun tidur duduk di lantai di samping ranjang Kihyun. Lelaki itu
membenamkan kepalanya, tubuhnya sedikit bergetar.

“Aku meminta maaf atas ke egoisanku ini, aku hanya ingin kau bahagia
Kihyun-ah. Saranghae.” Wonho mengecup kening Kihyun kemudian keluar
kamar Kihyun.

Kihyun mengerjapkan matanya, tangannya menyentuh keningnya yang


sedikit basah karena Wonho meneteskan airmatanya tadi. Ia tak mengerti
apa maksud Wonho meminta maaf tadi. Lama ia termenung hingga
mendengar pintu tertutup.

Dia pergi lagi? Batin Kihyun. Ia bergegas keluar menuju kamar Wonho
untuk mengecek apa benar lelaki itu pergi lagi di pagi buta seperti ini.
Kihyun membelalakan matanya begitu masuk kamar Wonho dan bergegas
berlari keluar. Gadis itu terus berlari hingga trotoar tanpa memperdulikan
kakinya yang telanjang tanpa alas. Kihyun meneriakkan nama Wonho
berkali-kali seperti orang gila, gadis itu terduduk jatuh di trotoar
menggumamkan nama Wonho berkali-kali. Namun Wonhonya tak kunjung
kembali menghampirinya, tangannya menggenggam erat surat yang ia
temukan di meja kerja Wonho.

Kihyun-ah,ketika kau membaca suratku itu berarti aku sudah tak lagi
bersamamu. Maafkan aku Kihyun-ah mengingkari janji ku sendiri untuk
selalu bersamamu. Maaf kan keegoisanku yang membuatku harus pergi.
Aku hanya inginkau berbahagia sayang, dan aku tahu pasti bahagiamu
bukan bersamaku. Suatu saat nanti saat aku berhasil mengobati hatiku dan
mencintaimu layaknya kakak pada adiknya aku akan kembali Kihyun-ah.
Oh ya, aku bertemu Hyunwoo dan ia berjanji akan menggantikanku untuk
menjagamu. Mengenai pernikahan kita, aku sudah menyampaikan pada
Yoo eomma dan orang tuaku kau tak usah menghawatirkan apapun lagi.
Tolong jangan pernah menangis lagi, oppa mencintaimu.

—-

“Kiho-ya jaga adikmu, jangan biarkan ia mendekati dapur.”


“Nana-yaaa kemari ikut oppa jangan ganggu eomma.” Kiho menarik si kecil
Nana yang berlarian disekitar dapur. Putri kecil itu tertawa-tawa saat
oppanya menggendongnya paksa dari dapur.

“Ada yang bisa aku bantu Nyonya Son?” Hyunwoo meletakkan tangannya
di bahu istrinya setelah sekilas mengecup keningnya, sang istri tersenyum
balas mengecup pipi suaminya.

“Kau bersiap-siaplah biar aku menggantikanmu mencuci piring, Hyungwon


pasti akan marah jika kita terlambat datang….”

Drrrt. Drrrt.

“Yobose….”

“Ya!! Dongsaeng macam apa kau? Oppamu menikah sebentar lagi dan
kau belum juga datang?!” Teriakan Wonho membuat Kihyun menjauhkan
telinganya dari ponsel.

“Yaa!!! Oppa! Aku tak akan terlambat, sebentar lagi kami berangkat
berhentilah menggangguku dengan telpon mu! Demi Tuhan, ini sudah ke
lima kalinya pagi ini kau meneriakiku di telepon!” Kihyun balas berteriak
kesal dan langsung menutup teleponnya tanpa menunggu balasan Wonho.

Hari ini Wonho dan Hyungwon akan menikah, setelah perjuangan tanpa
lelah Hyungwon selama nyaris 8 tahun terhitung dari hari dimana Wonho
memutuskan menyerah akan cintanya pada Kihyun. Gadis itu menyusul
Wonho yang berencana menyembunyikan diri.

Kihyun dan Hyunwoo menikah setahun setelah kepergian Wonho, mereka


memiliki seorang putra berusia 6 tahun dan putri kecil berusia 3 tahun, Son
Kiho dan Son Nabi. Wonho kembali setelah Hyungwon meyakinkannya
untuk menjenguk Nana yang baru lahir.

“Eomma, appa bilang cepat turun.” Kiho menyembulkan kepalanya dari


balik pintu. Kihyun tersenyum bergegas menghampiri keluarga kecilnya
yang sangat ia sayangi, matanya menatap penuh cinta Hyunwoo yang
tengah bercanda dengan Nana di gendongannya dan Kiho yang ikut
menjahili adiknya.

E.N.D
Reincarlove / Showki’s Fiction /
Supranatural / Romance / Oneshoot
Posted on April 24, 2016

REINCARLOVE

Tittle : REINCARLOVE

Cast : Son Hyun Woo ‘Shownu’, Yoo Ki Hyun ‘Kihyun’, etc.

Genre : Romance, Fantasy, Supranatural

Author : LidyaNatalia

Author’s Note: Remake from my old fiction ~

Warning : Some typos, bored fiction ‘maybe’. If you do not like this couple
or this Genre (read : Genderswicth) Please do not read this Fiction. T

***

“Kihyun….”
“Ada apa Hyun?” Tanya seorang gadis bernama Minhyuk ketika melihat
Kihyun, sahabatnya, tiba – tiba menolehkan kepalanya ke samping kiri
dengan kasar.

“Akhirnya aku menemukanmu….”

“Kihyun….”

“Sepertinya ada seseorang yang memanggilku…” Jawab Kihyun


memberitahu Minhyuk dan Hyungwon. “Dari arah sana…” Tunjuk Kihyun
ke arah danau yang berada di balik pohon besar yang rindang yang
tepatnya berada di bawah mereka sekarang.

Minhyuk dan Hyungwon mengikuti arah telunjuk Kihyun.

“Apa kau kehilangan sesuatu?” Tanya Minhyuk. “Dari kemarin-kemarin


juga kau selalu melihat ke arah sana ketika kita pulang. Iya kan Kihyun?”
Lanjut Minhyuk.

Kihyun mengangguk. “Yeah… tunggu sebentar ya…” Ujar Kihyun sembari


menuruni anak tangga menuju danau tersebut meninggalkan Hyungwon
dan Minhyuk.

