Anda di halaman 1dari 53

BAB 8

BELAJAR DARI PUISI

Sudahkah kamu membaca puisi hari ini! Puisi apa yang kaubaca? Makna apa yang terkandung
dalam puisi tersebut? Pernahkah kamu mendeklamasikannya di depan orang banyak? Atau, pernahkah
kamu membacakannya dalam lomba baca puisi? Apakah semua puisi harus dibacakan? Harus
dideklamasikan? Atau dimusikalisasi?
Puisi merupakan sebuah genre dari genre-genre sastra. Selain puisi, ada dua lagi yang termasuk
genre sastra, yaitu prosa (cerpen, novel), dan drama. Apa bedanya puisi dengan prosa? Apa pula
bedanya dengan drama? Kamu dapat menemukan bedanya setelah kamu “bergaul” dengan genre-
genre sastra itu. Dan tak bisa dijelaskan secara tepat dengan kata-kata. Setiap orang sudah tahu bahwa
yang disebut puisi itu seperti itu, yang disebut prosa ya seperti itu, drama seperti itu.
Sebuah puisi disebut puisi karena karakternya sebagai puisi. Cermatilah, misalnya, puisi berikut
ini.
Aku
(Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku


Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa berlari


berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli


Aku mau hidup seribu tahun lagi

Mengapa bentuk seperti itu disebut puisi? Apa yang menjadikan ciri bahwa bentuk seperti itu
disebut puisi? Makna apa yang dapat kita ungkap dari puisi tersebut? Menunjukan suasana apa puisi
tersebut? Apa tema puisi tersebut? Penahkah kamu membacakannya di depan kelas? Selanjutnya,
pernahkah kamu mencobanya menulis puisi seperti itu?
Ketika sebuah puisi ditulis, dan diedarkan untuk dibaca khalayak, selanjutnya tugas
pembacalah untuk menentukan suasana, menyebutkan temanya, dan menemukan maknanya. Dengan
kata lain, pembaca bisa memahaminya dengan caranya sendiri. Selanjutnya, puisi juga boleh
dibacakan di depan umum, atau dialihwahanakan ke dalam bentuk nyanyian melalui kegiatan
musikalisasi puisi. Puisi-puisi karya Taufiq Ismail, misalnya, sering dinyanyikan oleh vokalis grup
musik Bimbo.
Apakah sebuah puisi ditulis untuk dideklamasikan atau dimusikalisasi? Tentu saja tidak. Puisi
akan tetap menjadi puisi yang bisa dibaca dan dimaknai, dianalis unsur-unsurnya, bahkan diajarkan di
sekolah, seperti yang sedang kamu pelajari saat ini. Selebihnya, kamu juga akan belajar
menuliskannya. Ya, kamu akan belajar menulis puisi.
Untuk lebih jelasnya, dalam pembelajaran ini, kamu akan belajar:
1. Mengidentifikasi suasana, tema, dan makna puisi;
2. Mendemostrasikan puisi (mendeklamasikan atau memusikalisasi);
3. Menganalisis unsur pembangun puisi; dan
4. Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
Tunggu apa lagi? Ikutilah pembelajaran dalam bab ini dengan saksama!
PETA KONSEP

Mengidentifikasi
suasa puisi

Mengidentifikasi
Mengidentifikasi
suasana, tema, dan
tema puisi
makna puisi

Mengidentifikasi
makna puisi

Menentukan
tekanan dinamik
dan tempo

Mendemonstrasikan Mendeklasikan
puisi puisi

Memusikalisasi
puisi

Pembelajaran
Puisi

Menganalisis unsur Menganalisis unsur


pembangun puisi hakikat dan makna
puisi

Menentukan unsur
lahir (hakikat) puisi
Menulis puisi
dengan Menentukan unsur
memerhatikan batin (makna) puisi
unsur
pembangunnya Menulis puisi
dengan
memerhatikan
unsur lahir dan
bain puisi
Kata Kunci:
 puisi
 tema
 suasana
 makna
 antologi
 deklamasi
 musikalisasi
 hakikat puisi
 rima
 irama

Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar Indikator
3.16Mengidentifikasi suasana, 3.16.1 Menemukan suana, tema, dan makna
tema, dan makna beberapa beberapa puisi yang terkandung dalam
puisi yang terkandung dalam antologi puisi yang diperdengarkan atau
antologi puisi yang dibaca
diperdengarkan atau dibaca 3.16.2 Mengidentifikasi suasana, tema, dan
makna beberapa puisi dalam yang
terkandung dalam antologi puisi yang
diperdengarkan atau dibaca

4.16 Mendemonstrasikan 4.16.1 Menentukan irama/tempo puisi yang


(membacakan atau akan dibacakan
memusikalisasikan) satu 4.16.2 Menentukan vokal, ekspresi, dan intonasi
puisi dari antologi puisi (tekanan dinamik dan tekanan tempo).
atau kumpulan puisi dengan 4.16.3 Mendeklamasikan (membaca indah) puisi
memerhatikan vokal, dengan memerhatikan vokal, ekspresi, dan
ekspresi, dan intonasi intonasi (tekanan dinamik dan tekanan
tempo)
(tekanan dinamik dan
tekanan tempo)
3. 17 Menganalisis unsur 3.17.1 Menemukan unsur pembangun puisi
pembangun puisi 3.17.2 menganalisis unsur pembangun puisi
3.17.3 Menjelaskan unsur pembangun puisi

4.17 Menulis puisi dengan 4.17.1 Menentukan tema puisi yang akan ditulis
memerhatikan unsur 4.17.2 Menulis puisi dengan memerhatikan unsur
pembangunnya pembangunnya.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi puisi, peserta didik diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi suasana, tema, dan makna puisi


2. Mendemostasikan (mendeklamasikan/memusikalisasikan) puisi.
3. Menganalisis unsur pembangun puisi
4. Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
Karakter yang Dikembangkan
1. Peserta didik mampu mengembangkan sikap gemar membaca dalam membaca teks
puisi
2. Peserta didik kreatif dan merasa bertanggung jawab dalam menulis puisi.
3. Peserta didik selalu mencintai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam
menyusun teks biografi.

A. Suasana, Tema, dan Makna Puisi


Sebuah puisi terdiri dari kata-kata, atau kelompok kata, yang sudah tentu mengandung makna.
Seperti kata yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, kata-kata itu bermakna. Karena kata-kata
itu bermakna,maka kata-kata itu bisa dijadikan alat komunikasi.
Kata-kata itu dirangkai menjadi sebuah bangun puisi, yang menceritakan sesuatu. Sesuatu itu
kita sebut tema. Atau dalam kehidupan sehari-hari kita sebut isi. Sebuah puisi juga menggambarkan
suatu suasana tertentu, seperti suasana gembira, sendu, sedih, dan lain-lain. Maka dalam sebuah
bangun puisi terkandung tiga hal sekaligus: suasana, tema, dan makna.

Kegiatan 1
Mengidentifikasi Suasana Puisi
Pada kegiatan ini kamu akandiajak mencermati satu contoh teks puisi yang diambil dari sebuah
antopologi puisi. Tahukah kamu apa itu antologi puisi? Antologi puisi adalah buku kumpulan puisi
yang dikarang oleh seorang penyair, atau buku kumpulan puisi dari beberapa orang penyair.
Misalnya, antopologi puisi berjudul Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Dalam buku
tersebut terdapat satu puisi berjudul “Hujan Bulan Juni” itu sendiri, dan puluhan puisi lainnya. Berikut
gambar jilid buku antologi puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono.

Sebelum membaca teks puisi berjudul “Hujan Bulan Juni”, diskusikan dan jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Kamu tentu pernah membaca satu contoh puisi, atau beberapa puisi. Bagaimana
perasaan kamu setelah membaca puisi-puisi itu?
2. Apakah kamu merasa tertarik dengan puisi-puisi yang kamu baca itu?
3. Manfaat apa yang bisa kita petik dari kegiatan membaca puisi?

Cermatilah puisi berjudul “Hujan Bulan Juni” berikut ini, yang dinukil dari buku antologi
Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah


dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak


dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif


dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Setelah kamu membaca teks puisi di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Dapatkah kamu memahami puisi tersebut?
2. Bagaimana perasaanmu setelah membaca puisi tersebut?
3. Apa maksud penyair dengan mengarang puisi seperti itu?
4. Mengapa puisi tersebut diberi judul “Hujan Bulan Juni”?

Jawaban :
1. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
2. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
3. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
4. ................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................

Bandingkan jawabanmu dengan penjelasan berikut!


Teks berjudul “Hujan Bulan Juni” di atas termasuk sebuah teks puisi. Beberapa indikasi berikut
dapat menjelaskan mengapa teks tersebut disebut puisi.
1. Dari segi tipografi (bentuk tulisan), teks tersebut ditulis dalam bentuk larik. Larik-
larik disatukan menjadi bait. Ada tiga bait dalam puisi tersebut. Dari penampakannya,
larik-larik tersebut masih menyisakan ruang kosong di pinggir kanannya. Itulah
kelaziman penulisan sebuah teks yang disebut puisi.
2. Pengarangnya, Sapardi Djoko Damono, adalah pengarang puisi. Walaupun dia pandai
juga menulis novel, bahkan judul Hujan Bulan Juni tidak saja menjadi judul puisi, tapi
juga novel karangan dia sendiri berjudul Hujan Bulan Juni. Tapi dapat jagat
kesastraan di Indonesia, dia lebih dikenal sebagai penyair.
3. Dari segi makna yang diungkapkan dalam teks tersebut, lebih condong ke dalam
bahasa puitis. Yaitu bahasa yang indah dan mengandung makna yang dalam.
4. Teks tersebut menimbulkan suasana tertentu setelah kita membacanya. Puisi tersebut
bersuasana romantis.
Dalam puisi tersebut penyair mempersonifikasi hujan yang bersikap tabah, bijak, dan arif yang
diterakan dalam tiga bait. Mari kita coba analisis.

Bait 1
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Dalam bait ini hujan dipersonifikasi sebagai orang tabah. Hujan itu turun dengan rintik-rintik.
Maka rintik hujan itu dianggap sebagai orang yang merahasiakan rindunya kepada kekesihnya berupa
pohon berbunga.
Kita tahu bahwa hujan turun itu pastilah membasahi segala yang ada di muka bumi. Termasuk
pepohonan, tanah, hewan, genting rumah, gedung, dan lain-lain, dan juga manusia kalau tidak sedang
berteduh. Dalam hal ini penyair membayangkan hujan itu jatuh atau menimpa pohon yang sedang
berbunga. Hujan dianggap sedang merindukan pohon berbunga itu. Namun, kerinduannya
dirahasiakannya. Pemersonifikasian semacam itu menimbulkan suasana romantis.

Bait 2
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakiya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Dalam bait ini hujan dipersonifikasi sebagai orang yang bijak. Dalam kenyataan sehari-hari,
hujan yang kita saksikan turun dari langit menimbulkan semua benda yang ditimpahinya basah
kuyup. Bisa merobohkan pohon kalau hujan itu disertai angin ribut. Bisa menimbulkan banjir jika
volumenya tak tertampung. Hujan tentu saja mengucur pula di atas jalan. Dalam hal ini hujan
dipersonifikasi sebagai orang yang berjalan dengan ragu-ragu di jalan, dan jejak-jejaknya dihapusnya
sendiri sehingga tak nampak lagi bekas hujan itu. Perbuatan menghapus bekas kaki di jalan itu
dianggap sebagai sesuatu yang bijak.

Bait 3
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Dalam bait ini hujan dipersonifikasi sebagai orang yang arif. Kearifan tersebut dilambangkan
dengan tidak mengatakan apa pun kepada akar pohon bunga. Padahal sang hujan terus turun dan
membasahi bumi, membasahi akar pohon bunga. Dalam hal ini hujan berakrab-akrab dengan pohon
bunga yang diserap oleh akarnya, sehingga bunga itu pun tumbuh subur. Jika dibahasakan dengan
bahasa manusia, mungkin hujan ingin mengatakan hubungan cintanya kepada pohon bunga, yang
nyatanya misalnya menjadikan pohon bunga itu tumbuh subur itu. Tapi hujan tetap tidak
mengatakannya, sebagai lambang bahwa dia bersikap arif.
Tugas 1
Cermatilah puisi berikut!

IBU
(Djawawi Imron)

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau


sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau


sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku


dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera


sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan


namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal


Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.

