Bel pun berbunyi. Uts untuk jam ke 3 di mulai. guru guru yang berpakaian
coklat muda melangkah begitu cepatnya di kerjar waktu Serambi membawa map
bersandar di tangan dan menempel di dada. Temanku pun menunjukan raut muka tak
sedap. Muka begitu lemas. Memancarkan kekecewaan di benaknya. Tak kala melihat
sesesok pria separuh baya Berbadan besar, Kepala botak memasuki ruang 5. Dialah
pak wow,guru kimia yang mendapat julukan the killer oleh teman temanku. Betapa
tidak, dia berdarah dingin. Tak pernah senyum sekalipun. Semua temanku benci
semua,termasuk aku. Temanku juga menganggapnya beruang madu atau seperti
bernad yang ada di film kartun. Ha hi hi hi.
Kini beruang madu mengawasi ruang 5,dimana kita berada. Temanku yang
biasanya saling celoteh dan bercanda,kini membisu. Tanpa sepeser kata keluar dari
mulutnya. Begitu pula dengan teman temanku yang tak mikir,otaknya kosong,dan
pemalas, Penyontek namanya. Aku pun juga. Keliatan membisu dan gelisah. Tak tau
harus ngapain. Mata memandang soal dengan penuh konsentrasi. Namun pikiran
melayang layang di angkasa. Keringat dingin protes dan membrontak ingin keluar
dari pori pori kulitku. Tangan begitu gemetar. "baru dapat 20 udah kaya gini.
Ngeblank otakku. Ayo otak kanan. Berfikirlah. Kamu pasti bisa."pikirku dalam hati
***
Tak perlu ambil pusing. Tak perlu repot repot mikir. Kinilah saatnya yang di
tunggu tunggu. Ya,menyontek. Ketika beruang madu lengah. Leherku memutar ke
kanan. Mataku menatap ke temanku serambi melirik beruang madu yang lengah.
Dengan penuh kewaspadaan. Mulutku membuka dan bergetar. Tak kala sepeser
ucapan keluar dari mulutku. "hust,hust, rio. Coba aku jawabanmu" dengan lirihnya
aku menyuruh rio supaya memperlihatkan jawabannya ke aku. Serambi memakai kode
tangan.
Tanpa basa basi,rio memperlihatkan jawabannya. Aku pum tak diam saja.
Pensil 2B menari nari di atas LJK. Mengitamkan lingkaran kecil. Tiba tiba terdengar
sepintas suara keluar dari mulut beruang madu. "mas, yang di pojok, kalo 2x lagi
menyontek. Jawabanmu akan saya sobek sobek dan tak coret. Ini peringatan
pertama. Paham". Aku hanya mengangguk. Lantas semua anak yang berada di ruang 5
matanya tertuju padaku. Aku hanya memalingkan muka. Berpura pura membaca soal.
"bodohnya diriku ini,kenapa yah aku tadi menyontek?,kenapa sampai ketegur segala.
Lah udah. Lupakanlah"pikirku dalam hati.***
Beberapa menit kemudian. Saat beruang madu lengah. Aku kembali
menyontek. Beruang madu pun menatapku. Namun aku alihkan pandanganku berpura
pura menatap jendela kelas. "dasar beruang madu! "beberapa anak sudah selesai dan
keluar kelas. Kini tinggal aku dan beberapa anak lainnya. "oh tuhan,sabarkanlah
diriku,kuatkanlah diriku". Akupun kembali menatap rio.berharap di beri jawaban. "
rio rio, coba aku liat jawabanmu" lirihku. "ini"jawabnya sambil menyodorkan LJK.
Aku tak diam saja. Tanganku kembali bekerja mengisi lingkaran yang belum terisi
goresan pensil 2B."sudah?" tanyanya sambil berkemas kemas."ya,sudah. Makasih ya".
Dia hanya mengangguk.
Kulihat rio sudah mengumpulkan soalnya.kini tinggal aku. Kemudian kupingku
mendengar sepintas kata keluar dari beruang madu. "jawabanmu tek coret. Ulangan
kok menyontek" gerutu beruang madu. Rio hanya mengelus kening.mungkin dia
kecewa. Maafkanlah aku rio,ini semua gara garaku,pikirku.
Saatku mengumpulkan soal. Aku mendapatkan reaksi yang sama dengan rio.
"pak, kalo di coret seharusnya dari tadi. Ngga kaya gini,udah selesai baru di coret.
Buang buangin waktu aja"gerutuku kesal. Kemudian aku berjalan keluar kelas. Pas di
nilai yang cukup memuaskan. Selain itu, yang paling penting aku tidak menyontek
ketika mengerjakannya. Sangat membanggakan dan membahagiakan bagiku.
***
Singkat cerita, akupun akhirnya di terima di SMA terbaik di kabupatenku,
setelah melalui beberapa proses. Aku juga menjalani kegiatan OSPEK untuk yang
kedua kalinya. Aku menjalani hari- hariku sebagai siswa SMA sekarang. Akan tetapi
kebiasaan burukku itu sangat sulit untuk kuhilangkan, menyontek. Aku benar-benar
masih belum bisa konsisten untuk tidak menyontek. Tidak hanya saat mengerjakan
tugas dan ulangan harian, tetapi juga ketika Ujian Semester dan Ujian Tengah
Semester. Sudah sering aku mendapatkan teguran dan sindiran saat ketahuan
menyontek, itu sungguh memalukan. Berbeda jika saat kita menyontek tidak ada
guru pengawas yang mengetahuinya, itu sangat menyenangkan dan membanggakan.
Pemikiran yang bodoh. Bukan masalah ketahuan atau tudak ketahuan, menyontek
adalah hal yang sebenarnya akan merugikan diri kita sendiri juga orang lain. Hampir
semua siswa sudah terbiasa dengan istilah menyontek. Dan menyontek sudah tidak
menjadi sesuatu yang asing lagi.
Pemikiran sebagian besar siswa, bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk
mencari ijazah dan ijazah yang istimewa adalah ijazah dengan goresan nilai yang
semakin besar. Tidak penting bagaimana cara yang kita tempuh dalam memperoleh
nilai tersebut. Lagipula, perusahaan-perusahaan penerima tenaga kerja dan sekolahsekolah jenjang selanjutnya juga tidak menanyakan hal tersebut. Mungkin pemikiran
ini yang membuat para siswa menjadi tidak menghargai proses belajar, tetapi lebih
mementingkan hasil akhir ,meskipun itu mereka peroleh dengan cara menyontek.
Akan tetapi, bagaimana jika perusahaan dan sekolah yang akan kita tuju
tersebut menggunakan tes dan wawancara sebagai syarat masuk utama dengan
pengawasan yang lebih ketat dan bagaimana aku mempertanggung jawabkan
pekerjaan-pekerjaanku nanti ketika aku diterima menjadi pegawai, jika yang aku
miliki hanya nilai-nilai tersebut. Dan yang terpenting adalah bagaimana caraku
mempertanggung jawabkan semua hasil yang aku peroleh melalui cara curang
tersebut di hadapan Allah SWT, karena sekali saja kita berbohong atau berbuat
curang, kita akan berbuat kebohongan dan kecurangan yang selanjutnya. Kecuali kita
bisa menghentikannya dari sekarang. Sudah saatnya aku merubah pola pikirku,
sekolah tidak hanya sekedar untuk mencari nilai, tetapi juga untuk mencari ilmu
yang bisa bermanfaat kelak untukku dan untuk orang-orang disekitarku.
***
Sedikit demi sedikit aku mulai meninggalkan kebiasaan lamaku itu. Ketika
ujian dan ulangan harian aku mulai belajar untuk tidak menyontek. Meskipun itu
sulit, tetapi aku akan tetap berusaha.
Pertamakali yang aku lakukan adalah belajar tidak menyontek ketika
pelajaran agama, kenapa begitu? Karena ada temanku yang berkata,mosok
pelajaran agama wae nyonto. Hal itu benar-benar menyadarkanku, dan mulai saat
itu aku berusaha agar tidak menyontek ketika ujian atau ulangan mata pelajaran
agama. Dan mulai sejak saat itu juga aku mulai belajar untuk tidak menyontek ketika
ujian atau ulangan mata pelajaran lainnya. Berapapun nilai yang aku peroleh akan aku
terima dengan senang hati.
Akan tetapi ada satu hal yang masih belum bisa aku tinggalkan, yaitu
menyontek ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Mungkin akan sulit
untuk meninggalkan kebiasaanku itu, tetapi aku masih bisa merubah sistem yang aku
lakukan ketika menyontek tugas. Aku tidak boleh hanya sekedar menyalin tugas dari
teman, aku harusnya juga mempelajari tugas tersebut dengan baik ketika menyalin.
Aku mulai terbiasa dengan kebiasaan baruku ini. Meskipun terkadang menyontek
masih aku lakukan. Aku belum bisa sepenuhnya menghilangkan kebiasaan burukku itu,
tetapi aku akan terus berusaha. Setidaknya frekuensi menyontekku jelas menurun
dari sebelumnya. Tidak menyontek ternyata lebih menyenangkan dan membanggakan
daripada menyontek. Sekarang aku bisa belajar dengan lebih sungguh- sungguh dan
lebih semangat dari sebelumnya. Sebelumnya, aku terkadang malas untuk belajar
karena aku lebih mengandalkan kemampuan temanku daripada diriku sendiri. Ketika
memperoleh hasilnya aku juga merasa lebih puas daripada ketika aku
memperolehnya dengan menyontek, karena itu adalah hasil kerja kerasku sendiri
dan bantuan dari Allah SWT tentunya.
***
Tidak terasa, besok Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA. Setelah sebelumnya
aku mengikuti tambahan belajar setiap sore dan beberapa try out, akhirnya aku
sampai pada UAN. Ketika seminggu sebelum UAN aku mendengar berita yang
mengejutkan dari temanku. Aku tidak mengetahui darimana dia memperoleh berita
tersebut. Dia mengatakan bahwa, ada beberapa teman kita yang membeli kunci
jawaban soal Ujian Nasional. Aku cukup terkejut mendengar berita tersebut. Aku
merasa bahwa ini tidak adil, tetapi sudahlah yang terpenting aku tidak melakukan
hal yang sama dengan yang mereka lakukan. Jika aku melakukan hal yang sama
dengan mereka, untuk apa aku sekolah, belajar, mengikuti tambahan pelajaran, dan
lain sebagainya kalau akhirnya ketika Ujian akhir Nasional aku hanya membeli kunci
jawaban dari orang lain.
Ujian yang menegangkan dan melelahkan itupun selesai juga. Benar-benar
melegakan. Namun, keteganganku belum sepenuhnnya hilang, aku masih harus
menunggu hasil pengumuman Ujian Akhir Nasional tersebut.
***
Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya hasil pengumuman ujian keluar
juga. Hari itu aku berangkat kesekolah dangan hati berdebar. Benar-benar hari yang
menegangkan. Sesampainya di sekolah aku dan teman-temanku langsung melihat
hasil pengumumuman UAN, syukurlah SMAku lulus seratus persen. Aku sedikit
merasa lega. Aku melanjutkan melihat hasil pengumuman itu dan mulai
memperhatikan nilai-nilai yang aku peroleh dan nilai yang teman-temanku peroleh.
Aku benar-benar merasa sangat bersyukur karena aku bisa memperoleh nilai yang
cukup memuaskan.
Akantetapi, ada sesuatu hal yang nasih mengganjal di hatiku ketika melihat
nilai-nilai yang didapatkan oleh beberapa temanku yang berbuat curang saat UAN
dengan membeli kunci jawaban soal UAN dan membawanya masuk ke dalam ruang
ujian untuk disalin di lembar jawab. Mereka mendapatkan nilai-nilai yang bagus. Aku
hanya merasa tidak adil, aku harus bersusah payah dan berusaha keras agar bisa
mendapatkan hasil tersebut, tetapi mereka hanya dengan mengeluarkan sejumlah
uang, lalu membeli kunci jawaban tersebut dari orang lain bisa memperoleh hasil
yang juga memuaskan. Hah, ternyata ini yang mereka rasakan ketika mendapatkan
nilai yang sama atau bahkan lebih buruk dari teman lainnya yang menyontek atau
berbuat curang. Akantetapi, aku sama sekali tidak ada rasa penyesalan karena tidak
melakukan apa yang mereka lakukan.
Aku merasa puas dan bangga dengan hasil yang aku peroleh dari kerja
kerasku sendiri dan tentunya karena bantuan dari Allah SWT. Setidaknya aku tidak
hanya memperoleh nilai yang tergoreskan di kertas ijazah, tetapi juga ilmu yang
bisa aku manfaatkan untuk masa depanku dan orang lain juga yang terpenting
indahnya kejujuran yang semoga bisa terukir di dalam hatiku. Semoga aku bisa
mempertahankan pemikiranku tentang indahnya sebuah kejujuran ini. Amin.
Murid Ketahuan Mencontek, Malah Dibela Kepala Sekolah
Ironis... itulah kata yang bisa saya tuliskan di awal kalimat artikel ini. Hari ini dalam
pertemuan dengan beberapa rekan kerja di bilangan Gajah Mada, saya mendengar
sebuah cerita yang menyedihkan tentang proses ujian nasional yang tidak jujur di tingkat
sekolah menengah di Pontianak. Rekan saya yang mempunyai pacar di Pontianak dan
berprofesi sebagai guru ditugaskan untuk menjadi pengawas di salah satu sekolah negri
yang ada di Pontianak. Dia bertugas bersama seorang rekan yang berasal dari sekolah
lain. Jadi mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Dalam pengawasan itu, seorang
murid tertangkap tangan membawa contekan jawaban untuk soal ujian. Pacar rekan
saya ini kemudian menyita contekan jawabannya dan memberikan peringatan untuk
tidak melakukan kecurangan dalam melakukan ujian akhir. Kemudian dia meminta murid
itu mengerjakan lagi soal ujian. Rekan yang bertugas mengawasi sebenarnya tahu
bahwa murid ini sudah melakukan kecurangan namun dia diam saja. Singkat cerita,
ketika waktu tinggal 10 menit ada bunyi bel yang menandakan supaya murid-murid
mengecek ulang dan bila selesai bisa meninggalkan ruangan. Nah murid yang ketahuan
menyontek ini kalang kabut karena dia hanya mengisi beberapa soal saja. Kemudian dia
meminta jawaban kepada teman lain yang kode soalnya sama. Pacar rekan saya ini yang
melihat hal tersebut meminta murid tersebut untuk tidak meminta jawaban kepada
temannya. Murid yang ditegur ini bukannya tahu diri dan menuruti permintaan guru
pengawas malah semakin menjadi-jadi meminta jawaban dari temannya. Lucunya rekan
pengawas yang menjaga justru meminta pacar rekan saya ini untuk membiarkan hal itu
terjadi dengan mengatakan kasihan kalau murid ini sampai tidak lulus ujian. Kacau!!!
Akhirnya guru jujur ini mengambil inisiatif untuk menulis kejadian yang terjadi dalam
berita acara dengan tidak menyebut nama murid yang menyontek. Ketika berita acara ini
diserahkan kepada kepala sekolah bersangkutan, guru ini menceritakan kronologis yang
terjadi kepada pimpinan sekolah tersebut. Nah ini yang ironis. Ketika guru ini kembali ke
sekolah asal, kepala sekolah negri tadi menelepon kepala sekolahnya dan meminta
supaya guru yang mengawas tadi tidak menceritakan kasus mencontek yang terjadi di
sekolahnya. Alasannya adalah demi menjaga nama baik sekolah dan hubungan antar
sekolah. Ironisnya adalah murid yang ketahuan nyontek itu adalah anak kandung dari
kepala sekolah tersebut!! Kacau memang pelaksanaan ujian nasional seperti ini. Jelasjelas ada yang ketahuan menyontek justru minta ditutupi dan tidak usah dipublikasikan.
Kacaunya lagi rekan-rekan dari murid yang menyontek ini masih berani berkicau dalam
media sosial dan menyudutkan guru yang berani untuk menyatakan kebenaran. Mereka
mengatakan guru tersebut sok jujur dan sok idealis.... KACAU!!! Aduh Gusti.. gimana
kalau begini. Murid yang ketahuan bersalah begini malah dibela oleh oknum yang hati
nuraninya mati. Nanti kalau murid ini sudah jadi pejabat dan melakukan korupsi bisabisa dibela dan dinyatakan tidak mengapa bila melakukan korupsi. Bagaimana ini mentri
pendidikan??? jangan bilang tidak ada kecurangan dalam proses ujian nasional. Ini
sudah jelas-jelas kecurangan. Sedih sekali bila kasus seperti ini dibiarkan