“Menurutmu apa yang akan Kihyun temukan?!” Tanya Minhyuk pada


Hyungwon.
Hyungwon mengangkat kedua bahunya, “Entahlah. Kita tunggu saja dia
kembali.” Jawab Hyungwon.

“Kihyun… Kihyun…” Suara itu kembali menggema, terasa sangat jelas di


telinga Kihyun, namun anehnya, lagi – lagi hanya Kihyun yang dapat
mendengarnya.

“Ya?” Jawab Kihyun ketika mendengar suara yang akhir-akhir ini selalu
memanggil namanya.

“Apa Kihyun mendengar suara-suara aneh lagi?” Tanya Minhyuk pada


Hyungwon lagi ketika mendengar suara sautan Kihyun entah pada siapa.

“Sepertinya begitu…” Jawab Hyungwon sembari terus mengamati Kihyun


dari atas tangga.

“Hey, Won apa kau mendengar suara itu?” Tanya Minhyuk lagi.

Hyungwon menggeleng, “Tidak sama sekali. Kau? Kau mendengarnya?”


Tanya Hyungwon balik. Dan dijawab gelengan pula oleh Minhyuk.

“Tidak juga…”
Kihyun melihat ke arah danau dari ujung anak tangga tersebut ketika telah
sampai di bawah. Dia lihat sekeliling danau yang terlihat damai tersebut.
Sebenarnya dia sedikit takut, tapi rasa penasarannya akan suara yang
terus memanggilnya dan suara yang hanya bisa didengar olehnya
membuat dia setengah mati penasaran hingga mengalahkan rasa
takutnya.

“Kihyun….”

“Ya… Ini aku Kihyun… ” Jawab Kihyun entah pada siapa, ketika dia
mendengar lagi namanya dipanggil.

Kihyun berjalan mengelilingi danau yang tercipta secara alami tersebut.


“Bukankah ini danau yang sangat melegenda itu?” Gumam Kihyun sembari
duduk di bebatuan pinggiran danau tersebut.

Banyak yang bilang ada sebuah peristiwa yang pernah terjadi di danau
tersebut. Namun Kihyun tidak tahu pasti karena banyak versi yang beredar.
Oleh karena itu dia tidak benar-benar mengetahui apa yang pernah terjadi
ataupun cerita sejarah tentang danau tersebut. Yang dia tahu hanya
sekedar danau tersebut bersejarah.

Banyak yang berpendapat kalau ada sepasang kekasih yang datang ke


danau tersebut untuk menikmati keindahan alam ataupun hanya sekedar
jalan-jalan biasa akan ditimpa kesialan, yaitu akan putus dalam jangka
waktu beberapa hari setelah datang ke danau tersebut. Kihyun tidak terlalu
percaya hal tersebut, namun sialnya cerita itu adalah salah satu versi yang
paling diyakini dan terkenal di kalangan masyarakat.

“Kemarilah…. ”
Suara itu kembali menggema, dan kali ini lebih jelas. Membuat Kihyun
yakin bahwa sumber suara yang terus memanggilnya itu memang berasal
dari dasar danau. Kihyun melihat ke dalam danau tersebut, dia melihat
suatu bayangan yang tiba-tiba makin terlihat besar dan jelas.

“Apa itu?” Tanya Kihyun ragu dengan apa yang dilihatnya. Perlahan
setelah dia buka sepatunya Kihyun mencoba memasukannya kakinya ke
dalam danau yang menurut orang-orang cukup dalam tersebut. Entahlah.
Kihyun tidak pernah mengukur kedalamannya.

“Hah?!” Kihyun tersentak kaget ketika merasakan ada sesuatu yang


memegang kakinya yang telah tercelup sebagian di danau.

“Byurrrrrr!!” Sejurus kemudian Kihyun terperosok masuk ke dalam danau


yang semakin dalam menariknya masuk.

“A..rrrpppa in…rrrrp…i” Ujar Kihyun ketika melihat sesosok laki-laki


menggunakan jubah hitam menarik tubuhnya terus ke bawah.

“Kau telah berjanji, kita akan mati bersama…”

Sosok tersebut menarik Kihyun, hingga wajah Kihyun tepat berada di


hadapannya. Kihyun menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Sosok
tersebut menatap raut wajah Kihyun yang menunjukkan keterkejutannya
dengan tenang.
“Kihyun, kali ini aku pasti… ”

“Splasssshhhh!!”

“Blurp….blurpp….”

Ada tarikan yang cukup kuat dari atas, sesuatu yang menarik bagian tubuh
Kihyun. Sementara sosok yang berada tepat di bawah Kihyun dan
berhadapan dengan gadis itu juga menarik tubuhnya terus ke bawah
dengan genggaman yang tidak terlalu erat namun cukup kuat.

“Kau siapa?” Tanya Kihyun membuat sosok tersebut membelalakan


matanya dan seketika tarikannya pada tubuh Kihyun mengendur.

“Blurp…blurpp…”

Kihyun semakin ke atas karena tarikan yang sekarang kekuatannya tidak


seimbang karena melemahnya tarikan dari bawahnya. Namun matanya
masih memandang sosok di bawahnya dengan mata terbuka lebar karena
penasaran, sosok tersebut pun masih memandangi Kihyun dengan raut
wajah yang sulit dijelaskan, Kihyun melihat kesedihan yang tersirat dari
pandangan sosok tersebut.

“Kihyun….!!” Seru Hyungwon dan Minhyuk setelah berhasil menarik tubuh


Kihyun dari dalam danau.
Tadi ketika melihat dari atas Kihyun terjerembab dan jatuh ke dalam
danau, mereka berdua langsung turun ke danau dan berusaha
menyelamatkan Kihyun.

“Gwaenchana?” Tanya Minhyuk kemudian sembari menyingkapkan rambut


Kihyun yang menutupi wajahnya.

“Untung kami masih sempat menyelamatkanmu…Huft…” Desah


Hyungwon lega.

“Aku.. tidak apa-apa…Terima kasih ya … Untung ada kalian…” Ujar Kihyun


sembari tersenyum. Kihyun melihat ke arah danau. Masih terkejut dengan
kejadian yang baru saja menimpanya. Dia masih dapat mengingat jelas
sosok laki-laki yang baru saja dilihatnya. Begitu pucat dan tampan dengan
sebuah jubah-menurut Kihyun- yang seperti menunjukkan status sosialnya
yang tinggi di masa lalu, namun terlihat jelas juga sirat dingin kesepian di
raut wajahnya.

