Sudahkah kamu membaca puisi hari ini! Puisi apa yang kaubaca? Makna apa yang terkandung
dalam puisi tersebut? Pernahkah kamu mendeklamasikannya di depan orang banyak? Atau, pernahkah
kamu membacakannya dalam lomba baca puisi? Apakah semua puisi harus dibacakan? Harus
dideklamasikan? Atau dimusikalisasi?
Puisi merupakan sebuah genre dari genre-genre sastra. Selain puisi, ada dua lagi yang termasuk
genre sastra, yaitu prosa (cerpen, novel), dan drama. Apa bedanya puisi dengan prosa? Apa pula
bedanya dengan drama? Kamu dapat menemukan bedanya setelah kamu “bergaul” dengan genre-
genre sastra itu. Dan tak bisa dijelaskan secara tepat dengan kata-kata. Setiap orang sudah tahu bahwa
yang disebut puisi itu seperti itu, yang disebut prosa ya seperti itu, drama seperti itu.
Sebuah puisi disebut puisi karena karakternya sebagai puisi. Cermatilah, misalnya, puisi berikut
ini.
Aku
(Chairil Anwar)
Mengapa bentuk seperti itu disebut puisi? Apa yang menjadikan ciri bahwa bentuk seperti itu
disebut puisi? Makna apa yang dapat kita ungkap dari puisi tersebut? Menunjukan suasana apa puisi
tersebut? Apa tema puisi tersebut? Penahkah kamu membacakannya di depan kelas? Selanjutnya,
pernahkah kamu mencobanya menulis puisi seperti itu?
Ketika sebuah puisi ditulis, dan diedarkan untuk dibaca khalayak, selanjutnya tugas
pembacalah untuk menentukan suasana, menyebutkan temanya, dan menemukan maknanya. Dengan
kata lain, pembaca bisa memahaminya dengan caranya sendiri. Selanjutnya, puisi juga boleh
dibacakan di depan umum, atau dialihwahanakan ke dalam bentuk nyanyian melalui kegiatan
musikalisasi puisi. Puisi-puisi karya Taufiq Ismail, misalnya, sering dinyanyikan oleh vokalis grup
musik Bimbo.
Apakah sebuah puisi ditulis untuk dideklamasikan atau dimusikalisasi? Tentu saja tidak. Puisi
akan tetap menjadi puisi yang bisa dibaca dan dimaknai, dianalis unsur-unsurnya, bahkan diajarkan di
sekolah, seperti yang sedang kamu pelajari saat ini. Selebihnya, kamu juga akan belajar
menuliskannya. Ya, kamu akan belajar menulis puisi.
Untuk lebih jelasnya, dalam pembelajaran ini, kamu akan belajar:
1. Mengidentifikasi suasana, tema, dan makna puisi;
2. Mendemostrasikan puisi (mendeklamasikan atau memusikalisasi);
3. Menganalisis unsur pembangun puisi; dan
4. Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
Tunggu apa lagi? Ikutilah pembelajaran dalam bab ini dengan saksama!
PETA KONSEP
Mengidentifikasi
suasa puisi
Mengidentifikasi
Mengidentifikasi
suasana, tema, dan
tema puisi
makna puisi
Mengidentifikasi
makna puisi
Menentukan
tekanan dinamik
dan tempo
Mendemonstrasikan Mendeklasikan
puisi puisi
Memusikalisasi
puisi
Pembelajaran
Puisi
Menentukan unsur
lahir (hakikat) puisi
Menulis puisi
dengan Menentukan unsur
memerhatikan batin (makna) puisi
unsur
pembangunnya Menulis puisi
dengan
memerhatikan
unsur lahir dan
bain puisi
Kata Kunci:
puisi
tema
suasana
makna
antologi
deklamasi
musikalisasi
hakikat puisi
rima
irama
4.17 Menulis puisi dengan 4.17.1 Menentukan tema puisi yang akan ditulis
memerhatikan unsur 4.17.2 Menulis puisi dengan memerhatikan unsur
pembangunnya pembangunnya.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi puisi, peserta didik diharapkan mampu:
Kegiatan 1
Mengidentifikasi Suasana Puisi
Pada kegiatan ini kamu akandiajak mencermati satu contoh teks puisi yang diambil dari sebuah
antopologi puisi. Tahukah kamu apa itu antologi puisi? Antologi puisi adalah buku kumpulan puisi
yang dikarang oleh seorang penyair, atau buku kumpulan puisi dari beberapa orang penyair.
Misalnya, antopologi puisi berjudul Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Dalam buku
tersebut terdapat satu puisi berjudul “Hujan Bulan Juni” itu sendiri, dan puluhan puisi lainnya. Berikut
gambar jilid buku antologi puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono.
Sebelum membaca teks puisi berjudul “Hujan Bulan Juni”, diskusikan dan jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Kamu tentu pernah membaca satu contoh puisi, atau beberapa puisi. Bagaimana
perasaan kamu setelah membaca puisi-puisi itu?
2. Apakah kamu merasa tertarik dengan puisi-puisi yang kamu baca itu?
3. Manfaat apa yang bisa kita petik dari kegiatan membaca puisi?
Cermatilah puisi berjudul “Hujan Bulan Juni” berikut ini, yang dinukil dari buku antologi
Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
Hujan Bulan Juni
Setelah kamu membaca teks puisi di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Dapatkah kamu memahami puisi tersebut?
2. Bagaimana perasaanmu setelah membaca puisi tersebut?
3. Apa maksud penyair dengan mengarang puisi seperti itu?
4. Mengapa puisi tersebut diberi judul “Hujan Bulan Juni”?
Jawaban :
1. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
2. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
3. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
4. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Bait 1
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Dalam bait ini hujan dipersonifikasi sebagai orang tabah. Hujan itu turun dengan rintik-rintik.
Maka rintik hujan itu dianggap sebagai orang yang merahasiakan rindunya kepada kekesihnya berupa
pohon berbunga.
Kita tahu bahwa hujan turun itu pastilah membasahi segala yang ada di muka bumi. Termasuk
pepohonan, tanah, hewan, genting rumah, gedung, dan lain-lain, dan juga manusia kalau tidak sedang
berteduh. Dalam hal ini penyair membayangkan hujan itu jatuh atau menimpa pohon yang sedang
berbunga. Hujan dianggap sedang merindukan pohon berbunga itu. Namun, kerinduannya
dirahasiakannya. Pemersonifikasian semacam itu menimbulkan suasana romantis.
Bait 2
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakiya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Dalam bait ini hujan dipersonifikasi sebagai orang yang bijak. Dalam kenyataan sehari-hari,
hujan yang kita saksikan turun dari langit menimbulkan semua benda yang ditimpahinya basah
kuyup. Bisa merobohkan pohon kalau hujan itu disertai angin ribut. Bisa menimbulkan banjir jika
volumenya tak tertampung. Hujan tentu saja mengucur pula di atas jalan. Dalam hal ini hujan
dipersonifikasi sebagai orang yang berjalan dengan ragu-ragu di jalan, dan jejak-jejaknya dihapusnya
sendiri sehingga tak nampak lagi bekas hujan itu. Perbuatan menghapus bekas kaki di jalan itu
dianggap sebagai sesuatu yang bijak.
Bait 3
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Dalam bait ini hujan dipersonifikasi sebagai orang yang arif. Kearifan tersebut dilambangkan
dengan tidak mengatakan apa pun kepada akar pohon bunga. Padahal sang hujan terus turun dan
membasahi bumi, membasahi akar pohon bunga. Dalam hal ini hujan berakrab-akrab dengan pohon
bunga yang diserap oleh akarnya, sehingga bunga itu pun tumbuh subur. Jika dibahasakan dengan
bahasa manusia, mungkin hujan ingin mengatakan hubungan cintanya kepada pohon bunga, yang
nyatanya misalnya menjadikan pohon bunga itu tumbuh subur itu. Tapi hujan tetap tidak
mengatakannya, sebagai lambang bahwa dia bersikap arif.
