Anda di halaman 1dari 10

Contoh Puisi dengan Unsur-Unsur 3.

Perasaan:
Intrinsik dan Ekstrinsiknya Perasaan berhubungan dengan suasana hati
penyair. Dalam puisi
”Doa” gambaran perasaan penyair adalah
perasaan terharu dan rindu.
DOA Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang
digunakan antara lain:
Tuhanku termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang
Dalam termenung bentuk, remuk, Aku tak bisa
Aku masih menyebut nama-Mu berpaling.
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh 4. Amanat:
Caya-Mu panas suci Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar
Tuhanku menghayati hidup dan selalu merasa dekat
Aku hilang bentuk dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat
Remuk tersebut, pembaca bisa merenung (termenung)
Tuhanku seperti yang dicontohkan penyair.
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya
Di Pintu-Mu aku mengetuk hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di
Aku tidak bisa berpaling negeri asing” yang suatu saat akan kembali
(Karya: Chairil Anwar) juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait
terakhir sebagai berikut:
Tuhanku,
1. Tema: Ketuhanan
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
2. Nada dan Suasana: Aku tidak bisa berpaling

Nama berarti sikap penyair terhadap pokok


persoalan (feeling) atau sikap penyair
terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti
keadaan perasaan pembaca sebagai akibat
pembacaan puisi. Nada yang berhubungan
dengan tema ketuhanan menggambarkan
betapa dekatnya hubungan penyair dengan
Tuhannya.

Berhubungan dengan pembaca, maka puisi


“Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar
pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak
bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena
itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan.
Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah
“pengembaraan di negeri asing”.
KARANGAN BUNGA ● Tiga anak kecil: tiga tuntunan rakyat yang
mekar dan baru lahir.
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu ● Pita hitam sebagai tanda berduka
Datang ke Salemba cita/berkabung.
Sore itu ● Kakak kami berarti orang yang dianggap
sebagai kakak. ( AR Hakim)
“Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga ● Salemba: markas mahasiswa UI yang
Sebab kami ikut berduka tergabung dalam KAMI
Bagi kakak yang ditembak mati
siang tadi”. ■ Majas
(Karya: Taufiq Ismail)
● Datang ke Salemba: Alegori
1. Tema: Kepahlawanan
● Pita hitam pada karangan bunga: Metafora
2. Amanat: Kita harus menghargai jasa para
pahlawan dan Kita harus meneruskan
perjuangan para pahlawan.
3. Sudut Pandang: Orang ketiga
4. Nada dan suasana: Nada sedih
menimbulkan suasana duka
5. Tipografi: Bentuknya rapi, terdiri dari 2
bait, bait pertama terdiri dari 4
baris, bait kedua terdiri dari 5 baris.
6. Irama:
Bait pertama bersajak a b c b
Bait kedua bersajak a a a b b
7. Penginderaan/Citraan/Imaji
Penglihatan:
● bait pertama baris 1-4
● bait kedua baris 1-2
● bait kedua baris 4-5
Perasaan:
● bait kedua baris 3
8. Bahasa:
■ Ungkapan/Pilihan Kata
BERDIRI AKU 3. Amanat:

