Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alya Shafira Nur Rozaq Romadhoni

Kelas : PBSI B
NIM : 21201241076
Tugas analisis unsur intrinsik puisi
Kepada Peminta-Minta
Karya: Chairil Anwar
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Unsur intrinsik terdiri dari unsur fisik dan batin. Unsur fisik meliputi: diksi, imaji, kata konkret,
rima, gaya bahasa, dan tipografi. Sedangkan unsur batin meliputi: tema, rasa, nada, dan amanat.
Unsur Fisik
A. Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata untuk menemukan kata yang tepat dan sesuai dengan
bentuk dan tema puisi. Kata yang dipilih dapat berupa kata denotatif atau konotatif. Puisi
“Kepada Peminta-Minta” menggunakan kata konotatif yang dapat kita temukan pada
setiap barisnya. Pilihan kata (diksi) dalam puisi ini memiliki efek kecewa, menyerah,
lelah terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu terlihat dari penggunaan kata menyerahkan
diri, tentang, tercacar, meleleh, luka, menghempas, mengerang, menetes, mengganggu,
menghempas, terasa pedas, dan mengaum di telinga.
B. Imaji
Imaji adalah kata atau susunan kata yang menggambarkan seolah-olah objek yang
dicitrakan dapat dilihat. Puisi “Kepada Peminta-Minta” menggunakan enam jenis imaji
yang terdiri dari imaji visual, auditif, taktil, rabaan, cecapan, dan gerak.
1. Imaji visual ditunjukkan pada baris 1 dan 10. Baris pertama yaitu Baik, baik aku akan
menghadap Dia. Sedangkan baris 10 yaitu Mengerang tiap kau memandang. Kata
menghadap dan memandang menyimbolkan imaji visual.
2. Imaji auditif ditunjukkan pada baris 9 dan 16. Baris 9 yaitu Bersuara tiap kau
melangkah. Sedangkan baris 16 yaitu Mengaum di telingaku. Kata bersuara dan
mengaum termasuk imaji pendengaran karena dapat dirasakan oleh indera
pendengaran.
3. Imaji taktil ditunjukkan pada baris 3 dan 4. Baris 3 yaitu Tapi jangan tentang lagi
aku. Sedangkan baris 4 yaitu Nanti darahku jadi beku. Kedua kalimat tersebut
mempengaruhi pembaca untuk ikut merasakan kesal terhadap sikap peminta-minta.
4. Imaji rabaan ditunjukkan pada baris 8 yaitu Sambil berjalan kau usap juga. Kata usap
memberi efek pada indera peraba (kulit).
5. Imaji cecapan
Imaji cecapan ditunjukkan pada baris 15 yaitu Di bibirku terasa pedas. Dalam baris
tersebut terdapat kata pedas yang mana rasa pedas dapat dirasakan oleh indera
pengecap.
6. Imaji gerak
Imaji gerak ditunjukkan pada baris 8, 9, 12, dan 14. Baris 8 yaitu Sambil berjalan kau
usap juga. Baris 9 yaitu Bersuara tiap kau melangkah. Baris 12 yaitu Sembarang kau
merebah. Baris 14 yaitu Menghempas aku di bumi keras. Kata berjalan, melangkah,
merebah, dan menghempas menunjukkan gambaran gerak pada umumnya.
C. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Pada puisi ini kata
konkret ditunjukkan seperti pada kata berjalan, melangkah, menghempas, merebah.
Kata-kata tersebut menunjukkan imaji gerak.
D. Rima
Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan dominan dengan adanya vocal /a/ dan
/u/. Sedangkan bunyi konsonan didominasi oleh bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat
pada baris 1, 2, 5, 6, 7, 8, 17, dan 18. Misalnya, pada baris kelima yaitu: Jangan lagi kau
bercerita, pada baris keenam: Sudah tercacar semua di muka. Sedangkan asonansi u
terdapat pada baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris 19 yaitu: Tapi jangan
lagi tentang aku, pada baris 20: Nanti darahku jadi beku. Adanya asonansi a pada baris
lima dan enam serta asonansi u pada baris 19 dan 20 menandakan bahwa puisi ini
memiliki irama yang tetap dan teratur yaitu irama vokal aauu. Sedangkan aliterasi d
terdapat pada baris 1, 2, 4, 7, 10, 11, 13, dan 15 yakni pada kata: menghadap, Dia, diri,
dosa, darahku, dari, memandang, datang, dalam, dan pedas. Aliterasi k banyak
digunakan pada puisi ini. Beberapa di antaranya terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 13,
dan 14 yakni pada kata: baik, aku, akan, menyerahkan, darahku, beku, kau, muka, luka,
melangkah, mimpiku, dan keras. Aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 6, 9, 10, 11, 15, dan
16 yaitu: tapi, tentang, bercerita, tercacar, tiap, datang, terasa, dan di telingaku. Selain
adanya asonansi dan aliterasi, terdapat pula pengulangan rima yang teratur dalam puisi
ini. Baris pertama dan kedua berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a. Sedangkan
baris tiga dan empat berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga terbentuk
rima yang teratur yaitu aabb.
E. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bentuk pengekspresian gagasan atau imajinasi yang sesuai dengan
tujuan dan efek yang akan diciptakan. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini
adalah majas hiperbola dan repetisi. Majas hiperbola terlihat pada baris 4 dan 20 yang
yaitu Nanti darahku jadi beku. Sedangkan majas repetisi terlihat pada baris 1 dan 17
yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia. Pada baris tersebut terjadi pengulangan kata
baik.
F. Tipografi
Tipografi adalah pemilihan dan penataan huruf dengan pengaturan penyebarannya pada
ruang-ruang yang tersedia. Tipografi terdiri dari enam macam yaitu tipografi
konvensional, tipografi seperti prosa, tipografi susunan rima, tipografi bentuk benda,
tipografi berdasarkan ejaan yang benar, dan tipografi zig-zag. Tipografi yang digunakan
pada puisi ini adalah tipografi jenis konvensional dan berdasarkan ejaan yang benar.
Tipografi konvensional atau teratur biasanya memiliki jumlah suku kata 8-12 kata dan
memiliki persamaan bunyi yang serupa. Sedangkan, tipografi ejaan yang benar berarti
menggunakan huruf besar kecil dan tanda baca yang lengkap. Kedua jenis tipografi
tersebut cocok dengan penataan puisi ini yang ditulis secara teratur, memiliki kalimat
yang rata-rata berjumlah 8-12 suku kata, dan menggunakan ejaan yang benar.
Unsur Batin
A. Tema
Menurut Aminudin (1995:91) tema merupakan ide dasar dari sebuah cerita, yang juga
berperan sebagai pedoman seorang penulis atau pengarang dalam memaparkan karyanya.
Tema juga bisa berarti hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema yang
digunakan pada puisi “Kepada Peminta-Minta” adalah tema sosial. Puisi ini menceritakan
mengenai permasalahan sosial yaitu seseorang yang miskin yang tidak mempunyai apa-
apa.
B. Rasa
Menurut Tarigan (2011: 12) rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan
yang ada pada puisinya. Rasa ada berbagai macam jenisnya seperti cinta, sedih, senang,
benci, sayang, gelisah, dan lain-lain. Rasa yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa
benci dan kesal terhadap peminta-minta karena sikapnya yang terlalu pasrah akan
keadaan dan begitu menunjukkan kemelaratannya. Sikap yang ditunjukkan oleh peminta-
minta memunculkan adanya perasaan terganggu dan kurang simpati terhadap peminta-
minta. Selain itu, terdapat pula perasaan menyerah dan bersalah atas dosa yang diperbuat
karena melihat keadaan peminta-minta yang miris. Hal tersebut ditunjukkan pada baris 2
yaitu menyerahkan diri dan segala dosa.
C. Nada
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembacanya. Nada yang terlihat dalam puisi ini
adalah sinis. Nada sinis menggambarkan suasana hati yang kurang senang. Dalam puisi
ini nada sinis muncul akibat dari rasa benci pengarang kepada peminta-minta. Hal
tersebut ditunjukkan pada baris 5, 6, 7, dan 8. Baris lima yaitu Jangan lagi kau becerita.
Sedangkan baris enam yaitu Sudah tercacar semua dimuka. Baris 7 yaitu Nanah meleleh
dari muka. Berikutnya baris 8 yaitu Sambil di jalan kau usap juga. Kesinisan ini juga
tampak pada sindiran yang diberikan oleh Chairil Anwar terhadap tingkah si peminta-
minta yang terlalu berlebihan menunjukkan rasa penderitaannya.
D. Amanat
Amanat merupakan pesan kebaikan yang disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.
Dalam hal ini pesan disampaikan oleh penyair melalui puisi yang diciptakannya dan
secara tersirat muncul di balik tema. Amanat yang terkandung dalam puisi ini merupakan
jenis amanat sosial. Amanat moral berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat.
Melalui puisi ini Chairil menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada
masyarakat. Sikapnya menampilkan gambaran yang sesungguhnya mengenai kehidupan
kaum melarat. Maka dari itu, puisi ini menyampaikan pesan secara tersirat kepada
pembaca untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan yang seharusnya dilakukan.
Sumber referensi:
1) 322552555.pdf
2) PPT kelompok 6 Unsur Intrinsik Puisi.

Anda mungkin juga menyukai