Anda di halaman 1dari 20

Not Better Than you Taehyung~ah (One Shot)

Title : Not Better Than You Taehyung~ah || Author : BebhMuach

Main Cast : Kim Taehyung (BTS) Lee Yoo Bi (OC) || Support Cast : Byun Baekhyun (EXO)

Length : One Shot || Rating : PG-15 || Genre : Romance, Sad

Disclaimare    :    Fanfiction ini murni milik author 100%. Bila ada typo & bahasa yang
kurang berkenan maafkanlah ketidaksempurnaan author ini. Hehe..

SELAMAT MEMBACA^^

Summary    :    Bibir manyun seseorang sudah mendarat disebelah pipiku.  Aku sudah tau
siapa pemilik bibir yang selalu mendaratkan ‘ciuman colongan’ itu.

Kim Taehyung.

Aku sudah sedari tadi melirik kearah jam tanganku. Mengetuk-ngetuk jari telunjukku diatas
meja.

Sesekali menyesap ice cappucino ku yang sekarang mungkin sudah sedikit hangat karena
esnya telah tercampur jadi satu.

Aku melanjutkan mengetik. Mataku fokus menatap layar laptop dan jari-jariku asyik menari-
nari diatas keyboard.

Aku senang menulis cerita. Aku menjadi seorang writer pada salah satu blog fanfiction.

Dan hari ini yang kujadikan main castnya adalah Byun Baekhyun.

Hehe..

Siapa yang tak mengenalnya. Ia salah seorang personil sebuah grup boyband terkenal
dinegara ini.

Tingkahnya yang lucu, wajahnya yang ‘super imut’  itu kadang membuat para gadis
disekolah kami akan berteriak histeris.

Baekhyun adalah kakak kelasku, aku kelas X dan Baekhyun kelas XII. Kami sekolah
ditempat yang sama.

Bukankah itu suatu keberuntungan?

Semua temanku juga bicara seperti itu. Aku sepertinya diberkati dewi fortuna.
Tiba-tiba semua imajinasi yang sedang berjalan indah didalam kepalaku hilang seketika.

CUUPP!!

Bibir manyun seseorang sudah mendarat disebelah pipiku.  Aku sudah tau siapa pemilik bibir
yang selalu mendaratkan ‘ciuman colongan’ itu.

Kim Taehyung.

Untuk hal percintaan mungkin dewi fortuna tidak memberkatiku. Manusia alien ini adalah
kekasihku.

Aku hanya diam tanpa komentar dengan tabiat Taehyung dan tetap mengetik dengan santai.

“Kau tahu ini jam berapa?” seraya menyesap cappucino ku dan fokus kembali menatap layar
laptop.

Ia mendaratkan bokongnya kekursi yang berada dihadapanku dan langsung menyesap


cappucino milikku.

“Lima belas menit.” jawabnya seraya menelan cappucino yang masuk kedalam mulutnya.

Bola mataku langsung menatapnya tajam. Bisa-bisanya dia menjawab kalau itu hanya lima
belas menit.

“Iya iya..Empat puluh menit. Maafkan aku sayang.” seperti biasa cengiran bodoh terpampang
dibibirnya kini.

Ia tak tahu  aku harus menahan rasa bosanku yang duduk sendirian di kafetaria ini.

“Ayo pesan makanan, aku lapar nih ~~hmm…Aku bisa makan semua makanan disini
sekaligus.” matanya mulai menelusuri setiap tulisan di buku menu yang kini dipegangnya.

“Selera makanku hilang. Aku akan pulang saja.” aku membereskan barangku, menutup layar
laptop dan memasukkannya kedalam tas.

“YA! Aku baru sampai kenapa malah mau pulang. Ayo kita makan bersama dulu. Oke
sayang.” tangannya sudah menggenggam tanganku dengan erat.

Aku mendengus. Menatapnya malas, entah aku terkena sihir apa bisa jatuh hati padanya.

Ia melirik kearahku, buku menu yang ia pegang langsung disimpannya diatas meja.

Pegangan kursinya ia genggam lalu diangkatnya kursi itu kearah sebelahku. Kini kami duduk
berdampingan.

“Maafkan aku Yoobi sayang. Aku selalu membuatmu kesal seperti ini.” bibirnya mengecup
keningku.
Seketika amarahku bisa mereda. Aku sekarang bagai es yang telah mencair. Mungkin karena
ini aku bisa jatuh hati padanya.

Aku mengangguk pelan.

“Baiklah kita akan pesan makanan. Genderang perang dalam perutku sudah berbunyi
daritadi.”  wajahnya langsung memelas.

Terlihat kalau ia memang sedang kelaparan.

Aku tersenyum  melihat wajahnya.

***

“Ya ampun mataku.” cermin saku ini menunjukkan lingkaran hitam dibawah mataku.

Mataku berat sekali rasanya, aku rindu kasur kamarku.

Aku menenggelamkan wajahku keatas lipatan tanganku diatas meja.