Berdiri aku di senja senyap Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan
Camar melayang menepis buih pemikiranya untuk yang membacanya supaya
Melayah bakau mengurai puncak menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena
Berjulang dating ubur terkembang hanya dialah yang mampu memberi kepastian
dalam kehidupan di dunia ini.
Angin pulang menyeduk bumi 4. Tipograf/Tata Wajah:
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi Tipografi dalam sajak ini penyair
Berayun-ayun di atas alas memanfaatkan margin halaman kertas dan
dalam penulisan sajak ini. Penyair begitu
Benang raja mencelup ujung memperhatikan EYD.
Naik marak menggerak corak
Elang leka sayap tergulung 5. Diksi:
Dimabuk warna berarak-arak
Kata-kata seperti, senyap, mengurai,
mengempas, berayun-ayun dan sayap
Dalam rupa maha sempurna
tergulung identik dengan kesunyian. Kata-kata
Rindu-sendu mengharu kalbu
tersebut membentuk makna kesendirian yang
Ingin datang merasa sentosa
ingin digambarkan pengarang. Kata “maha
Menyecap hidup bertentu tuju.
sempurna” dalam akhir bait juga merupakan
(Karya: Amir Hamzah)
arti konotasi dari tuhan yang maha sempurna.
1. Tema:
Kata “mengecap” memiliki arti yang ingin
■ Tema Umum dirasakan. Permainan kata-kata yang
digunakan yang ditulis memang sebuah
Tema umum dari sajak ini adalah kesedihan. misteri untuk menyembunyikan ide
pengarang.
■ Tema Khusus
6. Citraan:
Sajak “Berdiri Aku” ini merupakan ekspresi
kesedihan yang ditampilkan penyair dengan Sajak Berdiri Aku ini menimbulkan imaji
suasana sunyi. Kesedihan ini tidak lain penglihatan ”visualimagery”, seolah-olah kita
dikarenakan oleh perpisahannya melihat suasana pantai yang indah. Dalam
dengankekasihnya dan dia harus pulang ke kalimat pertama imaji kita akan merasakan
Medan dan menikah dengan putrid pamannya. kesejukan dengan kata-kata tersebut tetapi
Perasan sedih yang sangat mendalam satyang angin itulah yang menghempaskan
digambarkan penyair dengan suasana sunyi harapan dan membawa lari sehingga yang
pantai disore hari. Dengan demikian penyair terasa hanyalah sunyi yang semakin dalam.
hanya mampu melihat keindahan alam sekitar Dengan berbagai citraan yang mampu
karena kebahagiaannya dan harapan telah ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut
hilang. merasakan apa yang ditulis oleh penyair
dengan inderanya sendiri.
2. Feeling atau Rasa:
Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap
pesimis penyair dalam mengadapi
permasalahan hidupnya, sikap pesimis ini
mejadikannya melankolis.
IBU Yaitu pilihan kata sebagai simbol, hal ini
karena bukan makna yang sebenarnya. Pada
kalau aku merantau lalu datang musim sajak “Ibu” terdapat diksi pada kata gua
kemarau pertapaanku sebagai simbol makna kehidupan
sumur-sumur kering, daunan pun gugur di dalam kandungan. Kemudian kata
bersama reranting pahlawan adalah sebagai simbol seseorang
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap yang telah berjasa besar dan telah rela
lancar mengalir berkorban. Kata bidadari juga menyiratkan
suatu simbol kecantikan lahiriah maupun
bila aku merantau keelokan akhlak/budi pekerti. Dan kata
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku bianglala adalah pelangi sebagai suatu simbol
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari- keindahan.
sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar 3. Majas:
Adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang
Ibu adalah gua pertapaanku menunjukkan kepiawaian penyair. Pada sajak
dan ibulah yang meletakkan aku disini “Ibu” pengarang menggunakan majas
saat bunga kembang menyerbak bau sayang perbandingan yang disebut metafora.
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti 4. Imaji (pencitraan):