Tugas 1
Cermatilah puisi berikut!
IBU
(Djawawi Imron)
Setelah kamu membaca puisi di atas, jelaskan suasana apa yang tergambar dalam puisi tersebut!
Untuk memudahkan pekerjaanmu, gunakan format identifikasi berikut! Bait ke-1 sudah diisi,
lanjutkan dengan bait-bait berikutnya! Lalu, simpulkan suasana umum dari seluruh bait dari puisi
tersebut!
Kegiatan 2
Mengidentifikasi Tema Puisi
Setiap satuan bahasa yang diucapkan atau ditulis seseorang pastilah menunjukkan gagasan atau
isi. Ketika kamu berdialog dengan temanmu, misalnya kamu pinjam pulpen, dan temanmu
memberikan pulpen itu untuk dipinjam, maka jelas di situ, dialognya berisi tentang meminjam pulpen.
Ketika kamu memberitahukan pada orang tuamu bahwa sekolah diliburkan karena sedang hari tenang
karena usai ulangan umum, maka gagasan atau isi dialogmu adalah tentang informasi libur sekolah.
Begitulah seterusnya. Pendeknya, setiap sesuatu yang kita ucapkan atau tuliskan untuk disampaikan
pada orang lain, pastilah mengandung isi. Hanya orang tak berakal atau gila saja yang kata-katanya
tak mengandung gagasan atau tak berisi.
Gagasan atau isi itu kita sebut tema. Dengan demikian, setiap satuan bahasa yang terucap atau
tertulis mengandung tema. Begitu pun dalam puisi. Puisi itu satuan bahasa yang dirangkai penulisnya
untuk menyatakan sesuatu. Dan sesuatu itu adalah tema. Cermatilah contoh puisi berikut!
Takdir Daun
(Mashuri)
aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin. bila kini aku
merona di pigura yang menempel di dinding dunia, kerna hidupku
berarus di degup jantungmu, kerna perkenan tanganmu yang sudi
memungutku dari bumi
lusuh. lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain
cinta dan rindu.
Gagasan apa yang mendasari puisi tersebut? Ya, betul. Puisi tersebut bertema cinta. Hal itu
nampak dalam larik tarakhir di mana si aku-lirik menuliskan kata apa yang pantas aku balas
kepadamu, selain / cinta dan rindu. Judulnya memang “Takdir Daun”, namun tema atau gagasan yang
mendasarinya adalah cinta. Daun hanya digunakan sebagai analogi, diri si aku lirik diibaratkan
selembar daun kering yang diterbangkan angin dan akhirnya hinggap di hati Ning, sang kekasih.
Dikatakan juga bahwa hidup si aku berarus di degup jantungmu. Hal itu ditambah lagi dengan larik
kerna perkenan tanganmu yang sudi / memungutku dari bumi / lusuh.
Kalau kita tabelkan, maka akan tampak sebagai berikut!
Pola Hubungan Diksi Penunjuk Tema
Puisi “Takdir Daun”
Diksi Tema
selembar daun kering, ning, luruh
terbawa angin.
merona di pigura yang menempel di Cinta
dinding dunia,
hidupku
berarus di degup jantungmu,
perkenan tanganmu yang sudi
memungutku dari bumi
lusuh.
lalu apa yang pantas aku balas
kepadamu, selain
cinta dan rindu.
Tema merupakan gagasan dasar yang disaksikan atau dialami penyair dan dialihkannya ke dalam
bahasa puisi. Oleh karena yang disaksikan atau dialami itu aneka ragam, maka tema puisi pun banyak
ragamnya: cinta, pendidikan, sosial, kemanusian, ketuhanan, filsafat, dan sebagainya.
Cermati contoh beberapa puisi dan tema yang mendasarinya berikut ini!
No. Puisi/Penggalan Puisi Tema
1. KEBESARANMU Ketuhanan
3. Kepahlawanan
DIPONEGORO
(Chairil Anwar)
Tugas
Cermatilah puisi berikut!
GENANGAN
(Aji Ramadhan)
Surakarta, 2019
Sumber: Kompas, 29 Juni 2019
Jelaskan, tema apa yang terkandung dalam puisi tersebut! Gunakan format berikut untuk
memudahkan pekerjaanmu!
Bait 2
Bait 3
Bait 4
Kegiatan 3
Mengidentifikasi Makna Puisi
Karangan Bunga
(Taufiq Ismail)
Apa yang kamu ketahui tentang puisi tersebut? Apa sebenarnya yang ingin disampaikan Taufiq
Ismail dengan puisi itu? Siapa anak kecil itu? Untuk apa datang ke Salemba? Siapa yang ditembak
mati? Mengapa tiga anak kecil itu memberikan karangan bunga? Jika puisi ditelaah berdasarkan kata
yang nampak saja, dengan mengabaikan latar belakang puisi itu dibuat, maka setidak-tidaknya kita
akan memperoleh gambaran sebagai berikut.
Yang menjadi kata kunci, atau diksi dari puisi tersebut adalah
Tiga anak kecil
Pita hitam dalam karangan bunga
Salemba
berduka
Kaka yang ditembak bati
Lalu kita kisahkan: pada suatu sore ada tiga anak kecil mendatangi sebuah tempat yang disebut
Salemba. Tiga anak kecil itu membawa karangan bunga yang di dalamnya ada pita hitam. Melalui pita
hitam dalam karangan bunga yang dibawanya, anak-anak itu mau menyampaikan rasa berdukanya
atas meninggalnya si kakak yang ditembak mati.
Pemaknaan berdasarkan teks itu berhenti sampai di situ. Kita menyimpulkannya bahwa puisi
tersebut mengandung makna: pernyataan rasa turut berduka terhadap orang yang ditembak mati.
Sebagai pembaca, kita masih bertanya-tanya siapa tiga anak kecil itu, siapa kakak yang ditembak
mati, apakah kakak dari ketiga anak kecil itu, mengapa kakak itu ditembak mati, perempuan atau laki-
lakikah si kakak itu. Semua itu tidak bisa dijawab. Pemaknaan cukup sampai pada pernyataan bahwa
ada tiga anak kecil yang turut berduka, yang ditandai dengan pita hitam dalam karangan bunga.
Jika dirunut dari latar belakang sejarah terciptanya puisi tersebut, terceritakan kira-kira sebagai
berikut. Puisi tersebut berangka tahun pembuatannya tahun 1965, yaitu tahun ketika bangsa Indonesia
sedang menghadapi kekacauan politik. Sejumlah mahasiswa turun ke jalan berdemonstrasi untuk
menurunkan Ir. Soekarno dari jabatannya sebagai presiden. Lalu TNI dilibatkan untuk mengamankan
situasi. Dan tertembaklah seorang mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arif Rahman Hakim.
Peristiwanya di Jalan Salemba Jakarta, tempat di mana kampus Universitas Indonesia berada. Arif
Rahman Hakim gugur. Sebelum dimakamkan, jenazah Arif Rahman Hakim disemayamkan terlebih
dahulu di Kampus UI di Jalan Salemba itu.
Maka yang dimaksud kakak yang ditembak mati siang tadi adalah Arif Rahman Hakim. Konon,
ketika tengah disemayamkan itu, ada tiga orang anak kecil yang datang menjenguk dengan membawa
karangan bunga yang dililit pita hitam, sebagai tanda ikut berduka. Taufiq Ismail yang pada saat itu
masih menjadi mahasiswa kedokteran, menjadi saksi sejarah terjadinya peristiwa itu, maka dia pun
menulis puisi dengan judul “Karangan Bunga” itu.