“Yasudah, lebih baik kita pergi saja dari sini. Bajumu juga sudah basah
kuyup kalau tidak segera dikeringkan kau bisa masuk angin. Ayo cepat…”
Ajak Hyungwon sembari membantu Kihyun berdiri sementara Minhyuk
membantu Kihyun membawakan tasnya.

Kihyun hanya mengangguk dan menuruti ajakan Hyungwon. Sesekali dia


menengok ke belakang ketika langkahnya semakin menjauh dari danau.
Dan betapa terkejutnya Kihyun ketika dia melihat kembali sosok tersebut
tengah berdiri di tepi danau sembari memandanginya dengan tatapan
tajam, sehingga Kihyun langsung memalingkan wajahnya ke depan ketika
melihat pandangan tajam itu.

“Sungguh lancang kau berani menanyakan siapa aku…”


***

“Terimakasih ya untuk hari ini… kalau tidak ada kalian saat itu… aku tidak
tahu bagaimana jadinya diriku..” Ucap Kihyun pada Minhyuk di seberang
saluran telpon.

Saat ini Kihyun tengah duduk bersandar pada dinding di kasurnya sembari
mengobrol dengan Minhyuk melalui telepon.

“Ya… untung saja ada kami.” Sahut Minhyuk. “Oh iya, Kihyun, tadi ketika
aku membicarakan peristiwa yang menimpamu pada keluargaku, ibuku
bilang dia tahu sesuatu tentang danau di taman tersebut.” Lanjut Minhyuk
memberitahu Kihyun.

Kihyun membenarkan posisi duduknya, dia ingin mencari posisi yang


nyaman sebelum mendengar cerita dari topik yang masih membuatnya
penasaran ini. “Versi lain lagi?” Tanya Kihyun skeptis.

Minhyuk mengangguk, “Begitulah… tapi sepertinya cerita dari ibuku lebih


mendekati kebenaran karena kata ibuku, nenekku yang menceritakan
padanya..” Jelas Minhyuk.

“Maksudmu sejarah atau cerita tentang danau itu berhubungan dengan


peristiwa yang menimpaku tadi?” Tanya Kihyun.
Minhyuk menggeleng , namun langsung dirutukki perbuatannya ketika dia
ingat bahwa dia sedang berbicara dengan Kihyun melalui telepon. “Aku
tidak tahu pasti berhubungan atau tidak dengan peristiwa tadi, tapi ya bisa
jadi..” Jawab Minhyuk sedikit ragu.

“Memang bagaimana ceritanya?” Tanya Kihyun lagi penuh dengan


antusias namun sedikit takut.

Minhyuk mengambil nafas dalam-dalam sebelum mulai bercerita, “Jadi


dulu dulu sekali terjadi sebuah peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh
sepasang kekasih, mereka memutuskan bunuh diri dengan cara
menyeburkan diri ke dalam danau tersebut, well, kau tau kan kalau danau
tersebut cukup dalam..”

“Ya, menurutku juga begitu, bahkan tadi aku belum sempat melihat
dasarnya , tapi aku memang yakin danau itu sangat dalam… uhm Lalu?”
Sahut Kihyun memotong cerita Minhyuk.

Minhyuk memutarkan bola matanya, “Ya seperti yang diharapkan, bunuh


diri itu memang berhasil. Tapi..”

“Tapi?” Ulang Kihyun.

“Sang laki-laki memang mati, tapi sang wanita berhasil diselamatkan


sebelum dia benar-benar jatuh ke dasar danau… Dan mungkin kau mirip
dengan sang wanita itu..” Ujar Minhyuk membuat Kihyun sedikit bergidik
ngeri.
“Me..memangnya kalian benar-benar tidak mendengar apapun?” Tanya
Kihyun lagi.

“Tidak.. tidak sama sekali. Tapi itu bukan berarti kami tidak mengerti
kenapa kau bisa terpeleset dan tercebur seperti itu..” Jawab Minhyuk lagi.

“….”

“Apa kita harus menanyakan hal ini pada Wonho sunbae?” Tanya Minhyuk
ketika Kihyun tidak merespon.

“Wonho sunbae?” Tanya Kihyun. Ya, setahu Kihyun memang Wonho itu
seperti punya indera keenam, dapat merasakan atau bahkan mungkin
melihat kaum astral. Well, semua orang di sekolahnya membicarakan
tentang kelebihan Wonho tersebut, dan memang itulah yang membuat
Wonho terkenal di antara siswa-siswi di sekolah mereka, selain prestasinya
di bidang taekwondo.

“Iya, aku rasa dengan membicarakannya dengan Wonho sunbae, mungkin


kita bisa dapat sedikit pencerahan atau kejelasan mengenai kasusmu..”
Jelas Minhyuk lagi. “Bagaimana? Kau mau?” Lanjut Minhyuk.

Kihyun mengangguk tanpa bisa dilihat oleh Minhyuk. “Baiklah..” Jawab


Kihyun pada akhirnya.

“Yasudah. Kalau begitu sampai jumpa besok ya Kihyun…” Sahut Minhyuk


dari seberang kabel telepon.
Kihyun merenung namun tetap berusaha sedikit tersenyum agar suaranya
terdengar sedikit tegar di telinga Minhyuk, “Sekali lagi, terima kasih ya
Minhyuk.. dan maaf kalau aku terlalu merepotkan kalian…”

“Thats what a friend for, Kihyun…” Sahut Minhyuk sebelum akhirnya


memutus obrolan dan menutup sambungan telepon mereka.

“Pasangan kekasih yang bunuh diri?” Gumam Kihyun dengan suara


bergetar. Jantungnya kini berdegup sedikit lebih kencang dari sebelumnya.

Kihyun memegangi dada bagian kirinya sembari menggigit bibir bagian


bawahnya tak perduli bahwa itu akan menyakiti bagian tubuhnya sendiri,
“Kenapa dadaku terasa sesak ya?”

***

“Kau mau menikahi seorang pelayan? Apa kau sudah gila Son
Hyunwoo?!!”

