1. Pembacaan Heuristik
Bait pertama
Cintaku (telah) jauh di pulau, gadis manis (itu), sekarang iseng sendiri (-an)
Bait kedua
Perahu (yang) melancar, bulan (yang) memancar. Di leher (telah) kukalungkan oleh-oleh buat
si pacar. Angin (telah) membantu, laut (menjadi) terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai
padanya (ke tempat gadis manis).
Bait ketiga
Di air yang tenang, di angin (yang) mendayu, di perasaan penghabisan segala (sesuatu)
melaju. Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Bait keempat
Amboi! Jalan sudah bertahun (-tahun) ku tempuh! Perahu yang bersama (berlayar) ‘kan
(menjadi) merapuh! Mengapa Ajal (telah) memanggil dulu. Sebelum sempat (aku) berpeluk
dengan cintaku?!
Bait kelima
Manisku (yang) jauh di pulau, kalau ‘ku (nanti) mati, dia (akan) mati iseng sendiri.
2. Pembacaan Hermeneutik
Bait kesatu
Seorang kekasih yang berada di tempat yang sangat jauh, berbeda pulau (Cintaku jauh di
pulau). Seorang gadis manis yang menghabiskan waktunya sehari-hari dengan kesendirian
karena kekasihnya yang berada di tempat jauh atau berbeda pulau.
Bait kedua
Sang kekasih yang menempuh perjalanan jauh dengan memakai perahu yang sangat ingin
menjumpai kekasihnya (gadis manis). Sang kekasih sudah membawa oleh-oleh yang akan
diberikan kepada kekasihnya (gadis manis). Pada saat itu cuaca sangat bagus dan malam itu
bulan bersinar dengan terang. Namun sang kekasih gundah karena ia memiliki perasaan
bahwa ia tidak akan sampai kepada kekasihnya (gadis manis).
Bait ketiga
Perasaan kekasih yang sedih karena tak kunjung bertemu dengan sang kekasih (gadis manis).
Walaupun air tenang, angin mendayu, tetapi ajal telah memanggil (ajal betahta sambil
berkata: “Tunjukkan perahu kepangkuanku saja”)
Bait keempat
Sang kekasih sudah berputus asa (amboi). Bertahun-tahun sang kekasih sudah berlayar
karena ingin bertemu dengan kekasihnya (gadis manis). Perahu yang dipakaipun mau rusak
karena akan merapuh tetapi ajal terlebih dahulu menjemput. Sang kekasih terlebih dahulu
mati tanpa bertemu dengan kekasihnya (gadis manis)
Bait kelima
Kekhawatiran kekasih setelah ia meninggal (kalau kumati), kekasihnya itupun akan mati juga
dalam penantian yang sia-sia (dia mati iseng sendiri).