Tidak semua orang tahu latar belakang yang membuat puisi “Karangan Bunga” itu dibuat. Oleh
karena itu, pemaknaan terhadap puisi tersebut tidak akan mendalam kalau kita tidak tahu sejarahnya.
Walaupun demikian, menafsirkan makna sebuah puisi boleh tidak sesuai dengan yang dimaksudkan
penyairnya, yang penting sesuai dengan logika imajinasi. Toh sebuah puisi, ketika sudah diciptakan,
sudah lepas tangan dari penulisnya. Puisi ibarat seorang anak yatim piatu. Kita sebagai pembaca boleh
menafasirkannya walaupun tidak setepat maksud penyairnya sebagai “ibu bapaknya” itu. Dengan
begitu, pemaknaan terhadap puisi berjudul “Karangan Bunga” di atas, bisa dimaknai sebagai
ungkapan bela sungkawa terhadap seseorang yang ditembak mati.
Puisi Makna
Karangan Bunga Pernyataan bela sungkawa terhadap
(Taufiq Ismail) seseorang yang ditembak mati
Tugas
Cermatilah beberapa puisi berikut!
Puisi 1
Ia Ditemukan Mati
(Gunawan Muhammad)
Hari terik.
Payung-payung dibuka.
Kacamata-kacamata dipasang.
Dan matahari pergi.
Dan kata-kata
yang tak untuk siapa-siapa.
Tapi ia menangis.
Puisi 2
Di Rumah Ini
(Gunawan Muhamad)
Di tembok
yang diperpucat
matahari.
Pelan,
putih,
rata.
Seperti waktu.
alur rutin
kematian kita.
Tiap kali
lupa berulang.
Lupa
berulang.
Puisi 3
Sajadah Panjang
(Taufiq Ismail)
Puisi 4
Sungai Kecil
(D. Zawawi Imron)
Puisi 5
Cipasung
(Acep Zamzam Noer)
1. Puisi 1
2. Puisi 2
4. Puisi 4
5. Puisi 5
B. Mendemonstrasikan Puisi
Kegiatan 1
Membacakan Puisi
Pada pembelajaran A di atas, kamu telah mempelajari tentang suasana, tema, dan makna puisi.
Ketiga hal itu merupakan satu kesatuan. Tema merupakan gagasan atau ide dasar yang mendorong
penyair untuk mencipta puisi. Ketika puisi itu tercipta, lalu kita baca, maka akan terasakan suasana
tertentu. Lalu kita telaah apa sebenarnya maksud yang ingin dikemukakan penyair dalam puisinya itu,
maka akan muncul makna puisi. Jika puisi itu mau dibacakan, ketiga hal tersebut harus kita ketahui
dan pahami terlebih dahulu.
Seperti apakah pembacaan puisi? Apakah semua puisi harus dibacakan? Dalam hal ini kamu
harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “membacakan” itu sendiri. Membaca,
dalam arti yang sederhana, adalah mengartikan lambang-lambang. Kegiatan membaca adalah kegiatan
melihat rangkaian huruf. Huruf adalah lambang, yaitu lambang bunyi bahasa terkecil yang disebut
fonem. Huruf atau aksara digunakan agar bahasa manusia bisa diabadikan dalam bentuk lambang itu.
Puisi termasuk di dalamnya. Jadi, puisi itu dicipta penyair dalam bentuk tulis, selanjutnya dipersilakan
untuk dibaca.
Membaca puisi ada dua jenis. Membaca dalam hati, atau membaca senyap. Membaca senyap
inilah yang dimaksud membaca secara umum. Membaca surat, membaca berita di surat kabar,
membaca artikel, membaca resep dokter, membaca karangan siswa, dan sebagainya adalah termasuk
membaca dengan jenis membaca senyap. Termasuk di dalamnya membaca puisi. Untuk kegiatan
membaca senyap boleh dilakukan kapanpun dan di mana pun untuk tujuan apa pun. Misalnya, untuk
kegiatan menganalisis unsur instrinsik dan ekstriktis puisi. Biasanya mahasiswa jurusan sastra suka
diberikan tugas oleh dosennya untuk kegiatan tersebut. Dalam kegiatan seperti itu yang dilakukan
adalah membaca diam atau membaca dalam hati.
Berikutnya adalah membaca nyaring. Khusus untuk puisi, membaca nyaring puisi punya istilah
tersendiri, yaitu deklamasi. Membaca nyaring puisi, yang disebut deklamasi itu, berbeda dengan
membacakan teks pidato, misalnya.Untuk membacakan puisi perlu diperhatikan soal vokal, intonasi,
dan ekspresi. Vokal berkaitan dengan dengan kejelasan suara yang diucapkan. Ketika membacakan
puisi, maka volal ini harus benar-benar diperhatikan. Dengan suara yang jelas, dengan mudah makna
puisi itu dapat ditangkap.
Intonasi berkaitan dengan tekanan kata. Ada dua jenis tekanan: tekanan dinamik dan tekanan
tempo. Tekanan dinamik berkaitan dengan tinggi rendahnya suara. Sedangkan tekanan tempo
berkaitan dengan cepat lambatnya suara. Puisi berjudul “O Amuk Kapak” karya Sutardji Calzoum
Bachri sering dibacakan dengan intonasi tinggi dan cepat, sedangkan puisi puisi “Aku Ingin” karya
Sapardi Djoko Damono dibacakan dengan intonasi rendah dan lambat. Tinggi rendah atau cepat
lambat dalam membacakan puisi sangat dipengaruhi oleh suasana puisi itu.
Selanjutnya, ekspresi adalah mimik muka. Puisi bersuasana sedih ya harus dibacakan dengan
ekspresi sedih. Puisi bersuasana bahagia, ya dibacakan dengan ekspresi bahagia. Puisi bernada humor
ya bacakanlah dengan ekspresi senyum penuh humor.
Puisi berikut ini biasa dibacakan dalam lomba baca puisi. Puisi ini berjudul “Sonet: Hei! Jangan
Kaupatahkan”, karya Sapardi Doko Damono. Perhatikan suasana, tema, dan maknanya terlebih
dahulu, sebelum kamu mencoba mendeklamasikannya.
Suasana yang tergambar dalam puisi itu adalah suasana akrab. Hal itu tergambar mulai dari
judulnya, “Sonet, Hai, Jangan Kaupatahkan”. Sonet adalah nama orang. Mungkin teman si aku-lirik,
atau anaknya. Si Sonet ini diajak berdialog, diberi wejangan untuk mencintai pohon bunga dengan
cara, minimal, tidak mematahkannya: jangan kaupatahkan kuntum bunga itu. Temanya tema cinta
pada alam. Tema ini berkaitan erat dengan maksud si pengarang menulis puisi ini, yaitu mengajak
memperhatikan alam, yang diwujudkan dengan memerhatikan perihidup sekuntum bunga. Biarkanlah
pohon bunga itu tumbuh, tidak usah diganggu, tidak usah dipetik kuncupnya. Toh pada akhirnya
bunga itu akan mati juga sesuai titah alam.
Puisi ini tidak mengiaskan apa-apa. Tidak berbicara tentang “yang lain”, misalnya untuk
menganalogikan perempuan yang masih gadis, yang dalam masyarakat kebanyakan sering
dianalogikan dengan bunga. Tidak ada kecondongan kata yang mengarah pada analogi semacam itu.