Kihyun mengerjapkan matanya, dengan jelas dia melihat sosok yang


sangat mirip dengannya berada di hadapannya. “A…pa itu aku?” Gumam
Kihyun namun tak ada yang menjawabnya.

Kini di hadapannya, di dalam sebuah bangunan megah yang klasik Kihyun


menyaksikan beberapa orang tengah berkumpul di satu ruangan yang
sama dengannya saat ini. Yang barusan berteriak adalah laki-laki tua yang
cukup gagah dan sangat berkharisma namun tegas, sedangkan pelayan
yang dimaksud sepertinya adalah wanita yang kini tengah berdiri di
hadapan Kihyun sembari menunduk dengan tubuh gemetar ketakutan. Dan
sisanya ada seorang laki-laki muda dan seorang wanita dewasa yang
terlihat paling tua di antara mereka.

“Kihyun bukan hanya seorang pelayan, Appa! Dia adalah wanita yang
sangat berharga bagiku!”

Kihyun menolehkan kepalanya ke arah laki-laki muda yang baru saja


berbicara, dan betapa terkejut dirinya ketika dia dapati bahwa laki-laki itu
adalah sosok yang dia temui di dalam danau tadi.

“Aku tak perduli! Kau tahu kau akan mencoreng nama keluarga Son kalau
kau menikahi pelayan rendahan itu?!”

Kihyun kembali menoleh ke arah seseorang yang dipanggil Appa oleh


sosok Son Hyunwoo barusan ketika beliau kembali berbicara dengan nada
bentakkan. Kihyun mulai sedikit paham apa yang sedang terjadi saat itu.

“Appa…”

“Kau Kihyun!!”

Kihyun langsung kembali menoleh, kali ini ke arah wanita yang dari tadi
berdiri di hadapannya. Bisa Kihyun lihat tingkat ketakutan pada wajah
pelayan wanita itu makin bertambah dari sebelumnya.
“N…nde Tuan…”

“Ambil uang ini dan pergi dari sini!!”

“Appa!!”

“Dan kau Son Hyunwoo! Aku akan menjodohkanmu dengan wanita yang
lebih layak dan terhormat daripada pelayan itu!”

Dapat Kihyun lihat laki-laki muda bernama Son Hyunwoo tersebut


langsung menggenggam tangan si pelayan ketika ayahnya berusaha terus
merendahkan wanita itu. Menggenggam sangat kuat, seolah tidak akan
mau menuruti perkataan dari orang tuanya dan akan tetap
mempertahankan pelayan tersebut.

“Tuan Hyunwoo..”

Kihyun meringis kesakitan ketika merasakan sesak pada dadanya dan


sakit pada pergelangan tangannya, tubuhnya berusaha bergerak-gerak
seolah ingin lepas dari sebuah belenggu.

“Apakah kau bermimpi hal yang familiar?”


Kihyun langsung membuka matanya ketika mendengar suara yang sangat
dekat di telinganya. Sosok laki-laki muda bernama Son Hyunwoo yang
baru saja dia lihat dimimpinya kini berada di atas, menindih tubuhnya dan
menekan pergelangan tangannya dengan kuat.

“Son Hyunwoo..” Gumam Kihyun dalam keadaan masih setengah sadar.


Akalnya masih belum seratus persen meyakini kalau orang yang baru saja
ada dimimpinya kini berada di atasnya.

“Kau ingat aku?” Tanya Hyunwoo dengan nada tajam.

Kihyun mengerjapkan matanya berulang kali, mencoba memperjelas


pandangannya.

“K-kau?” Seru Kihyun kaget ketika akalnya mulai meyakini bahwa memang
Hyunwoo sedang berada di atasnya, hingga menimbulkan rasa sesak pada
dadanya.

Hyunwoo menekan pergelangan tangan Kihyun makin kuat, “Kihyun…


jiwamu kini menyatu dengannya…” Gumam Hyunwoo sembari
merendahkan kepalanya ke wajah Kihyun hingga ujung hidung mereka
saling bersentuhan.

Hyunwoo menghirup aroma rambut Kihyun dengan seduktif hingga Kihyun


merasa kegelian dengan tindakan laki-laki astral tersebut. “Kau…” Desah
Hyunwoo pelan namun sangat terdengar jelas di telinga Kihyun.
“Bereinkarnasi… dan itu artinya kita bisa bersama lagi…” Lanjut Hyunwoo
sembari terus mengendusi wajah Kihyun sebelum akhirnya dia jatuhkan
bibir tebalnya di bibir merah muda Kihyun secara tiba-tiba.
“Mmmm….”

“Ak-aku bukan Kihyunmu…” Ujar Kihyun dengan susah payah di tengah


sentuhan tiba-tiba bibir Hyunwoo tersebut, dan itu membuat Hyunwoo
menarik bibirnya dari milik Kihyun.

“Ak..aku bukan Kihyunmu…” Ulang Kihyun lagi dengan suara sedikit


bergetar di ujung kalimat. “Bahkan meskipun aku memang bereinkarnasi.
Aku bukan Kihyunmu… Jantungku memang berdegup tak karuan saat aku
melihatmu, tapi… aku bukan …”

“Hey.. kenapa kau menangis?” Tanya Hyunwoo menatap bulir air mata
yang mengalir dari pelupuk mata Kihyun.

“Ak-aku..tidak tahu…tiba-tiba makhluk astral sepertimu muncul di


depanku… dan kau bilang aku bereinkarnasi… Aku adalah aku… dan aku
bukan seperti kekasihmu…aku…”

“Hey… tenanglah…” Hyunwoo beranjak bangun dari tubuh Kihyun,


membuat Kihyun ikut bangkit karena tangannya yang terkait dengan
tangan Hyunwoo. “Dan jangan memasang ekspresi seperti itu… Sudah
cukup aku melihat ekspresi seperti itu!” Ujar Hyunwoo dengan tegas.

“Kihyun…” Hyunwoo menatap dalam mata hitam Kihyun. Membuat Kihyun


mau tak mau turut menatap ke dalam mata Hyunwoo juga. “Kenapa kau
selamat?” Tanya Hyunwoo entah pada Kihyun kekasihnya dulu, atau
Kihyun yang kini berada di hadapannya.
“Apa aku benar-benar terlihat seperti kekasihnya?” Gumam Kihyun dalam
hatinya ketika melihat tatapan sendu Hyunwoo.

“Aku tidak bisa membohongi perasaanku, kalau aku


menyukainya..” Gumam Kihyun lagi dalam hatinya untuk yang kedua kali.

“Bisa kau tunjukkan apa yang terjadi waktu itu?” Pinta Kihyun pada
Hyunwoo.

“Aku akan menunjukannya padamu… Tapi jangan harap aku akan


melepaskanmu untuk yang kedua kalinya…” Ujar Hyunwoo dengan nada
posesif sebelum akhirnya menutup mata Kihyun dengan telapak
tangannya.

***

Kihyun memejamkan matanya dan setelah beberapa saat dia buka


matanya dan mendapati dirinya berada di dekat danau tadi siang. Sesaat
dia terpaku melihat keadaan danau yang sama dengan yang ada sekarang
ini, hanya saja pemandangan di sekitar danau tersebut sedikit berbeda,
terlihat lebih sejuk dan tenang.

Kihyun sedikit tak habis pikir kenapa tempat seindah ini dijadikan tempat
untuk bunuh diri.
“Kalau memang cinta kita tidak dapat bertahan saat kita hidup, setidaknya
cinta kita akan abadi dengan kematian kita…”

Kihyun menolehkan kepalanya ke arah barat laut, ketika mendengar


sebuah suara. Dan didapatinya saat itu Hyunwoo tengah berdiri dan
berbicara sembari menangkupkan tangannya pada wajah pelayan wanita
bernama Kihyun tadi. Harus diakui oleh Kihyun, bahwa pelayan wanita itu
memang seperti kembaran dirinya pada masa lampau. Atau memang itu
dirinya pada masa itu?

“Tapi tuan…”

“Ssttt… sudah berapa kali aku katakan, jangan panggil aku tuan, panggil
saja namaku. Aku lebih suka kau memanggilku Hyunwoo…”

“Baiklah Hyunwoo…”

“Kau bersedia kan, mati bersamaku?”

“Asal bersamamu, aku rela melakukannya…”

Kihyun terhanyut dalam pemandangan romantis di depannya. Cinta beda


status sosial memang selalu jadi penghalang dalam suatu hubungan,
bukan hanya pada masa lampau tapi juga pada saat sekarang ini. Dan itu
sudah sering Kihyun lihat dalam drama-drama yang ditontonnya di waktu
senggang.
Hyunwoo memeluk Kihyunnya dengan erat dan penuh rasa sayang,
dikecupnya puncak rambut kepala Kihyun, sebelum pada akhirnya mereka
menceburkan diri ke dalam danau tersebut.

“Byurrr….”

Kihyun menutup mulutnya. Dia berlari ke pinggir danau untuk melihat tubuh
kedua sejoli yang berpikiran pendek tersebut.

“Hey!”

“Dasar tidak waras!!

Kihyun menolehkan kepalanya ke arah laki-laki yang tiba-tiba saja datang


ke pinggir danau tersebut. Dia menceburkan dirinya ke dalam danau, dan
setelah beberapa saat laki-laki itu berhasil menarik kembali sosok Kihyun
sang pelayan wanita. Sementara sosok Hyunwoo akhirnya benar-benar
tenggelam dan tidak dapat diselamatkan.

Keadaan disekeliling Kihyun tiba-tiba berubah. Dia kini berada di sebuah


alun-alun dengan berbagai macam hiasan. Suara musik perlahan bergema
di sekelilingnya. Kihyun berputar melihat ke sekelilingnya. Bingung dengan
perubahan yang tiba-tiba saja terjadi.

Perlahan, Kihyun memutuskan mencari tahu apa yang sedang terjadi, dia
mencoba mencari sumber keriuhan. Dan ketika dia terus maju, dia
mendapati sepasang anak manusia tengah diarak dengan pakaian khas
korea, Hanbok. Dan ketika Kihyun perjelas lagi pandangannya, dia melihat
dengan jelas bahwa pasangan tersebut adalah sosok Kihyun -pada masa
lalu, dan pria yang menyelamatkannya tadi.

“Jadi kita tidak bisa bersama? Kau bahagia dengan cintamu sementara
aku tenggelam dalam dasar kegelapan tak berujung…”

***

“Brukk!!!”

Kihyun langsung mengelus kepalanya yang mencium lantai. Peristiwa yang


diperlihatkan Hyunwoo tiba-tiba menghilang dan membuatnya jatuh dari
ranjangnya seperti ini.

Kihyun bangkit dan berjalan ke arah jendela kamarnya, dipandanginya


langit malam kelam yang tak berhiaskan bintang sama sekali. “Pantas saja
dia merasa kecewa…” Gumam Kihyun sembari kembali mengingat wajah
sedih Hyunwoo.

Kihyun melipat kedua tangannya yang kemudian dia sandarkan di jendela


tersebut. Kali ini dia lihat ke kebun rumahnya yang dipenuhi berbagai
macam tanaman hias kesukaan ibunya. “Aku dapat mengerti bagaimana
perasaannya saat itu…” Gumam Kihyun lagi.

“Hatiku saja ikut sakit ketika melihat wanita itu dengan laki-laki lain,” Desah
Kihyun sembari turut memegangi dada bagian kirinya.
“Kalau wanita itu tetap hidup…”

“Greppp…”

“K-kau…” Kihyun terlonjak kaget ketika tiba-tiba Hyunwoo memeluk


tubuhnya dari belakang.

“Sambutan macam apa itu?” Tanya Hyunwoo tak suka dengan raut
keterkejutan Kihyun barusan.

“Apa yang kau inginkan?” Tanya Kihyun, tak menjawab pertanyaan


Hyunwoo.

Hyunwoo membalikan tubuh Kihyun hingga berhadapan


dengannya. Disergapnya kedua bahu Kihyun dengan kuat. “Seperti yang
ku katakkan tadi…” Ujar Hyunwoo tajam. “Aku tidak akan melepaskanmu
untuk yang kedua kalinya..” Putus Hyunwoo sepihak.

“Aku tidak bisa… aku tidak bisa pergi denganmu…” Sahut Kihyun.

“K-kau….”

“Kihyun!! Kau belum tidur?”