Setelah kamu membaca puisi di atas, jelaskan suasana apa yang tergambar dalam puisi tersebut!
Untuk memudahkan pekerjaanmu, gunakan format identifikasi berikut! Bait ke-1 sudah diisi,
lanjutkan dengan bait-bait berikutnya! Lalu, simpulkan suasana umum dari seluruh bait dari puisi
tersebut!

Bait Suasana Penjelasan


ke-
1 Haru Gambaran suasana haru dalam bait puisi tersebut dapat
diidentifikasi dari penggunaan diksi dan gaya bahasa yang
digunakannya yang menunjukkan bahwa si aku-lirik merasakan
segarnya kasih sayang ibunya. Air mata ibunya yang menangisi
anaknya, mungkin tangis kebahagiaan karena rasa bangga
terhadap anak, yang menyejukkan hati si aku-lirik di saat hatinya
dilanda cobaan hidup. Cobaan yang bagaikan ujian disebabkan
kekerangan di musim kemarau. Dikatakan bahwa di musim
kemarau itu sumur-sumur kering, daun-daun yang menempel di
ranting-ranting pun berguguran. Di saat seperti itu hanya air mata
ibu yang bisa menyejukkan, yang lancar mengalir untuk
menyegarkan dahaga si aku-lirik.

Kegiatan 2
Mengidentifikasi Tema Puisi

Setiap satuan bahasa yang diucapkan atau ditulis seseorang pastilah menunjukkan gagasan atau
isi. Ketika kamu berdialog dengan temanmu, misalnya kamu pinjam pulpen, dan temanmu
memberikan pulpen itu untuk dipinjam, maka jelas di situ, dialognya berisi tentang meminjam pulpen.
Ketika kamu memberitahukan pada orang tuamu bahwa sekolah diliburkan karena sedang hari tenang
karena usai ulangan umum, maka gagasan atau isi dialogmu adalah tentang informasi libur sekolah.
Begitulah seterusnya. Pendeknya, setiap sesuatu yang kita ucapkan atau tuliskan untuk disampaikan
pada orang lain, pastilah mengandung isi. Hanya orang tak berakal atau gila saja yang kata-katanya
tak mengandung gagasan atau tak berisi.
Gagasan atau isi itu kita sebut tema. Dengan demikian, setiap satuan bahasa yang terucap atau
tertulis mengandung tema. Begitu pun dalam puisi. Puisi itu satuan bahasa yang dirangkai penulisnya
untuk menyatakan sesuatu. Dan sesuatu itu adalah tema. Cermatilah contoh puisi berikut!

Takdir Daun
(Mashuri)

aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin. bila kini aku
merona di pigura yang menempel di dinding dunia, kerna hidupku
berarus di degup jantungmu, kerna perkenan tanganmu yang sudi
memungutku dari bumi
lusuh. lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain
cinta dan rindu.

Sumber: Kompas, 7 Juli 2019

Gagasan apa yang mendasari puisi tersebut? Ya, betul. Puisi tersebut bertema cinta. Hal itu
nampak dalam larik tarakhir di mana si aku-lirik menuliskan kata apa yang pantas aku balas
kepadamu, selain / cinta dan rindu. Judulnya memang “Takdir Daun”, namun tema atau gagasan yang
mendasarinya adalah cinta. Daun hanya digunakan sebagai analogi, diri si aku lirik diibaratkan
selembar daun kering yang diterbangkan angin dan akhirnya hinggap di hati Ning, sang kekasih.
Dikatakan juga bahwa hidup si aku berarus di degup jantungmu. Hal itu ditambah lagi dengan larik
kerna perkenan tanganmu yang sudi / memungutku dari bumi / lusuh.
Kalau kita tabelkan, maka akan tampak sebagai berikut!
Pola Hubungan Diksi Penunjuk Tema
Puisi “Takdir Daun”
Diksi Tema
selembar daun kering, ning, luruh
terbawa angin.
merona di pigura yang menempel di Cinta
dinding dunia,
hidupku
berarus di degup jantungmu,
perkenan tanganmu yang sudi
memungutku dari bumi
lusuh.
lalu apa yang pantas aku balas
kepadamu, selain
cinta dan rindu.

Tema merupakan gagasan dasar yang disaksikan atau dialami penyair dan dialihkannya ke dalam
bahasa puisi. Oleh karena yang disaksikan atau dialami itu aneka ragam, maka tema puisi pun banyak
ragamnya: cinta, pendidikan, sosial, kemanusian, ketuhanan, filsafat, dan sebagainya.

Cermati contoh beberapa puisi dan tema yang mendasarinya berikut ini!
No. Puisi/Penggalan Puisi Tema
1. KEBESARANMU Ketuhanan

Dimana matahari terang benderang


Biji-bijian dan tumbuhan penghias
Kebun-kebun yang subur lebat
Air hujan yang dicurahkan
Itulah anugrahmu .
Diman siang pencari nafkah
Dan malam sebagai beristirahat
Kau begitu adil.
Digelapkan-Nya waktu malam
Diterangkan-Nya waktu siang
Sesungguhnya itu kuasa mu

2. GADIS PEMINTA-MINTA Kemanusiaan


(Toto Sudarto Bachtiar)

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil


Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu

Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa


Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan

Gembira dari kemayaan riang


Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi begitu yang kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bias membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil


Bulan diatas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak punya lagi tanda

3. Kepahlawanan
DIPONEGORO
(Chairil Anwar)

Di masa pembangunan ini…


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api..
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali….
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati…
MAJU…
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu….
Sekali berarti
Sudah itu mati….
MAJU…
Bagimu Negeri
Menyediakan api….
Punah di atas menghamba…
Binasa di atas ditindas…
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai…
Jika hidup harus merasai…
Maju…
Serbu…
Serang…
Terjang…

4. DARI SEORANG GURU KEPADA MURID- Keadilan Sosial


MURIDNYA

Adakah yang kupunya, anak-anakku


selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber pengabdianku kepadamu.
Kalau hari Minggu kau datang ke rumahku
aku takut, anak-anakku
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidupku di rumah tangga

Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita


depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja
horison yang selalu biru bagiku
karena kutahu, anak-anakku
engkau terlalu muda
engkau terlalu bersih dari dosa
untuk mengenal ini semua

Tugas
Cermatilah puisi berikut!

GENANGAN

(Aji Ramadhan)

Setelah bunda bersama ananda melewati jalan sutra di padang kering;


balik kucing dari bukit kesatu menuju ke bukit kedua dan dari bukit
kedua kembali ke bukit kesatu; sampai di daerah gundukan pasir.
Ananda tiba-tiba menangis ketika bunda duduk di sampingnya.Bunda
bangkit menghibur ananda. Dengan tongkat di tangan kanannya,
bunda mengetuk dan mempermainkan gundukan pasir. Ananda tak
menoleh, hanya menangis.Tapi ananda berhenti menangis setelah
gundukan pasir memancarkan mata air.

Malaikat berbisik dari balik awan: Tuhan telah mendengar ananda


menangis sebab enggan menaksir ketekuran bunda. Nikmati pancaran
mata air di hadapan kalian demi kelembaban seperempat lambung.

Bunda bungah memandang ketakjuban.Ananda digendong bunda agar


dapat menggapai ketinggian pancaran mata air yang setinggi bahu
bunda.Kebahagiaan berkilat di antara gerak tubuh bunda dan ananda
yang merayakan diri mereka basah.

Malaikat ikut bahagia dari balik awan.Malaikat tak bosan mengintip


bagaimana bunda menggendong ananda tanpa titik kecemasan di jidat.
Lalu pancaran mata air menghilang.Gundukan pasir sebagian berubah
jadi genangan, seperti penolakan oase disapu kekeringan. Malaikat
kembali berbisik: Tongkat yang sempat dipegang bunda di tangan
kanannya telah tenggelam di dasar genangan. Perjalanan berlanjut.
Tuhan mengganti tongkat dengan genangan mata air agar bunda dan
ananda dapat memetak napas hingga mematok semesta.

Surakarta, 2019
Sumber: Kompas, 29 Juni 2019

Jelaskan, tema apa yang terkandung dalam puisi tersebut! Gunakan format berikut untuk
memudahkan pekerjaanmu!

Pola Hubungan Diksi Penunjuk Tema


Puisi “Genangan”
Diksi Tema
Bait 1

Bait 2

Bait 3

Bait 4

Kegiatan 3
Mengidentifikasi Makna Puisi

Cermati puisi berikut

Karangan Bunga
(Taufiq Ismail)

Tiga anak kecil


Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

“Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi”

Apa yang kamu ketahui tentang puisi tersebut? Apa sebenarnya yang ingin disampaikan Taufiq
Ismail dengan puisi itu? Siapa anak kecil itu? Untuk apa datang ke Salemba? Siapa yang ditembak
mati? Mengapa tiga anak kecil itu memberikan karangan bunga? Jika puisi ditelaah berdasarkan kata
yang nampak saja, dengan mengabaikan latar belakang puisi itu dibuat, maka setidak-tidaknya kita
akan memperoleh gambaran sebagai berikut.
Yang menjadi kata kunci, atau diksi dari puisi tersebut adalah
 Tiga anak kecil
 Pita hitam dalam karangan bunga
 Salemba
 berduka
 Kaka yang ditembak bati

Lalu kita kisahkan: pada suatu sore ada tiga anak kecil mendatangi sebuah tempat yang disebut
Salemba. Tiga anak kecil itu membawa karangan bunga yang di dalamnya ada pita hitam. Melalui pita
hitam dalam karangan bunga yang dibawanya, anak-anak itu mau menyampaikan rasa berdukanya
atas meninggalnya si kakak yang ditembak mati.
Pemaknaan berdasarkan teks itu berhenti sampai di situ. Kita menyimpulkannya bahwa puisi
tersebut mengandung makna: pernyataan rasa turut berduka terhadap orang yang ditembak mati.
Sebagai pembaca, kita masih bertanya-tanya siapa tiga anak kecil itu, siapa kakak yang ditembak
mati, apakah kakak dari ketiga anak kecil itu, mengapa kakak itu ditembak mati, perempuan atau laki-
lakikah si kakak itu. Semua itu tidak bisa dijawab. Pemaknaan cukup sampai pada pernyataan bahwa
ada tiga anak kecil yang turut berduka, yang ditandai dengan pita hitam dalam karangan bunga.
Jika dirunut dari latar belakang sejarah terciptanya puisi tersebut, terceritakan kira-kira sebagai
berikut. Puisi tersebut berangka tahun pembuatannya tahun 1965, yaitu tahun ketika bangsa Indonesia
sedang menghadapi kekacauan politik. Sejumlah mahasiswa turun ke jalan berdemonstrasi untuk
menurunkan Ir. Soekarno dari jabatannya sebagai presiden. Lalu TNI dilibatkan untuk mengamankan
situasi. Dan tertembaklah seorang mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arif Rahman Hakim.
Peristiwanya di Jalan Salemba Jakarta, tempat di mana kampus Universitas Indonesia berada. Arif
Rahman Hakim gugur. Sebelum dimakamkan, jenazah Arif Rahman Hakim disemayamkan terlebih
dahulu di Kampus UI di Jalan Salemba itu.
Maka yang dimaksud kakak yang ditembak mati siang tadi adalah Arif Rahman Hakim. Konon,
ketika tengah disemayamkan itu, ada tiga orang anak kecil yang datang menjenguk dengan membawa
karangan bunga yang dililit pita hitam, sebagai tanda ikut berduka. Taufiq Ismail yang pada saat itu
masih menjadi mahasiswa kedokteran, menjadi saksi sejarah terjadinya peristiwa itu, maka dia pun
menulis puisi dengan judul “Karangan Bunga” itu.
Tidak semua orang tahu latar belakang yang membuat puisi “Karangan Bunga” itu dibuat. Oleh
karena itu, pemaknaan terhadap puisi tersebut tidak akan mendalam kalau kita tidak tahu sejarahnya.
Walaupun demikian, menafsirkan makna sebuah puisi boleh tidak sesuai dengan yang dimaksudkan
penyairnya, yang penting sesuai dengan logika imajinasi. Toh sebuah puisi, ketika sudah diciptakan,
sudah lepas tangan dari penulisnya. Puisi ibarat seorang anak yatim piatu. Kita sebagai pembaca boleh
menafasirkannya walaupun tidak setepat maksud penyairnya sebagai “ibu bapaknya” itu. Dengan
begitu, pemaknaan terhadap puisi berjudul “Karangan Bunga” di atas, bisa dimaknai sebagai
ungkapan bela sungkawa terhadap seseorang yang ditembak mati.

Puisi Makna
Karangan Bunga Pernyataan bela sungkawa terhadap
(Taufiq Ismail) seseorang yang ditembak mati

Tiga anak kecil


Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

“Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi”

Tugas
Cermatilah beberapa puisi berikut!

Puisi 1
Ia Ditemukan Mati
(Gunawan Muhammad)

Ia ditemukan mati, dengan gelas kusam,


tiga jam setelah pesta lajang.

Mempelai tak akan datang, kata kawan-kawannya.


Jangan menangis.

Di pemakaman, sang pengantin mengenakan


hijab gelap dan gelang kaki
yang berbunyi.

Dan ia tak menangis.

Hari terik.
Payung-payung dibuka.
Kacamata-kacamata dipasang.
Dan matahari pergi.

Ajal, adik, adalah peralihan


yang lugas
dan sederhana.
Kenangan kini album
pada rak
yang kadang ditandai
(atau tak ditandai)
gambar hati,
huruf merah,
huruf lama…

Tiga hari kemudian,


di sebuah kedai kembang, sang pengantin
memesan krans
dengan melur
dan soka,
dan kenanga.

Dan kata-kata
yang tak untuk siapa-siapa.

Tapi ia menangis.

(Sumber: Kompas, 3 Agustus 2019)

Puisi 2
Di Rumah Ini
(Gunawan Muhamad)

Di rumah ini potret kita


berdiri
seperti ajal.

Di tembok
yang diperpucat
matahari.

Esok akan kau cium aku dari lumut,


dari retak.

Pelan,
putih,
rata.

Seperti waktu.

Tapi tiap kali


kita bersihkan pagi
dengan pagi

alur rutin
kematian kita.

Tiap kali
lupa berulang.

Lupa
berulang.

(Sumber: Kompas, 3 Agustus 2019)

Puisi 3

Sajadah Panjang
(Taufiq Ismail)

Ada sajadah panjang terbentang


Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi


Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.

Puisi 4

Sungai Kecil
(D. Zawawi Imron)

Sungai kecil, sungai kecil! Di manakah engkau telah kulihat?


Antara Cirebon dan Purwakarta atau hanya dalam mimpi?
Di atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu daun-
daun bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta dalam doaku.

Sungai kecil, sungai kecil! Terangkanlah kepadaku, di manakah


negeri asalmu?
Di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani
mudah melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar
para perampok yang mandi merasakan juga sejuk airmu.

Sungai kecil, sungai kecil! Mengalirlah terus ke rongga jantungku


dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku! Kau yang
jelita kutembangkan buat kekasihku.

Puisi 5

Cipasung
(Acep Zamzam Noer)

Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning


Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu

Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi


Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu

Hari esok adalah perjalananku sebagai petani


Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan terkubur.
Setelah kamu mencermati puisi-puisi tersebut, identifikasilah makna yang terkandung dalam masing-
masing puisi itu! Berikan penjelasan! Untuk memudahkan pekerjaanmu, cermatilah contoh
pengerjaannya sebagai berikut!

Pemaknaan Puisi “Karangan Bunga” Taufiq Ismail

Puisi Makna Penjelasan


Karangan Bunga Pernyataan Penyair mengggunakan diksi pada bait
(Taufiq Ismail) bela “Ini dari kami bertiga / pita hitam dalam
sungkawa karangan bunga / sebab kami ikut
terhadap berduka / bagi kakak yang ditembak
Tiga anak kecil seseorang mati/siang tadi”.
Dalam langkah malu-malu yang Diksi tersebut menunjukkan makna ikut
Datang ke Salemba ditembak berduka dan berbela sungkawa terhadap
Sore itu mati seseorang yang mati tertembak.

“Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi”

Kerjakan tugasmu seperti contoh di atas!

1. Puisi 1

Pemaknaan Puisi “Dia Ditemukan Mati” Goenawan Moehammad

Puisi Makna Penjelasan

2. Puisi 2

Pemaknaan Puisi “Di Rumah Ini” Goenawan Moehammad

Puisi Makna Penjelasan


3. Puisi 3

Pemaknaan Puisi “Sajadah Panjang” Taufiq Ismail

Puisi Makna Penjelasan

4. Puisi 4

Pemaknaan Puisi “Sungai Kecil” D. Zawawi Imron

Puisi Makna Penjelasan

5. Puisi 5

Pemaknaan Puisi “Cipasung” Acep Zamzam Noer

Puisi Makna Penjelasan

B. Mendemonstrasikan Puisi

Kegiatan 1
Membacakan Puisi
Pada pembelajaran A di atas, kamu telah mempelajari tentang suasana, tema, dan makna puisi.
Ketiga hal itu merupakan satu kesatuan. Tema merupakan gagasan atau ide dasar yang mendorong
penyair untuk mencipta puisi. Ketika puisi itu tercipta, lalu kita baca, maka akan terasakan suasana
tertentu. Lalu kita telaah apa sebenarnya maksud yang ingin dikemukakan penyair dalam puisinya itu,
maka akan muncul makna puisi. Jika puisi itu mau dibacakan, ketiga hal tersebut harus kita ketahui
dan pahami terlebih dahulu.
Seperti apakah pembacaan puisi? Apakah semua puisi harus dibacakan? Dalam hal ini kamu
harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “membacakan” itu sendiri. Membaca,
dalam arti yang sederhana, adalah mengartikan lambang-lambang. Kegiatan membaca adalah kegiatan
melihat rangkaian huruf. Huruf adalah lambang, yaitu lambang bunyi bahasa terkecil yang disebut
fonem. Huruf atau aksara digunakan agar bahasa manusia bisa diabadikan dalam bentuk lambang itu.
Puisi termasuk di dalamnya. Jadi, puisi itu dicipta penyair dalam bentuk tulis, selanjutnya dipersilakan
untuk dibaca.
Membaca puisi ada dua jenis. Membaca dalam hati, atau membaca senyap. Membaca senyap
inilah yang dimaksud membaca secara umum. Membaca surat, membaca berita di surat kabar,
membaca artikel, membaca resep dokter, membaca karangan siswa, dan sebagainya adalah termasuk
membaca dengan jenis membaca senyap. Termasuk di dalamnya membaca puisi. Untuk kegiatan
membaca senyap boleh dilakukan kapanpun dan di mana pun untuk tujuan apa pun. Misalnya, untuk
kegiatan menganalisis unsur instrinsik dan ekstriktis puisi. Biasanya mahasiswa jurusan sastra suka
diberikan tugas oleh dosennya untuk kegiatan tersebut. Dalam kegiatan seperti itu yang dilakukan
adalah membaca diam atau membaca dalam hati.
Berikutnya adalah membaca nyaring. Khusus untuk puisi, membaca nyaring puisi punya istilah
tersendiri, yaitu deklamasi. Membaca nyaring puisi, yang disebut deklamasi itu, berbeda dengan
membacakan teks pidato, misalnya.Untuk membacakan puisi perlu diperhatikan soal vokal, intonasi,
dan ekspresi. Vokal berkaitan dengan dengan kejelasan suara yang diucapkan. Ketika membacakan
puisi, maka volal ini harus benar-benar diperhatikan. Dengan suara yang jelas, dengan mudah makna
puisi itu dapat ditangkap.
Intonasi berkaitan dengan tekanan kata. Ada dua jenis tekanan: tekanan dinamik dan tekanan
tempo. Tekanan dinamik berkaitan dengan tinggi rendahnya suara. Sedangkan tekanan tempo
berkaitan dengan cepat lambatnya suara. Puisi berjudul “O Amuk Kapak” karya Sutardji Calzoum
Bachri sering dibacakan dengan intonasi tinggi dan cepat, sedangkan puisi puisi “Aku Ingin” karya
Sapardi Djoko Damono dibacakan dengan intonasi rendah dan lambat. Tinggi rendah atau cepat
lambat dalam membacakan puisi sangat dipengaruhi oleh suasana puisi itu.
Selanjutnya, ekspresi adalah mimik muka. Puisi bersuasana sedih ya harus dibacakan dengan
ekspresi sedih. Puisi bersuasana bahagia, ya dibacakan dengan ekspresi bahagia. Puisi bernada humor
ya bacakanlah dengan ekspresi senyum penuh humor.
Puisi berikut ini biasa dibacakan dalam lomba baca puisi. Puisi ini berjudul “Sonet: Hei! Jangan
Kaupatahkan”, karya Sapardi Doko Damono. Perhatikan suasana, tema, dan maknanya terlebih
dahulu, sebelum kamu mencoba mendeklamasikannya.

SONET: HEI! JANGAN KAUPATAHKAN


Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu
ia sedang mengembang; bergoyang-goyang dahan-dahannya yang tua
yang telah mengenal baik, kau tahu, segala perubahan cuaca.
Bayangkan: akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar
hujan pun turun setiap bumi hampir hangus terbakar dan
mekarlah bunga itu perlahan-lahan dengan gaib, dari
rahim Alam.

Jangan; saksikan saja dengan teliti


bagaimana matahari memulasnya warna-warni, sambil diam-
diam membunuhnya dengan hati-hati sekali
dalam Kasih-sayang, dalam rindu-dendam
Alam; lihat: ia pun terkulai perlahan-lahan
dengan indah sekali, tanpa satu keluhan

Suasana yang tergambar dalam puisi itu adalah suasana akrab. Hal itu tergambar mulai dari
judulnya, “Sonet, Hai, Jangan Kaupatahkan”. Sonet adalah nama orang. Mungkin teman si aku-lirik,
atau anaknya. Si Sonet ini diajak berdialog, diberi wejangan untuk mencintai pohon bunga dengan
cara, minimal, tidak mematahkannya: jangan kaupatahkan kuntum bunga itu. Temanya tema cinta
pada alam. Tema ini berkaitan erat dengan maksud si pengarang menulis puisi ini, yaitu mengajak
memperhatikan alam, yang diwujudkan dengan memerhatikan perihidup sekuntum bunga. Biarkanlah
pohon bunga itu tumbuh, tidak usah diganggu, tidak usah dipetik kuncupnya. Toh pada akhirnya
bunga itu akan mati juga sesuai titah alam.
Puisi ini tidak mengiaskan apa-apa. Tidak berbicara tentang “yang lain”, misalnya untuk
menganalogikan perempuan yang masih gadis, yang dalam masyarakat kebanyakan sering
dianalogikan dengan bunga. Tidak ada kecondongan kata yang mengarah pada analogi semacam itu.
Kita semata-mata hanya diajak untuk mencintai bunga, mencintai alam, jangan merusaknya. Dalam
puisi ini, suasana cinta dan akrab diperkaya dengan diksi bagaimana matahari memulasnya warna-
warni, sambil diam-/ diam membunuhnya dengan hati-hati sekali / dalam Kasih-sayang, dalam
rindu-dendam / Alam; lihat: ia pun terkulai perlahan-lahan / dengan indah sekali, tanpa satu
keluhan.
Dengan memerhatikan suasana, tema, dan makna puisi itu, maka kamu bisa
membacakannya dengan indah. Agar pembacaanmu sempurna, perhatikanlah penjedaannya
sebagai berikut.

SONET: HEI! JANGAN KAUPATAHKAN


Hei!/ Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu//
ia sedang mengembang; / bergoyang-goyang dahan-dahannya yang tua /
yang telah mengenal baik, / kau tahu, / segala perubahan cuaca.//

Bayangkan:/akar-akar yang sabar / menyusup dan menjalar//


hujan pun turun / setiap bumi hampir hangus terbakar dan/
mekarlah bunga itu perlahan-lahan / dengan gaib,/ dari
rahim Alam.//

Jangan;/saksikan saja dengan teliti/


bagaimana matahari memulasnya warna-warni,/ sambil diam-
diam membunuhnya/ dengan hati-hati sekali/
dalam Kasih-sayang,/ dalam rindu-dendam
Alam;// lihat:/ ia pun terkulai perlahan-lahan
dengan indah sekali,/ tanpa satu keluhan//

Pembacaan puisi berjudul “Sonet: Hei! Jangan Kaupatahkan” sering dilombakan, dan
pembacaannya diunggah ke yutub. Bukalah yutub, lalu pilihlah mana yang paling bagus! Lalu
bacakanlah! Kamu boleh berinisiatif sendiri membacakannya. Yang penting, makna dan suasana puisi
itu bisa tersampaikan.

Tugas
Cermatilah puisi-puisi berikut! Pilihlah salah satu dari puisi tersebut untuk kamu bacakan di depan
kelas! Bukalah pembacaan puisi-puisi tersebut di jejaring yutub sebagai perbandingan!

Puisi 1
Karawang-Bekasi
(Chairil Anwar)

Kamiyang kini terbaring antara Krawang-Bekasi


tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa


Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan


Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan


atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami


Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami


yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Puisi 2
TENTANG SEORANG PENJAGA
KUBUR YANG MATI
(Sapardi Djoko Damono)

bumi tak pernah membeda-bedakan, seperti ibu yang baik.


diterimanya kembali anak-anaknya yang terkucil dan
membusuk, seperti halnya bangkai binatang, pada suatu hari
seorang raja, atau jenderal, atau pedagang, atau klerek –
sama saja.

dan kalau hari ini si penjaga kubur, tak ada bedanya. ia


seorang tua yang rajin membersihkan rumputan, menyapu
nisan, mengumpulkan bangkai bunga dan daunan; dan
bumi pun akan menerimanya seperti ia telah menerima
seorang laknat, atau pendeta, atau seorang yang acuh-tak-
acuh kepada bumi, dirinya.

toh akhirnya semua membusuk dan lenyap, yang mati tanpa


gendering, si penjaga kubur ini, pernah berpikir: apakah
balasan bagi jasaku kepada bumi yang telah kupelihara
dengan baik; barangkali sebuah sorga atau am punan bagi
dusta-dusta masa mudanya. tapi sorga belum pernah
terkubur dalam tanah.

dan bumi tak pernah membeda-bedakan, tak pernah


mencinta atau membenci; bumi adalah pelukan yang
dingin, tak pernah menolak atau menanti, tak akan pernah
membuat janji dengan langit.
lelaki tua yang rajin itu mati hari ini; sayang bahwa ia tak
bisa menjaga kuburnya sendiri.

Puisi 3

Yang kami minta hanyalah


(Taufiq Ismail)
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan senja
Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu bapa telah melihat gambarnya di koran kota
Tatkala semua orang bersedih sekadarnya
Dari kaki langit ke kaki langir air membusa
Dari tahun ke tahun ia datang memelukmu
Sejak dari tumit ke paha, lalu lewat kepala
Menyeret semua

Bila air surut tinggallah angin menudungi kami


Di atas langit dan di bawah lumpur si kaki
Kelepak podang di pohon randu
Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi katak bertalu-talu
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Tidak tugu atau tempat main bola
Air mancur warna-warni
Kirimkan kapur dan semen, Insinyur ahli
Lupakan tersianya sedekah berjuta-juta
Yang tak sampai kepada kami
Bertahun-tahun kita merdeka, bapa
Yang kami minta hanya sebuah bendungan saja
Kabulkanlah kiranya

Puisi 4

DAUN
(Soni Farid Maulana)

siapa yang tak hanyut


oleh guguran daun: ketika angin
mempermainkannya di udara terbuka
ketika lembar demi lembar cahaya matahari

menyentuh miring dengan amat lembutnya


siapa yang tak hanyut oleh guguran daun
ketika maut begitu perkasa
mencabut usia hingga akarnya, ketika matahari

menarik tirai senja, ketika keheningan


menyungkup batu-batu di dada. Siapa
yang tak hanyut oleh guguran daun: ketika

lobang kuburan ditutup perlahan, ketika


doa-doa dipanjatkan dengan suara tersekat
ketika kutahu pasti kau tak di sampingku
1980
Puisi 5

Sembahyang Rumputan
(Ahmadun Yosi Herfanda)

Walau kau bungkam suara azan


Walau kaugusur rumah-rumah Tuhan
Aku rumputan
Takkan berhenti sembahyang
:inna shalati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil alamin

Topan menyapu luas padang


Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
Akarku yang mengurat di bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi

Sembahyangku sembahyang rumputan


Sembahyang penyerahan jiwa dan badan
Yang rindu berbaring di pangkuan Tuhan
Sembahyangku sembahyang rumputan
Sembahyang penyerahan habis-habisan

Walau kau tebang aku


Akan tumbuh sebagai rumput baru
Walau kaubakar daun-daunku
Akan bersemi melebih dulu

Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Di kota-kota disingkirkan
Alam memeliharaku subur di hutan

Aku rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
: sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah sekalian alam

Pada kambing dan kerbau


Daun-daun hijau kupersembahkan
Pada tanah akar kupertahankan
Agar tak kehilangan asal keberadaan
Di bumi terendah aku berada
Tapi zikirku menggema
Menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illallah
muhammadar rasulullah

Aku rumputan
Kekasih Tuhan
Seluruh gerakku
Adalah seembahyang

(Sumber: http://www.jendelasastra.com/dapur-sastra/dapur-jendela-sastra/lain-
lain/puisi-puisi-soni-farid-maulana)

Kegiatan 2
Memusikalisasi Puisi

Gambar: salah satu tampilan musikalisasi puisi


Sumber: https://www.google.com/search?safe

Pernahkah kamu mendengar grup musik Bimbo? Grup musik ini masih ada, walaupun
personilnya sudah beranjak tua. Mungkin sebentar lagi akan digantikan oleh generasi berikutnya.
Grup musik Bimbo termasuk grup musik religi. Cermati keterangan tentang grup musik Bimbo
sebagai berikut!

Bimbo adalah sebuah grup musik asal BandungIndonesia yang didirikan sekitar tahun
1967.Personel Bimbo terdiri atas tiga bersaudara kakak beradik Sam Bimbo, Acil Bimbo, dan
Jaka Bimbo.Dan dalam perkembangannya kemudian ditambah oleh adik perempuan mereka Iin
Parlina.Mereka bersenandung tentang cinta.Bercanda dalam lagu, mulai soal kumis, tangan,
mata, sampai calon mertua atau membuat satire sosial.Tetapi, Bimbo juga bicara tentang Tuhan
lewat lagu Tuhan.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bimbo

Apa yang istimewa dari grup musik Bimbo? Pada masanya dahulu, grup musik ini begitu
dikenal luas di masyarakat. Salah satu keistimewaannya, Bimbo suka menyanyikan lirik lagu yang
berasal dari puisi karya Taufiq Ismail. Puisi-puisi berjudul “Sajadah Panjang”, “Aisah Adinda Kita”,
“Tuhan”, dan lain-lain sering dinyanyikan oleh grup musik ini. Ada sekitar 73 judul puisi karya
Taufiq Ismail yang dinyanyikan grup musik Bimbo ini.
Gambar: Grup musik Bimbo. Sering menyanyikan sajak-sajak Taufiq Ismail.
(Sumber: https://www.google.com/search?q=personil+grup+musik+bimbo)

Kamu pun bisa berkreasi menyanyikan puisi yang diiringi musik. Pendek kata, kamu bisa
mengalihwahanakan puisi menjadi sebuah syair lagu dan dinyanyikan. Kamu bisa memusikalisasi
puisi. Bagaimanakah caranya?
Kamu cari dan pilih puisi dari penyair-penyair terkenal, atau penyair masa kini yang sedang
menuju terkenal. Carilah puisi-puisi yang “enak” untuk dinyanyikan. Lalu kamu iringi nyanyian itu
dengan musik. Boleh dengan alat musik modern seperti gitar, piano. Genre musiknya pun bebas.
Boleh musik rok, musik melankolis, musik dangdut, atau musik tradisional dengan alat musiknya
berupa gamelan tradisional. Tidak ada ketentuan baku bagaimana memusikalisasikan puisi. Yang
penting puisi itu bisa dinyanyikan dan diiringi alat musik.

Tugas
Buatlah kelompok di kelasmu! Satu kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang. Kemudian masing-
masing kelompok mencari satu buah puisi dari buku antopologi puisi. Misalnya: dari buku antologi
puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar, Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono,
Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imran, Asmaradana karya Gunawan Muhammad,
Tulisan pada Tembok karya Acep Zamzam Noer, Baju Bulan karya Joko Pinurbo, dan lain-lain.
Nyanyikanlah puisi itu oleh salah seorang anggota. Anggota yang lainnya mengiringi dengan alat
musik seperti gitar, piano, atau alat musik yang ada di sekolahmu!
C. Menganalisis Unsur Pembangun Puisi

Kegiatan 1
Menganalisis Struktur Fisik Puisi

Cermatilah puisi berikut!

Ibu
(Medy Loekito)

Setiap pagi kau tuang cinta-cinta ke dalam cangkir


Terbaca dengan mudahnya pada asap dan hening teh
Lalu dengan cinta mengalir dalam tubuh
Kami mulai perlawatan
Kumpulkan luka-luka dan kabar derita
Sementara hatimu tak pernah ragu tak pernah pura-pura
Pada keluh-keluh kesedihan hati

Petang hari setelah perlawanan


Kau sisir luka-luka dari baju kami
Lalu lelaplah mata dalam tidur
Sementara kau rajut jalinan cinta
Untuk kau tuang esok
Ke dalam cangkir-cangkir kami

(Sumber: Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi, 2002: 413)

Setelah kamu cermati, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. Mengungkapkan tentang apa puisi tersebut?
2. Apa yang dimaksud dengan larik cinta mengalir dalam tubuh?
3. Apa yang dimaksud dengan larik kumpulkan luka-luka dan kabar derita?
4. Mengapa teks seperti itu disebut puisi?

Jawaban
1. ..................................................................................................................................................
2. ..................................................................................................................................................
3. ..................................................................................................................................................
4. ..................................................................................................................................................

Bandingkan jawabanmu dengan penjelasan berikut!


Seperti tampak pada judulnya, “Ibu”, puisi tersebut bercerita tentang ibu. Lebih tepatnya
bercerita tentang kasih sayang ibu pada anak dan keluarganya. Kasih sayang tersebut ditandai dengan
penggunaan kata cinta yang diulang sampai tiga kali, yaitu pada larik:
 kau tuang cinta-cinta ke dalam cangkir
 dengan cinta mengalir dalam tubuh
 Sementara kau rajut jalinan cinta
Penyair berhasil menggambarkan ungkapan cinta ibu tersebut dengan diksi yang unik. Dia tidak
menyebut langsung “betapa besarnya kasih sayang ibu” tapi cukup dengan larik tiap pagi kau tuang
cinta-cinta ke dalam cangkir. Untuk menyatakan sang ibu tetap mencintai anak-anaknya, penyair
menggunakan diksi Lalu dengan cinta mengalir dalam tubuh/ Kami mulai perlawatan. Untuk
mengungkapkan bahwa sang ibu tetap sabar menghadapi kenakalan anak-anaknya, penyair memilih
kata-kata Petang hari setelah perlawanan/ Kau sisir luka-luka dari baju kami/ Lalu lelaplah mata
dalam tidur/ Sementara kau rajut jalinan cinta. Dengan diksi seperti itu kata-kata itu menjadi puitis.
Oleh karena itu, rangkaian kata-kata yang dibangun seperti itu disebut puisi.
Selain itu, ciri bahwa rangkaian kata seperti itu disebut puisi, adalah karena tipografinya (cara
menuliskannya ke dalam bentuk teks tertulis). Kata-kata itu dituliskan dengan cara yang tidak lazim
sebagai ungkapan bahasa tulis. Biasanya, dalam teks tertulis, tulisan ditulis dari pinggir kiri sampai
habis ke pinggir kanan. Dalam puisi, penulis bisa bebas menuliskannya dengan cara dipenggal-
penggal, dibiarkan kosong bagian kanannya.
Berdasarkan penjelasan itu, maka puisi bisa dianalisis dari segi struktur fisiknya. Struktur fisik
itu meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tipografi. Ikuti
penjelasannya sebagai berikut.