Kita semata-mata hanya diajak untuk mencintai bunga, mencintai alam, jangan merusaknya. Dalam
puisi ini, suasana cinta dan akrab diperkaya dengan diksi bagaimana matahari memulasnya warna-
warni, sambil diam-/ diam membunuhnya dengan hati-hati sekali / dalam Kasih-sayang, dalam
rindu-dendam / Alam; lihat: ia pun terkulai perlahan-lahan / dengan indah sekali, tanpa satu
keluhan.
Dengan memerhatikan suasana, tema, dan makna puisi itu, maka kamu bisa
membacakannya dengan indah. Agar pembacaanmu sempurna, perhatikanlah penjedaannya
sebagai berikut.
Pembacaan puisi berjudul “Sonet: Hei! Jangan Kaupatahkan” sering dilombakan, dan
pembacaannya diunggah ke yutub. Bukalah yutub, lalu pilihlah mana yang paling bagus! Lalu
bacakanlah! Kamu boleh berinisiatif sendiri membacakannya. Yang penting, makna dan suasana puisi
itu bisa tersampaikan.
Tugas
Cermatilah puisi-puisi berikut! Pilihlah salah satu dari puisi tersebut untuk kamu bacakan di depan
kelas! Bukalah pembacaan puisi-puisi tersebut di jejaring yutub sebagai perbandingan!
Puisi 1
Karawang-Bekasi
(Chairil Anwar)
Puisi 2
TENTANG SEORANG PENJAGA
KUBUR YANG MATI
(Sapardi Djoko Damono)
Puisi 3
Puisi 4
DAUN
(Soni Farid Maulana)
Sembahyang Rumputan
(Ahmadun Yosi Herfanda)
Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Di kota-kota disingkirkan
Alam memeliharaku subur di hutan
Aku rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
: sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah sekalian alam
Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Seluruh gerakku
Adalah seembahyang
(Sumber: http://www.jendelasastra.com/dapur-sastra/dapur-jendela-sastra/lain-
lain/puisi-puisi-soni-farid-maulana)
Kegiatan 2
Memusikalisasi Puisi
Pernahkah kamu mendengar grup musik Bimbo? Grup musik ini masih ada, walaupun
personilnya sudah beranjak tua. Mungkin sebentar lagi akan digantikan oleh generasi berikutnya.
Grup musik Bimbo termasuk grup musik religi. Cermati keterangan tentang grup musik Bimbo
sebagai berikut!
Bimbo adalah sebuah grup musik asal BandungIndonesia yang didirikan sekitar tahun
1967.Personel Bimbo terdiri atas tiga bersaudara kakak beradik Sam Bimbo, Acil Bimbo, dan
Jaka Bimbo.Dan dalam perkembangannya kemudian ditambah oleh adik perempuan mereka Iin
Parlina.Mereka bersenandung tentang cinta.Bercanda dalam lagu, mulai soal kumis, tangan,
mata, sampai calon mertua atau membuat satire sosial.Tetapi, Bimbo juga bicara tentang Tuhan
lewat lagu Tuhan.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bimbo
Apa yang istimewa dari grup musik Bimbo? Pada masanya dahulu, grup musik ini begitu
dikenal luas di masyarakat. Salah satu keistimewaannya, Bimbo suka menyanyikan lirik lagu yang
berasal dari puisi karya Taufiq Ismail. Puisi-puisi berjudul “Sajadah Panjang”, “Aisah Adinda Kita”,
“Tuhan”, dan lain-lain sering dinyanyikan oleh grup musik ini. Ada sekitar 73 judul puisi karya
Taufiq Ismail yang dinyanyikan grup musik Bimbo ini.
Gambar: Grup musik Bimbo. Sering menyanyikan sajak-sajak Taufiq Ismail.
(Sumber: https://www.google.com/search?q=personil+grup+musik+bimbo)
Kamu pun bisa berkreasi menyanyikan puisi yang diiringi musik. Pendek kata, kamu bisa
mengalihwahanakan puisi menjadi sebuah syair lagu dan dinyanyikan. Kamu bisa memusikalisasi
puisi. Bagaimanakah caranya?
Kamu cari dan pilih puisi dari penyair-penyair terkenal, atau penyair masa kini yang sedang
menuju terkenal. Carilah puisi-puisi yang “enak” untuk dinyanyikan. Lalu kamu iringi nyanyian itu
dengan musik. Boleh dengan alat musik modern seperti gitar, piano. Genre musiknya pun bebas.
Boleh musik rok, musik melankolis, musik dangdut, atau musik tradisional dengan alat musiknya
berupa gamelan tradisional. Tidak ada ketentuan baku bagaimana memusikalisasikan puisi. Yang
penting puisi itu bisa dinyanyikan dan diiringi alat musik.
Tugas
Buatlah kelompok di kelasmu! Satu kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang. Kemudian masing-
masing kelompok mencari satu buah puisi dari buku antopologi puisi. Misalnya: dari buku antologi
puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar, Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono,
Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imran, Asmaradana karya Gunawan Muhammad,
Tulisan pada Tembok karya Acep Zamzam Noer, Baju Bulan karya Joko Pinurbo, dan lain-lain.
Nyanyikanlah puisi itu oleh salah seorang anggota. Anggota yang lainnya mengiringi dengan alat
musik seperti gitar, piano, atau alat musik yang ada di sekolahmu!
C. Menganalisis Unsur Pembangun Puisi
Kegiatan 1
Menganalisis Struktur Fisik Puisi
Ibu
(Medy Loekito)
Jawaban
1. ..................................................................................................................................................
2. ..................................................................................................................................................
3. ..................................................................................................................................................
4. ..................................................................................................................................................
1. Diksi
Cermatilah puisi berikut
Dalam puisi tersebut, untuk menggambarkan kasih sayang pada anaknya, penyair memilih kata-
kata yang dirangkai menjadi sebuah larik indah, yaitu Sampai di manakah cinta Ayah dan Ibu,
Anakku/ Kalau tidak hingga ke ujung-ujung jari?
Untuk menasihati anaknya agar tegar dalam menghadapi hidup, penyair memilih kata-kata yang
dirangkai dalam larik Kemudian engkau sendirilah Ayah dan Ibu/ Dari Nasibmu/ Terimalah Bumi dan
Langit, hujan terik/ Siang serta malamhari kalbumu
Untuk memberikan semangat agar si anak punya cita-cita yang tinggi, dan berusaha meraihnya,
sang penyair memilih kata-lata yang dirangkai dalam larik-larik Sekali kan tiba saat kau tegak
sendiri/ Berdirilah atas bahu, ya, pijakanlah kepala kami/ Jangkau bintang-bintang yang dari abad
ke abad/ Cuma dapat kami tengadahi
Itulah diksi yang digunakan penyair dalam puisi itu. Diksi itu pilihan kata. Tiap penyair
mempunyai diksi tersendiri dalam menyusun kata-kata dalam puisinya, meskipun objek yang
dibidiknya sama. Tapi dalam pengungkapan, tiap penyair berhak mengkreasi diksi tersendiri.
2. Pengimajian
Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian: kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di air tipis menurun.
Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di hati gadis menurun.
Sumber: http://kepadapuisi.blogspot.com/2013/03/priangan-si-jelita.html
Apa yang dapat kamu bayangkan dari puisi di atas? Kita membayangkan mendengar adanya
suara merdu seruling di pasir ipis, dan tembang yang menggema antara dua kaki gunung Burangrang
dan Tangkubanparahu. Juga kita membayangkan melihat adanya air embun atau air hujan yang
menetes dari pucuk-pucuk, air yang tipis menurun dari pucuk-pucuk tersebut. Kita juga
membayangkan melihat adanya gadis-gadis dari bukit, yang menyanyikan lagu kentang sudah digali,
lalu kita membayangkan melihat gadis itu mengenakan kebaya merah di kala mau pergi menonton ke
pewayangan. Lalu kita juga membayangkan merasakan perasaan hati si gadis yang bahagia, bagaikan
sejuknya air embun di pucuk-pucuk.
