NIM: 23020130073
Kelas: PBSI K 2023
BAB I
PUISI
A. Rumahku (Chairil Anwar)
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senja kala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu.
Review Puisi:
Puisi “Taman Dunia” karya Amir Hamzah ini lebih menggambarkan
tentang keindahan alam yang ditunjukkan oleh kekasihnya. Ditunjukkan
keindahan taman dunia oleh sang kekasih dan menikmati keindahan taman
dunia bersama sang kekasih menjadi terasa sangat romantis dan
menyenangkan keadaan taman itu. Metafora “bunga tertawa; kuntum
tersenyum” kegembiraan dan keceriaan yang ada di sekitar mereka. Kemudian
sang kekasih dituliskan membawa kedamaian dan ketenangan pada dirinya,
yang ditunjukkan pada metafora “kau tundukkan haluku tegak, mencium
wangi tersembunyi sepi”.
Pada bait terakhir penulis tercengang, takjub, dan terdiam akan keindahan
taman yang ditunjukkan oleh sang kekasih. Sang kekasih berbisik kepadanya
tentang keindahan dan keistimewaan taman swarga yang di dalamnya penuh
dengan mutiara rupa. Saat sedang asyik-asyiknya terbuai dengan keindahan
taman itu, tiba-tiba sang kekasih menghilang entah kemana, meninggalkan
penulis yang sedang menikmati taman itu.
Suasana dalam puisi ini sangat magis dan memikat bagi semua orang
yang membacanya. Penulis menggambarkan pengalaman masuk ke taman
dunia yang indah bersama sang kekasih. Kata-kata yang digunakan dalam
puisi ini menciptakan citra alam mempesona dan menggugah minat baca para
pembaca.
Review Puisi:
Puisi “Gadis Enam Puluh Tahun” karya Joko Pinurbo ini
menggambarkan seorang wanita yang entah gadis atau berusia enam
puluh tahun yang mempunyai kebiasaan setiap sore selalu berdiri di
ambang jendela sambil menikmati senja sore hari. Dalam puisi itu, Joko
Pinurbo menunjukkan betapa indahnya suasana sore itu ditambah ada
kalimat “sorot senja memancar dari kelopak matanya” yyanng secara
tersirat sangat bisa menggambarkan betapa indahnya mata gadis itu saat
dia memandangi senja di sore hari.
Pada kalimat “Ngapain ngeliatin gue melulu? Ntar gue colong mata
lu!", eggabarkan bahwa penulis selalu melihat dan menyaksikan gadis itu
yang terus berdiri di ambang jendela pada sore hari, dan mungkin karena
saking seringnya dia memandang, gadis itu merasa tidak nyaman dan
melalui kalimat itu gadis berusia enam puluh tahun itu mengungkapkan
ketidaknyamannya saat dipandang terus-terus an oleh sang penulis.
Makna puisi yang dapat saya tangkap yaitu ada seorang pemuda yang
menyukai seorang gadis, sang pemuda itu mencari perhatian gadis itu
dengan setiap sore melewati rumahnya saat akan bermain layang-layang
bersamaan dengan kebiasaan gadis itu memandangi dan menikmati senja
di sore hari.
Review Puisi:
Puisi “Hai, Kamu!” karya WS Rendra, menggambarkan lika-liku
kehidupan di mana ada ketidakadilan, keserakahan, ketidakpuasan, dan
akhir semua kepahitan itu akan berakhir dengan indah yaitu kedamaian.
Pada puisi ini pengarang menunjukkan betapa rusaknya negeri ini oleh
sang penguasa yang sangat serakah dan tidak mempunyai hati sama
sekali. Keangkuhan dan ketidakpuasan dari para penguasa negeri justru
membuat masyarakat kalangan bawah semakin tertindas dan jauh dari
kata adil makmur.
Sang pengarang juga melakukan pemberontakan seperti pada kalimat
“Aku berontak dengan memandang cakrawala”. Sang pengarang selalu
berharap akan keadilan dan kemakmuran bagi semua masyarakat. Pada
akhir baitnya, sang penyair sudah menemukan kedamaian dalam hidup di
tengah badai masalah kehidupan sambil menikmati sajian alam yang
sangat indah dan menakjubkan.
Menurut saya puisi ini ini sangat menggambarkan betapa kerasnya
kehidupan dan bagaimana kita dituntut untuk bisa bertahan dan bisa
memenangkan perlombaan dalam roda kehidupan ini. Tetap jalani
kehidupan dengan hati yang tenang, sembari kita menikmati keindahan
yang disajikan oleh alam yang begitu indah, insyaallah semua
permasalahan akan lebih mudah dihadapi dan selalu bersyukur.