Kihyun dan Hyunwoo menoleh bersamaan kesumber suara, “Ibuku…”
Ucap Kihyun pada Hyunwoo.

***

Kini Kihyun ditemani Minhyuk dan Hyungwon tengah berada di depan


kelas Shin Wonho, kakak kelas mereka. Setelah Kihyun menceritakan
kejadian yang menimpanya semalam pada Minhyuk dan Hyungwon,
mereka langsung menyeret Kihyun untuk segera menemui Wonho.

Tak berapa lama setelah Hyungwon minta tolong kepada teman Wonho
untuk memanggil, Wonho keluar dari kelasnya. “Oh, kalian. Ada apa
mencariku?” Tanya Wonho.

Hyungwon melirik ke arah Kihyun, secara tidak langsung mengisyaratkan


Kihyun untuk langsung menceritakan kejadian yang menimpanya pada
Wonho.

Kihyun mengerti isyarat itu, diambilnya nafas panjang-panjang sebelum


pada akhirnya dihembuskan secara langsung.

“Aku…”

***
Kihyun merasa sedikit lega setelah menceritakan masalahnya pada
Wonho, seperti yang dikatakan Minhyuk sebelumnya, Wonho memang
ternyata mengerti hal-hal seperti itu. Wonho juga menyarankan Kihyun
untuk tidak secara terang-terangan menolak kehadiran makhluk astral
tersebut selama makhluk tersebut tidak mengajak Kihyun untuk ikut ke
alamnya lagi.

Menuruti perkataan Wonho, malam-malam berikutnya Hyunwoo terus


datang menghampiri Kihyun dan Kihyun terima kehadirannya dengan
perasaan senang hati dan tidak menolak. Biasanya Hyunwoo akan
mengajaknya mengobrol atau menceritakan sesuatu, atau terkadang terus
membujuk Kihyun untuk terus ikut bersamanya, namun Hyunwoo juga lebih
sering diam di sudut kamar mengawasi Kihyun dalam tidurnya. Dan
Hyunwoo akan pergi ketika fajar mulai menjelang.

Kihyun pun tanpa sadar mulai terbiasa dengan kehadiran Hyunwoo di


kamarnya. Ketekunan Hyunwoo yang terus datang dimalam-malamnya
bahkan ketika dia tertidur menyentuh hatinya hingga perasaannya terus
berkembang tanpa dia inginkan, membuatnya terkadang berfikir untuk ikut
bersama Hyunwoo.

Dan sebelum pagi menghilang, Hyunwoo selalu meninggalkan pesan yang


sama pada Kihyun di setiap ujung mimpi Kihyun.

“Dasar bodoh… akan lebih baik bila kita mati bersama…”

***

Hari ini, seperti hari-hari ke belakang, Kihyun kembali melaporkan pada


Wonho mengenai perkembangan sosok Hyunwoo yang terus
mendatanginya. Tidak seperti pada saat pertama kali, untuk pertemuan
yang kedua kali sampai sekarang Kihyun hanya seorang diri melaporkan
perkembangan tersebut pada Wonho.

Dan baru saja dia kembali dari ruang latihan taekwondo tempat Wonho
menghabiskan waktu istirahatnya. Wonho menyarankan Kihyun untuk
lebih kuat memantapkan hatinya untuk bertahan dan tidak tergoda oleh
Hyunwoo setelah mendengar penuturan Kihyun yang mengatakan bahwa
hatinya mulai tergerak.

“Kihyun!!” Kihyun membalikan tubuhnya ketika mendengar seseorang


memanggil namanya. Dua orang perempuan yang diketahui Kihyun adalah
kakak kelasnya menghampirinya. Kihyun tidak terlalu mengenal kedua
kakak kelas di hadapannya ini, karena ini adalah kali pertama dia
melihatnya.

“Kau habis menemui Wonho?” Tanya perempuan berambut panjang yang


menurut Kihyun sangat cantik tersebut.

Kihyun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

“Aku dengar akhir-akhir ini kau selalu menghampirinya! Apa kau mau
mendekatinya?” Tanya perempuan itu lagi tersirat rasa ketidaksukaannya
ketika menanyakannya.

Kihyun mengangguk paham, sepertinya kakak kelasnya ini salah paham,


“Iya. Ehm maksudku iya untuk menghampirinya.” Jawab Kihyun.
“Untuk apa? Ada urusan apa kau dengan Wonho?” Tanya perempuan
yang berambut lebih pendek.

“ Makhluk astral sunbae..” Jawab Kihyun jujur. Dia tidak mau menutupi
apapun yang dapat membuat kedua kakak kelasnya ini lebih salah paham
lagi.

Keduanya saling berpandangan, “Makhluk astral???” Serunya bersamaan.

“Kau pikir kami percaya?” Tanya perempuan berambut panjang.

“Jangan gunakan hal semacam itu untuk mendekati Wonho. Mengerti?”


Seru perempuan yang berambut pendek sembari mendorong tubuh Kihyun
ke belakang dengan keras.

“CRASHHHH!!!”

Tanpa ada angin atau semacamnya, tiba-tiba kaca jendela di sekitar


koridor tempat mereka berdiri mendadak pecah secarah serentak.
Membuat kedua perempuan tersebut terkejut bukan main. Mereka melirik
ke sekeliling kaca yang yang pecah secara bersamaan tersebut.

“A..apa-apaan ini?” Tanya wanita berambut pendek pada temannya.

“Jangan…jangan apa yang Kihyun katakan benar?”


“Mak-maksudmu hantu?”

“Aaaaaaaaaaaa!!!!” Setelah berteriak sampai-sampai mengundang rasa


penasaran siswa yang lainnya, kedua perempuan itu langsung lari
ketakutan meninggalkan Kihyun yang masih berada di tempatnya semula.

“Kau yang melakukan semua ini?” Tanya Kihyun ketika sosok Hyunwoo
tiba-tiba muncul di hadapannya dan menariknya dalam sebuah pelukan.

Kihyun tak berani membalas pelukan tersebut, karena dia tahu hanya dia
yang dapat melihat Hyunwoo, akan sangat aneh apabila siswa-siswi
lainnya melihat tangan Kihyun yang seperti memeluk sesuatu.