Dengan demikian, terdapat tiga jenis pengimajian sekaligus dari puisi itu: pendengaran,
penglihatan, dan perasaaan. Gambaran pengimajian tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut.
Hasil Analisis Pengimajian
Puisi “Tanah Kelahiran 1” karya Ramadhan K.H.
No. Kutipan Puisi Pengimajian
1. Seruling di pasir ipis, merdu pendengaran
antara gundukan pohon pina
3. Kata Konkret
Kata kongkret diciptakan penyair untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca. Maka
kata-kata harus diperkonkret. Kata-kata itu dipilih penyair agar dapat menyarankan kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya
penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair. Dengan demikian,
pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya.
Sebenarnya antara diksi, pengimajian, dan kata konkret itu saling berhubungan. Diksi yang
dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita
hayati melalui penglihatan, atau cita rasa.
Cermatilah contohnya pada puisi berikut!
Ombak
(Didik Wahyudi)
Dalam puisi tersebut, untuk menyatakan bahwa nelayan membawa hasil tangkapan, penyair
menggunakan kata-kata konkret Perahu-perahu kecil terapung-apung/ Di atasnya/ Bergerak
perlahan ke tepian/ Berkah menyertainya.
Untuk memperkonkret keindahan laut yang berombak itu, penyair menggunakan kata-kata
Burung-burung bermain di atasnya/ Ikan-ikan berenang bebas/ Di bawah dan di dalam dulinya/
Sebuah lanskap yang menggoda/ Dan juru foto menangkapnya.
Untuk mengkongkretkan bahwa ada bencana akibat terjangan ombak, penyair
mengungkapkannya dengan kata Menyapu pasar dan alun-alun/ kamar tempata pangeran dan putri/
tertidur/ sampai ia kembali surut/ dan kau harus menjauh, menjauh/ membangun kembali istanamu.
Bagaimana hubungan antara diksi, pengimajian, dan kata konkret? Untuk mengungkapkan suatu
objek dalam puisi, maka penyair memilih kata-kata tertentu. Kata itu harus dapat memperkonkret
imajinasi pembaca. Maka, mungkin saja kata atau diksinya hanya itu-itu juga, tapi dapat ditinjau dari
segi diksi, imaji, dan kata konkret. Cermati sekali lagi contoh puisi berjudul “Ombak” di atas!
Kemudian perhatikan hasil analisis diksi, pengimajian, dan kata konkret yang digunakannya berikut
ini!
4. Bahasa figuratif
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berfigura sehingga disebut bahasa
figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau
bahasanya bermakna kiasa atau bermakna lambang.
Cermati puisi berikut!
Selatpanjang, 2018
Dalam puisi tersebut, penyair menggunakan bahasa figuratif dengan mempersonikasi waktu.
Kita ambil contoh petikan larik berikut. Dan waktu menantang/ “bunuhlah diriku!” Dalam larik ini
waktu diibaratkan manusia yang menantang dan berkata-kata “bunuhlah diriku”.
Bahasa figuratif atau figura bahasa dalam puisi bisa diciptakan melalui berbagai gaya bahasa.
Selain gaya personifikasi seperti di atas, dalam puisi sering pula digunakan seperti metafora,
perumpaan, hiperbola, dan sebagainya. Pendek kata, penyair akan memilih figura bahasa mana yang
paling mewakili isi hatinya untuk dituangkan dalam puisinya.
Aku
(Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Jika kita amati, maka puisi tersebut memiliki persamaan bunyi, baik antara larik dengan larik,
maupun di dalam larik itu sendiri. Hal itu nampak, misalnya, pada bait 1. Pada bait ini didominasi
oleh suara akhir u, baik pada akhir lariknya maupun di dalam lariknya.
Persamaan bunyi seperti itu, dalam puisi, disebut rima. Selengkapnya, puisi tersebut memiliki
rima sebagai berikut.
Petikan Puisi Rima Penjelasan
Kalau sampai waktuku Rima tengah
‘Ku mau tak seorang kan merayu dan rima akhir
Tidak juga kau dengan suara
Tak perlu sedu sedan itu u
6. Tipografi
Cermatilah puisi-puisi berikut!
Puisi 1
Kepada Uang
(Joko Pinurbo)
Puisi 2
Tanpa Kata
(Rahim Qahhar)
tanpa kata
jadi guru tak bisa
tanpa kata
jadi dokter tak bisa
tanpa kata
jadi walikota tak bisa
tanpa kata
jadi presiden tak bisa
tanpa kata
jadi menteri tak bisa
tanpa kata
jadi ketua tak bisa
tanpa kata
jadi bunglon tak bisa
tanpa kata
jadi hakim tak bisa
tanpa kata
mencium-Mu tak bisa
tanpa kata
jadi apa?
tanpakatatanpakatatanpakatatanpakatatanpakata
tanpa kata mengemis bisa
tanpa kata merampok bisa
tanpa kata menodong bisa
tanpa kata menipu bisa
tanpa kata membunuh bisa
tanpa kata korupsi bisa
tanpa kata menyelundup bisa
tanpa kata berzina bisa
tanpa kata puisi tak pernah ada
Puisi 3
Sudah Waktu
(Sutardji Calzoum Bachri)
Sudah waktunya
Memasukan kembali
Seluruh langit
Semua langit
Setiap darat
Kedalam dirimu
jadi
bersiapsiaplah
kuatkakuatkanlah
dan
hormati dirimu
ludahlah !
Bagaimana pendapatmu setelah mencermati tiga buah puisi di atas? Umumnya puisi ditulis
dengan berpedoman bentuk larik dan bait. Satu bait puisi dibangun oleh beberapa larik. Larik itu
pun ditulis dengan cara unik, dimulai dari pinggi kiri dan dilanjutkan ke larik berikutnya meskipun
masih ada ruang kosong di tengah atau di pinggir kanan. Lihat misalnya puisi 1 di atas. Itu salah
satu bentuk tulisan puisi pada masa kini.
Tapi ternyata ada penyair-penyair tertentu yang tidak puas dengan bentuk yang biasa. Pada
contoh puisi 2 dan puisi 3, cara penulisan itu agak aneh, tidak biasa. Tapi itulah puisi. Mau
membentuk seperti apa puisi itu dituliskan, adalah tergantung pengarangnya sendiri. Tidak ada
aturan pasti bagaimana sebuah puisi dituliskan. Mau konvensional, atau mau aneh-aneh yang tidak
lazim seperti lazimnya puisi, adalah sepenuhnya tergantung pada kreativitas penyair sebagai
pembuatnya.
Tugas
Cermatilah puisi berikut!
Citumang
(Acep Zamzam Noer)
2018
Identifikasilah unsur diksi, imajeri, kata konkret, dan gaya bahasa yang digunakan dalam puisi
tersebut! Gunakan format pengerjaannya sebagai berikut, untuk memudahkan pekerjaanmu! Bait 1
sudah dikerjakan, baik identifikasi diksi, imaji, kata konkret, maupun gaya bahasa. Lanjutkan
dengan bait-bait berikutnya!
Bait 3
Bait 4
Bait 3
Bait 4
Bait 2
Bait 3
Bait 4
Hasil Identifikasi Gaya Bahasa
Puisi “Citumang” Acep Zamzam Noer
Bait 2
Bait 3
Bait 4
Kegiatan 1
Menentukan Tema
Pada materi bagian A di atas, kamu telah belajar memahami tema puisi. Tema merupakan ide
dasar atau gagasan pokok penyair dalam puisinya. Karena antara pembaca dan pencipta puisi itu
berbeda dalam kronologi pengapresiasian, maka tema bagi pencipta dan pembaca itu berbeda. Bagi
pencipta, tema sudah ada sebelum dia menuliskannya. Pendek kata, tema sudah ada dalam pikiran
penulis puisi sebelum menuliskan puisnya.
Bagi penulis puisi, tema itu bersumber dari apa yang dilihat, didengar, dialami atau dirasakan.
Ketika seseorang melihat pemandangan di kampung, di situ ada sawah, ada kolam, ada perbukitan,
dan ada orang-orang yang tinggal di situ, maka diciptakanlah puisi yang bertema pemandangan itu.
Sebagai contoh, puisi berjudul Cipasung karya Acep Zamzam Noer merupakan puisi yang bertema
pemandangan di kampung yang bernama Desa Cipasung, yang berada di Tasikmalaya. Cermatilah
puisinya sebagai berikut.
Cipasung
(Acep Zamzam Noer)
Dalam puisi itu, penyair menggunakan diksi yang berkaitan dengan kampung Cipasung yang
meliputi sawah, padi, cangkul, langit, ketam, surau. Kata-kata itu dihidupkan dengan memanfaatkan
imaji penglihatan dan pendengaran, kata konkret yang menyarankan adanya kaitan objek-objek itu
dengan suasana ketuhanan, serta gaya bahasa personifikasi, sehingga terciptalah bait pertama:
Bait 1
Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning
Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu
Pada bait kedua, penyair memilih diksi bumi, lahan, tumbuhan, pohonan, pagar bambu, ikan,
dan kolam. Penyair membubuinya dengan imaji penglihatan dan pendengaran, kata konkret yang
menyarankan adanya kaitan objek-objek itu dengan suasana kepasrahan menjalani hidup di dunia
yang pasti akan tiba pada kepunahan, serta gaya bahasa personifikasi, sehingga terciptalah larik-larik
puisi:
Bait 2
Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu
Pada bait ketiga, penyair memilih diksi petani, ladang, ketam, lumpur, dan sajadah. Penyair
menambahinya dengan imaji penglihatan, pendengaran, dan imaji taktil, kata konkret yang
menyarankan adanya kaitan objek-objek itu dengan suasana ketakberdayaan menghadapi kehendak
Tuhan, serta gaya bahasa personifikasi, sehingga terciptalah larik-larik puisi:
Bait 3
Hari esok adalah perjalananku sebagai petani
Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan terkubur.
Tugas
1. Adakanlah pengamatan terhadap objek-objek di sekeliling tempat tinggalmu atau di
sekolahmu! Atau boleh juga pengamatan dilakukan terhadap objek-objek yang ditayangkan
media massa, seperti berita di televisi.
2. Tentukan diksi-diksi yang berkaitan dengan objek yang kamu pilih. Misalnya, obejkenya
berupa lingkungan sekolah, maka diksi yang bisa kita pilih adalah ruang belajar, kantor guru,
lapangan upacara, tiang bendera, dan sebagainya.
3. Tentukan imaji yang berkaitan berkaitan dengan objek itu, misalnya imaji penglihatan,
pendengaran, dan imaji perasaan (taktil).
4. Tentukan kata konkret yang menyarankan pada suasana tertentu, misalnya suasana asyik
melihat taman sekolah!
5. Tentukan gaya bahasamu sendiri untuk mengungkapkannya dalam bait-bait puisi!\
6. Buatlah puisinya secara utuh dengan memperhatikan diksi, imaji, kata konkret, dan gaya
bahasa yang sudah kamu pilih!
Kegiatan 2
Menulis puisi dengan memerhatikan tema, diksi, imaji, kata konkret, dan gaya bahasa
Setelah kamu belajar menentukan tema puisi, untuk menulis puisi berdasarkan tema tersebut.
Kemudian, setelah tema ditentukan, kamu bisa memilih diksi yang berkaitan dengan tema tersebut.
Kemudian, kamu bisa meraciknya dengan imaji dan kata konkret serta gaya bahasa. Ikutilah langkah-
langkahnya sebagai berikut.
Langkah 1
Memotret Objek
maka kamu sudah bisa mulai menulis puisi. siapa yang akan kamu tulis biografinya, kamu
harus mengumpulkan informasi tentang keunggulan-keunggulan tokoh tersebut. Ingat, sebuah teks
biografi disusun karena tokoh yang akan ditulisnya adalah orang hebat dan berkiprah dalam
lingkungan kehidupan. Maka menggali informasi tentang keunggulan-keunggulan tokoh adalah suatu
kewajiban bagi penulis biografi.
Sebagai contoh, perhatikan beberapa keunggulan dari seorang tokoh bernama Dewi Sartika,
seorang tokoh perempuan yang berkiprah dalam memajukan pendidikan kaum wanita di Jawa Barat
pada masa sebelum kemerdekaan
Dari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidikan dan kegigihan yang
dimilikinya untuk dapat meraih kesuksesan.
Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah
untuk perempuan.
Sejak tahun 1902, Dewi Sartika sudah dapat merintis pendidikan bagi kaum perempuan.
Di sebuah ruangan kecil, tepatnya di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika
mengajar di hadapan beberapa anggota keluarganya yang perempuan.
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A Martanagara pada tanggal 16 Januari 1904, Dewi
Sartika membuka sebuah Sakola Istri yang merupakan sekolah perempuan pertama se- Hindia
Belanda.
Karena kiprahnya yang gigih dalam memajukan pendidikan, khususnya bagi kaum perempuan,
maka Dewi Sartika menjadi tokoh penting di Jawa Barat khususnya, dan di Indonesia umumnya.
Maka orang pun menulis biografinya karena memang pantas untuk ditulis. Usaha-usaha Dewi Sartika
untuk memajukan pendidikan itulah yang menjadi hal menarik dan patut diteladani.
Tugas
Carilah di jejaring internet, orang-orang yang berhasil mengubah wajah dunia menjadi lebih baik.
Lalu catatlah keunggulan-keunggulannya. Misalnya, penemu listrik, pembuat kereta api, pencipta
pesawat terbang pertama, dan sebagainya. Untuk memudahkan pekerjaanmu, gunakan format berikut!
Kegiatan 3
Menyusun Teks Biografi dengan Memerhatikan Struktur dan Kaidah Kebahasaan
Pada kegiatan 1 dan kegiatan 2 kamu telah belajar menentukan tokoh dan mencatat
keunggulan-keunggulan tokoh tersebut. Kegiatan tersebut merupakan langkah awal kamu untuk
belajar menyusun teks biografi secara utuh.
Dalam pembelajaran ini, menyusun teks biografi tidak tergantung pada siapa tokohnya dan apa
keunggulannya, tingkat nasional atau dunia. Yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran ini
adalah kamu mampu menyusun teks biografi dengan memerhatikan struktur yang sistematis dan
kaidah bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan karaktetistik teks biografi. Tokohnya boleh saja
tokoh lokal yang ada di sekitar tempat tinggalmu. Dalam hal ini, tokoh tidak harus yang berskala
nasional atau internasional. Yang penting, meskipun merupakan tokoh lokal, namun mampu
memberikan dampak positif dalam kehidupan.
Perhatikan contoh berikut.
Rancangan Pembuatan Teks Biografi
B. Keunggulan-keunggulan
Kreatif dalam memajukan pertanian dan irigasi di Kampung Pesanggrahan,
Kelurahan Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya. Yaitu dengan membangun terowongan
air di bukit di kampungnya.
Menjadikan sawah tadah hujan menjadi lahan sawah subur yang bisa dipanen setahun
tiga kali.
Mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Soeharto pada tahun 1987.
Bagi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya semua tahu semata, siapa tokoh Abdul Rozak. Tentu
saja ada banyak nama Abdul Rozak, tapi Abdul Rozak yang satu ini lain daripada yang lain. Ya,
dialah Abdul Rozak, seorang petani bertangan besi dari kampung sederhana, Kampung Pesangrahan,
Kelurahan Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya. Mungkin di antara komunitas petani yang hidup di
masa itu (Masa pemerintahan orde baru yang dipimpin Presiden Soeharto), dialah yang dianggap
paling berjasa dalam memakmurkan masyarakat desanya dengan motode pengairan lahan persawahan.
Pada tahun 1987 Abdul Rozak menerima penghargaan dari Presiden Soeharto atas jasanya di
bidang pertanian. Ia berhasil membuat terowongan pada sebuah bukit untuk mengalirkan air pada
sawah warga. Ia menghabiskan dana sendiri disamping bantuan swadaya masayrakat.
Tentu saja tidak tanpa tantangan. Tantangannya datang justru dari keluarganya sendiri, dari
istrinya. Dia, istrinya, minta cerai karena harta warisan dijualnya untuk membiayai membuat
terowongan.
Karena tekadnya yang kuat dan dibantu 15 orang warga, terowongan itu pun berhasil dibangun
dan mengalirkan air.Hasilnya pun luar biasa. Tanah persawahan yang semula hanya tadah hujan, yang
hanya bisa digarap saat musim hujan tiba, kini bisa diari sepanjang tahun. Sehingga bisa dipanen tiga
kali dalam setahun.
Atas jasanya itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya kini mengabadikannya dalam
bentuk patung, yang dibuat bergandengan dengan patung Ma Eroh, yang juga berhasil membuat
saluran air, dengan dibantu warga, membuat saluran air sejauh 4,5 km ke persawahan sekitar
persawahan kampunya, Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten
Tasikmalaya.
Sumber: https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-3168654/tugu-mak-eroh-abdul-rozak-ikon-kota-
tasikmalaya
Tugas
Carilah seorang tokoh di sekitar tempat tinggalmu! Misalnya, tokoh dalam bidang pertanian, bidang
pemerintahan, bidang agama, dan lain-lain. Carilah informasi tentang jasa-jasa mereka di bidang-
bidang tersebut! Kemudian, buatlah biografinya dengan memerhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan teks biografi!
Info bahasa dan sastra
Apa yang dimaksud dengan kata kerja? Apa pula yang dimaksud dengan kata kerja material?
Juga kata kerja mental? Dalam penjenisan kata, kita mengenal kata benda (nomina), kata kerja
(verba), kata sifat (adjektiva), kata bilangan (numeral), kata depan (preposisi), dan kata penghubung
(konjungsi). Mari kita coba jelaskan mengenai kata kerja.
Kata kerja adalah kata yang referen atau rujukannya berupa kegiatan atau pekerjaan atau
tindakan. Cermati kalimat yang mengandung kata kerja berikut ini.
Soekarno membacakan teks prokolamasi itu pada waktu pagi jam 10.00 di Jalan Pegangsaan timur
No. 56 Jakarta
Dalam kalimat tersebut, kata membacakan menunjukkan suatu tindakan atau yang dikerjakan
oleh Soekarno. Maka kata tersebut termasuk kata kerja.
Selanjutnya, kata kerja dibedakan menjadi kata kerja material dan kata kerja mental. Dalam
contoh kalimat di atas, kata membacakan termasuk kata kerja material. Kata kerja material adalah
kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa. Misalnya: meletakan, mengangkat,
mengejar, memukul, menaiki.
Sedangkan kata kerja mental adalah kata kerja yang rujukannya berupa tingkah laku,yaitu kata
kerja yang menyatakan suatu respon atau sikap seseorang tehadap suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman. Perhatikan contoh dan penggunaannya dalam kalimat berikut.
1. Diponegori tak pernah merasa khawatir akan dipenjara. Perjuangannya benar-benar lahir
batin untuk tanah air dan bangsa.
2. Ken Arok menikmati kekuasaannya sampai ia mendapat serangan dari anak tirinya sendiri,
Anusapati.
3. Muhammad Yamin merasa bahwa saat itu perjuangan membela tanah air bukan lagi
perjuangan lokal, melainkan perjuangan seluruh Nusantara.
Kata-kata yang dicetak miring dalam tiga contoh kalimat di atas termasuk kata kerja mental.
Rangkuman
1. Secara etimologis katabiografi berasal dari bahasa Yunani bios yang mengandung arti “hidup”
dan graphien yang berarti tulis atau tulisan. Selanjutnya, biografi diartikan tulisan yang
membahas tentang kehidupan seseorang. Secara sederhana biografi dapat diartikan sebagai
sebuah kisah riwayat hidup seorang tokoh.
2. Struktur teks biografi meliputi orientasi (pengenalan latar belakang tokoh), peristiwa
penting (rangkaian peristiwa, pendidikan, pekerjaan, karya), dan reorientasi (evaluasi,
kesimpulan).
3. Dalam teks biografi selalu terkandung hal-hal yang dapat diteladani. Inilah esensi
biografi. Jika tidak ada hal yang dapat diteladani, maka seseorang tidak akan ditulis
biografinya.
4. Unsur kebahasaan teks biografi meliputi penggunaan kata ganti orang ketiga,
penggunaan kata kerja material, kata kerja mental, penggunaan konjungsi temporal.
5. Menulis teks biografi bisa dimulai dengan menentukan tokoh, mengumpulkan informasi
tentang latar kelakang kehidupan tokoh, mengumpulkan informasi mengenai
keunggulan-keunggulan tokoh, dan menulis teksnya secara utuh setelah terkumpul
informasi-informasi tersebut.
6. Siapapun boleh ditulis biorafinya, asal orang tersebut termasuk tokoh yang memiliki
keunggulan-keunggulan dan dapat diteladani.
B.J. Habibie adalah salah satu seorang tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi
banyak orang di Indonesia. Beliau adalah presiden ketiga Republik Indonesia. Nama dan
gelar lengkapnya Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc, Mult. Bachharudin Jusuf Habibie. Beliau
dilahirkan di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak
keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan
dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
2. Kalimat yang mengandung hal yang dapat diteladani dari tokoh B.J. Habibie adalah ....
A. B.J. Habibie menjadi yatim sejak kematian bapaknya yang meninggal dunia pada 3
September 1950 karena terkena serangan jantung.
B. B.J. Habibie dilahirkan di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936.
C. B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
D. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai
dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
E. Tahun 1960, Habibie berhasil mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule
Jerman dengan predikat cumlaude (sempurna) nilai rata-rata 9,5.
Ketika musim liburan tiba, B.J. Habibie menggunakan waktunya untuk mengikuti ujian dan
bekerja. Sehabis masa libur, ia kembali fokus belajar. Gaya hidupnya ini sangat berbeda
dibandingkan teman-temannya yang memilih menggunakan waktu liburan musim panas untuk
bekerja, mencari pengalaman, tanpa mengikuti ujian. .
Penulisan kalimat langsung yang tepat untuk menggambarkan watak tokoh Habibie
berdasarkan kalimat di atas adalah …
A. Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda, tutur salah seorang mantan staf
Habibie.
B. “Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda,” tutur salah seorang mantan staf
Habibie.
C. “Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda, tutur salah seorang mantan staf
Habibie.”
D. Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda, “tutur salah seorang mantan staf
Habibie.”
E. Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda“tutur salah seorang mantan staf
Habibie.”
George Saa, putra Papua sangat menyukai pelajaran fisika. Ia berasal dari keluarga yang
kurang mampu secara ekonomi. Berkat ketekukannya, Si Geius dari Papua ini mendapatkan
beasiswa hingga ke luar negeri. Meski kini telah sukses, Oge, begitu ia biasanya dipanggil,
tetap menjadi pribadi yang ramah dan tidak sombong.