“Hei kau kenapa?”  suara Eunbi hanya menyentil indera pendengaranku. Aku tetap tak
bergerak, kantuk ini membuatku tak berdaya.

“Kau menulis fanfic lagi?” tanyanya.

“Hmm..hoaahhmm..” aku menguap.

Jam mata pelajaran Jung seonsaengnim bebas. Suasana kelas berubah menjadi ramai bak
dipasar.

Aku mengalah, lebih baik pergi ke perpustakaan saja. Aku bisa memejamkan mataku
sebentar disana.

Kantukku mengalahkan rasa dingin meja baca di perpustakaan ini. Aku menempelkan
sebagian wajahku diatas buku yang tadi kuambil.

Entah buku apa ini, aku hanya mengambilnya untuk alas pipiku.

Belum juga mataku terpejam tapi buku yang sedang menempel dipipiku sudah ada yang mau
menariknya.

Aku sudah bisa menebak pasti ini pekerjaan manusia alien itu.

“YA! Kim Taehyung hentikan! Aku ingin tidur sebentar saja. Pergilah.” usirku.
“Kau pakai buku lain saja untuk menjadi alas, aku mau pakai buku itu.” suara orang ini tak
seperti Taehyung.

Aku langsung membuka mataku dan mendongak kearahnya.

Aku menahan malu.

Benar saja ternyata bukan Taehyung tapi pria idaman wanita.

Byun Baekhyun.

Segera kukatupkan bibirku yang tadi mungkin menganga karena terkejut.

“Ini bisa kuambil.” jari telunjuknya menunjuk buku yang masih kupegangi.

Aku mengangguk dan menyerahkan buku itu.

Ia mengambilnya dan duduk disebelahku.

APA??   Aku tidak sedang bermimpi kan??

Kucubit punggung tanganku yang satunya.

OUCH!!

Ternyata sakit dan ini bukan mimpi. Seketika rasa kantukku pun lenyap.

Aku ingin berteriak rasanya. Bola mataku melirik kearahnya yang sedang serius membaca
dan menyalin beberapa catatan.

Benar kata orang banyak, ia sangat tampan. Dan wajahnya yang super cute itu memang dapat
membuat semua gadis meleleh.

Aku memikirkan sesuatu. Aku sedang merangkai kalimat untuk menyapanya.

Mungkin bisa, Hai kak! atau Kakak sedang mengerjakan tugas ya? tugas apa?

Ahh.. nanti aku malah mengganggunya.

Aku yang tengah berperang dengan diriku sendiri, ternyata Baekhyun sedang memperhatikan
tingkah konyolku.

“Kau kenapa?” pertanyaan Baekhyun membuatku kembali kealam sadarku.

“Eung..hmm..”

Ya Tuhan aku sampai tidak tahu kata pertama apa yang harus kulontarkan.

Bibir Baekhyun memberiku senyuman manisnya.  Mungkin aku terlihat sangat bodoh
didepannya.
“Kau kelas berapa?”  Baekhyun bertanya padaku tanpa melihat kearahku  ia sibuk mencatat.

“Heh? Hmmm..aku kelas X.”  hanya itu saja jawabanku.

“Kenapa kau ada disini saat masih jam pelajaran?” ia bertanya lagi.

Tapi pertanyaannya membuatku bingung untuk menjawab. Apa aku harus bilang untuk tidur.

Aisshh..gadis macam apa aku ini.

Tiba-tiba Baekhyun terkekeh geli. Aku mengernyitkan dahiku.

Aku belum menjawab pertanyaannya tapi kenapa dia jadi tertawa.

“Kenapa kak?” kuberanikan diriku untuk bertanya.

Manik coklat terang miliknya kini menatapku.

Mungkin beberapa menit kemudian aku bisa meleleh karena tatapannya itu.

“Kau lucu sekali.” kekehan gelinya terdengar merdu untukku.

Andai kata ini mimpi tolong  siapapun jangan sadarkan aku dulu. Mungkin kini aku akan
meminjam alat milik doraemon untuk mengulang peristiwa ini.

“Siapa namamu?”

“Yoobi..Lee Yoobi.” kulemparkan senyum manisku meskipun mungkin tak dapat


membuatnya meleleh. Hahaa..

Tapi mungkin lebih tepatnya senyuman bodoh,  ‘aku salah tingkah’.

“Eoh.. Lee Yoobi?  Kau yang menulis fanfic  Our Love itu?”

ASTAGA!!  Apakah pria ini membaca fanficku??

“Eung.. Kakak membacanya?”  aku  mengharapkan jawaban iya. Aku penuh harap.

“Tentu saja, aku suka membaca fanfic di blog itu. Apalagi main castnya adalah aku. Kau
berbakat.” ia mengacungkan ibu jarinya.

Mataku berbinar-binar. Aku ingin teriak sekarang.

Ada yang bisa menahan tubuhku agar aku tak melompat kegirangan?

“Dan ternyata kau manis juga.” ucapnya.

Ya Tuhan! Hari ini mungkin harus kulingkari dikalender kamarku untuk jadi hari bersejarah.
Atau mungkin juga bisa merekam suaranya yang memujiku tadi.
“Go..mawoyo..kak.” suaraku lirih.

Jangan berharap aku bisa lantang  mengucapkan terimakasih.

PUJIAN INI LANGSUNG DARI BIBIR BAEKHYUN!!

Bagaimana aku bisa tak meleleh mendengar pujiannya.

Baekhyun tetap mencatat dengan serius. Mungkin ini saatnya aku pergi agar ia tak terganggu.

“Kak, aku mau kembali ke kelas.”

“Waeyo? Apa aku mengganggu tidurmu siangmu?”  ia terkejut aku mau pamit pergi.

“Heh.. Bukan begitu.. Tapi aku takut meng~…”

“Duduk saja disitu, atau tidur saja disitu.Temani aku mencatat ini, bisakan?”   potongnya.

Dan wink yang biasa ia berikan untuk para penggemar selepas ia melakukan aksinya
dipanggung kini ia berikan EKSKLUSIF PADAKU!!

Tak menjawab apa-apa aku menuruti permintaannya. Memandangnya yang tetap fokus
mencatat tanpa berkata apapun.

***

“Kenapa kau senyum-senyum seperti itu? Kau aneh.”  Taehyung yang mengomentari seraya
menalikan ikat sepatunya.

“Ishh..kau tak bisa ya tidak mengomentariku barang sehari saja.”

“Baiklah. Maaf..lalu kenapa kau senyum-senyum begitu?”

“Aku sedang bahagia sekali.”

Aku membuka rentangan tanganku selebar mungkin untuk menggambarkan kebahagiaanku.

“Kenapa?”

“Kau tahu Byun Baekhyun ternyata menyukai fanficku. Dan juga ia~~”

Aku memotong kata-kataku sendiri. Tidak mungkin kukatakan semua padanya.

Lelaki mana yang tidak akan cemburu bila pacarnya dipuji manis oleh lelaki lain.

Mataku beralih pada Taehyung yang masih menalikan ikat sepatunya.

Apakah harus selama itu menalikan sepatunya??

Aku berjongkok dihadapannya.


“Taehyung~ah.”

Ku melihat  tangannya yang gemetar.  Dan tiba-tiba ada tetesan liquid merah yang jatuh
ketanah.

Mataku yang menangkap ada tetesan darah yang menetes langsung meraih wajah Taehyung
yang sedari tadi menuduk terus.

Wajahnya pucat dan darah mengalir dari hidungnya.

“Astaga!! Taehyung~ah kau kenapa?? Apa kau sakit? Sakit dibelah mana? Katakan padaku.
Kenapa darahnya keluar?”

Sontak saja aku khawatir melihat kondisinya. Aku benar-benar cemas sampai ingin menangis
rasanya.

“Hei.. aku tak apa-apa. Aku hanya letih.” jawabannya terlihat hanya untuk menenangkanku
saja.

“Ayo cepat kita pulang.”

“Tidak. Aku lapar. Ayo kita makan burger dulu, aku ingin makan itu sekarang.”

“Isshh..kau ini! Nanti saja. Cepat pulang.”  aku bersikeras mengajaknya pulang.

Benar-benar manusia alien, padahal sedang kondisi begini tapi kepalanya malah memikirkan
burger.

Aku langsung mengambil tisu ditasku dan mengelap hidungnya yang sudah merah itu.

“Hentikan basketmu itu, kau terlalu overdosis latihan.”  aku masih berceloteh.

“Wae? Kan sebulan lagi tim kami akan ikut  turnamen.”

“Kalau kau sakit seperti ini bagaimana? Aku tidak mau kau sakit seperti ini.”

Taehyung diam. Ia menatapku dalam-dalam. Aku selesai membersihkan darah yang


menempel dihidungnya.

“Wae?”

“Kau mengkhawatirkanku?”

Pertanyaan bodoh apa itu? Perempuan mana yang tidak mengkhawatirkan pacarnya sendiri.

Aku mendengus. Ia malah tersenyum.

“Berarti kau sangat sayang padaku.” senyuman manis dari bibirnya yang tipis itu terukir
diwajahnya. Bukannya terlihat tampan malah terlihat bodoh.
“Ayo cepat pulang.” aku malah jadi kesal dibuatnya.

Ia tak bergerak masih saja duduk dilantai teras kelas. Dan menyodorkan sebelah pipinya.

“YA! Apa kau bodoh?  Ini kan disekolah!!”

Manusia alien memang pantas disematkan untuknya. Kelakuannya diluar  batas normal
manusia.

“Sekolah sudah sepi. Semua sudah pulang. Aku tidak akan pulang sebelum~~” ia tetap
menyodorkan pipinya  lagi.

Mungkin aku harus kembali ke jaman prasejarah. Memukul kepalanya dengan batu dan
menyeretnya pulang.

Tapi akhirnya aku menyerah, karena takut kondisinya memburuk.

Aku menurut untuk mencium pipinya.

Saat jarak bibirku dan pipinya hanya beberapa mili lagi, kepalanya malah menoleh kearahku.

CUUPP!!

Bibir kami bertubrukan.

Aku terkejut, langsung melepas dan menjauh darinya.

“YA KIM TAEHYUNG!!!” teriakku.

“Aaahh.. aku sudah segar kembali sekarang.” wajahnya sumringah.

Ia langsung berdiri dengan gagah. Dan melingkarkan tangannya kebahuku.

“Ayo kita pulang.” cengiran khasnya yang bodoh itu sekarang terpajang pada wajahnya yang
sok polos  itu.

Aku benar-benar tidak tahu dulu bibi mengidam apa saat hamil. Bisa mempunyai anak
dengan kepribadian seperti alien seperti ini.

Kami pun jalan menuju gerbang sekolah.

“Ehh..kita bisa beli burger dulu kan?”

“TIDAK!!”

***

Taehyung sibuk menulis catatannya dengan fokus. Ia tak seperti biasanya.


Biasanya ia bermalas-malasan tak memperdulikan tugasnya. Dan akan selalu mengatakan
‘nanti saja kukerjakannya’.

“Tatapan apa itu?” tanyanya yang aneh dengan tatapanku yang misterius ini.

“Tumben. Apa kau salah makan hari ini? Ataukah kau sudah mendapat hidayah?” ujarku
mengejeknya.

“Pertanyaan bodoh apa itu? Aku kan sedang mengerjakan tugasku. Dan itu adalah
kewajibanku sebagai siswa untuk mengerjakan.” jawabnya santai.

Ya Tuhan! Mungkin aku harus selamatan atau harus memberi makan fakir miskin sebagai
bukti syukurku karena Engkau telah menyadarkan manusia alien ini.

Aku cukup terkesan hari ini. Hari ini bersejarah untuk Kim Taehyung.

“Wah, kalian pasti sudah bekerja keras. Hadiahnya adalah roti bakar cokelat. Ayo makan
dulu selagi hangat.” Eomma membawakan kami cemilan penambah semangat.

Beginilah kegiatan ‘apel’  Taehyung dirumahku. Bukan seperti pasangan kekasih kebanyakan
yang akan bercengkrama, mengobrol, atau sekedar bercanda mesra.

Tapi akan mengerjakan tugas. Ya, sebenarnya membantunya menyelesaikan tugasnya. Atau
untuk membantunya belajar.

“Waaaahhh.. Bibi memang tiada duanya.” senyuman selebar bibir joker di serial Batman itu
sekarang terpampang pada wajahnya.

Eomma pun tersenyum mendapat pujian dari kekasih anaknya itu. Dan meninggalkan kami
berdua.

Tangan Taehyung langsung melesat mengambil roti bakar yang terlihat masih agak  panas.

Mungkin kulit tangannya setebal kulit badak, ia tak merasa panas sedikitpun. Dan langsung
menggigit roti bakar itu.

Lumeran coklat yang keluar  menempel pada sudut bibir dan dagunya.

Kini ia sibuk melap cokelat yang sedang menempel itu dengan jarinya.

Begitulah ia bila sedang makan, sibuk!

Aku hanya menatap kebodohannya itu. Terkadang aku terhibur melihat  tingkahnya yang
konyol itu.

Tapi setidaknya sudah empat bulan kami berpacaran aku mulai bosan melihat bagaimana
childishnya dia seperti saat ini.

Ya mungkin karena ia adalah anak tunggal dikeluarganya, paman dan bibi terlalu
memanjakannya.
Taehyung sudah selesai makan setangkap roti bakarnya dan masih mengemut jari-jarinya
yang tertempel bekas cokelat.

“Cepat kau kerjakan lagi.”

“Nanti saja kukerjakannya.”  tangannya mengambil setangkap roti lagi.

Baru saja aku mungkin bisa sujud sukur karena kata-kata itu hari ini tak akan keluar tapi
ternyata memang itu adalah kata-kata pamungkasnya.

Aku hanya menggeleng tak percaya melihatnya yang sekarang lebih fokus pada makanan.

“Kau akan mendapatkan nilai merah pada rapotmu. Aku sudah bisa menebaknya.”

“Enak saja, aku kemarin dapat nilai 9 ulangan bahasa inggris. Dan Namjoon hanya 8.”

“Dari lima kali ulangan hanya satu kau dapat 9 semuanya 6. Dan Namjoon hanya satu 8 tapi
semuanya 10.”

Ia mendengus kesal.

“Aku juga mengalahkan Jimin saat ulangan biologi.”

“Setidaknya ia masih peringkat tiga dikelas.” jawabku santai dan tetap menulis tugasku tanpa
memperhatikannya  yang mungkin sedang kesal.

