PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puisi dan unsur apa saja yang terdapat dalam puisi?
2. Apa tema dalam puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar?
3. Citraan apa saja yang terdapat dalam puisi Derai-Derai Cemara?
4. Pesan apa yang dapat diambil dalam puisi Derai-Derai Cemara?
5. Apa yang dimaksud dengan “hidup hanya menunda kekalahan” (larik yang terdapat
pada bait ketiga)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Derai-Derai Cemara
Karya :Chairil Anwar
1949
Puisi “Derai-Derai Cemara” yang merupakan salah satu puisi yang ditulis Chairil
Anwar pada waktu menjelang kematiannya, yang dipandang penulis merupakan
kristalisasi tentang filosofi perjalanan atau peran seorang manusia dalam kehidupan.
Penyerahan Chairil Anwar dalam puisi ini terasa begitu kental dengan adanya unsur
penyerahan, kepasrahan, kematian, dan ketidakberdayaan.
Hal pertama yang membuat tertarik setelah membaca sajak “Derai-derai Cemara”
adalah gaya bahasa pengarang dalam puisi ini yang berbeda dari puisi-puisi lainnya.
Dimana dalam puisi ini rimanya lebih teratur tidak seperti dalam puisi-puisi Chairil
lainnya, misalnya dibandingkan dengan puisi “Aku”. Selain itu, puisi ini memberikan
kesan yang sangat dalam bagi penulis, mulai dari bait pertama sampai bait terakhir.
3
Pada bait pertama memberikan kesan bahwa bait itu bercerita mengenai kondisi sang
penyair yang semakin memburuk, seperti yang tergambar pada setiap larik-lariknya.
Dimana hal itu digambarkan mengenai diri penyair itu sendiri yang digambarkan sebagai
sebuah cemara, dan daunnya itu telah menderai dan dahan-dahannya telah merapuh.
Pada bait kedua, kesan yang dapat diambil adalah mengenai perasaan pengarang
yang memang bisa tahan menghadapi kondisinya itu, karena ia memang sudah dewasa
seperti yang terlukis pada larik kesatu dan kedua. Walaupun sebenarnya kondisinya yang
ia rasakan itu tak pernah ia bayangkan sebelumnya, hal ini tergambar pada bait ketiga dan
keempat.
Pada bait terakhir, dapat ditafsirkan bahwa akhirnya penyair menyerah, setelah
sebelumnya ia berjuang dan mengerti bahwa sesungguhnya hidup hanya menunda
kekalahan atau kematian, karena setiap manusia pasti akan menghadapi kematian.
1. Tipografi (rima)
Yang pertama kita lihat dalam puisi adalah tipografinya yaitu bentuk-bentuk
tertentu yang digunakan pada saat menulis puisi. Tipografi dapat juga memberi makna
dan suasana tertentu dalam puisi.
Puisi Derai-Derai Cemara memiliki tipografi yang beraturan yakni a-b-a-b, puisi
ini memiliki 3 bait dan memiliki total jumlah 12 baris. Penyusunan bentuknya yang
sedemikian rupa dapat memengaruhi nada dan suasana ketika membaca puisi ini seperti
dalam keadaan sedih, pasrah, dan tidak berdaya.
Cemara dijelaskan pada bait sebelumnya merupakan sebuah jenis pohon yang
berbatang tinggi lurus seperti tiang yang daunnya kecil-kecil seperti lidi. Menderai
dapat digunakan sebagai sebuah gambaran guguran atau dedaunan yang berjatuhan.
Jauh menggambarkan sebuah jarak yang atau panjang antaranya tidak dekat. Terasa
dapat diartikan suatu suasana yang dialami oleh pelaku, hari dapat diartikan waktu
selama matahari menerangi tempat kita (dari matahari terbit sampai matahari
terbenam). Menjadi malam menunjukkan suasana perubahan situasi, malam diartikan
waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit. Ada beberapa menunjukkan
jumlah yang tidak tentu banyaknya. Lebih dari dua tetapi tidak terlalu banyak. Dahan
adalah salah satu bagian dari pohon yang tumbuh mencuat dan menyamping, beranting
dan berdaun. Tingkap merupakan salah satu jendela yang tertetak di atap atau di
dinding pada sebuah rumah yang memiliki banyak nama. Merapuh berasal dari kata
dasar rapuh yang berarti sudah lemah, rusak, tidak kuat lagi. Memperoleh penambahan
prefiks yang mempunyai arti sebuah proses menuju rapuh. Dipukul adalah sesuatu yang
dialami oleh subjek yaitu pukulan dengan sesuatu alat yang berat. Angin adalah gerakan
udara dari daerah yg bertekanan tinggi ke daerah yg bertekanan rendah. Terpendam
diartikan sesuatu yang tertanam, biasanya didalam tanah atau dapat juga dengan sesuatu
yang lain.
Pohon cemara menggambarkan tentang sesuatu yang lemah, rapuh, sesuai dengan
bentuk daun cemara yang kecil, meruncing mudah terhempas oleh angin yang bertiup.
Malam identik dengan kesunyian, kegelapan, waktu istirahat dan akhir dari sebuah
kejadian. Angin memberikan gambaran tentang segala cobaan dan kepahitan dalam
hidup, yang menghempas kehidupan si tokoh dalam puisi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa bait pertama memberikan gambaran tentang akhir dari sebuah perjalanan hidup
5
atau merupakan sebuah kesadaran tentang segala sesuatu yang terjadi di dunia ini
penuh dengan cobaan dan semua yang ada didunia ini pasti akan berakhir, dan semua
yang bernyawa juga pasti akan mati.
Sekarang menunjukkan waktu saat ini atau saat yang sedang terjadi. Bisa berarti
dapat atau mampu dan tahan berarti tetap keadaannya (kedudukannya) meskipun
mengalami berbagai-bagai hal. Sudah berarti telah terjadi. Beberapa menunjukkan
jumlah yang tidak tentu jumlahnya yang lebih dari dua namun tidak terlalu banyak.
Waktu mempunyai arti seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan
berada atau berlangsung. Bukan kanak-kanak lagi. Bukan berarti berlainan dengan
sebenarnya. Kanak-kanak berarti periode perkembangan anak masa prasekolah (usia
antara 2-6 tahun). Dulu berarti dahulu yaitu waktu sebelum sekarang tapi dengan
jangka yang cukup lama. Suatu bahan yang dimaksudkan adalah barang yg akan dibuat
menjadi satu benda tertentu; bakal; atau sesuatu yg dapat dipakai atau diperlukan untuk
tujuan tertentu, seperti untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi
ceramah. Bukan merupakan menunjukkan negasi atau penyebutan sesuatu yang bukan
sebenarnya. Dasar diartikan sebuah pokok atau pangkal suatu pendapat sedangkan
perhitungan mempunyai arti tentang pertimbangan mengenai sesuatu. Kini
menunjukkan waktu sekarang atau saat ini atau waktu dekat dengan sekarang. Jadi,
dapat dikatakan bahwa tokoh puisi merupakan sosok yang telah meninggalkan masa
lalunya, masa kanak-kanaknya dan telah menunjukkan kedewasaannya. Tokoh puisi
telah mempunyai suatu cita-cita atau pandangan hidup pada masa kecilnya. Akan tetapi,
apa yang dicita-citakan pada waktu kecil tidak terjadi pada masa sekarang, dan
pandangan tentang hidupnya telah berbeda dari apa yang pernah dia pikirkan ketika ia
masih kanak-kanak.
6
Bait puisi ketiga, yaitu:
…
Hidup diartikan sebagai sebuah keadaan yang masih tetap ada, bergerak dan
berfungsi sebagai manusia. Kata ini identik digunakan pada manusia hewan atau
tumbuh-tumbuhan. Hanya berarti cuma atau menyebutkan sesuatu yang dianggap
sepele atau tidak penting. Menunda berarti mengundurkan waktu pelaksanaan (yang
sudah direncanakan sebelumnya). Kekalahan berarti sebuah situasi yang buruk, berada
pada satu pihak yang dikategorikan lebih lemah. Terasing mempunyai arti terpisah dari
yang lain atau dalam suatu keadaan yang terdiskriminatif. Cinta berarti sebuah perasaan
yang manusiawi dimiliki manusia yang ditujukan kepada lawan jenis atau merupakan
sebuah ungkapan sayang. Sekolah rendah menunjukkan jenjang pendidikan yang
terbatas, mungkin hanya tingkat sekolah dasar yang dianggap lebih rendah
dibandingkan dengan lulus SMA. Sebelum menunjukkan waktu ketika belum terjadi
atau lebih dahulu dari suatu kejadian. Akhirnya berarti kesudahannya atau memberikan
kesimpulan terhadap sebuah wacana yang telah dijabarkan sebelumnya. Menyerah
berarti berserah pasrah, tidak mampu berbuat apa-apa.
Dapat disimpulkan bahwa puisi Derai-Derai Cemara merupakan ungkapan
tentang perjalanan seorang tokoh puisi yang hidupnya penuh penderitaan, ia sempat
mempunyai cita-cita yang cemerlang pada masa kecilnya namun pada kenyataannya
hidupnya mengalami kepahitan dan penderitaan, sehingga membawa pada sebuah
keterasingan dan menyadarkan tentang segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti
akan berakhir dan segala sesuatu yang bernyawa pasti akan mati.
7
lambang. Menurut Jabrohim dkk (2003:41) kata konkret adalah kata-kata yang
digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana
batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.
Dalam hidup hanya menunda kekalahan merupakan sebuah penggambaran
tentang keputusasaan tokoh, semacam kesimpulan yang diutarakan dengan sikap
mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang
memisahkannya dari masa lalunya. Kata menunda seolah terasa asing ditelinga,
biasanya kata menunda lebih dikenal untuk disandingkan pada kata menunda
kemenangan. Kekalahan digambarkan sebagai suatu simbol kepasrahan dan sangat
identik dengan keputusasaan, penderitaan, bahkan kematian. Cita-cita si tokoh puisi
pada masa lampaunya yang begitu cemerlang namun tokoh puisi selalu mengalami
penderitaan dalam hidupnya. Nampak dari kata terasingkan yang digunakan atau yang
menceritakan tentang rencana si tokoh tentang cita-citanya namun berbeda dengan apa
yang diharapkan sehingga membawa dia ke dunia yang dianggap asing dan pada
akhirnya berujung pada keputusasaan atau kematian.
a. Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan adalah citraan yang dihasilkan dengan memberi
rangsangan indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah benar-
benar terlihat. Dalam puisi Derai-Derai Cemara ini menggunakan pencitraan
penglihatan, dimana saat pembaca membaca puisi ini, seolah pembaca diajak oleh
8
pengarang untuk melihat sesuatu yang ada dalam pusisi tersebut. Misalnya pada bait
puisi pertama yang berbunyi:
b. Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran adalah citraan yang timbul oleh pendengaran. Citraan
pendengaran dalam sajak ini menggunakan suasana alam berupa citraan
pendengaran pada larik “Cemara menderai sampai jauh” menimbulkan suasana
sunyi yang mencekam, sampai-sampai suara deraiannya terdengar sampai kejauhan.
c. Citraan gerak
Citraan gerak adalah citraan yang menggambarkan gerak, atau
menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan dapat
bergerak. Citraan gerak terdapat pada frasa “dipukul angin yang terpendam”.
d. Citraan Pencecapan
Citraan pencecapan adalah citraan yang digugah untuk mencoba merasakan
apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi Derai-Derai Cemara, citraan alam
yang digunakan Chairil Anwar pun menampilkan ketenangan, yaitu suara deraian
cemara sampai di kejauhan menyebabkan hari terasa akan jadi malam, dan dahan
yang di tingkap merapuh itu pun dipukul angin yang terpendam. Dalam seluruh
sajak ini, kata “dipukul” jelas merupakan kata yang paling keras mengungkapkan
masih adanya sesuatu di dalam yang masih terpendam. Si aku dalam lirik puisi ini
pun menyadari sepenuhnya bahwa hari belum malam, namun terasa jadi malam.
9
Imajinasi yang digunakan oleh pengarang sangat tinggi walaupun menggunakan
kata-kata yang sederhana tetapi sangat menyentuh hati pembaca.
5. Majas
Majas merupakan gaya bahasa yang sering digunakan dalam menulis puisi, biasa
juga disebut bahasa kiasan. Majas membuat puisi menjadi lebih menarik, dan lebih
menimbulkan kejelasan gambaran. Pemanfaatan majas atau bahasa kiasan oleh penyair
dalam sajak-sajak Chairil Anwar ini tampak begitu singkron dengan tema yang
diangkat oleh sang penyair. Dalam puisi Derai-Derai Cemara tidak memakai banyak
ragam bahasa kiasan atau majas. Adapun gaya bahasa yang digunakan oleh penyair
dalam sajak Derai-Derai Cemara adalah:
a) Personifikasi
Personifkasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda
mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah hidup seperti manusia. Seperti
pada bait pertama larik terakhir dipukul angin yang terpendam, dimana pada bait
tersebut kata angin yang sesungguhnya merupakan benda mati digambarkan seolah-
olah hidup sehingga ia bisa memukul. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam
puisi ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai
kepada klimaks yang ingin disampaikan.
b) Metafora
Metafora adalah perbandingan sesuatu dengan yang sama sifatnya. Metafora
dalam puisi Derai-Derai Cemara yaitu dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah
dengan kiasan “merapuh”.
c) Simbolik
Simbolik atau simbolis yaitu sebagai lambang. Jika dikaitkan dengan larik-
larik sebelumnya, puisi Derai-Derai Cemara menggambarkan sebuah kehidupan si
Aku lirik yang mulai lelah. Ditunjang dengan simbol-simbol seperti “dahan” dan
simbolik “malam”, mengimajinasikan pada kesunyian dan akhir dari sebuah
kehidupan.
10
d) Eufemisme
Eufemisme adalah pengungkapan yang dihaluskan demi kesopanan.
Eufemisme “menyerah” sebagai metafora dari kata mati. Parabel ”hidup hanya
menunda kekalahan” dijadikan penentang dari pepatah hidup hanya menunda
kemenangan.
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair melalui
puisinya (Waluyo, 2003:17). Setiap karya sastra pasti memiliki tema yang menjadi
pokok pembahasan dalam karya sastra tersebut. Tema puisi kadang-kadang disebut pula
dengan makna puisi atau sense (Inggris).
Tema sajak Derai-Derai Cemara ini menurut Chairil Anwar adalah mengenai
penyerahan Chairil terhadap takdir. Karena hal itu didasarkan pada penegasan Chairil
pada bait terakhir yang berbunyi:
…
11
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
2. Perasaan (Feeling)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya
(Aminuddin, 2002:150). Sikap tersebut adalah sikap yang ditampilkan dari perasaan
penyair, misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak senang, rasa benci, rindu, haru,
sedih, dan sebagainya. Sifat puisi adalah gaya pengungkapan penyair terhadap tema
yang diungkapkannya. Sifat dikenal pula dengan istilah rasa atau feeling (Inggris). Sifat
dalam puisi merupakan salah satu aspek penting berkenaan dengan apresiasi puisi.
Perasaan yang muncul dalam puisi Derai-Derai Cemara yaitu perasaan putus asa,
sedih, menyerah, pasrah, dan tidak berdaya melawan kehendak atau apa yang sudah
ditakdirkan oleh Tuhan.
12
3. Nada dan Suasana
Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi, sedangkan keadaan jiwa
pembaca setelah membaca puisi atau akibat yang ditimbulkan puisi terhadap perasaan
pembaca disebut suasana. Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu
terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui,
memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas),
mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya (Waluyo 2009:37).
Sikap adalah gaya pengungkapan penyair terhadap pembaca. Sikap dikenal pula
dengan istilah nada atau tone (Inggris). Sikap dalam dunia puisi merupakan salah satu
aspek penting berkenaan dengan apresiasi puisi. Nada dalam sajak Derai-Derai
Cemara yaitu iba atau merengek. Sedangkan suasana yang tergambar yaitu suasana
sedih, menyerah dan pasrah.
4. Amanat
Menurut Waluyo (2003:40) Amanat, pesan atau nasehat merupakan kesan yang
ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Cara pembaca menyimpulkan amanat puisi
sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap suatu hal. Dalam puisi terdapat
pula amanat yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya. Amanat adalah pesan
penyair yang terdapat dalam puisinya. Amanat dikenal pula sebagai maksud, tujuan
atau intention (Inggris). Sebuah puisi bisa saja mempunyai amanat untuk mendidik,
menyerukan keadilan, menyampaikan berita ketidakadilan, cinta kasih atau kabar
gembira. Penyair harus mempunyai kekayaan pengetahuan untuk dapat menyampaikan
amanatnya kepada para apresiasinya.
Sajak Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar ini mengamanatkan kepada
pembaca bahwa sesungguhnya kita harus bisa menerima takdir yang telah ditetapkan
oleh Tuhan. Kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh, dan setiap
manusia akan mati dengan tenang kalau apa yang harapkannya tercapai.
13
BAB III
SIMPULAN
Puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar ini meneriakkan keinginannya untuk
tetap hidup walaupun umurnya telah terbatas. Puisi ini bertemakan tentang penyerahan
terhadap takdir. Amanat yang terdapat dalam puisi yaitu kehidupan hanyalah perjalanan yang
keras untuk ditempuh dan manusia hanya bisa berpasrah mengikuti takdir yang telah
digariskan oleh Tuhan-Nya. Diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat sederhana dan
dingin, sehingga pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang dialami oleh pengarang.
Citraan atau pengimajian yang terdapat dalam puisi yaitu citraan penglihatan, pendengaran,
gerak, dan pencecapan. Adapun gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini
sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang
ingin disampaikan. Unsur bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan
kemerduan puisi, dan dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana puisi
tersebut. Nada dan suasana dalam puisi menggambarkan nada iba atau merengek dan dalam
suasana putus asa, pasrah dan menyerah.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://riyonfidwar90.blogspot.com/2011/01/analisis-puisi-derai-derai-cemara
15