bila kasihmu ibarat samudra Yakni pembayangan kembali (reproduksi


sempit lautan teduh mental suatu ingatan) terhadap pengalaman
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri sensasional (perasaan) dan pengalaman
tempatku berlayar, menebar pukat dan persepsional (fikiran). Pencitraan pada sajak
melempar sauh “Ibu” berupa imaji visual yaitu pembayangan
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua kembali pengalaman sensasional-perseptual
bagiku terhadap gambaran yang nampak, terdapat
kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan pada: sumur-sumur, daunan, reranting,
namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu mataair, airmata, ibu, mayang siwalan, bunga,
lantaran aku tahu langit, bumi, samudra, lautan, lumut, diri,
engkau ibu dan aku anakmu pukat, sauh, lokan-lokan, mutiara, kembang
laut, bidadari, bianglala.Kemudian imaji
bila aku berlayar lalu datang angin sakal gerakan yaitu pembayangan kembali
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal pengalaman sensasional-perseptual yang
berhubungan dengan gerakan, terdapat pada:
Ibulah itu, bidadari yang berselendang merantau, mengalir, ronta, meletakkan,
bianglala menunjuk, mengangguk, mandi, mencuci,
sesekali datang padaku berlayar, menebar, melempar, ditanya,
menyuruhku menulis langit biru kusebut, tunjukkan, berselendang, dan
dengan sajakku. menulis.
1. Rima:Adalah persamaan bunyi yang
5.Amanat:Amanat penyair yang disampaikan
terdapat pada larik-larik sajak. Pada sajak
dalam sajak Ibu adalah ajakan menyukuri nikmat
“Ibu” tampak terutama berupa dominasi
karunia Tuhan lewat sosok dan peranan seorang
rima akhir, walau juga terdapat rima
ibu, yang kasih sayangnya diibaratkan sepanjang
tengah. jalan bila dibanding bakti anak yang hanya
sepanjang galah.
2. Diksi: KARAWANG BEKASI
sisimu
Kami yang kini terbaring antara Krawang- Aku sekarang api aku sekarang laut
Bekasi Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
lagi. Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru & berlabuh
kami, terbayang kami maju (Karya: Chairil Anwar)
dan mendegap hati? 1. Tema:
Kami bicara padamu dalam hening di malam
sepi Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang mengambil tema “Perjuangan”
berdetak 2. Diksi:
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi
debu. Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam
Kenang, kenanglah kami. puisi tersebut adalah makna konotasi dan
Kami sudah coba apa yang kami bisa makna denotasi.
Tapi kerja belum selesai, belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa 3. Majas:
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Majas yang digunakan dalam puisi Karawang
Tapi adalah kepunyaanmu
Bekasi adalah Majas Metafora, adapun
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
kutipan dalam puisi tersebut adalah “Aku
berserakan
sekarang api aku sekarang laut”, Sang Penyair
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
mengibaratkan dirinya seperti laut dan
kemenangan
api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang
dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
selalu membakar dan panas.
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata 4. Rima:
Kami bicara padamu dalam hening di malam
sepi Adapun Rima yang digunakan adalah sebagai
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berikut :
berdetak
Kenang, kenanglah kami ● Pada bait pertama terdapat rima sempurna
Teruskan, teruskan jiwa kami dan bersajak {aaaa}
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung ● Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan
Hatta,menjaga Bung Sjahrir bersajak {ab-aa}, dan ada perulangan kata
Kami sekarang mayat “Kami”
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan ● Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan
impian bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”.

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang- ● Pada bait ke empat terdapat rima tertutup
tulang diliputi debu dan bersajak {bab}.
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
● Pada bait ke lima terdapat rima sempurna
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin
(berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu ● Pada bait ke enam terdapat rima rangkai
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu bersajak {aaaa}
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di
● Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk Bagai daun yang melayang.
dan pengulangan kata aku dan kami. Bagai burung dalam angin.
Bagai ikan dalam pusaran.
5. Amanat: Ingin kudengar beritamu!
● Kita harus menghargai perjuangan para 2
pahlawan Ketika melewati kali
terbayang gelakmu.
● Kita harus bekerja keras untuk mencapai Ketika melewati rumputan
cita-cita yang kita inginkan. terbayang segala kenangan.
Awan lewat indah sekali.
● Semangat perjuangan harus selalu Angin datang lembut sekali.
mengelora meskibun berada di daerah yang Gambar-gambar di rumah penuh arti.
dianggap kecil. Pintu pun kubuka lebar-lebar.
Ketika aku duduk makan
kuingin benar bersama dirimu.
(Karya: W.S. Rendra)

1. Tema:
Tema dari puisi Serenada Kelabu ini adalah
kerinduan yang mendalam dalam diri
seseorang.
2. Diksi (pilihan kata):
Dalam puisi ini, Rendra menggunakan pilihan
kata yang tepat sehingga menimbulkan
daya/kekuatan yang diinginkannya. Seperti
pada bait Ketika melewati kali terbayang
gelakmu. Penyair memilih kata gelak untuk
menggantikan kata tawa, dengan tujuan untuk
menambah nilai estetis puisi. Diksi (pilihan
kata) dalam puisi ini cukup sederhana, namun
dalam kesederhanaan itulah letak kekuatan
dan keindahan puisi Serenada Kelabu ini.
4. Rima:
Rima adalah pengulangan bunyi untuk
membentuk keindahan bunyi. Dalam puisi
Serenada Kelabu ini, Rendra juga bermain
dengan bunyi untuk mencapai keindahan.
Seperti pada bait berikut ini, Rendra
memanfaatkan rima akhir –an untuk
menambah nilai estetis puisi.