“Dulu juga hal seperti ini sering terjadi…” Desah Hyunwoo sembari tetap
mempertahankan Kihyun dalam pelukannya. “Pelayan wanita lain iri
terhadap hubungan kita…” Lanjut Hyunwoo lagi.

Kihyun memaksakan senyumnya, tubuhnya masih tetap kaku di tempat


matanya pun hanya melihat lurus ke depan, “Seperti Geum Jan Di ya…”
Desah Kihyun turut menyahuti perkataan Hyunwoo.

“Terima kasih sudah menyelamatkanku…” Ucap Kihyun pada Hyunwoo


sembari tersenyum kecil.
Hyunwoo melepaskan pelukannya pada Kihyun dan menatap dalam mata
gadis tersebut. “Kau tidak terlihat senang aku selamatkan…” Ujar Hyunwoo
pada Kihyun.

“Kau menyelamatkanku hanya karena nama dan wajahku mirip dengan


kekasihmu…” Desah Kihyun pelan. “Bahkan kalaupun benar aku adalah
reinkarnasi dari Kihyunmu dan kau memang mencintaiku, kau tidak dapat
menerima kalau aku sudah menjadi orang yang berbeda.. aku orang yang
berbeda…”

“Tidak, kau masih Kihyun yang sama…” Seru Hyunwoo sembari


menangkupkan tangannya ke wajah Kihyun.

“Dan, bila benar adanya yang kau katakan, kau tidak akan mungkin dapat
mendengar panggilan hatiku… Seperti sebelumnya dulu, hatimu yang
memanggilku…” Lanjut Hyunwoo dan kali ini sembari menarik ujung dagu
Kihyun.

“Kita itu ditakdirkan untuk bersama dan tidak akan terpisahkan…di masa
apapun dan dalam wujud dan keadaan apapun…”

Kihyun terhenyuh mendengar penuturan Hyunwoo, kata-kata tersebut


terlalu dalam hingga menyentuh hatinya. Mati-matian dia berusaha
melawan perasaan tersebut seperti percuma ketika perkataan Hyunwoo
terus menerus menyentuh dasar hatinya.

“Kihyun!! Apa yang terjadi?” Tanya Wonho secara tiba-tiba yang tidak
disadari kemunculannya oleh Kihyun membuatnya beralih dari Hyunwoo.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Wonho lagi sembari memegang bahu Kihyun,
memastikan tidak ada luka yang membekas karena pecahan kaca serentak
tersebut.

Kihyun mengangguk, “Aku tidak apa-apa…”

“Aku tidak akan melepaskanmu untuk yang kedua kalinya…”

“BAAAAM!!!”

Wonho dan Kihyun kembali terkejut dengan sebuah suara ledakan besar
lainnya, dan kali ini sepertinya berasal dari ruangan yang tak jauh dari
tempat mereka, ruang latihan taekwondo.

Wonho langsung berlari ke arah sumber suara. Seperti yang Wonho yakini,
ini pasti ulah dari makhluk astral yang menganggu Kihyun belakangan ini.

“Apa yang terjadi kali ini?” Tanya Wonho pada Changkyun, anggota eskul
taekwondo lainnya yang masih berada di ruangan tersebut.

“Aku tidak tahu… tadi ketika kami sedang istirahat tiba-tiba saja semua
lampu dan kaca jendela meledak dan pecah secara bersamaan..” Jawab
Changkyun dengan gemetaran.
Wonho meletakkan tangannya di dagu, terlihat memikirkan sesuatu. Bila
memang ini benar ulah makhluk tersebut ini sudah sudah kelewatan.
Dan…

“Kihyun? Lho? Mana Kihyun?” Tanya Wonho panik ketika tidak melihat
Kihyun di belakangnya.

***

Seperti Wonho yang langsung pergi setelah mendengar suara ledakan


tadi, Kihyun juga langsung beranjak dari tempatnya namun bedanya
Kihyun tidak pergi mengikuti Wonho melainkan pergi ke luar sekolah.

Seperti dituntun oleh sesuatu dengan pandangan kosong lurus ke depan,


Kihyun terus berjalan ke depan tanpa memperhatikan apa yang ada di
depannya, hingga beberapa kali dia hampir terjatuh karena tersandung.

Kihyun menghentikkan langkahnya ketika sampai di sebuah tempat, di


depan sebuah danau bersejarah tempat kali pertama dia bertemu dengan
sosok Hyunwoo yang asing baginya.

Dan seperti tersadar, dia bingung dengan keberadaannya kini, “Huh?”

“Kenapa aku bisa ada disini?” Gumam Kihyun bingung.

“Kihyun…”
Kihyun memusatkan perhatiannya pada sosok Hyunwoo yang tiba-tiba
muncul di tengah-tengah danau, sebagian tubuhnya tenggelam di dalam
danau dan sebagian lagi muncul ke permukaan.

Kihyun bergerak mundur sembari mengeratkan cardigan yang


dikenakannya karena angin tiba-tiba berhembus kencang menimbulkan
sensasi tak biasa di tubuh Kihyun, “H-Hyunwoo…” Gumam Kihyun gugup.

“Ikutlah denganku… ”

Hyunwoo mengulurkan tangannya tanpa membuka mulut, namun Kihyun


yakin suara itu adalah suara Hyunwoo. Pasti Hyunwoo yang memintanya
meski tidak secara langsung melalui perkataanya.

“Aku tidak bisa ikut denganmu!” Seru Kihyun sembari memundurkan


langkahnya lagi.

“Kihyun.. tidak lama lagi kau akan bersamaku…”

Hyunwoo kembali berbicara tanpa membuka mulutnya, Kihyun melangkah


ke depan hingga tepat berada di bebatuan pinggiran danau tersebut,
“Hyunwoo, kau tidak bisa…ah kakiku….Aaaaaaaaah! ” Sialnya Kihyun tiba-
tiba kehilangan keseimbangan tubuhnya ketika secara tidak sengaja
kakinya menginjak salah satu batu licin yang membuat terpleset dan
hampir jatuh ke dalam danau untuk yang kedua kalinya.