Review Puisi:
Puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono ini
menggambarkan kerinduan yang begitu besar. Entah itu kerinduan pada
hujan pada bulan Juni atau kerinduan pada seseorang yang telah lama
tidak berjumpa. Kesabaran dan ketabahan seseorang dalam menunggu
sesuatu entah apapun itu sangat memancar dan tersirat secara apik melalui
bait demi bait puisi ini. Penantian itu diiringi dengan untaian doa, sabar,
dan keikhlasan yang luar biasa dan pada akhirnya semua penantian itu
membuahkan hasil yang sangat berarti yaitu persatuan yang manis yang
disatukan oleh semesta. Melalui pengulangan dua kalimat di awal bait
menjadikan puisi itu mempunyai ciri khas tersendiri yang juga
mempunyai daya tarik tersendiri bagi pembaca. Saat saya mencoba
membaca puisi ini sangat bisa merasakan arti dari setiap kata yang
memiliki arti yang dalam. Dicantumkannya gambaran keindahan alam
pada puisi ini menjadi daya tarik tersendiri dan pembaca juga bisa sambil
membayangkan sambil berandai-andai semua keindahan itu sembari
meresapi makna sebuah penantian dan kesabaran yang akan berakhir
kebahagiaan.
BAB II
CERPEN
A. Sungai (Nugroho Notosusanto)
1. Nama Tokoh:
Protagonis: Sersan Kasim, Acep.
Antagonis: Komandan/Pak Letnan, Aminah.
Tritagonis: Pak Lurah, penduduk desa.
2. Latar tempat dan kejadian:
Sungai Serayu, di kaki pegunungan daerah Banjarnegara, di Yogyakarta,
Jawa Barat, dan pinggir desa.
3. Sinopsis:
Perjalanan anggota TNI yang jauh hingga dilakukan penyebrangan di
salah satu sungai besar di Jawa Tengah, Sungai Serayu. Sersan Kasim
bersama Komandan serta para anggota lain hendak kembali ke Garut,
Jawa Barat dari Yogyakarta melakukan penyebrangan sungai pada tengah
malam ditambah rintik hujan dan dinginnya malam. Sersan Kasim turut
menggendong Acep, satu-satunya harta berharga peninggalan istrinya
yang meninggal akibat melahirkan Acep satu hari setelahnya,
menggendong dengan hati-hati supaya Acep tidak menangis yang apabila
menangis tangisan itu akan mengundang para musuh. Di tengah
perjalanan, karena air sungai sudah mencapai dada, dan air sudah
merembes ke gendongan, Acep tiba-tiba menangis dan para TNI seketika
terdiam menahan napas dan sudah pasrah apa yang akan terjadi. Tidak
lama Acep terdiam lagi dan suasana kembali sunyi sepi. Pada pagi harinya
para TNI berhenti di suatu desa bersama Pak Lurah dan warga desa
lainnya membantu memakamkan Acep ke liang kubur, dan tampak Sersan
Kasim dengan sragamnya yang sudah lepek tertunduk layu di samping
makam anaknya. Komandan kompi menghampiri Sersan Kasim
menggenggam tangannya. Dalam angannya Sersan Kasim terbayang
pengorbanan Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, yaitu Nabi
Ismail.
4. Perjuangan:
Perjuangan Sersan Kasim untuk menjaga anak buahnya supaya bisa
selamat dalam penyebrangan, dengan ia berusaha “mendiamkan” bayinya
yang secara tiba-tiba menangis karena kedinginan. Ia menyaksikan hal
terberat dalam hidupnya yaitu menyaksikan pemakaman anak satu-satunya
yang sangat disayang, satu-satunya peninggalan istri tercintanya, satu
satunya harapan dan oleh-oleh yang akan dipersembahkan untuk orang
tuanya di Jawa Barat kelak.
5. Amanat:
Setelah menganalisis cerpen “Sungai” karya Nugroho Notosusanto
tersebut, maka terdapat nilai-nilai kerohanian yang dapat diambil,
contohnya nilai percaya dan takut akan Tuhan dengan meneladani sifat
tokoh utama. Sersan Kasim yang rela berkorban untuk kepentingan orang
lain, memiliki semangat dalam membantu orang lain dengan setulus hati.
Selain itu, Sersan Kasim juga seseorang yang tabah dan tidak mudah
menyerah pada semua keadaan, berani menghadapi setiap keadaan dengan
keyakinan penuh bahwa setiap kejadian yang terjadi pasti atas kehendak
Tuhan dan pasti ada hikmah di balik setiap kejadian yang terjadi, serta
dapat terselesaikan dengan baik.
dibawa dan ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada
Daniel, Kinan, Anjani, beserta teman-teman yang lain menunggu mereka.
Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal,
tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun
1996 sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi
pemerintah kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang.
Kemudian, lambat laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke
mana. Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang.
Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang sangat
tidak manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab. Pada bagian kedua,
Asamara adik Laut yang menjadi tokohnya, dia bersama teman-temannya
serta para keluarga tahanan yang belum bebas, membuat rencana untuk
menemukan keberadaan Mas Laut. Hingga akhirnya, dirinya mendapatkan
informasi mengenai ditemukannya tulang belulang manusia di Kepulauan
Seribu. Ada sebagian yang dikubur, kemudian sebagian lainnya sedang
dilakukan penelitian oleh dokter forensik. Mereka tidak tahu tulang siapakah
itu? Akan tetapi, Asmara tidak menaruh harap bahwa itu tulang kakaknya
sebab ia yakin Laut tidak akan pulang dan kembali.