SERENADA KELABU
Ketika melewati rumputan
1
terbayang segala kenangan. Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Rima akhir dengan vocal –i juga membantu ada beberapa dahan ditingkap merapuh
menambah nilai keindahan puisi: dipukul angin yang terpendam
Awan lewat indah sekali.
aku sekarang orangnya bisa tahan
Angin datang lembut sekali. sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada satu bahan
Gambar-gambar di rumah penuh arti. yang bukan dasar perhitungan kini
5. Tipografi:
hidup hanya menunda kekalahan
Tipografi adalah penataan bentuk larik/baris tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dalam puisi yang dapat menambah aspek dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
kekuatan makna dan ekspresi penyair. Dalam sebelum pada akhirnya kita menyerah
hal ini, puisi Serenada Kelabu memiliki 1994
tipografi atau bentuk yang biasa, Rendra tidak (Karya: Chairil Anwar)
melakukan eksperimen pada bentuk puisi. 1. Tema: Perubahan dalam diri manusia yang
Namun isi dan unsur lain yang terkandung terpisah dari kehidupan masa lalu.
dalam puisi ini sudah cukup untuk menjadi
2. Rasa: sedih.
kekuatan makna dan ekspresi Rendra.
3. Nada: iba atau merengek.
4. Amanat: kehidupan hanyalah perjalanan
yang keras untuk ditempuh dan setiap
manusia akan mati dengan tenang kalau apa
yang harapkannya tercapai.
5. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini
sangat sederhana dan dingin, sehingga
pembaca seolah-olah mengalami pesakitan
yang dialami oleh pengarang.
6. Imajinasi: imajinasi yang digunakan oleh
pengarang sangat tinggi walaupun
menggunakan kata-kata yang sederhana tetapi
sangat menyentuh hati pembaca.
7. Kata-kata konkret: kata-kata yang jika
dilihat secara denotative sama, tetapi secara
konotatif tidak sama, bergantung pada situasi
dan kondisi pemakainya.
8. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan
pengarang dalam sajak ini sangat sederhana,
dan dengan kesederhanaan itu pengarang
mencapai kepada klimaks yang ingin
disampaikan.
DERAI-DERAI CEMARA 9. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu
tinggi-tidak juga rendah.
10. Rima: unsur bunyi dalam sajak ini sangat Kepengecutan
dingin sehingga menimbulkan kemerduan Dilakukan
puisi, dan dapat memberikan efek terhadap
makna, nada dan suasana puisi tersebut. Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari

Dan pelor pembayar pajak


Negeri ini

Ditembuskan ke punggung
Anak-anaknya sendiri
(Karya: Taufiq Ismail)
1. Tema: keprihatinan terhadap suatu kondisi
Negara.
2. Rasa: prihatin mengingat kejadian yang
telah terjadi.
3. Nada: sedih.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini
menggunakan makna konotasi atau tidak
menggunakan kata yang sebenarnya seperti
layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan
pengarang dalam sajak ini sangat sederhana,
dan dengan kesederhanaan itu pengarang
mencapai kepada klimaks yang ingin
disampaikan.
6. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu
tinggi-tidak juga rendah.

JALAN SEGARA PADAMU JUA

Di sinilah penembakan Habis kikis


mencapai kepada klimaks yang ingin
segala cintaku hilang terbang disampaikan.
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu 6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu
tinggi-tidak juga rendah.
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.

Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.

Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar


sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
(Karya: Amir Hamzah)
1. Tema: penantian.
2. Rasa: kesedihan.
3. Nada: sedih.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini
menggunakan makna konotasi atau tidak
menggunakan kata yang sebenarnya seperti
layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan
pengarang dalam puisi ini sangat sederhana,
KITA ADALAH PEMILIH SYAH
dan dengan kesederhanaan itu pengarang
REPUBLIK INI
Tidak ada lagi pilihan
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
berarti hancur

apakah akan kita jual keyakinan kita


dalam pengabdian tanpa harga
akan maukah kita duduk satu meja
dengan para pembunuh tahun yang lalu
dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku!”

Tidak ada lagi pilihan


Kita harus berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu,


Yang di tepi jalan mengacungkan tangan untuk
oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahan hidup
sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya
merdeka
Kita yang tak punya dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan
Kita harus berjalan terus
(Karya: Taufiq Ismail dari Tirani dan Benteng, 1993
1. Tema: perjuangan.
2. Rasa: semangat.
3. Nada: keras dan penuh semangat.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini
menggunakan makna konotasi atau tidak
menggunakan kata yang sebenarnya seperti
layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan
pengarang dalam puisi ini sangat sederhana,
dan dengan kesederhanaan itu pengarang
mencapai kepada klimaks yang ingin
disampaikan.
6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu
tinggi-tidak juga rendah.

Anda mungkin juga menyukai