“Ikutlah denganku, Kihyun…”


Dalam keadaanya yang limbung dan hampir jatuh Kihyun menatap
Hyunwoo dengan pandangan sendu, “Hyunwoo…kau…” Kihyun tak habis
pikir dengan perbuatan Hyunwoo yang dilakukan terhadapnya. Di satu sisi
hatinya memang menginginkan Hyunwoo ada di sisinya, namun di sisi lain
dia tidak ingin menjadi bayang-bayang dari Kihyun yang terdahulu. Dia
ingin Hyunwoo mencintainya sebagai Kihyun yang sekarang.

“Kihyun!!”

Kihyun menolehkan kepalanya dan mendapati Wonho tengah berlari


menuruni tangga.

“Sunbae..” Desis Kihyun yang kemudian kehilangan keseimbangannya dan


jatuh ke dalam danau tersebut.

Kihyun dapat melihat wajah Hyunwoo memandangnya dengan tatapan


dingin namun lembut seperti biasanya. Tubuhnya berangsur jatuh ke
bawah mengikuti air yang terus memberi tekanan padanya.

“Hyunwoo kumohon…” Desah Kihyun dengan nada suara


memohon. Kihyun merasakan sesuatu dari atas menariknya dengan kuat.
Kihyun merasakan deja vu. Sama seperti ketika Kihyun pertama kali
bertemu dengan Hyunwoo, tangannya ditarik dari dua arah berlawanan.

Hyunwoo menarik lengan Kihyun hingga tubuh mereka hanya berjarak


beberapa senti, ditariknya wajah Kihyun untuk mendekat, “Seperti yang
sudah aku katakan sebelumnya…” Suara itu kembali menggema ditelinga
Kihyun sebelum akhirnya Hyunwoo menyentuhkan bibirnya pada bibir
Kihyun dengan lembut sesaat.

“Aku sudah sering melihat ekspresi seperti itu…” Ucap Hyunwoo setelah
melepaskan ciumannya. Dibelainya wajah Kihyun dengan perasaan lembut
dan penuh kasih sayang. “…dan aku sudah bosan melihatnya…” Lanjutnya
sembari melepaskan Kihyun dari tangannya.

Tersirat jelas rasa tidak ikhlas menyelimuti batin keduanya, Hyunwoo


memutuskan untuk melepaskan Kihyunnya untuk kedua kalinya,
sementara Kihyun mempertahankan prinsipnya agar dapat dicintai
Hyunwoo dengan perasaan tulusnya tanpa bayang-bayang masa lalu.

Perlahan tubuh Kihyun terangkat ke permukaan danau, meninggalkan


sosok Hyunwoo yang berada di dasar danau dengan perasaan
ketidakrelaanya yang berat. Terlihat jelas oleh Kihyun wajah sendu nan
dingin yang selalu ditunjukkan oleh Hyunwoo.

Kihyun tak sedetikpun melepaskan pandangannya dari


Hyunwoo. Hyunwoo memaksakan senyum kecil kepadanya. Senyum yang
belum pernah dilihat Kihyun sebelumnya.

Air mata Kihyun sontak terus keluar tanpa bisa dihalangi, beruntung air
danau bercampur dengannya menghilangkan kejelasan jejak – jejak
mutiara mata tersebut. Perlahan Kihyun menyunggingkan senyumnya
pada Hyunwoo.

“Aku mencintaimu.” Ujar Kihyun dalam hatinya. Dia yakin tanpa membuka
suara pun Hyunwoo pasti dapat mendengar dan mengerti perasaannya.
“Aku akan selalu datang mengunjungimu, Hyunwoo…” Ucap Kihyun
melalui bibirnya.

“Happ!!”

Tubuh Kihyun akhirnya muncul di permukaan. Wonho menariknya hingga


ke pinggir danau dengan segera. Beruntung bagi Wonho, Kihyun belum
sampai pingsan ataupun kehilangan kesadarannya. “Kau baik-baik saja
kan?” Tanya Wonho dengan penuh kekhawatiran.

Kihyun mengangguk sembari tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan


Wonho.

Wonho langsung mengangkat tubuh Kihyun ke dalam gendongannya. Dan


segera beranjak pergi dari danau tersebut.

Kihyun kembali melirik ke arah danau tersebut, “Terima


kasih, Hyunwoo…” Batin Kihyun lagi.

“Ada apa, Kihyun?” Tanya Wonho ketika melihat Kihyun terus melihat ke
belakang.

Kihyun menggeleng. “Tidak ada..”


***

Sudah hampir 2 minggu semenjak kejadian itu, dan Kihyun selalu kembali
dan menyempatkan diri untuk mengunjungi danau tersebut seorang diri.
Dia yakin kalau Hyunwoo tidak akan melakukan hal seperti kemarin lagi.

Karena, semenjak kejadian itu, Hyunwoo tidak pernah muncul lagi di


hadapan Kihyun. Bisikkan suaranya pun tidak pernah terdengar lagi oleh
Kihyun. Membuat Kihyun gelisah karena rasa rindunya.

Dan ini sudah hari ke 13 dibulan Juli Kihyun kembali ke danau itu. Namun
seperti kemarin-kemarin, lagi-lagi Hyunwoo tak menampakkan dirinya.

Kihyun menanggalkan tasnya dan berjalan perlahan ke arah pinggiran


danau, bagaimanapun Kihyun masih sedikit trauma dengan peristiwa
hampir tenggelamnya, hingga selama ini dia hanya mengamati danau
tersebut dari ujung tangga.

Dilihatnya permukaan danau yang tenang, “Dimana dirimu?” Ujar Kihyun


sembari mencondongkan sedikit tubuhnya untuk dapat melihat dasar
danau yang tak terlihat tersebut.

“Hey! Kau mau mati?!” Seru sebuah suara sembari menarik tubuh Kihyun
ke belakang hingga keduanya terjatuh secara tiba-tiba.

Kihyun sedikit meringis ketika pantatnya dengan keras menghantam tanah.


“Kalau mau bunuh diri jangan di tempat umum!” Seru suara itu lagi sembari
membersihkan tanah yang menempel di celananya dan segera beranjak
berdiri. “Aku tidak mau repot menjadi saksi kalau kau sampai…”

“Hyun…Hyunwoo?” Gumam Kihyun tak percaya ketika melihat sosok di


hadapannya. Kihyun langsung beranjak berdiri dan menghampiri laki-laki
tersebut.

“Hyunwoo kau…”

***

END

Anda mungkin juga menyukai