1. Diksi
Cermatilah puisi berikut

Sajak Buat Anakku


(Saini KM)

Sampai di manakah cinta Ayah dan Ibu, Anakku


Kalau tidak hingga ke ujung-ujung jari?
Akan tinggal saja menggapai, melambai dari stasiun kecil
Pelabuhan terpencil

Kemudian engkau sendirilah Ayah dan Ibu


Dari Nasibmu
Terimalah Bumi dan Langit, hujan terik
Siang serta malamhari kalbumu

Sekali kan tiba saat kau tegak sendiri


Berdirilah atas bahu, ya, pijakanlah kepala kami
Jangkau bintang-bintang yang dari abad ke abad
Cuma dapat kami tengadahi

(Sumber: Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi, 2002: 210)

Dalam puisi tersebut, untuk menggambarkan kasih sayang pada anaknya, penyair memilih kata-
kata yang dirangkai menjadi sebuah larik indah, yaitu Sampai di manakah cinta Ayah dan Ibu,
Anakku/ Kalau tidak hingga ke ujung-ujung jari?
Untuk menasihati anaknya agar tegar dalam menghadapi hidup, penyair memilih kata-kata yang
dirangkai dalam larik Kemudian engkau sendirilah Ayah dan Ibu/ Dari Nasibmu/ Terimalah Bumi dan
Langit, hujan terik/ Siang serta malamhari kalbumu
Untuk memberikan semangat agar si anak punya cita-cita yang tinggi, dan berusaha meraihnya,
sang penyair memilih kata-lata yang dirangkai dalam larik-larik Sekali kan tiba saat kau tegak
sendiri/ Berdirilah atas bahu, ya, pijakanlah kepala kami/ Jangkau bintang-bintang yang dari abad
ke abad/ Cuma dapat kami tengadahi
Itulah diksi yang digunakan penyair dalam puisi itu. Diksi itu pilihan kata. Tiap penyair
mempunyai diksi tersendiri dalam menyusun kata-kata dalam puisinya, meskipun objek yang
dibidiknya sama. Tapi dalam pengungkapan, tiap penyair berhak mengkreasi diksi tersendiri.

2. Pengimajian
Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian: kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

Cermatilah puisi berikut


Tanah Kelahiran, 1
(Ramadhan K.H.)

Seruling di pasir ipis, merdu


antara gundukan pohon pina,
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang - Tangkubanprahu.

Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di air tipis menurun.

Membelit tangga di tanah merah


dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyikan kentang sudah digali,
kenakan kebaya merah ke pewayangan.

Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di hati gadis menurun.

Sumber: http://kepadapuisi.blogspot.com/2013/03/priangan-si-jelita.html

Apa yang dapat kamu bayangkan dari puisi di atas? Kita membayangkan mendengar adanya
suara merdu seruling di pasir ipis, dan tembang yang menggema antara dua kaki gunung Burangrang
dan Tangkubanparahu. Juga kita membayangkan melihat adanya air embun atau air hujan yang
menetes dari pucuk-pucuk, air yang tipis menurun dari pucuk-pucuk tersebut. Kita juga
membayangkan melihat adanya gadis-gadis dari bukit, yang menyanyikan lagu kentang sudah digali,
lalu kita membayangkan melihat gadis itu mengenakan kebaya merah di kala mau pergi menonton ke
pewayangan. Lalu kita juga membayangkan merasakan perasaan hati si gadis yang bahagia, bagaikan
sejuknya air embun di pucuk-pucuk.
Dengan demikian, terdapat tiga jenis pengimajian sekaligus dari puisi itu: pendengaran,
penglihatan, dan perasaaan. Gambaran pengimajian tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut.
Hasil Analisis Pengimajian
Puisi “Tanah Kelahiran 1” karya Ramadhan K.H.
No. Kutipan Puisi Pengimajian
1. Seruling di pasir ipis, merdu pendengaran
antara gundukan pohon pina

2. tembang menggema di dua kaki, Pendengaran


Burangrang - Tangkubanprahu.

3. Jamrut di pucuk-pucuk, Penglihatan


Jamrut di air tipis menurun.

4. Membelit tangga di tanah merah Penglihatan, pendengaran


dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyikan kentang sudah digali,
kenakan kebaya merah ke pewayangan.

5. Jamrut di pucuk-pucuk, Penglihatan


Jamrut di hati gadis menurun.

3. Kata Konkret
Kata kongkret diciptakan penyair untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca. Maka
kata-kata harus diperkonkret. Kata-kata itu dipilih penyair agar dapat menyarankan kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya
penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair. Dengan demikian,
pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya.
Sebenarnya antara diksi, pengimajian, dan kata konkret itu saling berhubungan. Diksi yang
dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita
hayati melalui penglihatan, atau cita rasa.
Cermatilah contohnya pada puisi berikut!

Ombak
(Didik Wahyudi)

Tidak apa-apa selama ia bergulung


di kejauhan di tengah laut yang luas
Perahu-perahu kecil terapung-apung
Di atasnya
Bergerak perlahan ke tepian
Berkah menyertainya

Tidak, tidak masalah


Selama ia mengombak di kejauhan
Burung-burung bermain di atasnya
Ikan-ikan berenang bebas
Di bawah dan di dalam dulinya
Sebuah lanskap yang menggoda
Dan juru foto menangkapnya
Tidak, tidak masalah selama ia
Belum tiba
Mencium benteng terluar
Sebuah menara pengintai yang menjulang
Merayapi dinding-dinding yang kokoh
Menyapu pasar dan alun-alun
Kamar tempat pangeran dan putri
tertidur
Sampai ia kembali surut
Dan kau harus menjauh, menjauh
Membangun kembali istanamu

(Sumber: Kompas, 25 Mei 2019)

Dalam puisi tersebut, untuk menyatakan bahwa nelayan membawa hasil tangkapan, penyair
menggunakan kata-kata konkret Perahu-perahu kecil terapung-apung/ Di atasnya/ Bergerak
perlahan ke tepian/ Berkah menyertainya.
Untuk memperkonkret keindahan laut yang berombak itu, penyair menggunakan kata-kata
Burung-burung bermain di atasnya/ Ikan-ikan berenang bebas/ Di bawah dan di dalam dulinya/
Sebuah lanskap yang menggoda/ Dan juru foto menangkapnya.
Untuk mengkongkretkan bahwa ada bencana akibat terjangan ombak, penyair
mengungkapkannya dengan kata Menyapu pasar dan alun-alun/ kamar tempata pangeran dan putri/
tertidur/ sampai ia kembali surut/ dan kau harus menjauh, menjauh/ membangun kembali istanamu.

Bagaimana hubungan antara diksi, pengimajian, dan kata konkret? Untuk mengungkapkan suatu
objek dalam puisi, maka penyair memilih kata-kata tertentu. Kata itu harus dapat memperkonkret
imajinasi pembaca. Maka, mungkin saja kata atau diksinya hanya itu-itu juga, tapi dapat ditinjau dari
segi diksi, imaji, dan kata konkret. Cermati sekali lagi contoh puisi berjudul “Ombak” di atas!
Kemudian perhatikan hasil analisis diksi, pengimajian, dan kata konkret yang digunakannya berikut
ini!

Kutipan puisi Sudut Pandang Penjelasan


Analisis
Perahu-perahu kecil terapung-apung Diksi Untuk menyatakan bahwa nelayan
Di atasnya berhasil membawa tangkapan ikan
Bergerak perlahan ke tepian dari laut, penyair memilih kata-kata
Berkah menyertainya tersebut: Perahu-perahu kecil
terapung-apung/ Di atasnya/
Bergerak perlahan ke tepian/
Berkah menyertainya

Pengimajian Dengan diksi seperti itu timbul imaji


penglihatan. Pembaca
membayangkan seolah-olah melihat
Perahu-perahu kecil (yang)
terapung-apung/ Di atasnya (di atas
ombak)/ (perahu-perahu itu)
Bergerak perlahan ke tepian/
Berkah menyertainya
Kata konkret Untuk memperkonkret tentang para
nelayan berhasil membawa ikan,
yang ditandai dengan kata-kata
berkah menyertainya penyair
menggunakan kata konkret Perahu-
perahu kecil terapung-apung/ Di
atasnya/ Bergerak perlahan ke
tepian/ Berkah menyertainya

4. Bahasa figuratif
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berfigura sehingga disebut bahasa
figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau
bahasanya bermakna kiasa atau bermakna lambang.
Cermati puisi berikut!

Aku dan Waktu


(Riki Utomi)

aku dan waktu selalu berkelit.


aku selalu mengasah pedang.
dan waktu menantang:
“bunuhlah diriku!”

waktu tak pernah berkhianat.


namun aku selalu kalah
waktu memegang pedangku
“ini aku yang akan membunuhmu!”

aku dan waktu berpandang tajam.


saling menuntut tegar. ia menunjuk
bahwa aku telah mati di arah
putaran jam.

Selatpanjang, 2018

(Sumber, Kompas, 27 April 2019)

Dalam puisi tersebut, penyair menggunakan bahasa figuratif dengan mempersonikasi waktu.
Kita ambil contoh petikan larik berikut. Dan waktu menantang/ “bunuhlah diriku!” Dalam larik ini
waktu diibaratkan manusia yang menantang dan berkata-kata “bunuhlah diriku”.
Bahasa figuratif atau figura bahasa dalam puisi bisa diciptakan melalui berbagai gaya bahasa.
Selain gaya personifikasi seperti di atas, dalam puisi sering pula digunakan seperti metafora,
perumpaan, hiperbola, dan sebagainya. Pendek kata, penyair akan memilih figura bahasa mana yang
paling mewakili isi hatinya untuk dituangkan dalam puisinya.

5. Rima dan Irama

Cermatilah puisi berikut

Aku
(Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjanga

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli


Aku akan hidup seribu tahun lagi

Jika kita amati, maka puisi tersebut memiliki persamaan bunyi, baik antara larik dengan larik,
maupun di dalam larik itu sendiri. Hal itu nampak, misalnya, pada bait 1. Pada bait ini didominasi
oleh suara akhir u, baik pada akhir lariknya maupun di dalam lariknya.

Kalau sampai waktuku


‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Persamaan bunyi seperti itu, dalam puisi, disebut rima. Selengkapnya, puisi tersebut memiliki
rima sebagai berikut.
Petikan Puisi Rima Penjelasan
Kalau sampai waktuku Rima tengah
‘Ku mau tak seorang kan merayu dan rima akhir
Tidak juga kau dengan suara
Tak perlu sedu sedan itu u

Aku ini binatang jalang Rima dalam


Dari kumpulannya terbuang larik dan rima
Biar peluru menembus kulitku akhir larik
Aku tetap meradang menerjang dengan suara
ang
Luka dan bisa kubawa berlari Rima akhir
Berlari dengan suara i
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli Rima akhir


Aku akan hidup seribu tahun lagi dengan suara i

6. Tipografi
Cermatilah puisi-puisi berikut!

Puisi 1
Kepada Uang
(Joko Pinurbo)

Uang, berilah aku rumah yang murah saja,


Yang cukup nyaman buat berteduh
Senja-senjaku, yang jendelanya
Hijau menganga seperti jendela mataku.

Sabar yam aku harus menabung dulu.


Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.

Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,


Yang cukup hangat buat merawat
Encok-encokku, yang kakinya
Lentur dan liat seperti kaki masa kecilku

Puisi 2

Tanpa Kata
(Rahim Qahhar)

tanpa kata
jadi guru tak bisa
tanpa kata
jadi dokter tak bisa
tanpa kata
jadi walikota tak bisa
tanpa kata
jadi presiden tak bisa
tanpa kata
jadi menteri tak bisa
tanpa kata
jadi ketua tak bisa
tanpa kata
jadi bunglon tak bisa
tanpa kata
jadi hakim tak bisa
tanpa kata
mencium-Mu tak bisa
tanpa kata
jadi apa?
tanpakatatanpakatatanpakatatanpakatatanpakata
tanpa kata mengemis bisa
tanpa kata merampok bisa
tanpa kata menodong bisa
tanpa kata menipu bisa
tanpa kata membunuh bisa
tanpa kata korupsi bisa
tanpa kata menyelundup bisa
tanpa kata berzina bisa
tanpa kata puisi tak pernah ada

Puisi 3

Sudah Waktu
(Sutardji Calzoum Bachri)

Sudah waktunya sekarang


Kau mengembalikan
Rumput
Tangkai
Ranting
Pepohonan
Kedalam dirimu

Sudah waktunya
Memasukan kembali
Seluruh langit
Semua langit
Setiap darat
Kedalam dirimu

Karena asal tanah itu kau


asal langit itu kau
asal laut itu kau
asal jagat itu kau

jadi
bersiapsiaplah
kuatkakuatkanlah
dan
hormati dirimu
ludahlah !
Bagaimana pendapatmu setelah mencermati tiga buah puisi di atas? Umumnya puisi ditulis
dengan berpedoman bentuk larik dan bait. Satu bait puisi dibangun oleh beberapa larik. Larik itu
pun ditulis dengan cara unik, dimulai dari pinggi kiri dan dilanjutkan ke larik berikutnya meskipun
masih ada ruang kosong di tengah atau di pinggir kanan. Lihat misalnya puisi 1 di atas. Itu salah
satu bentuk tulisan puisi pada masa kini.
Tapi ternyata ada penyair-penyair tertentu yang tidak puas dengan bentuk yang biasa. Pada
contoh puisi 2 dan puisi 3, cara penulisan itu agak aneh, tidak biasa. Tapi itulah puisi. Mau
membentuk seperti apa puisi itu dituliskan, adalah tergantung pengarangnya sendiri. Tidak ada
aturan pasti bagaimana sebuah puisi dituliskan. Mau konvensional, atau mau aneh-aneh yang tidak
lazim seperti lazimnya puisi, adalah sepenuhnya tergantung pada kreativitas penyair sebagai
pembuatnya.