“Tapi aku tetap bisa jadi yang terbaik.”

“Dalam hal apa?” aku langsung menoleh kearahnya. Aku rasa ia akan berpikir keras untuk
menjawab pertanyaanku.

Benar saja ia diam sesaat. Bola matanya memutar. Sepersekian detik wajahnya  berubah
senang.

“Aku adalah kapten basket dan mereka semua hanya bawahanku.” ia menjulurkan lidahnya
dan menggigit lagi roti bakarnya.

“Dan setidaknya aku tidak kalah tampan dari si Baekhyun itu.”  ujarnya dengan mulut yang
masih mengunyah.

“Isshh..kau tidak ada apa-apanya.”

“YA! Kau kan pacarku kenapa membelanya?” ia terlihat kesal.

“Setidaknya aku bicara fakta, aku kan gadis yang jujur.” godaku dengan suara manjaku.

Ia meneguk air putihnya, tapi  tiba-tiba gelas lepas dari genggamannya. Air pun membasahi
meja.

Aku segera menyingkirkan semua buku dan mendekat kearahnya.


Tangannya gemetar, terlihat garis-garis pembuluh darah pada tangannya menonjol keluar dan
agak berwarna biru.

Ada apa dengannya?

“Kau tidak apa-apa?”  aku merasa cemas.

“Ne.”

“Kau harus kedokter, periksakan keadaanmu.”

“Aku hanya darah rendah. Kurang darah Yoobi~yah.”

“Dokter sudah memberimu obat?”

“Aku kan kurang darah, bukankah aku tinggal minum darah saja.” ia mengeluarkan cengiran
bodohnya memperlihatkan giginya yang masih tertempel noda coklat.

Candaan bodoh macam apa itu, bila Ahn seonsaengnin guru biologi kami yang super galak
itu ada disini mungkin Taehyung akan dilemparnya dari atap sekolah.

***

Aku segera ke perpustakaan menulis beberapa catatan untuk tugas bahasa Jepangku.

Kudaratkan bokongku pada kursi yang sekilas kulihat kosong dan mulai sibuk membuka tiga
buku sekaligus.

Mulai menulis beberapa catatan penting yang kudapat dari sumber buku ini.

“Kau kemari lagi?” tanya seseorang.

Aku langsung menoleh pada si pemilik suara yang ternyata duduk disebelahku.

“Kak Baekhyun?”

Entah mengapa perpustakaan ini selalu menjadi tempat ‘pertemuan tak sengaja’ kami berdua.
Apa mungkin ini jodoh?

“Ne. Kakak sedang apa?” aku melihatnya yang sedang duduk malas menempelkan sebelah
pipinya pada meja baca tanpa menggunakan alas apapun.

Tapi sekarang raut wajahnya sedih. Aku menangkap bekas air mata yang mengalir dari sudut
matanya.

Siapa yang membuatmu menangis?

“Aku sedang merenung.” jawabannya yang tak kumengerti.


Aku  beralih pada catatanku. Meskipun aku ingin tahu maksud jawabannya apa. Tapi tak
kutanyakan.

“Aku bolehkan tetap disini? Kau tak terganggu kan?” tanyanya.

“Tentu saja.” aku tersenyum padanya.

“Kau benar-benar manis Yoobi~yah. Apa kau sudah punya pacar?” pertanyaannya
membuatku tersentak.

Mungkin kalau aku gila aku akan menjawab belum.

“Iya kak.” jawabku.

Entah mengapa aku agak merasa aneh, padahal jawabanku ini adalah jawaban jujur. Tapi
didalam hatiku ada perasaan tak terima dengan jawabanku itu.

Aku tak boleh berpikir aneh-aneh itu hanya  pertanyaan biasa. Mana mungkin seorang Byun
Baekhyun akan ada maksud dari perkataannya.

“Beruntung sekali pria itu. Coba saja bila itu aku.”

Aku bisa kena serangan jantung mendadak  sekarang. Aku langsung menatapnya yang masih
lekat menatapku.

Apa maksud perkataannya?

***

Tangan Taehyung terasa dingin dan mulai berkeringat. Tangannya masih erat menggenggam
tanganku. Kami dalam perjalanan pulang.

Kami bergandengan tangan sepanjang perjalanan pulang. Taehyung tumben tak banyak
bicara ia hanya diam saja.

Entah beberapa hari ini ia agak sedikit berbeda. Dan entah aku pun mengalami kejadian-
kejadian aneh.

“Kau sudah menyelesaikan fanficmu?”  pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya.
Padahal sedari tadi ia hanya diam saja selama perjalanan pulang.

Dan ia memintaku untuk berjalan kaki bukan naik bis atau taxi.

Kakiku mungkin akan bengkak nanti sampai dirumah.

“Sudah.”

“Kenapa kita harus berjalan kaki sih? Kakiku bisa bengkak nanti? Sakit.” rengekku.

