Anda di halaman 1dari 7

BAYANG

DISUSUN OLEH ENDRO PRASETYO BASKORO 201210430311241

JURUSAN PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

1. Struktur Global Puisi Puisi Bayang karya Kahlil Gibran merupakan jenis puisi modern sebab puisi diatas tidak terikat oleh sajak dan rima seperti halnya pada jenis puisi lama. Adanya penggunaan tanda baca berupa titik di akhir puisi menunjukkan perbedaan puisi tersebut dengan puisi lama. Puisi Bayang merupakan puisi yang sangat bagus sekali dan mudah dipahami oleh pembaca karena pemilihan penggunaan unsur kata (diksi) pada puisi diatas tepat sehingga tidak menimbulkan kesan membingungkan dan sulit dicerna bagi pembaca. Pada Puisi Bayang seolah-olah penyair mengajak pembaca untuk masuk ke dalam puisinya dan mengajak pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh penulis, misalnya pada bait ketiga : Akulah sang tak terlihat, Saat dia berada di dekat ku.Pada bait puisi diatas bermakna bahwa bayangan itu dekat dengan pemiiknya tetapi selalu dianggap tidak ada. Puisi bayang mempunyai 9 bait yang setiap baitnya ada yang mempunyai 4 baris dan ada pula yang mempunyai 2 baris. Puisi Bayang memberikan pengertian bahwa bayang itu merupakan teman sejati kita tetapi bayangan itu selalu dianggap tidak ada, bayangan selalu dianggap tidak berguna, tidak memiliki arti, dan tidak mempunyai makna padahal bayangan juga merupakan duplikat kita. Kita hidup pasti mempunyai bayangan yang selalu mengikuti kita, bergerak bersama-sama, melangkah bersamasama, dan melakukan segalanya bersama-sama. Tidak ada yang memisahkan satu diantaranya, kita mempunyai bayangan dan bayangan juga memiliki kita, tetapi selalu diabaikan dan dipandang sebelah mata, berikut isi setiap baitnya : Bait pertama menceritakan bahwa bayangan itu selalu melangkah bersama-sama dengan kita, selalu setia mengikuti kemana kita pergi, didalam kepahitan maupun manis bayangan setia menemani tetapi keberadaannya ditiadakan, seperti pada bait ketiga dan keempat pada bait pertama: Setiap langkahku ada dia, mengikuti dibelakang punggungnya, gelap dan terlihat Bait kedua menceritakan bahwa bayangan selalu dipandang sebelah mata bahkan dipandang tidak ada padahal dekat dengan sosok nyata kita, semua orang hanya memperhatikan sosok nyatanya saja. Di sini penyair mengajak pembaca untuk merasakan dan juga ikut memahami bahwa seolah-olah bayangan itu juga mempunyai

jiwa dan raga, hati dan perasaan sehingga bayangan juga ingin diperhatikan tetapi semua orang hanya menyapa sosok nyatanya saja, seperti bait kedua baris satu sampai tiga: Terdiam kala banyak yang membicarakannya, Seakan tak seorang pun memandang ke arahku, Sibuk mengagumi pesonanya. Bait ketiga penyair mengilustrasikan bahwa bayangan itu seolah-olah manusia yang keberadaanya harus diakui oleh lingkungan sekitarnya tetapi bayangan tersebut tidak dilihat oleh siapapun yang memandangnya padahal bayangan itu sangat dekat keberadaanya dengan kita. Bait keempat menceritakan bahwa bayangan itu tidak ada gunanya sama sekali, keberadaannya ditutupi oleh sosok nyata, nampak pada bait tersebut yaitu: Akulah sang gelap dibalik wajahnya yang cerah. Bait kelima menceritakan bahwa bayangan itu tidak dapat dilihat oleh mata pada umumnya dan dianggap tidak ada, seperti pada baris: Akulah sang bayang, sesuatu yang dianggap tidak ada. Bait keenam menceritakan bahwa bayangan itu setia menemani sosok nyatanya meskipun keberadaannya tidak dipedulikan dan di acuhkan, nampak jelas pada bait: Pagi ku mengingatmu, Malam ku mengenangmu. Bait ketujuh menceritakan bahwa bayangan akan selalu mengikuti sosok aslinya sampai akhir waktu dan sampai kapanpun, seperti tersirat pada bait : Ku masih saja menantimu, Hingga kau kembali, Dan takkan tinggalkan ku lagi. Bait kedelapan menceritakan bahwa bayangan akan selalu menemani sosok aslinya meski apapun yang terjadinya pada dirinya, banyangan tidak peduli bahwa tidak seberapa penting keberadaannya, dipandang sebelah mata, diabaikan semua orang tetapi bahwa bayangan akan selalu setia menjalani hari-hari bersama sosok nyatanya baik pahit maupun manis, seperti : Setia tetap ku berjanji, Berjalan bersama hari.