Tugas
Cermatilah puisi berikut!

Citumang
(Acep Zamzam Noer)

Sebelum petang aku mengumpulkan kata-kata


Dari gundukan pasir. Di bawah sulur-sulur beringin
Segala kesedihan manusia kuendapkan menjadi syair
Tembang tercipta dari kecipak air dan kesiur angin

Aku menyusun kalimat demi kalimat persembahan


Bagaikan merangkai talkin. Menjelang malam datang
Semua kesepian dan keterasingan kulebur dalam amin
Lalu kesabaran dan kepasrahan kujadikan sesaji lain

Aku beranjak melewati sungai, bukit kapur dan goa


Tersaruk-saruk menyusuri jejak panjang para leluhur
Dari kelahiran ke kematian terbentang belantara rindu

Kini aku terapung bersama gelembung udara yang naik


Menggapai keheningan. Sebuah perjalanan tanpa raga
Antara keberadaan dan ketiadaan hanya pantulan gema

2018

(Sumber: Kompas, 12 Mei 2019)

Identifikasilah unsur diksi, imajeri, kata konkret, dan gaya bahasa yang digunakan dalam puisi
tersebut! Gunakan format pengerjaannya sebagai berikut, untuk memudahkan pekerjaanmu! Bait 1
sudah dikerjakan, baik identifikasi diksi, imaji, kata konkret, maupun gaya bahasa. Lanjutkan
dengan bait-bait berikutnya!

Hasil Identifikasi Diksi


Puisi “Citumang” Acep Zamzam Noer

Petikan Puisi Diksi Penjelasan


Bait 1  Mengumpulkan Penyair melihat atau
kata-kata dari merasakan berada di
Sebelum petang aku gundukan pasir daerah Citumang, di sana
mengumpulkan kata-kata  Sulur-sulur yang tampak ada
Dari gundukan pasir. Di bawah beringin gundukan pasir, ada
sulur-sulur beringin angin yang bertiup, ada
 Tembang tercipta
Segala kesedihan manusia pohon beringin, dan
kuendapkan menjadi syair dari kecipak air empang atau kolam yang
Tembang tercipta dari kecipak air dan kesiur angin tentu saja tertampung air,
dan kesiur angin yang kemudian mengalir.
Untuk menyebutkan hasil
pengamatannya terhadap
benda-benda itu, maka
penyair memilih kata-
kata (diksi)
mengumpulkan kata-kata
dari gundukan pasir/ ...
sulur-sulur beringin/
...tembang tercipta dari
kecipak air dan kesiur
angin
Bait 2

Bait 3

Bait 4

Hasil Identifikasi Imajeri (Pembayangan)


Puisi “Citumang” Acep Zamzam Noer

Petikan Puisi Imaji Penjelasan


Bait 1  Mengumpulkan  Imaji penglihatan.
kata-kata dari Dalam hal ini
Sebelum petang aku gundukan pasir penyair seolah-
mengumpulkan kata-kata  Sulur-sulur olah sedang
Dari gundukan pasir. Di bawah menyaksikan
beringin
sulur-sulur beringin
Segala kesedihan manusia  Tembang tercipta gundukan pasir.
kuendapkan menjadi syair dari kecipak air  Imaji taktil.
Tembang tercipta dari kecipak air dan kesiur angin Seolah-olah kita
dan kesiur angin sedang merasakan
kesedihan manusia
yang diserap sulur-
sulur beringin.
 Imaji pendengaran.
Seolah-olah kita
mendengar
tembang, kecipak
air, dan kesiur
angin
Bait 2

Bait 3

Bait 4

Hasil Identifikasi Kata Konkret


Puisi “Citumang” Acep Zamzam Noer

Petikan Puisi Kata Konkret Penjelasan


Bait 1 Sulur-sulur beringin  Penyair
 Tembang memperkonkret imaji
Sebelum petang aku mengumpulkan tercipta dari penglihatan dengan
kata-kata kecipak air larik-larik Sebelum
Dari gundukan pasir. Di bawah sulur- dan kesiur petang aku
sulur beringin angin mengumpulkan kata-
Segala kesedihan manusia kuendapkan
menjadi syair kata
Tembang tercipta dari kecipak air dan Dari gundukan pasir.
kesiur angin  Peyair
memperkonkret imaji
perasaan dengan
larik-larik Di bawah
sulur-sulur beringin
segala kesedian
manusia kuendapkan
menjadi syair
 Untuk
memperkonkret imaji
pendengaran penyair
menggunakan larik
Tembang tercipta
dari kecipak air dan
kesiur angin.

Bait 2

Bait 3

Bait 4
Hasil Identifikasi Gaya Bahasa
Puisi “Citumang” Acep Zamzam Noer

Petikan Puisi Gaya Penjelasan


Bahasa
Bait 1

Sebelum petang aku mengumpulkan kata-kata metafora  Peyair mengandaikan


Dari gundukan pasir. Di bawah sulur-sulur kata-kata sebagai
beringin kerikil-kerikil yang bisa
Segala kesedihan manusia kuendapkan
dikumpulkan dari
menjadi syair
Tembang tercipta dari kecipak air dan kesiur gundukan pasir
angin

Bait 2

Bait 3

Bait 4

D. Menulis Puisi dengan Memerhatikan Unsur Pembangunnya

Sebelum kamu memulai pembelajaran ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut:


1. Pernahkah kamu menulis puisi?
2. Jika pernah, apa tema yang kamu tulis tulis?
3. Mengapa kamu memilih tema tersebut?
4. Apa yang harus kamu persiapkan sebelum menulis puisi?
5. Bagaimana caranya kamu menulis puisi?

Kegiatan 1
Menentukan Tema

Pada materi bagian A di atas, kamu telah belajar memahami tema puisi. Tema merupakan ide
dasar atau gagasan pokok penyair dalam puisinya. Karena antara pembaca dan pencipta puisi itu
berbeda dalam kronologi pengapresiasian, maka tema bagi pencipta dan pembaca itu berbeda. Bagi
pencipta, tema sudah ada sebelum dia menuliskannya. Pendek kata, tema sudah ada dalam pikiran
penulis puisi sebelum menuliskan puisnya.
Bagi penulis puisi, tema itu bersumber dari apa yang dilihat, didengar, dialami atau dirasakan.
Ketika seseorang melihat pemandangan di kampung, di situ ada sawah, ada kolam, ada perbukitan,
dan ada orang-orang yang tinggal di situ, maka diciptakanlah puisi yang bertema pemandangan itu.
Sebagai contoh, puisi berjudul Cipasung karya Acep Zamzam Noer merupakan puisi yang bertema
pemandangan di kampung yang bernama Desa Cipasung, yang berada di Tasikmalaya. Cermatilah
puisinya sebagai berikut.
Cipasung
(Acep Zamzam Noer)

Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning


Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu

Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi


Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu

Hari esok adalah perjalananku sebagai petani


Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan terkubur.

Dalam puisi itu, penyair menggunakan diksi yang berkaitan dengan kampung Cipasung yang
meliputi sawah, padi, cangkul, langit, ketam, surau. Kata-kata itu dihidupkan dengan memanfaatkan
imaji penglihatan dan pendengaran, kata konkret yang menyarankan adanya kaitan objek-objek itu
dengan suasana ketuhanan, serta gaya bahasa personifikasi, sehingga terciptalah bait pertama:

Bait 1
Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning
Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu

Pada bait kedua, penyair memilih diksi bumi, lahan, tumbuhan, pohonan, pagar bambu, ikan,
dan kolam. Penyair membubuinya dengan imaji penglihatan dan pendengaran, kata konkret yang
menyarankan adanya kaitan objek-objek itu dengan suasana kepasrahan menjalani hidup di dunia
yang pasti akan tiba pada kepunahan, serta gaya bahasa personifikasi, sehingga terciptalah larik-larik
puisi:

Bait 2
Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu

Pada bait ketiga, penyair memilih diksi petani, ladang, ketam, lumpur, dan sajadah. Penyair
menambahinya dengan imaji penglihatan, pendengaran, dan imaji taktil, kata konkret yang
menyarankan adanya kaitan objek-objek itu dengan suasana ketakberdayaan menghadapi kehendak
Tuhan, serta gaya bahasa personifikasi, sehingga terciptalah larik-larik puisi:

Bait 3
Hari esok adalah perjalananku sebagai petani
Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan terkubur.

Tugas
1. Adakanlah pengamatan terhadap objek-objek di sekeliling tempat tinggalmu atau di
sekolahmu! Atau boleh juga pengamatan dilakukan terhadap objek-objek yang ditayangkan
media massa, seperti berita di televisi.
2. Tentukan diksi-diksi yang berkaitan dengan objek yang kamu pilih. Misalnya, obejkenya
berupa lingkungan sekolah, maka diksi yang bisa kita pilih adalah ruang belajar, kantor guru,
lapangan upacara, tiang bendera, dan sebagainya.
3. Tentukan imaji yang berkaitan berkaitan dengan objek itu, misalnya imaji penglihatan,
pendengaran, dan imaji perasaan (taktil).
4. Tentukan kata konkret yang menyarankan pada suasana tertentu, misalnya suasana asyik
melihat taman sekolah!
5. Tentukan gaya bahasamu sendiri untuk mengungkapkannya dalam bait-bait puisi!\
6. Buatlah puisinya secara utuh dengan memperhatikan diksi, imaji, kata konkret, dan gaya
bahasa yang sudah kamu pilih!

Kegiatan 2
Menulis puisi dengan memerhatikan tema, diksi, imaji, kata konkret, dan gaya bahasa

Setelah kamu belajar menentukan tema puisi, untuk menulis puisi berdasarkan tema tersebut.
Kemudian, setelah tema ditentukan, kamu bisa memilih diksi yang berkaitan dengan tema tersebut.
Kemudian, kamu bisa meraciknya dengan imaji dan kata konkret serta gaya bahasa. Ikutilah langkah-
langkahnya sebagai berikut.

Langkah 1
Memotret Objek

maka kamu sudah bisa mulai menulis puisi. siapa yang akan kamu tulis biografinya, kamu
harus mengumpulkan informasi tentang keunggulan-keunggulan tokoh tersebut. Ingat, sebuah teks
biografi disusun karena tokoh yang akan ditulisnya adalah orang hebat dan berkiprah dalam
lingkungan kehidupan. Maka menggali informasi tentang keunggulan-keunggulan tokoh adalah suatu
kewajiban bagi penulis biografi.
Sebagai contoh, perhatikan beberapa keunggulan dari seorang tokoh bernama Dewi Sartika,
seorang tokoh perempuan yang berkiprah dalam memajukan pendidikan kaum wanita di Jawa Barat
pada masa sebelum kemerdekaan
 Dari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidikan dan kegigihan yang
dimilikinya untuk dapat meraih kesuksesan.
 Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah
untuk perempuan.
 Sejak tahun 1902, Dewi Sartika sudah dapat merintis pendidikan bagi kaum perempuan.
 Di sebuah ruangan kecil, tepatnya di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika
mengajar di hadapan beberapa anggota keluarganya yang perempuan.
 Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A Martanagara pada tanggal 16 Januari 1904, Dewi
Sartika membuka sebuah Sakola Istri yang merupakan sekolah perempuan pertama se- Hindia
Belanda.

Karena kiprahnya yang gigih dalam memajukan pendidikan, khususnya bagi kaum perempuan,
maka Dewi Sartika menjadi tokoh penting di Jawa Barat khususnya, dan di Indonesia umumnya.
Maka orang pun menulis biografinya karena memang pantas untuk ditulis. Usaha-usaha Dewi Sartika
untuk memajukan pendidikan itulah yang menjadi hal menarik dan patut diteladani.

Tugas
Carilah di jejaring internet, orang-orang yang berhasil mengubah wajah dunia menjadi lebih baik.
Lalu catatlah keunggulan-keunggulannya. Misalnya, penemu listrik, pembuat kereta api, pencipta
pesawat terbang pertama, dan sebagainya. Untuk memudahkan pekerjaanmu, gunakan format berikut!