“Aku ingin  menikmati  suasana seperti ini.”


Aku mendengus kesal.

“Pacarku memang berbakat menulis. Sesekali buatlah tulisan tentang diriku.”

“Apa yang harus kutulis tentangmu?”

“Tulis kalau aku pacar yang baik, perhatian, lucu dan tidak suka selingkuh.”

Kata terakhirnya agak menyentil perasaanku. Entah mengapa  tapi ada perasaan bersalah
padanya.

“Akan kupertimbangkan nanti.”

Ia mendengus tidak setuju dengan ucapanku.

“Yoobi~yah  kalau nanti rambutku botak dan jelek apa kau masih sayang padaku?”

“Kau dapat lelucon barukah hari ini?” ia mulai mengarang aneh kata-kata tak jelasnya.

“Isshh.. kau ini. Jawab saja. Kau masih sayang tidak?” ia tetap ingin aku menjawabnya.

“Aku akan sayang padamu.”

“Lalu bila aku sampai memakai kursi roda. Apa masih sayang?”

“Hmm..Ne..”

“Bila aku mati?”

Aku langsung menoleh padanya. Aku mulai kesal apakah sekarang lelucon garingnya itu
seperti ini.

“Bila pertanyaan itu berbalik padamu. Apa jawabanmu?” aku tak menjawab malah membalik
pertanyaannya.

“Kau tidak boleh mati.”

“Kalau begitu kau juga.”

Taehyung diam.

Aku tak menghiraukan lelucon garingnya hari ini. Setidaknya aku sudah terbiasa dengan
tabiat anehnya.

***

Taehyung memberitahu kalau ia tidak akan masuk sekolah selama seminggu. Ia harus ikut
bersama keluarganya ke luar negri karena urusan penting ayahnya.

Padahal ia sedang latihan keras untuk turnamen basketnya.


Tak biasanya ia akan meninggalkan tim basketnya. Sekarang tugasnya diambil alih sementara
oleh Yoongi.

“Kau mau pulang?”  suara seseorang membuatku terkejut membuatku hampir melepas
ponselku  dari genggaman.

“Kak Baekhyun?”

Baekhyun hanya tersenyum melihatku yang masih terkejut.

“Apa kau pulang sendirian?”

“Ne.”

“Ayo aku antar pulang?”

Ya Tuhan! Ada apa dengannya?

Tak sadar aku membuka mulutku saking terkejutnya. Aku masih belum percaya dengan apa
yang kualami.

Kenapa semua yang imajinasi yang biasanya kutumpahkan pada fanfic ku  sekarang aku
mengalaminya sendiri dalam kehidupan nyata.

“Kau tidak mau ya?”

Ia bertanya karena aku belum menjawabnya.

“Apa tidak apa-apa kakak mengantarku pulang?”

“Tentu saja tidak.”

Hari Ketiga.

Taehyung mulai lambat membalas pesanku.  Apa dia tergoda pada gadis ‘bule’ disana.

Awas saja bila itu benar! Kupatahkan lehernya nanti!

“Hai Yoobi~yah.”

“Hai kak.”

“Kau mau makan siang bersamaku dikantin?”

Aku mulai merasa nyaman pada sosok Baekhyun. Dia  memang terlihat manis. Apalagi
sikapnya jauh berbanding terbalik dengan Taehyung.

Aku mengangguk pelan dan ia pun tersenyum.

Hari Keenam.
Taehyung sejak kemarin tak membalas pesanku, ditelpon pun tak pernah ia angkat. Entah
perasaan cemas atau cemburu yang sedang menyelimutiku.

Aku sangat kesal dengan tingkahnya kini.

Bila ia pulang, aku akan menembaknya dengan senapan laras panjang milik Appa yang biasa
digunakannya untuk berburu.

Mataku beralih memandangi Baekhyun yang sedang memainkan pianonya. Kami sedang
dikelas musik sekarang.

Ia memintaku untuk menemaninya berlatih. Ia akan bermain piano saat grupnya tampil untuk
salah satu acara stasiun televisi.

Benar-benar pria idaman wanita. Hanya memandangnya berlatih piano saja dapat meluluhkan
hatiku.

Latihannya selesai, ia pun menghampiriku.

“Kau bosan ya?”

“Tidak kak.”

“Karena sudah menemaniku berlatih bagaimana kalau kubelikan es krim? Kau suka rasa
apa?”

“Cokelat.”

“Kau memang manis.” ia mencubit gemas pipiku.

Ini sentuhan pertamanya padaku.

Entah mengapa kebersamaan kami membuatku sedikit melupakan sejenak perasaan kesalku
pada Taehyung.

Bahkan perasaanku yang lain pada Taehyung.

Ya ampun!!

***

Ini sudah hari kesepuluh Taehyung tak masuk kesekolah. Dan hari keenam ia tak memberiku
kabar.

Ada apa dengannya? Apa yang sedang kau lakukan disana Taehyung~ah?

Tangan Baekhyun menggenggam tanganku. Kami bergandengan tangan sekarang.

Ia membuyarkan semua lamunanku tentang Taehyung.


Sontak saja aku terkejut, jantungku berdegup cepat. Paru-paruku rasanya kurang berfungsi
baik memompa oksigen. Rasanya aku sulit bernafas.

Apakah hubungan kami sejauh ini? Bagaimana dengan Taehyung?

“Apa kau senang bersamaku Yoobi~yah?”

“Apa maksud kakak?”

Ia langsung mengubah posisinya menghadapku. Tangannya tetap menggenggam tanganku.

“Aku sudah pernah bilang  kan? Akan beruntung bila aku yang menjadi kekasihmu.”

Aku terperanjat.

Lengannya meraih tengkukku, mendekatkan wajahku kearahnya.

Bibirnya  mencium lembut bibirku.

Aku bagaikan terkena mantra. Aku membatu tak bergeming  saat ia melumat bibirku dengan
bibirnya.

“Jadi seperti inikah caramu Baekhyun~ah!!”  terdengar suara yeoja dari arah  belakangku.

Baekhyun melepaskan  genggaman dan ciumannya perlahan.

Aku masih saja membatu, seketika aku menjadi lumpuh. Semua persendianku terasa mati
rasa.

Suara langkah kaki seseorang mendekat kearah kami berdua. Raut wajah Baekhyun biasa saja
malah terlihat dingin.

“Jadi seperti ini YANG KAU MAKSUD??”  yeoja ini menaikkan nada bicaranya.

“Aku sudah mengatakan padamu kan, aku dapat berbuat apa saja bila kau tetap ingin PUTUS
DENGANKU!!!”

PLAAKKK!!

Tamparan mendarat kepipi Baekhyun.

Bukan tangan yeoja ini tapi aku yang menamparnya.

Ia menjadikanku seperti kelinci percobaannya.

Bodoh!!! Dasar idiot!!

Aku memaki diriku sendiri.

“Kenapa kau setega ini?” tanyaku. Rasanya sesak.


PERIH!! Ia memberikan luka besar dihatiku.

“Bukankah kau menikmatinya? Kau menikmati hari-hari kebersamaan kita saat pacarmu tak
ada?”

“Mwo?”

Aku masih tak percaya dengan perlakuan Baekhyun padaku.

Apakah seperti ini sifat asli pria idola yang dikenal memiliki kepribadian hangat.

Dan ia memanfaatkanku disaat ku lemah seperti ini.

Sepertinya ia sudah tahu banyak tentangku, bahkan ia tahu kalau Taehyung sedang tak ada.

Air mataku mulai mengalir deras. Aku benar-benar menyesali perbuatan bodohku ini.

Aku merasa sangat bersalah pada Taehyung.

***

Aku berjalan lemah. Hari ini aku pulang sendirian dan memilih pulang  jalan kaki.

Aku tak biasanya ingin pulang berjalan kaki seperti ini. Aku pasti akan mengeluh kakiku
sakit.

Tapi hari ini aku ingin menikmati setiap langkahku sampai kerumah.

Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang, aku terkejut. Segera aku berontak melepaskan
pelukan ini.

“Apa kau merindukanku Yoobi~yah?” suara Taehyung membuatku berhenti bergerak.

Benar itu Taehyung. Seketika air mataku mulai mengalir tanpa permisi.

Aku merindukannya. Sangat…

Aku berbalik dan menenggelamkan tubuhku kedalam pelukannya.

Aku dapat merasakan hangat tubuhnya dan aroma parfumnya lagi. Aku tak ingin
melepaskannya meski sebentar saja.

“Wah, kau sangat rindu padaku ya?” terdengar suara Taehyung yang senang.

“Aku sangat merindukanmu Taehyung~ah jangan pergi lagi.” isakan tangisku membuat
Taehyung mencium lembut puncak kepalaku.

“Tidak akan.”

***
Aku kembali melakukan aktivitasku bersama Taehyung lagi.

Seperti biasanya ia telat bila datang janjian, selalu  berlatih basket, selalu ingin makan burger
kesukaannya, selalu mengerjakan tugasnya dirumahku, selalu  bertingkah konyol.

Tapi aku menyukainya!

Bahkan aku sangat menyukainya. Meski terkadang perasaanku sakit karena perasaan
bersalahku.

Aku tak kuasa untuk  jujur padanya. Aku berharap rasa ini akan segera lenyap.

Aku menyadari betapa berartinya Taehyung untukku.

Sudah tiga hari ia masuk sekolah setelah kepergiannya yang lalu.

Sekarang kami akan makan di kafetaria langganan kami berdua.

“I’m starving.”

“Wooaahh..kemajuan pesat. Sepuluh hari diluar negri kau sudah bisa bahasa inggris.” ejekku.

“Aku sudah bilang, aku bisa jadi yang terbaik.” sifat besar kepalanya mulai keluar.

Kau memang terbaik. Terbaik yang kupunya.

Aku mengacak rambutnya  karena gemas melihat tingkahnya.

Tapi aku terkejut melihat beberapa, aahh..tidak ini lebih dari itu. Aku rasa ini cukup banyak.
Rambutnya rontok.

“Rambutmu…”

“Rambutku sedang rontok apa aku potong seperti militer saja? Nanti aku masih terlihat
tampan tidak ya?”

“Kau tidak apa-apa Taehyung~ah?”

“Iya.” jawabnya terlihat mantap.

Tapi tidak dengan perasaanku yang masih cemas. Karena ini bukan hanya rontok biasa.

Apa yang sedang ia tutupi dariku?

***

Aku mulai berlari cepat menuju ruang ICU.

Benar feelingku tentang Taehyung kalau ia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.


Tapi mengapa harus disembunyikan.

“Yoobi~yah, Taehyung sedang berada dirumah sakit sekarang. Apa kau bisa kemari? Ia
sangat ingin  bertemu dengamu. Maafkan kami tak memberitahu sebelumnya kalau
Taehyung sebenarnya terkena leukimia stadium tiga. Ia sudah menjalani  kemotheraphy tapi
karena kondisinya kurang baik ia jadi lemah. Bibi mohon kau mau memaafkan kami semua
yang tak memberitahumu dari awal. Taehyung tak ingin membuatmu cemas Yoobi~yah.”

Suara bibi masih saja terngiang jelas ditelingaku. Aku benar-benar membenci diriku.
Bagaimana bisa aku tak tahu.

Dan bagaimana bisa aku melakukan semua perbuatan bodoh.

Aku mohon, sembuhkanlah dia Tuhan. Berikan aku kesempatan.

Jarum infus dan selang oksigen sudah terpasang pada tubuh Taehyung.  Kini ia terbaring
lemah, berbanding terbalik  dengan kebiasaannya yang tak bisa diam seperti cacing
kepanasan.

Lututku gemetar, aku bahkan berusaha keras untuk berdiri dengan gagah. Aku harus terlihat
biasa dan tak boleh menangis.

Aku harus bisa melakukannya.

Ia melihatku datang, terlihat senyuman dibibirnya.

“Kau datang?” suaranya lirih.

Mendengar suaranya membuat hatiku terasa pilu.

“Kau tahu aku berlari untuk sampai kesini?”

Aku masih mengatur nafasku dan menahan air mataku agar tak menetes.

Aku mendekat kearahnya meskipun aku tak tega melihatnya dengan kondisi seperti ini.

“Mengapa kau tak mengatakannya padaku?”

“Kau juga tak mengatakannya padaku?”

Aku tersentak.  Sebenarnya aku tak mengerti, tapi tiba-tiba aku teringat perbuatan bodohku
yang kulakukan dibelakangnya.

Air mataku mulai menetes. Rasanya seperti tercekik, aku tak dapat berkata-kata. Lukaku
kembali terasa perih.

“Apa kau merasa sakit Yoobi~yah?”

Aku hanya mengangguk, air mataku mengalir deras. Aku ingin berteriak.
“Aku pun sakit. Rasanya aku ingin meninju keparat itu sampai wajahnya tak berbentuk lagi.
Maafkan aku ya, aku tak langsung membelamu saat itu.”

Aku benar-benar orang paling bodoh sedunia, Taehyung sudah mengetahui kejadian itu.

“Maafkan aku Taehyung~ah. Kau pasti sakit.”

“Sakitku tak seberapa. Aku lebih sakit bila melihatmu sakit.”

Aku bukan pacar yang baik untuknya. Ia begitu perhatian padaku yang bodoh ini.

“Buat aku tak sakit lagi Yoobi~yah.” ia menyodorkan pipinya untuk dicium.

Biasanya aku pasti akan marah tapi kali ini aku menurut. Kucondongkan wajahku mendekat
kepipinya.

Dan seperti biasa ia langsung menoleh  dan mencium bibirku.

***

Air mataku mengalir deras membasahi pipiku. Aku pun menutup novel yang telah selesai
kubacakan dengan suara pelanku.

Kesentuh lembut rerumputan hijau disebelahku.

Kuambil tisu untuk melap air mataku. Aku ingin sekali memeluk Taehyung saat ini.

Tapi…

“Kau membuatku menangis lagi Taehyung~ah. Aku menepati janjiku. Aku telah menuliskan
cerita tentangmu pada novel ini. Kau suka kan ceritanya? Kau tidak boleh menolaknya.
Novel ini menjadi best seller, namamu terkenal sekarang.”

Aku mengusahakan senyumanku. Meskipun rasa perih melandaku.

“Aku harus pergi sekarang. Minggu depan aku akan datang lagi. Love you Taehyung~ah.”

Kaulah yang terbaik Taehyung~ah.

Aku pun pergi meninggalkan makam Taehyung.

END

Anda mungkin juga menyukai