Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PUISI DERAI-DERAI CEMARA KARYA CHAIRIL ANWAR

MENGGUNAKAN PENDEKATAN OBJEKTIF

DERAI-DERAI CEMARA

(Karya: Chairil Anwar)

Cemara menderai sampai jauh

Terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan ditingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada satu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

1994
A. UNSUR LAHIR

1. Wujud puisi

Puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar ini terdiri dari tiga

bait, setiap bait terdiri dari empat baris. Dalam puisi ini pengarang

menggunakan rima dengan akhiran a-b-a-b dari bait pertama sampai bait

ketiga. Kata-kata yang digunakan dalam sajak ini kebanyakan diisi dengan

simbol, citraan, gaya bahasa, dan sarana puitis. Sarana puitis inilah yang

digunakan pleh pengarang untuk menggambarkan hidupnya yang semakin

lemah.

2. Diksi

Pilihan kata yang digunakan dalam puisi derai-derai cemara

cenderung sederahana dan terkesan dingin, sehingga pembaca seakan di

bawa ke suasana menderita. Dapat dilihat beberapa pilihan kata yang

dalam puisi diantaranya, Terasa hari akan jadi malam pengarang

menggunaakan kata yang tepat dalam menggambarkan perubahan

manusia menuju kepada sang maut.

3. Gaya Bahasa

Pada puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar sederhana,

namun terdapat beberapa baris disana yang menggunakan gaya bahasa

atau majas.

a. Majas Personifikasi (perumpamaan benda mati sebagai makhluk hidup)

“Dipukul angin yang terpendam”

Kalimat tersebut menggunakan majas personifikasi karena yang

sifatnya bisa memukul adalah manusia bukan angin.


b. Majas Alegori (menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau

penggambaran)

“Hidup hanya menunda kekalahan”

Kalimat tersebut menggunaan majas alegori karena memiliki makna

bahwa hidup itu berarti sia-sia.

4. Kata kongkret

Pemilihan kata yang digunakan pengarang sangat lugas dan

jelas, seperti pernyataan Terasa hari akan jadi malam yang pasti langsung

merujuk kepada perubahan menuju akhir, entah itu kaitannya dengan hidup

ataupun pada makna yang sebenarnya.

5. Citraan

Dalam puisi derai-derai cemara, chairil anwar dan si aku sangat

yakin bahwa segala yang bernyawa pasti mati yang menjadi makna pokok

puisi ini dengan mengangkat tema eksistensikefanaan makhluk. Dalam

puisi derai derai cemara terdiri dari tiga bait dan setiap baitnya terdiri dari

empat larik. Dalam membangun sebuah citraan biasanya terdiri dari dua

garis besar yaitu dengan cara mendeskripsikan dan dengan cara metafora.

B. UNSUR BATIN

1. Tema

Puisi karya chairil anwar yang bertema derai-derai cemara ini

menjelaskan tentang perjalanan seseorang yang mengalami fase

perubahan dalam diri manusia, perhatikan pada bait pertama baris yang

berbunyi terasa hari akan jadi malam menurut penyusun makna yang

tersirat darinya adalah mengenai perubahan manusia menuju usia tua,


kemudian penyair menegaskannya kembali pada bait selanjutnya yaitu

pada baris yang berbunyi sudah berapa waktu bukan kanak lagi baris

tersebut menegaskan si aku yang sudah bukan kanak-kanak.

Penyair kemudian menyimpulkan puisinya pada bait ke-3 pada

baris yang berbunyi hidup hanya menunda kekalahan kemudian sebelum

pada akhirnya kita menyerah. Menyerah terhadap takdir dan menyerah

terhadap hidup itu sendiri.

2. Nada

Pada puisi karya chairil anwar sikap pengarang terhadap

pembaca adalah iba atau lebih tepatnya mengadu, perhatikan bait ke -2

disana terdapat pernyataan mengenai si aku yang sudah berubah dan tidak

seperti dahulu.