Tokoh dan Kiprahnya dalam Kehidupan


Nama Tokoh: ............................................
Perannya dalam memajukan peradaban umat manusia:
1. ........................................................................................................................................
2. ........................................................................................................................................
3. ........................................................................................................................................
4. ........................................................................................................................................
5. ........................................................................................................................................
6. Dst.

Kegiatan 3
Menyusun Teks Biografi dengan Memerhatikan Struktur dan Kaidah Kebahasaan
Pada kegiatan 1 dan kegiatan 2 kamu telah belajar menentukan tokoh dan mencatat
keunggulan-keunggulan tokoh tersebut. Kegiatan tersebut merupakan langkah awal kamu untuk
belajar menyusun teks biografi secara utuh.
Dalam pembelajaran ini, menyusun teks biografi tidak tergantung pada siapa tokohnya dan apa
keunggulannya, tingkat nasional atau dunia. Yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran ini
adalah kamu mampu menyusun teks biografi dengan memerhatikan struktur yang sistematis dan
kaidah bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan karaktetistik teks biografi. Tokohnya boleh saja
tokoh lokal yang ada di sekitar tempat tinggalmu. Dalam hal ini, tokoh tidak harus yang berskala
nasional atau internasional. Yang penting, meskipun merupakan tokoh lokal, namun mampu
memberikan dampak positif dalam kehidupan.
Perhatikan contoh berikut.
Rancangan Pembuatan Teks Biografi

Nama tokoh: Abdul Rozak


A. Latar Belakang Kehidupan
Lahir: Tasikmalaya
Tinggal di : Kampung Pasanggrahan, Kelurahan Neglasari, Tasikmalaya
Pekerjaan : Petani

B. Keunggulan-keunggulan
 Kreatif dalam memajukan pertanian dan irigasi di Kampung Pesanggrahan,
Kelurahan Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya. Yaitu dengan membangun terowongan
air di bukit di kampungnya.
 Menjadikan sawah tadah hujan menjadi lahan sawah subur yang bisa dipanen setahun
tiga kali.
 Mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Soeharto pada tahun 1987.

Teks Utuh Biografi Abdul Rozak

Abdul Rozak, Petani Bertangan Besi

Bagi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya semua tahu semata, siapa tokoh Abdul Rozak. Tentu
saja ada banyak nama Abdul Rozak, tapi Abdul Rozak yang satu ini lain daripada yang lain. Ya,
dialah Abdul Rozak, seorang petani bertangan besi dari kampung sederhana, Kampung Pesangrahan,
Kelurahan Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya. Mungkin di antara komunitas petani yang hidup di
masa itu (Masa pemerintahan orde baru yang dipimpin Presiden Soeharto), dialah yang dianggap
paling berjasa dalam memakmurkan masyarakat desanya dengan motode pengairan lahan persawahan.
Pada tahun 1987 Abdul Rozak menerima penghargaan dari Presiden Soeharto atas jasanya di
bidang pertanian. Ia berhasil membuat terowongan pada sebuah bukit untuk mengalirkan air pada
sawah warga. Ia menghabiskan dana sendiri disamping bantuan swadaya masayrakat.
Tentu saja tidak tanpa tantangan. Tantangannya datang justru dari keluarganya sendiri, dari
istrinya. Dia, istrinya, minta cerai karena harta warisan dijualnya untuk membiayai membuat
terowongan.
Karena tekadnya yang kuat dan dibantu 15 orang warga, terowongan itu pun berhasil dibangun
dan mengalirkan air.Hasilnya pun luar biasa. Tanah persawahan yang semula hanya tadah hujan, yang
hanya bisa digarap saat musim hujan tiba, kini bisa diari sepanjang tahun. Sehingga bisa dipanen tiga
kali dalam setahun.
Atas jasanya itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya kini mengabadikannya dalam
bentuk patung, yang dibuat bergandengan dengan patung Ma Eroh, yang juga berhasil membuat
saluran air, dengan dibantu warga, membuat saluran air sejauh 4,5 km ke persawahan sekitar
persawahan kampunya, Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten
Tasikmalaya.
Sumber: https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-3168654/tugu-mak-eroh-abdul-rozak-ikon-kota-
tasikmalaya

Tugas
Carilah seorang tokoh di sekitar tempat tinggalmu! Misalnya, tokoh dalam bidang pertanian, bidang
pemerintahan, bidang agama, dan lain-lain. Carilah informasi tentang jasa-jasa mereka di bidang-
bidang tersebut! Kemudian, buatlah biografinya dengan memerhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan teks biografi!
Info bahasa dan sastra

Kata Kerja Material dan Kata Kerja Mental

Apa yang dimaksud dengan kata kerja? Apa pula yang dimaksud dengan kata kerja material?
Juga kata kerja mental? Dalam penjenisan kata, kita mengenal kata benda (nomina), kata kerja
(verba), kata sifat (adjektiva), kata bilangan (numeral), kata depan (preposisi), dan kata penghubung
(konjungsi). Mari kita coba jelaskan mengenai kata kerja.
Kata kerja adalah kata yang referen atau rujukannya berupa kegiatan atau pekerjaan atau
tindakan. Cermati kalimat yang mengandung kata kerja berikut ini.

Soekarno membacakan teks prokolamasi itu pada waktu pagi jam 10.00 di Jalan Pegangsaan timur
No. 56 Jakarta

Dalam kalimat tersebut, kata membacakan menunjukkan suatu tindakan atau yang dikerjakan
oleh Soekarno. Maka kata tersebut termasuk kata kerja.
Selanjutnya, kata kerja dibedakan menjadi kata kerja material dan kata kerja mental. Dalam
contoh kalimat di atas, kata membacakan termasuk kata kerja material. Kata kerja material adalah
kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa. Misalnya: meletakan, mengangkat,
mengejar, memukul, menaiki.
Sedangkan kata kerja mental adalah kata kerja yang rujukannya berupa tingkah laku,yaitu kata
kerja yang menyatakan suatu respon atau sikap seseorang tehadap suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman. Perhatikan contoh dan penggunaannya dalam kalimat berikut.
1. Diponegori tak pernah merasa khawatir akan dipenjara. Perjuangannya benar-benar lahir
batin untuk tanah air dan bangsa.
2. Ken Arok menikmati kekuasaannya sampai ia mendapat serangan dari anak tirinya sendiri,
Anusapati.
3. Muhammad Yamin merasa bahwa saat itu perjuangan membela tanah air bukan lagi
perjuangan lokal, melainkan perjuangan seluruh Nusantara.
Kata-kata yang dicetak miring dalam tiga contoh kalimat di atas termasuk kata kerja mental.

Rangkuman
1. Secara etimologis katabiografi berasal dari bahasa Yunani bios yang mengandung arti “hidup”
dan graphien yang berarti tulis atau tulisan. Selanjutnya, biografi diartikan tulisan yang
membahas tentang kehidupan seseorang. Secara sederhana biografi dapat diartikan sebagai
sebuah kisah riwayat hidup seorang tokoh.
2. Struktur teks biografi meliputi orientasi (pengenalan latar belakang tokoh), peristiwa
penting (rangkaian peristiwa, pendidikan, pekerjaan, karya), dan reorientasi (evaluasi,
kesimpulan).
3. Dalam teks biografi selalu terkandung hal-hal yang dapat diteladani. Inilah esensi
biografi. Jika tidak ada hal yang dapat diteladani, maka seseorang tidak akan ditulis
biografinya.
4. Unsur kebahasaan teks biografi meliputi penggunaan kata ganti orang ketiga,
penggunaan kata kerja material, kata kerja mental, penggunaan konjungsi temporal.
5. Menulis teks biografi bisa dimulai dengan menentukan tokoh, mengumpulkan informasi
tentang latar kelakang kehidupan tokoh, mengumpulkan informasi mengenai
keunggulan-keunggulan tokoh, dan menulis teksnya secara utuh setelah terkumpul
informasi-informasi tersebut.
6. Siapapun boleh ditulis biorafinya, asal orang tersebut termasuk tokoh yang memiliki
keunggulan-keunggulan dan dapat diteladani.

Uji Kompetensi Bab 7

A. Pilihlah satu jawaban yang benar!

1. Cermatilah penggalan teks biografi berikut!

B.J. Habibie adalah salah satu seorang tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi
banyak orang di Indonesia. Beliau adalah presiden ketiga Republik Indonesia. Nama dan
gelar lengkapnya Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc, Mult. Bachharudin Jusuf Habibie. Beliau
dilahirkan di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak
keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan
dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Dalam struktur teks biografi, penggalan di atas temasuk bagian ....


A. orientasi
B. permasalahan
C. peristiwa penting
D. rangakaian kejadian
E. reorientasi

2. Kalimat yang mengandung hal yang dapat diteladani dari tokoh B.J. Habibie adalah ....
A. B.J. Habibie menjadi yatim sejak kematian bapaknya yang meninggal dunia pada 3
September 1950 karena terkena serangan jantung.
B. B.J. Habibie dilahirkan di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936.
C. B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
D. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai
dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
E. Tahun 1960, Habibie berhasil mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule
Jerman dengan predikat cumlaude (sempurna) nilai rata-rata 9,5.

3. Cermatilah kutipan biografi berikut!

Sutan Takdir Alisjahbana (STA) lahir di Natal,Sumatra Utara, 11 Februari 1908.


Beliau merupakantokoh pembaharu, sastrawan dan ahli tata bahasa bahasaIndonesia.
STAmerupakan tokoh berpandangan liberal.Berkat pemikirannya yang
cenderungpromodernifikasisekaligus pro-Barat, STA sempat berpolemik
dengancendekiawanIndonesia lainnya. STA sangat gelisahdengan pemikiran cendekiawan
Indonesia yangantimaterialisme, antimodernisasi dan anti- Barat.Menurutnya, bangsa
Indonesia haruslah mengejarketertinggalannya dengan mencari materi,
memodernisasipemikiran dan belajar ilmu-ilmu Barat. Dalam kedudukannya sebagai penulis
ahli dan Ketua Komisi Bahasa selama kedudukan Jepang, STA melakukan modernifikasi
bahasa Indonesia sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa.
Selain sebagai ahli tata bahasa Indonesia, STA jugamerupakan seorang sastrawan yang
banyak menulis novel.Beberapa contoh novelnya yang terkenal ialah Tak PutusDirundung
Malang (1929) dan Dian Yang TakKunjungPadam (1932).

Hal yang dapat diteladani dari tokoh STA adalah ...


A. Mempunyai pikiran maju dan modern.
B. Banyak menulis novel terkenal.
C. Anti-Barat dan berwawasan luas.
D. Memodernisasi pemikiran dengan ilmu-ilmu Barat.
E. Menjadi tokoh pembaharu sastra dan tata bahasa.

4. Cermatilah penggalan teks biografi di bawah ini!

Ketika musim liburan tiba, B.J. Habibie menggunakan waktunya untuk mengikuti ujian dan
bekerja. Sehabis masa libur, ia kembali fokus belajar. Gaya hidupnya ini sangat berbeda
dibandingkan teman-temannya yang memilih menggunakan waktu liburan musim panas untuk
bekerja, mencari pengalaman, tanpa mengikuti ujian. .

Kepribadian unggul B.J. Habibie dalam teks biografi tersebut adalah .…


A. pekerja keras
B. pekerja serabutan
C. pekerja kasar
D. pekerja sampingan
E. pekerja tanpa pamrih

5. Cermatilah penggalan teks biografi di bawah ini!

Di Indonesia, Habibe menjadi Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama 20 tahun,


ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), memimpin perusahaan BUMN
strategis, dipilih menjadi wakil Presiden RI dan menjadi Presiden RI ke-3 setelah Soeharto
mundur pada tahun 1998. Pada masa jabatan Habibie, tejadi referendum di Timor Timur,
sampai akhirnya Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia. Dalam masa jabatanya yang
singkat, B.J. Habibie telah meletakkan dasar bagi kehidupan demokrasi dan persatuan
wilayah di Indonesia dengan disahkannya undang-undang tenang otonomi daerah dan
undang-undang tentang partai politik, UU tentang Pemilu dan UU tentang susunan
kedudukan DPR/MPR.

Pokok informasi dari penggalan teks tersebut adalah …


A. Habibie menjadi menjadi Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama 20 tahun.
B. Habibie pernah menjadi ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
C. Pada masa jabatan Habibie, tejadi referendum di Timor Timur, sampai akhirnya Timor
Timur memisahkan diri dari Indonesia.
D. B.J. Habibie sebagai peletak dasar kehidupan demokrasi dan persatuan wilayah di
Indonesia.
E. B.J. Habibie pernah menjadi wakil presiden RI dan menjadi Presiden ke-3 RI.

6. Cermatilah kalimat di bawah ini!


B.J. Habibie adalah salah satu tokoh panutan dan menjadi kebanggan bagi banyak orang di
Indonesia.

Penulisan kalimat langsung yang tepat untuk menggambarkan watak tokoh Habibie
berdasarkan kalimat di atas adalah …
A. Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda, tutur salah seorang mantan staf
Habibie.
B. “Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda,” tutur salah seorang mantan staf
Habibie.
C. “Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda, tutur salah seorang mantan staf
Habibie.”
D. Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda, “tutur salah seorang mantan staf
Habibie.”
E. Bagi saya, bapak adalah sosok yang layak dianut. Pribadinya yang santun dan gayanya
yang merakyat sungguh layak diteladani generasi muda“tutur salah seorang mantan staf
Habibie.”

7. Cermatilah penggalan teks biografi di bawah ini!

George Saa, putra Papua sangat menyukai pelajaran fisika. Ia berasal dari keluarga yang
kurang mampu secara ekonomi. Berkat ketekukannya, Si Geius dari Papua ini mendapatkan
beasiswa hingga ke luar negeri. Meski kini telah sukses, Oge, begitu ia biasanya dipanggil,
tetap menjadi pribadi yang ramah dan tidak sombong.

Kelompok kata yang dicetak miring dalam penggalan tersebut dapat diganti dengan kata ganti
orang ketiga, yaitu .…
A. ia
B. mereka
C. aku
D. kami
E. kau

8. Cermatilah penggalan teks biografi di bawah ini!


Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman.
Hidupnya makin keras. Di pagi hari, Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat
kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya. Ia pulang pada malam hari dan
belajar untuk kuliahnya. Istrinya harus mengantrie di tempat pencucian umum untuk mencuci
baju guna menghemat biaya hidup keluarga.

Kata-kata yang dicetak miring dalam teks tersebut termasuk .…


A. kata kerja pasif
B. kata kerja tindakan
C. kata kerja mental
D. kata sifat
E. kata sambung

9. Cermatilah penggalan artikel di bawah ini!

Berdasarkan data atau dokumen yang ada di tiap-tiap daerah atau kota itu barangkali dapat
ditulis buku sejarah sastra Indonesia, yang menggambarkan lanskap produksi sastra di wilayah
Indonesia sejak awal hingga perkembangannya yang paling mutakhir. …, koleksi yang sekarang
ini (mungkin) sudah ada di dua institusi itu, ditambah lagi dengan dokumen yang (mungkin)
tersedia di Perpustakaan Nasional, dapat dijadikan sebagai sumber dokumen yang digunakan
untuk penulisan sejarah sastra Indonesia.

(Kompas, 18 Agustus 2018)

Kata penghubung antarkalimat yang tepat untuk mengisi bagian yang rumpang dalam penggalan
artikel di atas adalah ....
A. Maka dari itu
B. Oleh karena itu
C. Dengan demikian
D. Di samping itu
E. Atas dasar inilah

10. Cermati kutipan teks biografi berikut!


Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda pertama kali melancarkan serangan ke
Aceh.Belanda langsung membakar Masjid Baiturrahman. Cut Nyak Dien melihatnya
dan tidak tinggal diam. Ia langsung membangkitkan rasa perjuangan rakyat Aceh.
Pada saat itu, Kesultanan Aceh mampu memukul mundur penjajah Belanda. Namun
berikutnya, Belanda melancarkan serangan kembali pada tahun 1874-1880. Penjajah
Belanda berhasil menguasai Keraton Kesultanan Aceh tahun 1874. Karena hal itu
membuat rakyat Aceh tidak memiliki tempat yang aman untuk ditinggali, akhirnya
mereka memilih mengungsikan ibu-ibu dan anak-anak. Cut Nyak Dien termasuk
rombongan pengungsi. Sedangkan suaminya dan para lelaki lain berjuang bertempur
melawan Belanda guna merebut wilayah VI mukim Kesultanan Aceh.

Kata penghubung yang tepat untuk mengisi bagian yang rumpang pada teks di atas adalah ....
A. Pa saat itu, namun berikutnya
B. Namun berikutnya, pada saat itu
C. Oleh karena itu, pada saat itu)
D. Pada saat itu, oleh karena itu
E. Pada saat itu, dengan demikian

B. Soal Uraian Singkat

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Yang dimaksud dengan teks biografi adalah ....


2. Sebuah teks biografi ditulis orang karena di dalamnya mengandung ....
3. Perkenalan tentang di mana seorang tokoh dilahirkan, siapa orang tuanya, siapa istrinya,
siapa anaknya, di mana diia tinggal; dalam struktut teks biografi hal-hal tersebut termasuk ke
dalam bagian ....
4. Suatu simpulan dan rekemendasi tentang tokoh dalam struktur teks biografi adalah termasuk
bagian ....
5. Dalam teks biografi sering digunakan kata orang ketiga tunggal ia/dia yang digunakan untuk
merujuk pada ...
6. Dalam teks biografi, seorang tokoh melakukan tindakan atau perbuatan yang ditunjukkan
dengan penggunaan jenis kata kerja ....
7. Dalam teks biografi juga digunakan kata penghubung temporal. Kata penghubung tersebut di
antaranya adalah ....
8. Cermatilah penggalan teks biografi berikut!

Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Kartini. Dia
merupakan keturunan dari keluarga yang terpandang dan lahir pada tanggal 21 April
1879. Satu hal yang diwariskan oleh keluarganya adalah pendidikan.Kartini pernah
merasakan duduk dibangku sekolah dasar hingga ia tamat di sekolah dasar. Karakternya
yang haus akan ilmu pengetahuan, membuatnya untuk terus melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Namun, ayahnya tidak memberikan kepada Kartini untuk dapat melanjutkan
pendidikannya. Mengetahui sikap ayanya, Kartini sangat sedih. Namun dia tidak bisa
mengubah keputusan ayahnya.

Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/

Berdasarkan strukturnya, penggalan teks biorgrafi di atas termasuk bagian ....

9. Cermatilah penggalan teks biografi berikut!

Sesuai dengan Keppres No.108 Tahun 1964, Kartini resmi diberi gelar menjadi
seorang pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan
tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.
Namanya kini, diabadikan sebagai nama jalanan dibeberapa daerah di Indonesia.
Tidak hanya di kota-kota di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti di
kota Trecht, Venlo, Amsterdam, dan Harleem.
Dan bahkan WR. Supratman membuatkan sebuah lagu untuk mengenang jasa-jasa
yang sudah dilakukan oleh RA. Kartini. Lagunya berjudul “Ibu Kita Kartini”.

Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/

Berdasarkan strukturnya, penggalan teks biorgrafi di atas termasuk bagian ....

10. Cermatilah penggalan teks biografi berikut!

Kartini adalah seorang wanita Jawa yang mempunyai pandangan melebihi zamannya
pada saat itu. Meski dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan adat
istiadat. Pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun,
setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya.
Dia adalah salah satu wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa.
Surat-surat korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan
oleh Abendanon dengan judul “Door Duistemis Tot Licht” atau yang biasa kita kenal
sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Buku ini merupakan salah satu buku yang banyak menginspirasi wanita di Indonesia.
Tidak hanya wanita pada zamannya, namun hingga pada saat ini.

Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/

Hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh RA Kartini dalam penggalan teks biografi tersebut
adalah ....

C. Soal Pengamatan!

Cermatilah penggalan teks biografi berikut!

Dari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidikan dan kegigihan yang
dimilikinya untuk dapat meraih kesuksesan. Sambil bermain di belakang gedung
kepatihan, ia sering melakukan kegiatan-kegiatan yang pernah ia dapat di sakola.Yaitu
belajar membaca, belajar menulis, belajar bahasa Belanda, bersama anak-anak pembantu
di Kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannnya
sebagai media untuk mereka belajar bersama.
Waktu itu, Dewi Sartika baru berusia sekitar sepuluh tahun. Ketika Cicalengka
digemparkan oleh kemampuan baca tulis dan beberapa kalimat yang diucapkan oleh anak-
anak pembantu dengan menggunakan bahasa Belanda.Hal itu membuat masyarakat
menjadi heboh, karena pada saat itu belum ada anak-anak yang memiliki kemampuan
untuk berbahasa Belanda.
Setelah beranjak Remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung.
Jiwanya yang telah tumbuh menjadi dewasa semakin membawanya untuk dapat
mewujudkan cita-citanya.Hal ini di dorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara,
yang memang mempunyai keinginan yang sama dengan Dewi Sartika. Tetapi, meski
keinginan yang sama dengan pamannya, tidak menjadikan cita-cita tersebut dapat
terwujud dengan mudah.Karena pada saat itu terdapat adat yang mengekang kaum wanita.
Hal itulah yang membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir terhadap Dewi
Sartika.
Namun, karena kegigihan dan perjuangannya, akhirnya Dewi Sartika bisa
meyakinkan pamannya dan mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah untuk
perempuan.Sejak tahun 1902, Dewi Sartika sudah dapat merintis pendidikan bagi kaum
perempuan. Di sebuah ruangan kecil, tepatnya di belakang rumah ibunya di Bandung,
Dewi Sartika mengajar di hadapan beberapa anggota keluarganya yang
perempuan.Merendam memasak, membaca, menulis, jahit-menjahit menjadi materi
pelajaran pada saat itu.
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A Martanagara pada tanggal 16 Januari 1904,
Dewi Sartika membuka sebuah Sakola Istri yang merupakan sekolah perempuan pertama
se- Hindia Belanda.Tenaga pengajarnya ada 3 orang, yaitu Dewi Sartika sendiri dan
dibantu oleh dua saudaranya, Nyi Poerwa dan Nyi. Oewid, Murid-muridnya pada saat itu
terdiri dari 20 orang.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga
kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi ini dibeli oleh Dewi Sartika
dengan uang tabungannya sendiri. Serta bantuan dana dari Bupati Bandung.Lulusan
pertama keluar pada tahun 1909, bahasa Sunda lebih memenuhi syarat kelengkapan
sekolah formal.
Pada tahun-tahun berikutnya, dibeberapa wilayah di Pasundan bermunculan beberapa
sakola Istri, terutama sekolah yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang
mempunyai cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika.Pada tahun 1912 sudah berdiri
sembilan sakola Istri di kota-kota Kabupaten Se-Pasundan. Memasuki usia yang ke
sepuluh, nama sekolah ini diganti menjadi Sakola Keutamaan Istri.

Sumber: https://sahabatnesia.com/contoh-teks-biografi-beserta-strukturnya/

Setelah kamu mengamati penggalan teks di atas, analisislah unsur kebahasaan teks bioografi
tersebut! Tunjukkan bahwa dengan hasil analisis kebahasaan itu, maka teks tersebut termasuk
teks biografi!

Literasi

Carilah sebuah teks atau buku biografi seorang tokoh yang berada
di lingkungan tempat tinggalmu, dari internet atau sumber lain!
Kemudian bacalah dengan saksama! Analisislah struktur dan
unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks tersebut.Berikan
komentar Anda! Selamat mencoba! Salam Literasi!

Refleksi

Periksa kembali tujuan pembelajaran pada setiap subbab ini. Bagaimanakah penguasaanmu
terhadap setiap materi terkait denggan tujuan pembelajaran tersebut? Lengkapilah tabel berikut
dengan membubuhkan tanda (√) dan berikan penjelasan pada kolom keterangan!

Tingkat Penguasaan
No. Materi Keterangan
Kurang Cukup Baik

1 Menganalisis struktur teks


biografi

2 Menunjukkan hal-hal yang


dapat diteladani dari tokoh
dalam teks biografi

3 Mengungkapkan kembali hal-


hal yang dapat diteladani dari
tokoh
4. Menganalisis unsur kebahasaan
dalam teks biografi
4 Menyusun teks biografi

Apabila kamu sudah mencapai tingkat pemahaman cukup atau baik, maka kamu dapat
meneruskan dengan bab selanjutnya. Luar Biasa!
Tetapi apabila pemahaman kamu masih kurang, maka kamu harus mengulangi bab ini,
terutama bagian yang belum kamu pahami.
Selamat Mencoba Kembali!

INTERAKSI DENGAN ORANG TUA PESERTA DIDIK

Interaksi dengan orang tua dilakukan untuk mengomunikasikan hasil


belajar peserta didik kepada orang tua.Caranya, orang tua diminta
menandatangani dan memberi komentar lembar jawaban ulangan pada
bagian yang sudah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai