Anda di halaman 1dari 4

Cintaku Jauh di Pulau

(Chairil Anwar)

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,

di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Cintaku Jauh di Pulau

Oleh : Bernardus Adya MTP

Puisi berjudul “cintaku jauh di pulau” menceritakan usaha aku yang akan
menyampaikan keinginanya yang sangat diidam-idamkan, yang dikiaskan sebagai gadis
manis yang mungkin gadis manisnya itu adalah pacarnya yang sedang berada di sebuah pulau
yang jauh. Meskipun keadaan berjalan dengan baik, perjalan lancar : bulan memancar, perahu
melancar, dan angin membantu bertiup dari buritan, namun aku merasa bahwa tidak ada
mencapai pacarnya yang disebut gadis manis yang selalu dicita-citakan. Hal ini disebabkan
oleh perasaan bahwa maut akan lebih awal datang. Maka dari itu meski sudah menghabiskan
banyak waktu dan segala usaha telah dilakukannya hal itu akan menjadi percuma karena
sudah diatur oleh garis nasib.

Tema adalah isi keseluruhan puisi, maksud, dan tujuan penulisan. Tema puisi dari Chairil
Anwar ini adalah Kasih Tak Sampai. Dapat dilihat dari arti/makna puisi pada setiap baitnya,
yakni :

Bait 1 :

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis, sekarang iseng sendiri.

Gadis manis sekarang iseng sendiri artinya sang kekasih tersebut adalah seorang gadis yang
manis yang menghabiskan waktu sendirian atau sedang iseng tanpa kehadiran tokoh aku.

Bait 2 :

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya.

Bait kedua aku menempuh perjalanan jauh dengan perahu karena ingin menjumpai atau
menemui kekasihnya, disinilah menunjukan pengorbanan aku untuk gadis manisnya. Ketika
itu cuaca sangat bagus dan malam ketika bulan bersinar, namun hati si aku merasa gundah
karena rasanya ia tak akan sampai pada kekasihnya, dan dilarik ini lah tergambar keputus
asaan aku.

Bait 3 :

Di air yang tenang, di angin mendayu,


di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Bait ketiga menceritakan perasaan aku yang semakin sedih karena walaupun air tenang,
angin mendayu, tetapi pada perasaannya ajal telah memanggilnya. di perasaan penghabisan
segala melaju. Pengorbanan aku sangatlah besar. Ajal bertahta sambil berkata : “Tujukan
perahu ke pangkuanku saja” suasana pada larik tersebut sangat mencekam si aku.

Bait 4 :

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?

Bait keempat menunjukkan pengorbanan aku dan keadaan yang mencekam yang telah
dilewatinya. Demi menjumpai kekasihnya ia telah bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu
yang membawanya akan rusak, namun ternyata kematian menghadang dan mengakhiri
hidupnya terlebih dahulu sebelum ia bertemu dengan kekasihnya. Disinilah aku merasakan
kegagalan yang mendalam dan semakin berganti bait, kesedihan itu semakin memuncak.
Emosionalitas aku disini sangat tergambar dengan tulisannya yang seperti tidak terima.

Bait 5 :

Manisku jauh di pulau,

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Bait kelima merupakan kekhawatiran aku tentang kekasihnya, bahwa setelah ia meninggal,
kekasihnya itupun akan mati juga dalam penantian yang sia-sia. Dan aku merasakan keputus
asaan pada larik kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Pada puisi “cintaku jauh di pulau” karya Chairil Anwar diceritakan bahwa penyair
tengah berada dalam kondisi penyesalan, kebingungan, putus asa, sedih sehingga diksi yang
digunakan oleh penyair adalah diksi yang menggambarkan perasaan yang ragu, bimbang, dan
lemah. Pada puisi tersebut terdapat beberapa diksi yang mengandung makna denotatif dan
konotatif.

Diksi yang mengandung makna denotatif terdapat pada kata “gadis manis” yang
memiliki makna kekasih yang manis. Dan pada kata “pulau”, yang memiliki makna tanah
(daratan) yang dikelilingi air (di laut, di sungai, atau di danau).
Diksi yang mengandung makna denotatif juga terdapat pada kata “bulan memancar”, kata
bulan memiliki makna benda langit yang mengitari bumi, bersinar pada malam hari karena
pantulan sinar matahari. Pada larik “angin membantu, laut terang, tapi terasa” kata angin
yang memiliki makna gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah, terdapat pada kata “laut”. Laut memiliki makna kumpulan air asin (dalam
jumlah yang banyak dan luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau
pulau. Dan terdapat pada larik “aku tidak ‘kan sampai padanya” yang memiliki makna bahwa
si aku tak akan pernah bertemu dengan kekasihnya.

Diksi yang mengandung denotatif juga terdapat kata “Di air yang tenang”, air memiliki
makna cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang diperlukan dalam
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung hidrogen dan
oksigen. Pada larik “ajal bertakhta, sambil berkata:” memiliki makna batas hidup telah
ditentukan Tuhan, saat mati.

Diksi yang mengandung denotatif juga terdapat kata “amboi! Jalan sudah bertahun ku
tempuh!” yang memiliki makna bahwa si aku telah melewati laut telah lama. Pada kata
“perahu yang bersama ‘kan merapuh!” memiliki makna perahu yang ditumpangi oleh si aku
akan hancur bersamanya.

Diksi yang mengandung denotatif juga terdapat pada larik “manisku jauh di pulau” bermakna
sang kekasih jauh darinya karena berada di pulau. Dan terakhir pada larik “kalau ‘ku mati,
dia mati iseng sendiri” makna dari kata mati adalah sudah hilang nyawanya, tidak hidup lagi”

Selain diksi yang mengandung makna denotatif, juga terdapat diksi yang mengandung makna
konotatif. Diksi yang mengandung makna konotatif terdapat pada larik “cintaku, jauh di
pulau”. Kata cintaku dapat diartikan kekasihnya. Dalam larik “di leher kukalungkan ole-ole
buat si pacar’ memiliki arti ole-ole adalah buah tangan/oleh-oleh. Lanjut ke larik “di perasaan
penghabisan segala melaju”, kata perasaan penghabisan disini adalah dengan rasa cintanya
yang tanpa tersisa. Dalam larik “tujukan perahu ke pangkuanku saja”, kata pangkuan
memiliki makna bahwa perahu akan mengalami kehancuran. Dan yang terakhir adalah larik
“sebelum sempat berpeluk dengan cintkau?!” memiliki makna bahwa aku belum sempat
memeluk dan bertemu dengan kekasihnya.

Anda mungkin juga menyukai