2. Struktur Fisik Puisi Secara sepintas dapat kita rasakan bahwa puisi di atas mempunyai kepaduan dan harmoni. Puisi Bayang cukup mudah dipahami bahasanya. Bahasa yang digunakan

penyair dalam puisinya cukup jelas. Diksi-diksi yang digunakan penyair adalah diksi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan kurang memiliki nilai estetis. Diksi yang digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada muram (pada saat mengambarkan ketidakberartian bayangan). Diksi tentang kemuraman itu seperti: gelap tak terlhat, terdiam di kala banyak orang yang membicarakannya, ada namun seakan tak ada dan tak seorang pun memandangi yang hampir semuanya dipantulkan kepada perasaan di hati. Penggunaan perumpamaan yang dilakukan penyair pada puisi bayang tersirat pada keseluruhan puisi tersebut, penyair di sini mengilustrasikan seolah-olah bayangan di andaikan seperti manusia yang mempunyai hati dan perasaan yang ingin diperhatikan, dipandang, dan dipedulikan.

Pengimajian dan kata kongkret yang digunakan oleh penyair tidak memperkabur makna puisi yang hendak disampaikan. Perasaan muram dan sedih dalam puisi Bayang diperkonkret dengan pernyataan: berikut: Akulah sang gelap, dibalik wajah cerahnya/Akulah sang gelap tak terlhat, terdiam di kala banyak orang yang membicarakannya/ada namun seakan tak ada dan tak seorang pun memandangi.

Kata kongkrit tersebut menimbulkan pengimajian dalam bayangan pikiran pembaca. Perasaan muram berhasil dilukiskan oleh penyair. Bagaimana andaikan kita menjadi bayangan? Pasti kita akan terus tersakiti. Penyair telah melukiskan bayangan seperti manusia yang mempunyai jiwa dan perasaan dan menutup perasaan itu dengan syair: Hingga ku dapat kau kembali, Bersama jalani haris.

Bahasa figuratif yang digunakan oleh penyair tidak terlalu sulit untuk dimengerti dan dipahami oleh pembaca serta tidak mengganggu pemahaman makna puisi. Meskipun ungkapan-ungkapan yang digunakan Kahlil Gibran tidak begitu bernilai estetis dan

tidak begitu digambarkan dengan kiasan-kiasan. Namun, justru inilah yang membuat puisi mudah dicerna dan dipahami. Kata Akulah sang kasat mata, Ada seakan tak ada mengambarkan bahwa bayangan seperti manusia yang seolah-olah hidup dan menyampaikan perasaan dalam hatinya. Kata Setia ku janji, Bersama jalani hari melukiskan bahwa bayangan itu seolah manusia yang mempunyai rasa kesetiaan yang sangat tinggi meski sering kali tidak dipedulikan dan diabaikan tetapi bayangan akan selalu bersama-sama menjalani hari. Gaya bahasa dalam puisi Bayang terletak pada keseluruhan puisi, gaya bahasa personifikasi berhasil digambarkan dengan baik, misalnya pada kalimat Akulah sang tak terlihat, Saat dia berada di dekatku. Versifikasi dalam puisi ini mengitu pola puisi komporer. Walaupun sebagaian besar mengikuti pola syair (puisi lama) yaitu a-a-a, namun ia tidak termasuk puisi lama karena struktur lainnya tidak sama. Bait pertama, keempat, dan lima memilki pola a-a-a. sedangkan bait kedua memiliki pola a-b-a-a, bait ketiga memiliki pola a-b, bait keenam memiliki pola a-a-b, ketujuh memiliki pola b-a-b-b, bait kedelapan memeiliki pola a-ba-b-b-a, dan kesembiam memili pola a-a-a-a . Pola rima akhir pada tiap-tiap bait tersebut memang ada yang sama namun tak sedikit yang berbeda hingga puisi di atas tidak digolongkan sebagi puisi lama. Tipografi puisi Bayang adalah tipografi puisi kontemporer. Adanya titik di akhir baris menunjukkan bahwa gagasan pada suatu baris dilanjutkan dengan baris berikutnya. Gagasan-gagasan yang beruntun dikumukakan dalam satu baris, misalnya: Akulah sang tek terlihat/ Saat aku didekatnya/ Akulah sang gelap/ Dibalik wajah cerahnya/ Sejak kau pergi

BAYANG Oleh Kahlil Gibran Setiap langkah ku ada dia.. Mengikuti di belakang punggungnya. . Gelap dan tak terlihat.. Kasat mata.. Terdiam kala banyak yang membicarakannya. . Seakan tak seorang pun memandang kearah ku.. Sibuk mengagumi pesonanya.. Sibuk meminta senyumannya. . Akulah sang tak terlihat.. Saat dia berada di dekat ku.. Akulah sang gelap.. Dibalik wajah cerah nya.. Akulah sang kasat mata.. Ada namun seakan tak ada.. Akulah sang bayang.. Sesuatu yang tak dianggap ada.. Menunggu Hari terhitung minggu Minggu pun menjadi bulan.. Pagi ku mengingat mu Malam ku mengenangmu Tetap saja semua sama Sejak kau pergi.. Ku masih saja menanti mu Hingga kau kembali Dan takkan tinggalkan ku lagi.. Entah kapan..

Menunggu mu masih.. Setia tetap ku janji.. Hingga ku dapat kau kembali.. Bersama jalani hari..

Anda mungkin juga menyukai