Anda di halaman 1dari 3

Nama: Aulia Rahmah

Kelas: XII Mipa 1


Bahasa Indonesia

HEMAT
Oleh: Sutardji Calzoum Bachri

dari hari ke hari


bunuh diri pelan pelan

dari tahun ke tahun


bertimbun luka di badan

maut menabungKu
segobang segobang.
Hakikat puisi
1. Sense
- Subjek matter: penyair, karena menggunakan kata ganti orang pertama yaitu
“menabungKu” dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama
- Tema: maut atau kematian
- Isi: berisikan tentang maut atau kematian yang bisa datang kapan saja dan sudah ada
ketentuannya
2. Feeling: perasaan penyair dalam puisi tersebut adalah takut dan resah karena maut yang seiap
hari semakin mendekat. Dan bisa datang kapan saja dan dimana saja
3. Tone: perasaan penikmat puisi setelah mendengar puisi tersebut adalah takut dan gelisah
karena maut bisa datang kapan saja dan dimana saja.
4. Intention: perbanyaklah amal ibadah sebagai bekal untuk diakhirat sebelum maut datang
menjemput

Metode puisi
1. Bait pertama
Dari hari ke hari
Bunuh diri pelan-pelan
- Makna: semakin hari umur semakin bertambah dan kematian semakin mendekat. Maut
datang secara perlahan
- Imajinasi: penglihatan
- Kata konkrit: bunuh diri = tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri
- Gaya bahasa: majas repitisi karena ada pengulangan kata hari dalam baris pertama bait
pertama
- Rima awal: a b
- Rima akhir: a b

2. Bait kedua
Dari tahun ke tahun
Bertimbun luka di badan
- Makna: Semakin lama, maut semakin dekat. Kematian akan mendatangi siapa saja dan
dalam keadaan apapun. Dan kematian merupakan rasa sakit yang paling sakit dalam dunia
ini.
- Imajinasi: penglihatan dan perasaan
- Kata konkrit: luka = lecet, belah pada kulit
- Gaya bahasa: majas repetisi karena ada pengulangan kata tahun pada baris pertama bait
kedua
- Rima awal: a b
- Rima akhir: a a

3. Bait ketiga
Maut menabungKu
Segombang-gombang
- Makna: maut atau kematian merupakan takdir manusia yang telah ditetapkan sejak dalam
kandungan yang tidak dapat dirubah oleh siapapun
- Imajinasi: perasaan
- Kata konkrit: menabung = menyimpan uang, Gobang = guci besar
- Gaya bahasa: majas personifikasi karena tidak ada maut yang bisa menabung dan
menabung hanya dapat dilakukan oleh manusia
- Rima awal: a b
- Rima akhir: a b

Kritik
Puisi hemat karya Sutardji Calzoum Bachri memiliki makna dan tujuan yang bagus akan tetapi
cara penyampaian makna dari puisi tersebut masih sulit dipahami oleh penikmat puisi sehingga
sulit untuk mengetahui tujuan dari puisi tersebut. Selain itu judul dari puisi tersebut juga
melenceng dari makna puisi yang bertemakan maut. Sebaiknya penyair menggunakan judul yang
berhubungan dari tema puisi tersebut sehingga mudah untuk mencari tujuan dan makna dari
puisi tersebut.

Esai
Puisi hemat karya Sutardji Calzoum Bachri berisikan tentang kematian yang semakin hari
semakin dekat yang bisa datang kapan saja dan dimana saja. Makna puisi disampaikan oleh
sutardji secara tersirat.
Pada bait pertama penyair bertujuan untuk memberitahu kepada pembaca atau penikmat
puisi bahwa setiap hari maut semakin mendekat kepada kita. Maut datang secara perlahan.
Pada bait kedua penyair bertujuan untuk mengingatan kepada manusia bahwa Maut akan
mendatangi manusia dalam keadaan apapun. Kematian merupakan rasa sakit yang paling sakit
dalam dunia. oleh sebab itu kita harus menggunakan waktu sebaikm mungkin.
Pada bait ketiga penyair menjelaskan bahwa pertemuan manusia dengan maut sudah ada
ketentuannya, maut sudah ada dalam diri manusia sejak manusia hidup yang merupakan takdir
Tuhan yang tidak dapat diubah. Penyair mengajak manusia agar selalu beribadah kepada Tuhan
untuk bekal di akhirat nanti.
Meskipun kata-kata dari puisi karya sutardji tersebut sulit untuk dipahami, puisi tersebut
memiliki makna yang mendalam yang mengingatkan kita akan kematian dan tidak ada yang kekal
di dunia ini. Oleh karena itu kita harus selalu bersyukur dan beribadah kepada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai