Anda di halaman 1dari 26

1.

Padamu Jua
Padamu Jua
Karya : Amir Hamzah

Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap


Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa

Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar


Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai

Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu – bukan giliranku

1. Tema
Tema dalam puisi “Padamu Jua” ada dua yaitu kekecewaan dan kerinduan. Penyair
ingin menyampaikan kekecewaannya dalam kata-kata yang puitis melalui puisinya.
Tema ini diperkuat dengan terdapatnya diksi-diksi yang menggambarkan perasaan
penyair dalam puisi ini. Tema lain, selain kekecewaan adalah kerinduan yang sudah
dijelaskan lewat diksi-diksi yang digunakan penyair dalam mengekspresikan
perasaannya.

2. Citraan
1. Citraan Penglihatan

Pencitraan penglihatan pada puisi “Padamu Jua” terlihat pada bait ketiga, larik ke-4:

Rindu rupa

Dan pada baik keempat, larik ke-2:

Rupa tiada

Dari kedua larik di atas, terdapat kata “rupa”. Kata ini merupakan perwakilan dari suatu
wujud yang dapat dilihat dengan mata. Rupa dalam kata lainnya dapat berarti wajah,
di mana membutuhkan indra penglihatan untuk merasakannya. Dalam hal ini, penyair
mengungkapkan suatu gambaran di mana “si aku” rindu melihat wajah “kau” (pada
bait ketiga), lalu “si aku” tidak menemukan atau melihat bentuk “kau” (pada bait
keempat).

2. Citraan Pendengaran

Pencitraan pendengaran pada puisi “Padamu Jua” terlihat pada bait keempat, larik ke-
3:

Suara sayup

Dari larik di atas, terdapat kata “suara”. Kata ini merupakan perwakilan dari suatu
bentuk yang dapat didengar dengan telinga. Dengan kata lain, “si aku” mendengar
suara yang sayup, jika diartikan secara harfiah. Dalam hal ini, penyair mengungkapkan
suatu gambaran di mana “si aku” mendengar suara sayup dari tokoh “kau”.

3. Citraan Gerak
Pencitraan gerak pada puisi “Padamu Jua” terlihat pada bait kedua, larik ke-3:

Melambai pulang perlahan

Dari larik di atas, terdapat kata “melambai”. Kata ini merupakan dari suatu bentuk yang
dapat bergerak. Melambai dapat diartikan sebagai gerakan tangan mulai dari kanan ke
kiri, atau sebaliknya. Dengan kata lain, tangan itu menciptakan suatu bentuk visual,
yaitu gerak. Dalam hal ini, penyair mengungkapkan suatu gambaran di mana “kau”
(jika dikaitkan dengan larik sebelumnya) menggerakkan tangannya.

3. Makna

Puisi Amir Hamzah yang berjudul “Padamu Jua” mengisahkan tentang pertemuan
sepasang kekasih yang telah lama terpisah. Adapun pertemuan yang di maksud
disini yaitu pertemuan yang abadi, yakni pertemuan “si aku” dengan Tuhannya
setelah ia meninggal dunia.

Sedangkan kekasih yang di maksud dalam puisi tersebut adalah Tuhan yang selalu
mencintai “aku” walaupun “aku” telah berpaling dari-Nya.

2. Sajak Putih

SAJAK PUTIH

Karya Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi


Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba


Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

 Citraan

Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif


bagi pembaca melalui ungkapan tidak langsung.

1. Citraan visual (penglihatan) terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu
“Kau depanku dan menarik menari”.
2. Citraan indera (pencium) terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu”.
3. Citraan indera (pendengaran) terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyayi”.
4. Tema

 Tema

Tema dalam puisi “Sajak Putih” adalah “Percintaan”. Dalam puisi Sajak Putih
menceritakan seorang gadis yang sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat
tulus dan memikat terhadap seorang pria yang membuat pria tersebut merasa terharu
dan tertarik terhadapnya. Tetapi kedua insan tersebut belum ada kesiapan untuk saling
menyatakan perasaannya masing-masing, mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata
yang diucapakn, mereka hanya berbicara didalam hatinya masing–masing, tetapi si pria
tersebut mempunyai banyak harapan bahwa gadis tersebut mencintainya. Kedua insan
tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun mereka tak akan terpisahkan.

 Makna
Dalam puisi sajak putih digambarkan gadis si aku pada suatu senja hari yang
indah ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu ada warna
pelangi yaitu langit senja yang indah penuh dengan macam-macam warna.
Gadis itu bertudung sutra diwaktu haru sudah senja. Sedangkan rambut gadis
itu yang harum ditiup angin tampak seperti sedang bersenda gurau, dan dalam
mata gadis yang hitam kelihatan bunga mawar dan melati yang mekar. Mawar
dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik .
Suasana pada saat itu sangat menyenangkan, menarik dan penuh keindahan
yang membuat si aku haru dengan semua itu.
Dalam pertemuan kedua insan itu sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang
menggambarkan tidak ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya diam
tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa.
Hanya kata hati yang berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu
mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti hanya permukaan kolam yang terisa
air yang beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam tanpa kata itu, didalam dada
si aku terdengar lagu yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa
kegembiraan itu digambarkan dengan menari seluruh aku.
Hidup dari hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku merasa
hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada
harapan yang pasti bisa diwujudkan selama gadis kekasihnya masih
menengadahkan mukanya ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si gadis masih
mencintai si aku, mau memandang kemuka si aku.
Begitu juga hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar,
dikiaskan dengan darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai kematian
tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Sajak
merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan
ketulusan kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku
yang sangat tulus dan jujur.

3. Kepada Peminta – minta

“Kepada Peminta-Minta”

Karya Chairil Anwar

Baiklah, baiklah, aku akan menghadap dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang aku lagi


Nanti darahku menjadi beku

Jangan lagi kamu bercerita

Telah tercacar semua di muka

Nanah meleleh dari muka

Sambil berjalan kau usap jua

Bersuara tiap kau melangkah

Mengerang tiap kau memangdang

Menentas dari suasana kau datang

Sembarang kau merebah

Mengganggu dalam tidurku

Menghempas diri di bumi keras

Di bibirku terasa pedas

Mengaum di telingaku

Baik, baik aku akan menghadap dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang aku lagi

Nanti darahku jadi beku

 Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran
itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya. Tema puisi yang berjudul ”Kepada Peminta-minta” adalah
keperihatinan dan ketidak setujuan. Disini tokoh aku tidak suka melihat pengemis
mencari nafkah dengan cara meminta-minta, walaupun kehidupan sangat rumit
namun tokoh aku berharap pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik.

 Citraan

Citraan Kepada Peminta-minta


Nanti darahku jadi beku (bait 1 & 5, baris 4)
Telah tercacar semua di muka (bait 2, baris 2 )
Penglihatan Nanah meleleh dari muka (bait 2, baris 3)
Sembarang kau merebah (bait 3, baris 4)

Bersuara tiap kau memandang (bait 3, baris 1)


Pendengaran
Mengaum di telingaku (bait 4, baris 4)
Gerak Sambil berjalan kau usap jua (bait 2, baris 4)

 Makna
Pada puisi ”Kepada Peminta-minta” penyair menggambarkan bahwa ia merasa
kecewa serta marah terhadap pengemis dan ia ingin si pengemis mencari nafkah
dengan cara yang lebih baik,

4. Nyanyian Gerimis

NYANYIAN GERIMIS

SONI FARID MAULANA


Telah kutulis jejak hujan

Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum

Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu

Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma

Yang saling memahami gairah terpendam

Dialirkan sungai ke muara

Sesaat kita larut dalam keheningan

Cinta membuat kita betah hidup di bumi

Ekor cahaya berpantulan dalam matamu

Seperti lengkung pelangi

Sehabis hujan menyentuh telaga

Inikah musim semi yang sarat nyanyian

Juga tarian burung-burung itu?

Kerinduan bagai awah gunung berapi

Sarat letupan. Lalu desah nafasmu

Adalah puisi adalah gelombang lautan


Yang menghapus jejak hujan

Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan

Pada kulit dan rambutmu

Menghapus jarak dan bahasa

Antara kita berdua

 Tema

Dalam puisi ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih.
Terbukti pada baris-barispuisi berikut ini:

Kuntum

Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu

Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi berikut:

Kerinduan bagai awah gunung berapi

Sarat letupan.

Karena kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair
membayangkan kekasihnya di kala hujan gerimis.

 Citraan

Dalam puisi ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga
penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait pertama baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji
penglihatan.

Telah kutulis jejak hujan

Pada rambut dan kulitmu yang basah.

Pada baris kelima bait pertama yang memunculkan imaji perasaan yaitu:

Yang saling memahami gairah terpendam

Begitu juga pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan baris terakhir
Menghapus jarak dan bahasa Antara kita berdua yang juga merupakan imaji
perasaan.

Kemudian pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat letupan.
Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.

 Makna
Dari sajak diatas mengemukakan usaha si aku yang akan cinta dan
pengagumannya terhadap seorang gadis, yang dikisahkan sebagai
kuntum/bunga (gadis). Si aku merasakan jatuh cinta dengan gadis itu,
membayangkan setiap keindahan yang terjadi. rasa rindu yang kerap melanda
si aku hingga ia merasa tidak ingin meninggalkan sang gadis tercinta.

5. Kesabaran

Kesabaran

Karya Chairil Anwar

Aku tak bisa tidur

Orang ngomong, anjing nggonggong


Dunia jauh mengabur

Kelam mendinding batu

Dihantam suara bertalu-talu

Di sebelahnya api dan abu

Aku hendak bicara

Suaraku hilang, tenaga terbang

Sudah! Tidak jadi apa-apa!

Ini dunia enggan disapa, ambil perduli

Keras membeku air kali

Dan hidup bukan hidup lagi

Kuulangi yang dulu kembali

Sambil bertutup telinga, berpicing mata

Menunggu reda yang mesti tiba

 Makna

Makna bait pertama

Penulis tidak dapat tenang atau tidak dapat merasakan ketenangan dalam
hidupnya saat itu. Begitu banyak orang-orang yang selalu menjelekkan orang lain.
Dunia dan kehidupan sudah tidak dapat dibedakan lagi kebaikan dan keburukan
yang ada didalamnya hanyalah kekerasan hati yang meskipun ditegur namun tetap
tidak didengar.

Makna bait kedua

Penulis hendak menyampaikan isi hati, pikiran dan sarannya tetapi


semuanya sia-sia dikarenakan semuanya tidak dihiraukan dan tidak didengarkan
bahkan tidak di anggap.

Makna bait ketiga

Kedamaian dan ketenangan sudah tidak ada lagi bahkan kehidupan seperti
tidak selayaknya kehidupan.

Makna bait keempat

Kembali si penulis menyuarakan isi hatinya. Pada akhirnya karena penulis merasa
tidak dihiraukan juga maka ia pun tidak memperdulikan lagi dan hanya berharap
akan ada kedamaian dan akhir dari semuanya itu.

 Citraan

- Aku tak bisa tidur (imaji taktil)

- Orang ngomong, anjing nggonggong (imaji auditif)

- Dunia jauh mengabur (imaji taktil)

- Kelam mendiding batu (imaji taktil)

- Dihantam suara bertalu-talu (imaji auditif)


- Di sebelahnya api dan abu (imaji visual)

- Aku hendak bicara (imaji taktil)

- Suaraku hilang, tenagaku terbang (imaji taktil)

- Sudah! tidak jadi apa-apa! (imaji taktil)

- Ini dunia enggan disapa, ambil perduli (imaji taktil)

- Keras membeku air kali (imaji visual)

- Dan hidup bukan hidup lagi (imaji taktil)

- Kuulangi yang dulu kembali (imaji taktil)

- Sambil bertutup telinga, berpicing mata (imaji visual)

- Menunggu reda yang mesti tiba (imaji taktil)

 Tema
Tema di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar yaitu tema sosial, karena
menceritakan kehidupan sosial penyair yang kemugkinan besar berusaha sabar
dalam menghadapi orang lain.

6. Do’a
DOA
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
 Tema
Puisi ' Doa´ karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang
ketuhanan. -

 Citraan
A. Citraan cita rasa
Tuhanku/ aku hilang bentuk/ remuk/ Tuhanku/ aku mengembara
di negeri asing/ Tuhanku/ di pintumu aku mengetuk/ aku tidak bisa
berpaling. Dengan pengimajian teratur pembaca seakan ikut mengelus
dada, menyadari dosa-dosanya. Kemudian pembaca merasa yakin
bahwa hanya dengan mengikuti jalan Tuhanlah akan selamat.

B. Citraan penglihatan
Terdapat pada kata “tinggal kerdip lilin di kelam sunyi”. Dengan
pengimajian tersebut penyair mengajak pembaca melihatseberkas
cahaya kecil walaupun itu hanya sebuah perumpamaan.

C. Citraan pendengaran
Terdapat pada kata “aku masih menyebut namamu”. Dengan
pengimajianasian tersebut penyair seolah-olah mengajak pembaca
untuk mendengarkan pengucapan tokoh aku dalam menyebut
Tuhannya.

D. Citra perabaan
Terdapat pada kata “cayaMu panas suci”. Dengan pengimajian
tersebut penyair ingin menyampaikan pesan oleh tokoh aku kepada
pembaca.

 Makna
puisi Doa karya Chairil Anwar ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati
hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat
tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair.

Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah


”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga.

7. Penerimaan

Penerimaan

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi

Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.


 Tema
Tema yang diangkat Chairil Anwar pada puisi “Penerimaan” yaitu tentang
percintaan. Tentang seorang lelaki yang masih menerima kekasihnya kembali
meskipun sang kekasih sudah bersama orang lain.

 Pencitraan
Imaji yang dipakai dalam puisi “Penerimaan” ini adalah imaji visual
(pengelihatan), seperti: /kau bukan yang dulu lagi/, /Jangan tunduk!/, /dengan
cermin aku enggan berbagi/.

 Makna
Puisi Penerimaan berisi Tentang seorang lelaki yang masih menerima
kekasihnya kembali meskipun sang kekasih sudah bersama orang lain.

8. Aku

AKU

Kalau sampai waktuku


'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli


Aku mau hidup seribu tahun lagi
 Tema
Tema pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan
dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan,
dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa
merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari
judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah ‘AKU’ yang
mencari tujuan hidup.

 Citraan
Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya :‘Ku mau tak
seorang ’kan merayu (Imaji Pendengaran), ‘Tak perlu sedu sedan itu’ (Imaji
Pendengaran), ‘Biar peluru menembus kulitku’ (Imaji Rasa), ‘Hingga hilang
pedih perih’ (Imaji Rasa).

 Makna

Wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal
ini tercermin melalui dua kalimat di awal puisi tersebut, yakni “Kalau sampai
waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu”

Keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang akan dihadapi.


Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Inilah
yang digelorakan oleh Chairil Anwar, yang tersurat pada bait ketiga puisi tersebut.

Semangat yang tak pernah padam. Sebagaimana yang dinyatakan melalui kalimat
“aku mau hidup seribu tahun lagi”. Hal tersebut adalah cermin dan betapa semangat
Chairil Anwar untuk berjuang, tidak ingin dibatasi oleh waktu

9. Karawang Bekasi
Karawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi


tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa


Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan


Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan


atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami


Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat


Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami


yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
 Tema
tema pada puisi Karawang - Bekasi adalah “perjuangan para pahlawan yang
telah gugur dalam medan perang dan terbaring antara Kota Krawang sampai
Kota Bekasi”. Hal ini dapat dilihat pada baris pertama dan terakhir pada puisi.
Yaitu pada baris pertama “Kami yang kini terbaring antara Karawang-
Bekasi” dan pada baris terakhir “Beribu kami terbaring antara Karawang-
Bekasi”.

 Citraan
 Citraan pendengaran dalam kalimat “Jika ada rasa hampa dan jam dinding
yang berdetak”.
 Citraan penglihatan yaitu dalam kalimat “Beribu kami terbaring antara
Krawang-Bekasi”.
 Citraan garak dalam kalinmat “Kami sudah coba apa yang kami bisa”.
 Citraan kesedihan yang tergambar pada kalimat “ Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang – tulang diliputi debu”.
 Citraan lingkungan pada kalimat “Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi”.

 Makna
Puisi ini menyatakan bahwa mereka pahlawan tak dikenal yang telah berjuang
antara krawang-bekasi tidak bisa berjuang lagi karena mereka telah gugur.
Namun mereka ingin dikenang atas jasa mereka. Mereka sudah berjuang tapi
kerja mereka belum selesai karena belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu
nyawa teman seperjuangan mereka. Mereka, para pahlawan ini, sekarang
hanyalah tulang belulang namun kitalah yang harus menentukan harga diri
mereka. Mereka, para pahlawan menginginkan kita untuk meneruskan
perjuangan mereka dan berkata untuk mereka.Mereka menginginkan kita terus
meneruskan semangat juang mereka. Dan juga mereka ingin kita menjaga dan
menghargai pahlawan bangsa dan mereka yang telah berjasa untuk bangsa.

10. Senja di Pelabuhan Kecil

SENJA DI PELABUHAN KECIL – Chairil Anwar

Buat: Sri Ajati


Ini kali tidak ada yang mencari cinta

diantara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

 Tema
kedukaan yang mendalam karena kegagalan cinta.

 Pencitraan
“Diantara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut”

Pengarang membuat pembaca seolah-olah dapat melihat gudang, rumah tua pada
cerita, tiang serta temali, kapal, dan perahu yang tidak berlaut.

 Makna
Dalam puisi ini, Chairil Anwar memberikan pesan bahwa Cinta sejati adalah
cinta yang dibalut dengan kesetiaan, dan jodoh adalah sebuah takdir tuhan yang
tidak ada satu orang pun mengetahuinya. Selain itu, puisi senja di pelabuhan
kecil juga mengajarkan kita untuk selalu mencari cinta sejati tanpa mengenal
lelah. Dan cinta sejati baru akan ada ketika usaha kita disertai dengan doa yang
tulus dan ikhlas.

PADAMU JUA

Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap


Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas

karya : Amir Hamzah

Penerimaan

Kalau kau mau kuterima kau kembali


Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi


Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kau kembali


Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

karya : Amir Hamzah

PERTEMUAN DENGAN PAK DIRMAN

Langit di ubun Surabaya tak lagi menabur cahaya saat menjelang tengah
malam kususuri urat nadinya
Lampu-lampu merkuri telah mempersolek kotaku
O, Surabayaku, alangkah cantiknya engkau molek bagai perempuan genit
Terus terang aku ingin mencintaimu dengan hati seorang santeri
Tapi, mungkinkah itu yang engkau mau
Lampu lampu kendaraan yang lewat sebentar sebentar menyorotku
menyilaukan mataku hampir pula menyilaukan hatiku sedang aku tidak
berkawan selain Tuhan.

Di jantung kota 'ku temui sesosok tubuh kerempeng dan sederhana


ia hanya sebentuk patung
aku ingin sekali menegurnya andaikan ia bernyawa tapi tersenyum juga aku
padanya
O Pak Dirman
Tubuhnya yang kurus tetap menyimpan keperwiraan
Sorot matanya yang lembut mengingatkan akan sajadah alam yang ia
hamparkan saat gerilya.

Aku pun lewat di samping kanannya sesuai dengan aturan lalu lintas yang
ada
Sepuluh meter setelah aku membelakanginya
tiba tiba terdengar suara "Penyair, kemarilah"

Aku celingukan ke kanan kiri tapi tak ada siapa siapa kecuali kendaran yang
simpang siur tak mengenalku
Langkah pun kuayunkan kembali
Terdengar lagi suara "Anak, apa engkau tidak mendengar panggilanku?"
Aku menoleh ke belakang. Kulihat tangan patung itu melambai padaku.
Dengan denyut cinta bercampur takjub 'ku dekati patung itu
Amboi, jabat tangan kami erat sekali

"Pak Dirman, jabat tangan ini sungguhan atau hanya sebuah mimpi?"

"Sungguh atau mimpi itu tidak penting, anakku.


Yang paling penting pertemuan kita ini mengandung arti
Perlu kau tahu, Ada mimpi yang benar benar sungguh dan ada kesungguhan
yang cuma mimpi."

Aku diam dan mencoba mengunyah kata katanya. Belum mapan ucapan itu
dalam pengertianku ia melanjutkan "Aku merasa kesepian, anakku."
"Aku ingin omong omong denganmu seperti daun yang telah gugur bercakap
dengan daun yang sedang semi"

"Sangatlah aneh kalau Bapak kesepian"


"Bukankah banyak sekali orang yang lewat di sini baik pagi, siang maupun
malam?"

"Ya, ya, tapi mereka banyak yang tak mengenalku lagi, apa lagi menyapaku
dengan suara damai, seperti orang orang melambaiku pada zaman gerilya
dulu. Aku kini terasing di tengah keramaian."
"Apakah itu yang tersirat dalam pepatah ,habis wangi bunga dicampakkan?"
"Tidak"
"Pepatah itu tidak kena untuk menggambarkan keadaanku"
"Hendaknya kau tahu bahwa wangiku tak akan habis sampai hari kiamat
nanti
Wangiku telah menjadi coklat tanahmu
Wangiku telah menjadi garam dalam lautmu
wangiku akan selalu dikicaukan burung burung di ranting rangting pohonan
Silakan saja engkau melupakannya
Tapi tak kan bisa engkau menghapuskannya"

Dudukku lunglai bagai sebutir debu yang tak bernyawa


Haru dan sesal menghablur dalam jiwa

"Anakku,
Kalau engkau merasakan manis jantungku coba jawab pertanyaan ini:
Untuk kemerdekaan negeri ini apa yang telah terjadi?
Saya tahu betul itu banyak mayat bergelimpangan
Mereka gugur oleh berondongan peluru dan bom musuh
Menurut engkau bagaimanakah kematian mereka?"

"Sungguh kematian yang sangat indah."


"Karena mereka mati untuk sebuah cita cita yang sangat mulia
Yaitu biji dari cahaya yang pernah engkau pancarkan dengan getar darah
dan nyawa."

"Ternyata engkau sangat pandai berteori dan berkesimpulan tentang cita cita
dan cintaku
Itu bagus dan sangat bagus."
"Tapi mengapa kadang kini muncul keajaiban keajaiban; yang membuat
katak katak tertawa. Semakin banyak orang pandai mengurai lembar lembar
jejak, langkah dan senyumku, di lain pihak semakin banyak lagi orang orang
yang tidak peduli pada desah lemah paru paruku."
"Kalau dulu aku mencurahkan keringat untuk kecemerlangan cahaya dan
keharuman mawar, kini masih banyak lagi orang orang yang sibuk menari
hanya untuk kutu busuk dan bangkai."
"Bapak, Kata katamu bagaikan pedang yang melukai hatiku."

"Syukurlah. Kalau hatimu merasa sakit oleh ucapanku. Itu pertanda engkau
masih punya hati nurani. Kesakitan itu yang akan menjelma ksatria yang
akan mengusir iblis dari hatimu,sehingga sosokmu utuh sebagai khalifah
maupun sebagai hamba Allah."

Hening hatiku mengunyah dan terus mengunyah

"O, ya, sejak awal pertemuan ini aku melihat bayang bayang kesedihan di
balik sorot matamu. Tolong ceritakan peristiwa apa yang membuat hatimu
pilu?"

Aku hanya diam tak berhasrat untuk menjawab

"Mengapa engkau tak menjawab?"


"Ayolah jawab!"

"Tidak!"
"Saya takut untuk mengatakan dan saya tak mau mengatakan."

"Mengapa, anakku?"

"Kalau engkau masih mampu menatap bumi, menatap langit dan matahari
Katakan saja. Apa engkau masih meragukan hatiku?"
"Mari kita berbagi rasa, berbagi duka."

"Bapak, seorang saudaraku telah mati dengan cara yang mengerikan.


Ia dibunuh dan mayatnya dibuang ke hutan."

"Mengapa ia dibunuh?"

"Saya tidak tahu."


"Tapi ia terbunuh setelah memperjuangkan nasib para buruh."

"Siapa namanya?"

"Namanya, Marsinah"

"Ya Allah,
Mata Pak Dirman yang tadi menyala itu tiba tiba meneteskan airmata."

Karya: D. Zawawi Imron

Anda mungkin juga menyukai