Kelompok kata yang dicetak miring dalam penggalan tersebut dapat diganti dengan kata ganti
orang ketiga, yaitu .…
A. ia
B. mereka
C. aku
D. kami
E. kau
Berdasarkan data atau dokumen yang ada di tiap-tiap daerah atau kota itu barangkali dapat
ditulis buku sejarah sastra Indonesia, yang menggambarkan lanskap produksi sastra di wilayah
Indonesia sejak awal hingga perkembangannya yang paling mutakhir. …, koleksi yang sekarang
ini (mungkin) sudah ada di dua institusi itu, ditambah lagi dengan dokumen yang (mungkin)
tersedia di Perpustakaan Nasional, dapat dijadikan sebagai sumber dokumen yang digunakan
untuk penulisan sejarah sastra Indonesia.
Kata penghubung antarkalimat yang tepat untuk mengisi bagian yang rumpang dalam penggalan
artikel di atas adalah ....
A. Maka dari itu
B. Oleh karena itu
C. Dengan demikian
D. Di samping itu
E. Atas dasar inilah
Kata penghubung yang tepat untuk mengisi bagian yang rumpang pada teks di atas adalah ....
A. Pa saat itu, namun berikutnya
B. Namun berikutnya, pada saat itu
C. Oleh karena itu, pada saat itu)
D. Pada saat itu, oleh karena itu
E. Pada saat itu, dengan demikian
Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Kartini. Dia
merupakan keturunan dari keluarga yang terpandang dan lahir pada tanggal 21 April
1879. Satu hal yang diwariskan oleh keluarganya adalah pendidikan.Kartini pernah
merasakan duduk dibangku sekolah dasar hingga ia tamat di sekolah dasar. Karakternya
yang haus akan ilmu pengetahuan, membuatnya untuk terus melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Namun, ayahnya tidak memberikan kepada Kartini untuk dapat melanjutkan
pendidikannya. Mengetahui sikap ayanya, Kartini sangat sedih. Namun dia tidak bisa
mengubah keputusan ayahnya.
Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/
Sesuai dengan Keppres No.108 Tahun 1964, Kartini resmi diberi gelar menjadi
seorang pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan
tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.
Namanya kini, diabadikan sebagai nama jalanan dibeberapa daerah di Indonesia.
Tidak hanya di kota-kota di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti di
kota Trecht, Venlo, Amsterdam, dan Harleem.
Dan bahkan WR. Supratman membuatkan sebuah lagu untuk mengenang jasa-jasa
yang sudah dilakukan oleh RA. Kartini. Lagunya berjudul “Ibu Kita Kartini”.
Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/
Kartini adalah seorang wanita Jawa yang mempunyai pandangan melebihi zamannya
pada saat itu. Meski dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan adat
istiadat. Pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun,
setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya.
Dia adalah salah satu wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa.
Surat-surat korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan
oleh Abendanon dengan judul “Door Duistemis Tot Licht” atau yang biasa kita kenal
sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Buku ini merupakan salah satu buku yang banyak menginspirasi wanita di Indonesia.
Tidak hanya wanita pada zamannya, namun hingga pada saat ini.
Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/
Hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh RA Kartini dalam penggalan teks biografi tersebut
adalah ....
C. Soal Pengamatan!
Dari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidikan dan kegigihan yang
dimilikinya untuk dapat meraih kesuksesan. Sambil bermain di belakang gedung
kepatihan, ia sering melakukan kegiatan-kegiatan yang pernah ia dapat di sakola.Yaitu
belajar membaca, belajar menulis, belajar bahasa Belanda, bersama anak-anak pembantu
di Kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannnya
sebagai media untuk mereka belajar bersama.
Waktu itu, Dewi Sartika baru berusia sekitar sepuluh tahun. Ketika Cicalengka
digemparkan oleh kemampuan baca tulis dan beberapa kalimat yang diucapkan oleh anak-
anak pembantu dengan menggunakan bahasa Belanda.Hal itu membuat masyarakat
menjadi heboh, karena pada saat itu belum ada anak-anak yang memiliki kemampuan
untuk berbahasa Belanda.
Setelah beranjak Remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung.
Jiwanya yang telah tumbuh menjadi dewasa semakin membawanya untuk dapat
mewujudkan cita-citanya.Hal ini di dorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara,
yang memang mempunyai keinginan yang sama dengan Dewi Sartika. Tetapi, meski
keinginan yang sama dengan pamannya, tidak menjadikan cita-cita tersebut dapat
terwujud dengan mudah.Karena pada saat itu terdapat adat yang mengekang kaum wanita.
Hal itulah yang membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir terhadap Dewi
Sartika.
Namun, karena kegigihan dan perjuangannya, akhirnya Dewi Sartika bisa
meyakinkan pamannya dan mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah untuk
perempuan.Sejak tahun 1902, Dewi Sartika sudah dapat merintis pendidikan bagi kaum
perempuan. Di sebuah ruangan kecil, tepatnya di belakang rumah ibunya di Bandung,
Dewi Sartika mengajar di hadapan beberapa anggota keluarganya yang
perempuan.Merendam memasak, membaca, menulis, jahit-menjahit menjadi materi
pelajaran pada saat itu.
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A Martanagara pada tanggal 16 Januari 1904,
Dewi Sartika membuka sebuah Sakola Istri yang merupakan sekolah perempuan pertama
se- Hindia Belanda.Tenaga pengajarnya ada 3 orang, yaitu Dewi Sartika sendiri dan
dibantu oleh dua saudaranya, Nyi Poerwa dan Nyi. Oewid, Murid-muridnya pada saat itu
terdiri dari 20 orang.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga
kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi ini dibeli oleh Dewi Sartika
dengan uang tabungannya sendiri. Serta bantuan dana dari Bupati Bandung.Lulusan
pertama keluar pada tahun 1909, bahasa Sunda lebih memenuhi syarat kelengkapan
sekolah formal.
Pada tahun-tahun berikutnya, dibeberapa wilayah di Pasundan bermunculan beberapa
sakola Istri, terutama sekolah yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang
mempunyai cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika.Pada tahun 1912 sudah berdiri
sembilan sakola Istri di kota-kota Kabupaten Se-Pasundan. Memasuki usia yang ke
sepuluh, nama sekolah ini diganti menjadi Sakola Keutamaan Istri.
Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/
Setelah kamu mengamati penggalan teks di atas, analisislah unsur kebahasaan teks bioografi
tersebut! Tunjukkan bahwa dengan hasil analisis kebahasaan itu, maka teks tersebut termasuk
teks biografi!
Literasi
Carilah sebuah teks atau buku biografi seorang tokoh yang berada
di lingkungan tempat tinggalmu, dari internet atau sumber lain!
Kemudian bacalah dengan saksama! Analisislah struktur dan
unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks tersebut.Berikan
komentar Anda! Selamat mencoba! Salam Literasi!
Refleksi
Periksa kembali tujuan pembelajaran pada setiap subbab ini. Bagaimanakah penguasaanmu
terhadap setiap materi terkait denggan tujuan pembelajaran tersebut? Lengkapilah tabel berikut
dengan membubuhkan tanda (√) dan berikan penjelasan pada kolom keterangan!
Tingkat Penguasaan
No. Materi Keterangan
Kurang Cukup Baik
Apabila kamu sudah mencapai tingkat pemahaman cukup atau baik, maka kamu dapat
meneruskan dengan bab selanjutnya. Luar Biasa!
Tetapi apabila pemahaman kamu masih kurang, maka kamu harus mengulangi bab ini,
terutama bagian yang belum kamu pahami.
Selamat Mencoba Kembali!