3. Suasana

Suasana dalam puisi derai-derai cemara adalah sedih, sikap itu

dapat terasa dari tiap bait dalam puisi. Pada bait pertama si aku sadar

hidupnya sudah tidak muda lagi, tersirat dalam baris terasa hari akan jadi

malam, lalu pada bait kedua penyair menjelaskan bahwa si aku sudah dapat

menahan diri, menahan emosi pada baris yang berbunyi aku sekarang

orangnya bisa tahan, kemudian keterangan yang menegaskan kembali

bahwa ia sudah tidak muda sudah berapa waktu bukan kanak lagi,

kemudian pada bait terakhir pengarang menyimpulkan semuanya dalam

baris yang berbunyi hidup hanya menunda kekalahan .kemudian sebelum

pada akhirnya kita menyerah.


4. Pengimajinasian

Pengarang sudah mencapai tingkat pengalaman jiwa yang

pertama karena apa yang sedang dirasakan oleh pengarang, dia mampu

menuangkannya dalam rangkaian kata-kata yang indah dengan pilihan

diksi yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu pengarang telah

memberikan imajinasi atau daya bayang kepada pembaca.

Imajinasi visual dapat dirasakan pada bait ke-1. Disana pembaca

akan dapat membayangkan sebuah pohon cemara dalam suasana senja

menuju malam, dan beberapa dahannya merapuh. imajinasi taktil dapat

disarasakan pada bait ke-3. Disana pembaca akan lebih digiring kepada

imajinasi perasaan, karena pada bait tersebut dominan menggunakan kata

sifat dan kata kerja dibanding kata benda.

5. Amanat

Dalam puisi ini pengerang ingin memberitahukan kepada

pembaca bahwa kehidupan manusia itu pada dasarnya pasti akan berakhir,

dan kematian merupakan bentuk kekalahan manusia. Manusia tidak dapat

mengelak, karena kematian merupakan ketentuan yang harus diterima dari

allah swt.
C. INTERPRETASI PUISI

1. Bait Pertama

a. Baris pertama

“Cemara menderai sampai jauh”

Cemara merupakan pohon yang berbatang tinggi, lurus, daunnya

kecil-kecil seperti lidi dan mudah terhempas oleh angin. Menderai

sendiri maknanya berjatuhan atau berguguran. Cemara menerai sampai

jauh disini maksutnya bahwa dedaunan cemara yang jatuh berguguran,

seolah-olah menceritakan sebuah perjalanan kehidupan yang mulai

lelah.

b. Baris kedua

“Terasa hari akan jadi malam”

Malam sendiri identik dengan kesunyian, kegelapan, waktu untuk

istirahat, dan akhir dari sebuag kejadian yang terjadi hari ini. Terasa hari

akan jadi malam merupakan penggambaran tentang perjalanan hidup

yang pasti akan selalu berakhir dan semua yang bernyawa pasti akan

mati.

c. Baris ketiga

“Ada beberapa dahan di tingkap merapuh”

Tingkap sendiri artinya jendela yang berada di atap (di dinding

dan sebagainya). Sedangkan dahan bermakna sebagai keyakinan

pengarang yang ingin hidup lebih lama dan melawan kematian.

Sementara merapuh karena dahan itu (keyakinan) pengarang yang

ingin hidup lebih lama semakin merapuh.


d. Baris keempat

“Dipukul angin yang terpendam”

Angin digambarkan tentang segala cobaan dan kepahitan hidup

yang dialami oleh pengarang. Dipukul angin yang terpendam, mungkin

disini maksutnya pengarang ingin mengatakan sesuatu pada seseorang

tetapi tidak pernah bisa dikatakan, seperti tertahan ditenggorokannya.

Pengarang hanya bisa memendam perasaannya, hal ini menyebabkan

pertentangan batin yang memukul dahan (keyakinan) yang merapuh

dari dalam diri pengarang.

2. Bait Kedua

a. Baris pertama

“Aku sekarang orangnya bisa tahan”

Pengarang saat ini sudah tahan dengan keadaan (segala cobaan

dan kepahitan hidup) yang pengarang pernah alami sebelumnya.

b. Baris kedua

“Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi”

Menggambarkan tentang pandangan yang terjadi saat

pengarang masih kanak-kanak dan pandangan itu tidak ada

keterkaitannya ketika dia telah beranjak dewasa atau meninggalkan

masa kanak-kanaknya. Sekarang pengarang sudah didewasakan oleh

keadaan dimana dia pernah merasakan pengalaman pahit, rapuh dan

dia sudah bisa menerima keadaan jika sesuatu yang dia inginkan tidak

semuanya bisa didapatkan atau dimiliki.


c. Baris ketiga

“Tapi dulu memang ada suatu bahan”

Pernyataan pengarang bahwa dia mempunyai pengalaman yang

mampu mendewasakannya. Dia juga mempunyai cita-cita atau

pandangan hidup pada masa kecilnya.

d. Baris keempat

“Yang bukan dasar perhitungan kini”

Apa yang dicita-citakan pengarang pada waktu kecil tidak terjadi

pada masa sekarang (saat dewasa), dan pandangan tentang hidupnya

telah berbeda dari apa yang pernah pengarang pikirkan saat dia masih

kanak-kanak.

3. Bait Ketiga

a. Baris pertama

“Hidup hanya menunda kekalahan”

Kekalahan adalah simbol suatu kepasrahan dan sangat identik

dengan keputusasaan, penderitaan bahkan kematian. Pengarang

menyadari bahwa kehidupan manusia pasti akan berakhir. Kematian

merupakan bentuk kekalahan manusia. Manusia tidak bisa mengelak,

karena kematian merupakan ketentuan yang harus diterima dari Allah

Swt.

b. Baris kedua

“Tambah terasing dari cinta sekolah rendah”

Cita-cita penyair pada masa kanak-kanak begitu cemerlang

namun dia selalu mengalami penderitaan (cobaan) dalam hidupnya.

Pada kata “terasing” menceritakan tentang rencana pengarang tentang


cita-cita atau tujuan hidupnya, namun berbeda dengan apa yang

diharapkan, sehingga membawa dia ke dunia yang dianggap asing dan

pada akhirnya berujung pada kepasrahan atau menyerah pada

kematian.

c. Baris ketiga

“Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan”

Pengarang ingin berbagi kegetiran hidup, ingin mengatakan cinta

tetapi tidak berani untuk mengungkapkannya dan hanya memendam

semua itu dalam jiwanya. Semuanya dia simpan sendiri tidak ingin

diucapkan atau memang tidak bisa diucapkan kepada orang lain.

d. Baris keempat

“Sebelum pada akhirnya kita menyerah”

Pengarang merasakan lelah, raganya tidak kuat lagi dan

memutuskan untuk berhenti memperjuangkan apa yang diinginkan

karena pada dasarnya tidak semua yang diinginkan bisa dimiliki.

Pengarang sudah berjuang sekuat tenaga, tetapi tetap saja tidak bisa

dan pada akhirnya dia merasa sudah waktunya untuk menyerah. Segala

sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti akan berakhir, dan setiap yang

bernyawa pasti akan mati.

D. KESUMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa puisi derai-derai cemara ini menggambarkan

seseorang merupakan penggambaran sebuah kesadaran tentang sebuah

perjalanan hidup manusia dan rapuh. Setiap perjalanan manusia pasti akan

berakhir. Semua yang bernyawa pasti akan mati apabila telah tiba pada

waktunya.
DAFTA PUSTAKA

Endraswara, Suwardi, 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:

CAPS.

https://gasbanter.com/kumpulan-puisi-karya-chairil-anwar/

http://apeachperfect.blogspot.com/2017/10/analisis-puisi-derai-derai-

cemara.html

https://bahanajar.uhamka.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/KAJIAN-

PUISI.pdf

https://www.kompasiana.com/yogik/550ac7d38133111178b1e312/analisi

s-sajak-derai-derai-cemara-karya-chairil-anwar-pendekatan-semiotika-

riffaterre

http://digilib.isi.ac.id/2615/8/JURNAL.pdf

Anda mungkin juga menyukai