Main Cast : Kim Taehyung (BTS) Lee Yoo Bi (OC) || Support Cast : Byun Baekhyun (EXO)
Disclaimare : Fanfiction ini murni milik author 100%. Bila ada typo & bahasa yang
kurang berkenan maafkanlah ketidaksempurnaan author ini. Hehe..
SELAMAT MEMBACA^^
Summary : Bibir manyun seseorang sudah mendarat disebelah pipiku. Aku sudah tau
siapa pemilik bibir yang selalu mendaratkan ‘ciuman colongan’ itu.
Kim Taehyung.
Aku sudah sedari tadi melirik kearah jam tanganku. Mengetuk-ngetuk jari telunjukku diatas
meja.
Sesekali menyesap ice cappucino ku yang sekarang mungkin sudah sedikit hangat karena
esnya telah tercampur jadi satu.
Aku melanjutkan mengetik. Mataku fokus menatap layar laptop dan jari-jariku asyik menari-
nari diatas keyboard.
Aku senang menulis cerita. Aku menjadi seorang writer pada salah satu blog fanfiction.
Dan hari ini yang kujadikan main castnya adalah Byun Baekhyun.
Hehe..
Siapa yang tak mengenalnya. Ia salah seorang personil sebuah grup boyband terkenal
dinegara ini.
Tingkahnya yang lucu, wajahnya yang ‘super imut’ itu kadang membuat para gadis
disekolah kami akan berteriak histeris.
Baekhyun adalah kakak kelasku, aku kelas X dan Baekhyun kelas XII. Kami sekolah
ditempat yang sama.
Semua temanku juga bicara seperti itu. Aku sepertinya diberkati dewi fortuna.
Tiba-tiba semua imajinasi yang sedang berjalan indah didalam kepalaku hilang seketika.
CUUPP!!
Bibir manyun seseorang sudah mendarat disebelah pipiku. Aku sudah tau siapa pemilik bibir
yang selalu mendaratkan ‘ciuman colongan’ itu.
Kim Taehyung.
Untuk hal percintaan mungkin dewi fortuna tidak memberkatiku. Manusia alien ini adalah
kekasihku.
Aku hanya diam tanpa komentar dengan tabiat Taehyung dan tetap mengetik dengan santai.
“Kau tahu ini jam berapa?” seraya menyesap cappucino ku dan fokus kembali menatap layar
laptop.
“Lima belas menit.” jawabnya seraya menelan cappucino yang masuk kedalam mulutnya.
Bola mataku langsung menatapnya tajam. Bisa-bisanya dia menjawab kalau itu hanya lima
belas menit.
“Iya iya..Empat puluh menit. Maafkan aku sayang.” seperti biasa cengiran bodoh terpampang
dibibirnya kini.
Ia tak tahu aku harus menahan rasa bosanku yang duduk sendirian di kafetaria ini.
“Ayo pesan makanan, aku lapar nih ~~hmm…Aku bisa makan semua makanan disini
sekaligus.” matanya mulai menelusuri setiap tulisan di buku menu yang kini dipegangnya.
“Selera makanku hilang. Aku akan pulang saja.” aku membereskan barangku, menutup layar
laptop dan memasukkannya kedalam tas.
“YA! Aku baru sampai kenapa malah mau pulang. Ayo kita makan bersama dulu. Oke
sayang.” tangannya sudah menggenggam tanganku dengan erat.
Aku mendengus. Menatapnya malas, entah aku terkena sihir apa bisa jatuh hati padanya.
Ia melirik kearahku, buku menu yang ia pegang langsung disimpannya diatas meja.
Pegangan kursinya ia genggam lalu diangkatnya kursi itu kearah sebelahku. Kini kami duduk
berdampingan.
“Maafkan aku Yoobi sayang. Aku selalu membuatmu kesal seperti ini.” bibirnya mengecup
keningku.
Seketika amarahku bisa mereda. Aku sekarang bagai es yang telah mencair. Mungkin karena
ini aku bisa jatuh hati padanya.
“Baiklah kita akan pesan makanan. Genderang perang dalam perutku sudah berbunyi
daritadi.” wajahnya langsung memelas.
***
“Ya ampun mataku.” cermin saku ini menunjukkan lingkaran hitam dibawah mataku.
“Hei kau kenapa?” suara Eunbi hanya menyentil indera pendengaranku. Aku tetap tak
bergerak, kantuk ini membuatku tak berdaya.
Jam mata pelajaran Jung seonsaengnim bebas. Suasana kelas berubah menjadi ramai bak
dipasar.
Aku mengalah, lebih baik pergi ke perpustakaan saja. Aku bisa memejamkan mataku
sebentar disana.
Kantukku mengalahkan rasa dingin meja baca di perpustakaan ini. Aku menempelkan
sebagian wajahku diatas buku yang tadi kuambil.
Entah buku apa ini, aku hanya mengambilnya untuk alas pipiku.
Belum juga mataku terpejam tapi buku yang sedang menempel dipipiku sudah ada yang mau
menariknya.
Aku sudah bisa menebak pasti ini pekerjaan manusia alien itu.
“YA! Kim Taehyung hentikan! Aku ingin tidur sebentar saja. Pergilah.” usirku.
“Kau pakai buku lain saja untuk menjadi alas, aku mau pakai buku itu.” suara orang ini tak
seperti Taehyung.
Byun Baekhyun.
“Ini bisa kuambil.” jari telunjuknya menunjuk buku yang masih kupegangi.
OUCH!!
Ternyata sakit dan ini bukan mimpi. Seketika rasa kantukku pun lenyap.
Aku ingin berteriak rasanya. Bola mataku melirik kearahnya yang sedang serius membaca
dan menyalin beberapa catatan.
Benar kata orang banyak, ia sangat tampan. Dan wajahnya yang super cute itu memang dapat
membuat semua gadis meleleh.
Mungkin bisa, Hai kak! atau Kakak sedang mengerjakan tugas ya? tugas apa?
Aku yang tengah berperang dengan diriku sendiri, ternyata Baekhyun sedang memperhatikan
tingkah konyolku.
“Eung..hmm..”
Ya Tuhan aku sampai tidak tahu kata pertama apa yang harus kulontarkan.
Bibir Baekhyun memberiku senyuman manisnya. Mungkin aku terlihat sangat bodoh
didepannya.
“Kau kelas berapa?” Baekhyun bertanya padaku tanpa melihat kearahku ia sibuk mencatat.
“Kenapa kau ada disini saat masih jam pelajaran?” ia bertanya lagi.
Tapi pertanyaannya membuatku bingung untuk menjawab. Apa aku harus bilang untuk tidur.
Mungkin beberapa menit kemudian aku bisa meleleh karena tatapannya itu.
Andai kata ini mimpi tolong siapapun jangan sadarkan aku dulu. Mungkin kini aku akan
meminjam alat milik doraemon untuk mengulang peristiwa ini.
“Siapa namamu?”
“Eoh.. Lee Yoobi? Kau yang menulis fanfic Our Love itu?”
“Eung.. Kakak membacanya?” aku mengharapkan jawaban iya. Aku penuh harap.
“Tentu saja, aku suka membaca fanfic di blog itu. Apalagi main castnya adalah aku. Kau
berbakat.” ia mengacungkan ibu jarinya.
Ada yang bisa menahan tubuhku agar aku tak melompat kegirangan?
Ya Tuhan! Hari ini mungkin harus kulingkari dikalender kamarku untuk jadi hari bersejarah.
Atau mungkin juga bisa merekam suaranya yang memujiku tadi.
“Go..mawoyo..kak.” suaraku lirih.
Baekhyun tetap mencatat dengan serius. Mungkin ini saatnya aku pergi agar ia tak terganggu.
“Waeyo? Apa aku mengganggu tidurmu siangmu?” ia terkejut aku mau pamit pergi.
“Duduk saja disitu, atau tidur saja disitu.Temani aku mencatat ini, bisakan?” potongnya.
Dan wink yang biasa ia berikan untuk para penggemar selepas ia melakukan aksinya
dipanggung kini ia berikan EKSKLUSIF PADAKU!!
Tak menjawab apa-apa aku menuruti permintaannya. Memandangnya yang tetap fokus
mencatat tanpa berkata apapun.
***
“Kenapa kau senyum-senyum seperti itu? Kau aneh.” Taehyung yang mengomentari seraya
menalikan ikat sepatunya.
“Kenapa?”
“Kau tahu Byun Baekhyun ternyata menyukai fanficku. Dan juga ia~~”
Lelaki mana yang tidak akan cemburu bila pacarnya dipuji manis oleh lelaki lain.
Ku melihat tangannya yang gemetar. Dan tiba-tiba ada tetesan liquid merah yang jatuh
ketanah.
Mataku yang menangkap ada tetesan darah yang menetes langsung meraih wajah Taehyung
yang sedari tadi menuduk terus.
“Astaga!! Taehyung~ah kau kenapa?? Apa kau sakit? Sakit dibelah mana? Katakan padaku.
Kenapa darahnya keluar?”
Sontak saja aku khawatir melihat kondisinya. Aku benar-benar cemas sampai ingin menangis
rasanya.
“Hei.. aku tak apa-apa. Aku hanya letih.” jawabannya terlihat hanya untuk menenangkanku
saja.
“Tidak. Aku lapar. Ayo kita makan burger dulu, aku ingin makan itu sekarang.”
“Isshh..kau ini! Nanti saja. Cepat pulang.” aku bersikeras mengajaknya pulang.
Benar-benar manusia alien, padahal sedang kondisi begini tapi kepalanya malah memikirkan
burger.
Aku langsung mengambil tisu ditasku dan mengelap hidungnya yang sudah merah itu.
“Hentikan basketmu itu, kau terlalu overdosis latihan.” aku masih berceloteh.
“Kalau kau sakit seperti ini bagaimana? Aku tidak mau kau sakit seperti ini.”
“Wae?”
“Kau mengkhawatirkanku?”
Pertanyaan bodoh apa itu? Perempuan mana yang tidak mengkhawatirkan pacarnya sendiri.
“Berarti kau sangat sayang padaku.” senyuman manis dari bibirnya yang tipis itu terukir
diwajahnya. Bukannya terlihat tampan malah terlihat bodoh.
“Ayo cepat pulang.” aku malah jadi kesal dibuatnya.
Ia tak bergerak masih saja duduk dilantai teras kelas. Dan menyodorkan sebelah pipinya.
Manusia alien memang pantas disematkan untuknya. Kelakuannya diluar batas normal
manusia.
“Sekolah sudah sepi. Semua sudah pulang. Aku tidak akan pulang sebelum~~” ia tetap
menyodorkan pipinya lagi.
Mungkin aku harus kembali ke jaman prasejarah. Memukul kepalanya dengan batu dan
menyeretnya pulang.
Saat jarak bibirku dan pipinya hanya beberapa mili lagi, kepalanya malah menoleh kearahku.
CUUPP!!
“Ayo kita pulang.” cengiran khasnya yang bodoh itu sekarang terpajang pada wajahnya yang
sok polos itu.
Aku benar-benar tidak tahu dulu bibi mengidam apa saat hamil. Bisa mempunyai anak
dengan kepribadian seperti alien seperti ini.
“TIDAK!!”
***
“Tatapan apa itu?” tanyanya yang aneh dengan tatapanku yang misterius ini.
“Tumben. Apa kau salah makan hari ini? Ataukah kau sudah mendapat hidayah?” ujarku
mengejeknya.
“Pertanyaan bodoh apa itu? Aku kan sedang mengerjakan tugasku. Dan itu adalah
kewajibanku sebagai siswa untuk mengerjakan.” jawabnya santai.
Ya Tuhan! Mungkin aku harus selamatan atau harus memberi makan fakir miskin sebagai
bukti syukurku karena Engkau telah menyadarkan manusia alien ini.
Aku cukup terkesan hari ini. Hari ini bersejarah untuk Kim Taehyung.
“Wah, kalian pasti sudah bekerja keras. Hadiahnya adalah roti bakar cokelat. Ayo makan
dulu selagi hangat.” Eomma membawakan kami cemilan penambah semangat.
Beginilah kegiatan ‘apel’ Taehyung dirumahku. Bukan seperti pasangan kekasih kebanyakan
yang akan bercengkrama, mengobrol, atau sekedar bercanda mesra.
Tapi akan mengerjakan tugas. Ya, sebenarnya membantunya menyelesaikan tugasnya. Atau
untuk membantunya belajar.
“Waaaahhh.. Bibi memang tiada duanya.” senyuman selebar bibir joker di serial Batman itu
sekarang terpampang pada wajahnya.
Eomma pun tersenyum mendapat pujian dari kekasih anaknya itu. Dan meninggalkan kami
berdua.
Tangan Taehyung langsung melesat mengambil roti bakar yang terlihat masih agak panas.
Mungkin kulit tangannya setebal kulit badak, ia tak merasa panas sedikitpun. Dan langsung
menggigit roti bakar itu.
Lumeran coklat yang keluar menempel pada sudut bibir dan dagunya.
Kini ia sibuk melap cokelat yang sedang menempel itu dengan jarinya.
Aku hanya menatap kebodohannya itu. Terkadang aku terhibur melihat tingkahnya yang
konyol itu.
Tapi setidaknya sudah empat bulan kami berpacaran aku mulai bosan melihat bagaimana
childishnya dia seperti saat ini.
Ya mungkin karena ia adalah anak tunggal dikeluarganya, paman dan bibi terlalu
memanjakannya.
Taehyung sudah selesai makan setangkap roti bakarnya dan masih mengemut jari-jarinya
yang tertempel bekas cokelat.
Baru saja aku mungkin bisa sujud sukur karena kata-kata itu hari ini tak akan keluar tapi
ternyata memang itu adalah kata-kata pamungkasnya.
Aku hanya menggeleng tak percaya melihatnya yang sekarang lebih fokus pada makanan.
“Kau akan mendapatkan nilai merah pada rapotmu. Aku sudah bisa menebaknya.”
“Enak saja, aku kemarin dapat nilai 9 ulangan bahasa inggris. Dan Namjoon hanya 8.”
“Dari lima kali ulangan hanya satu kau dapat 9 semuanya 6. Dan Namjoon hanya satu 8 tapi
semuanya 10.”
Ia mendengus kesal.
“Setidaknya ia masih peringkat tiga dikelas.” jawabku santai dan tetap menulis tugasku tanpa
memperhatikannya yang mungkin sedang kesal.
“Dalam hal apa?” aku langsung menoleh kearahnya. Aku rasa ia akan berpikir keras untuk
menjawab pertanyaanku.
Benar saja ia diam sesaat. Bola matanya memutar. Sepersekian detik wajahnya berubah
senang.
“Aku adalah kapten basket dan mereka semua hanya bawahanku.” ia menjulurkan lidahnya
dan menggigit lagi roti bakarnya.
“Dan setidaknya aku tidak kalah tampan dari si Baekhyun itu.” ujarnya dengan mulut yang
masih mengunyah.
“Setidaknya aku bicara fakta, aku kan gadis yang jujur.” godaku dengan suara manjaku.
Ia meneguk air putihnya, tapi tiba-tiba gelas lepas dari genggamannya. Air pun membasahi
meja.
“Ne.”
“Aku kan kurang darah, bukankah aku tinggal minum darah saja.” ia mengeluarkan cengiran
bodohnya memperlihatkan giginya yang masih tertempel noda coklat.
Candaan bodoh macam apa itu, bila Ahn seonsaengnin guru biologi kami yang super galak
itu ada disini mungkin Taehyung akan dilemparnya dari atap sekolah.
***
Aku segera ke perpustakaan menulis beberapa catatan untuk tugas bahasa Jepangku.
Kudaratkan bokongku pada kursi yang sekilas kulihat kosong dan mulai sibuk membuka tiga
buku sekaligus.
Mulai menulis beberapa catatan penting yang kudapat dari sumber buku ini.
Aku langsung menoleh pada si pemilik suara yang ternyata duduk disebelahku.
“Kak Baekhyun?”
Entah mengapa perpustakaan ini selalu menjadi tempat ‘pertemuan tak sengaja’ kami berdua.
Apa mungkin ini jodoh?
“Ne. Kakak sedang apa?” aku melihatnya yang sedang duduk malas menempelkan sebelah
pipinya pada meja baca tanpa menggunakan alas apapun.
Tapi sekarang raut wajahnya sedih. Aku menangkap bekas air mata yang mengalir dari sudut
matanya.
“Kau benar-benar manis Yoobi~yah. Apa kau sudah punya pacar?” pertanyaannya
membuatku tersentak.
Entah mengapa aku agak merasa aneh, padahal jawabanku ini adalah jawaban jujur. Tapi
didalam hatiku ada perasaan tak terima dengan jawabanku itu.
Aku tak boleh berpikir aneh-aneh itu hanya pertanyaan biasa. Mana mungkin seorang Byun
Baekhyun akan ada maksud dari perkataannya.
Aku bisa kena serangan jantung mendadak sekarang. Aku langsung menatapnya yang masih
lekat menatapku.
***
Tangan Taehyung terasa dingin dan mulai berkeringat. Tangannya masih erat menggenggam
tanganku. Kami dalam perjalanan pulang.
Kami bergandengan tangan sepanjang perjalanan pulang. Taehyung tumben tak banyak
bicara ia hanya diam saja.
Entah beberapa hari ini ia agak sedikit berbeda. Dan entah aku pun mengalami kejadian-
kejadian aneh.
“Kau sudah menyelesaikan fanficmu?” pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya.
Padahal sedari tadi ia hanya diam saja selama perjalanan pulang.
Dan ia memintaku untuk berjalan kaki bukan naik bis atau taxi.
“Sudah.”
“Kenapa kita harus berjalan kaki sih? Kakiku bisa bengkak nanti? Sakit.” rengekku.
“Tulis kalau aku pacar yang baik, perhatian, lucu dan tidak suka selingkuh.”
Kata terakhirnya agak menyentil perasaanku. Entah mengapa tapi ada perasaan bersalah
padanya.
“Yoobi~yah kalau nanti rambutku botak dan jelek apa kau masih sayang padaku?”
“Kau dapat lelucon barukah hari ini?” ia mulai mengarang aneh kata-kata tak jelasnya.
“Isshh.. kau ini. Jawab saja. Kau masih sayang tidak?” ia tetap ingin aku menjawabnya.
“Lalu bila aku sampai memakai kursi roda. Apa masih sayang?”
“Hmm..Ne..”
Aku langsung menoleh padanya. Aku mulai kesal apakah sekarang lelucon garingnya itu
seperti ini.
“Bila pertanyaan itu berbalik padamu. Apa jawabanmu?” aku tak menjawab malah membalik
pertanyaannya.
Taehyung diam.
Aku tak menghiraukan lelucon garingnya hari ini. Setidaknya aku sudah terbiasa dengan
tabiat anehnya.
***
Taehyung memberitahu kalau ia tidak akan masuk sekolah selama seminggu. Ia harus ikut
bersama keluarganya ke luar negri karena urusan penting ayahnya.
“Kau mau pulang?” suara seseorang membuatku terkejut membuatku hampir melepas
ponselku dari genggaman.
“Kak Baekhyun?”
“Ne.”
Tak sadar aku membuka mulutku saking terkejutnya. Aku masih belum percaya dengan apa
yang kualami.
Kenapa semua yang imajinasi yang biasanya kutumpahkan pada fanfic ku sekarang aku
mengalaminya sendiri dalam kehidupan nyata.
Hari Ketiga.
Taehyung mulai lambat membalas pesanku. Apa dia tergoda pada gadis ‘bule’ disana.
“Hai Yoobi~yah.”
“Hai kak.”
Aku mulai merasa nyaman pada sosok Baekhyun. Dia memang terlihat manis. Apalagi
sikapnya jauh berbanding terbalik dengan Taehyung.
Hari Keenam.
Taehyung sejak kemarin tak membalas pesanku, ditelpon pun tak pernah ia angkat. Entah
perasaan cemas atau cemburu yang sedang menyelimutiku.
Bila ia pulang, aku akan menembaknya dengan senapan laras panjang milik Appa yang biasa
digunakannya untuk berburu.
Mataku beralih memandangi Baekhyun yang sedang memainkan pianonya. Kami sedang
dikelas musik sekarang.
Ia memintaku untuk menemaninya berlatih. Ia akan bermain piano saat grupnya tampil untuk
salah satu acara stasiun televisi.
Benar-benar pria idaman wanita. Hanya memandangnya berlatih piano saja dapat meluluhkan
hatiku.
“Tidak kak.”
“Karena sudah menemaniku berlatih bagaimana kalau kubelikan es krim? Kau suka rasa
apa?”
“Cokelat.”
Entah mengapa kebersamaan kami membuatku sedikit melupakan sejenak perasaan kesalku
pada Taehyung.
Ya ampun!!
***
Ini sudah hari kesepuluh Taehyung tak masuk kesekolah. Dan hari keenam ia tak memberiku
kabar.
Ada apa dengannya? Apa yang sedang kau lakukan disana Taehyung~ah?
“Aku sudah pernah bilang kan? Akan beruntung bila aku yang menjadi kekasihmu.”
Aku terperanjat.
Aku bagaikan terkena mantra. Aku membatu tak bergeming saat ia melumat bibirku dengan
bibirnya.
“Jadi seperti inikah caramu Baekhyun~ah!!” terdengar suara yeoja dari arah belakangku.
Aku masih saja membatu, seketika aku menjadi lumpuh. Semua persendianku terasa mati
rasa.
Suara langkah kaki seseorang mendekat kearah kami berdua. Raut wajah Baekhyun biasa saja
malah terlihat dingin.
“Jadi seperti ini YANG KAU MAKSUD??” yeoja ini menaikkan nada bicaranya.
“Aku sudah mengatakan padamu kan, aku dapat berbuat apa saja bila kau tetap ingin PUTUS
DENGANKU!!!”
PLAAKKK!!
“Bukankah kau menikmatinya? Kau menikmati hari-hari kebersamaan kita saat pacarmu tak
ada?”
“Mwo?”
Apakah seperti ini sifat asli pria idola yang dikenal memiliki kepribadian hangat.
Sepertinya ia sudah tahu banyak tentangku, bahkan ia tahu kalau Taehyung sedang tak ada.
Air mataku mulai mengalir deras. Aku benar-benar menyesali perbuatan bodohku ini.
***
Aku berjalan lemah. Hari ini aku pulang sendirian dan memilih pulang jalan kaki.
Aku tak biasanya ingin pulang berjalan kaki seperti ini. Aku pasti akan mengeluh kakiku
sakit.
Tapi hari ini aku ingin menikmati setiap langkahku sampai kerumah.
Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang, aku terkejut. Segera aku berontak melepaskan
pelukan ini.
Benar itu Taehyung. Seketika air mataku mulai mengalir tanpa permisi.
Aku dapat merasakan hangat tubuhnya dan aroma parfumnya lagi. Aku tak ingin
melepaskannya meski sebentar saja.
“Wah, kau sangat rindu padaku ya?” terdengar suara Taehyung yang senang.
“Aku sangat merindukanmu Taehyung~ah jangan pergi lagi.” isakan tangisku membuat
Taehyung mencium lembut puncak kepalaku.
“Tidak akan.”
***
Aku kembali melakukan aktivitasku bersama Taehyung lagi.
Seperti biasanya ia telat bila datang janjian, selalu berlatih basket, selalu ingin makan burger
kesukaannya, selalu mengerjakan tugasnya dirumahku, selalu bertingkah konyol.
Bahkan aku sangat menyukainya. Meski terkadang perasaanku sakit karena perasaan
bersalahku.
Aku tak kuasa untuk jujur padanya. Aku berharap rasa ini akan segera lenyap.
“I’m starving.”
“Wooaahh..kemajuan pesat. Sepuluh hari diluar negri kau sudah bisa bahasa inggris.” ejekku.
“Aku sudah bilang, aku bisa jadi yang terbaik.” sifat besar kepalanya mulai keluar.
Tapi aku terkejut melihat beberapa, aahh..tidak ini lebih dari itu. Aku rasa ini cukup banyak.
Rambutnya rontok.
“Rambutmu…”
“Rambutku sedang rontok apa aku potong seperti militer saja? Nanti aku masih terlihat
tampan tidak ya?”
Tapi tidak dengan perasaanku yang masih cemas. Karena ini bukan hanya rontok biasa.
***
“Yoobi~yah, Taehyung sedang berada dirumah sakit sekarang. Apa kau bisa kemari? Ia
sangat ingin bertemu dengamu. Maafkan kami tak memberitahu sebelumnya kalau
Taehyung sebenarnya terkena leukimia stadium tiga. Ia sudah menjalani kemotheraphy tapi
karena kondisinya kurang baik ia jadi lemah. Bibi mohon kau mau memaafkan kami semua
yang tak memberitahumu dari awal. Taehyung tak ingin membuatmu cemas Yoobi~yah.”
Suara bibi masih saja terngiang jelas ditelingaku. Aku benar-benar membenci diriku.
Bagaimana bisa aku tak tahu.
Jarum infus dan selang oksigen sudah terpasang pada tubuh Taehyung. Kini ia terbaring
lemah, berbanding terbalik dengan kebiasaannya yang tak bisa diam seperti cacing
kepanasan.
Lututku gemetar, aku bahkan berusaha keras untuk berdiri dengan gagah. Aku harus terlihat
biasa dan tak boleh menangis.
Aku masih mengatur nafasku dan menahan air mataku agar tak menetes.
Aku mendekat kearahnya meskipun aku tak tega melihatnya dengan kondisi seperti ini.
Aku tersentak. Sebenarnya aku tak mengerti, tapi tiba-tiba aku teringat perbuatan bodohku
yang kulakukan dibelakangnya.
Air mataku mulai menetes. Rasanya seperti tercekik, aku tak dapat berkata-kata. Lukaku
kembali terasa perih.
Aku hanya mengangguk, air mataku mengalir deras. Aku ingin berteriak.
“Aku pun sakit. Rasanya aku ingin meninju keparat itu sampai wajahnya tak berbentuk lagi.
Maafkan aku ya, aku tak langsung membelamu saat itu.”
Aku benar-benar orang paling bodoh sedunia, Taehyung sudah mengetahui kejadian itu.
Aku bukan pacar yang baik untuknya. Ia begitu perhatian padaku yang bodoh ini.
“Buat aku tak sakit lagi Yoobi~yah.” ia menyodorkan pipinya untuk dicium.
Biasanya aku pasti akan marah tapi kali ini aku menurut. Kucondongkan wajahku mendekat
kepipinya.
***
Air mataku mengalir deras membasahi pipiku. Aku pun menutup novel yang telah selesai
kubacakan dengan suara pelanku.
Kuambil tisu untuk melap air mataku. Aku ingin sekali memeluk Taehyung saat ini.
Tapi…
“Kau membuatku menangis lagi Taehyung~ah. Aku menepati janjiku. Aku telah menuliskan
cerita tentangmu pada novel ini. Kau suka kan ceritanya? Kau tidak boleh menolaknya.
Novel ini menjadi best seller, namamu terkenal sekarang.”
“Aku harus pergi sekarang. Minggu depan aku akan datang lagi. Love you Taehyung~ah.”
END