Lela S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita merasa terinspirasi
atas kejadian penculikan dan kasus penghilangan paksa yang terjadi di tahun
1998 lalu. Bahkan, sebelum menuliskan novel ini, penulis telah melakukan
riset wawancara dengan salah satu aktivis yang pernah diculik pada tahun
1998. Maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar kisah dalam novel ini
berdasar pada kisah nyata. Leila S. Chudori selaku penulis, telah berhasil
menetapkan tema dalam novel ini. Tema yang diusungnya mengenai
kemanusiaan pada era Orde Baru yang mana sepantasnya novel ini
memperoleh predikat sebagai novel dengan genre historical fiction terbaik.
E. 5 CM (Donny Dhirgantoro)
Novel 5 CM mengisahkan persahabatan 5 orang yaitu Genta, Arial, Riani,
Zafran, dan Lan. Persahabatan mereka sudah berjalan selama 7 tahun, dan
mereka sudah sering menghabiskan waktu bersama di temoat tongkrongan
favorit mereka. Sifat ke lima orang ini sangat unik yang membuat
persahabatan mereka tidak pernah pudar. Arial merupakan sosok lelaki
tampan dan sporty di antara mereka berlima. Riani merupakan wanita pintar
dan kompetitif karena kesukaannya dalam membaca dan belajar. Tokoh
lainnya ada Zafran seorang yang begitu puitis dan menyukai sastra dan syair.
Tokoh Lan yang merupakan fans fanatic sepak bola. Selanjutnya ada Genta
yang merupakan seorang aktivis kampus dan dianggap sebagai leader bagi
mereka.
Cerita dimulai dari ide Genta yang mengusulkan agar mereka tidak
bertemu dulu selama tiga bulan, yang diharapkan selama tiga bulan itu
digunakan untuk hal pribadi mereka dan supaya mereka lebih produktif dalam
menjalani kehidupan. Pada awalnya, ide itu sangat ditentang oleh Ariani,
tetapi lambat laun Ariani mulai bisa menerima ide itu, dan mereka
melaksanakan itu dengan tidak berjumpa selama tiga bulan.
Tepat pada tanggal 14 Agustus, Genta telah tiba di Stasiun kemudian
disusul Genta dengan membawa tas cariernya yang lumayan besar, kemudian
disusul teman-teman lainnya. Mereka lalu menaiki kereta ekonomi Matarmaja
dengan rute Malang-Jakarta yang sudah kumuh membawa mereka ke tempat
tujuan. Di dalam kereta, mereka mulai menceritakan apa yang terjadi selama
tiga bulan tidak berjumpa.
Setelah melakukan perjalanan yang jauh, mereka akhirnya tiba di stasiun
Malang pada malam hari. Mereka istirahat sejenak di kursi panjang stasiun
sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan utama Mahameru. Perjalanan
menuju puncak Mahameru diisi dengan berbagai tantangan yang tidak biasa
dan dengan kekuatan persahabatan ke 5 orang itu bisa mencapai puncak
dengan tekad dan keyakinan yang kuat.
“Biarkan keyakinan mu, 5 centimeter menggantung mengambang di
depan mu. Dan…setelah itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan
lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih
sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja,
hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu
berdoa…percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu” Kata yang
diucapkan Zafran dengan penuh yakin.
Setelah kita membaca novel ini, pesan yang dapat kita ambil adalah
ketulusan dan perjuangan yang berat pasti akan menghasilkan hasil yang hebat
pula. Selain itu, kita juga diajarkan oleh kesetiaan seorang sahabat di segala
situasi. Sikap kita untuk bisa menerima segala macam sifat dan sikap yang
berbeda-beda, karena memang sejatinya manusia mempunyai karakter yang
berbeda dan kita sebagai manusia harus bisa menerima perbedaan itu menjadi
salah satu jembatan supaya kita terus bisa bersati di atas perbedaan yang ada.
BAB IV
DRAMA
A. RT NOL RW NOL (Iwan Simatupang)
1. Tokoh: Kakek, Ina, Ani, Pincang, Bopeng, Ati, Tukang Becak, Babah
Gemuk.
2. Latar tempat kejadian: Bawah kolong jembatan
3. Sinopsis:
Cerita bermula dari 5 orang berbeda jenis yang terpaksa harus tinggal
di kolong jembatan. Lima orang itu adalah Kakek, Ina, Ani, Bopeng, dan
Pincang. Kakek sebagai seorang yang paling tua dan yang paling bisa
mengayomi orang lain di bawah kolong jembatan itu. Ani dan Ina
diceritakan sebagai pelacur yang setiap mendapatkan uang dari hasil
pelacurnya, uang itu akan digunakan untuk makan ke lima orang itu.
Sementara itu, ada dua pemuda berbeda sifat yaitu Bopeng yang memiliki
semangat juang mencari pekerjaan yang tinggi, sedangkan Pincang
merupakan juru masak mereka, yang selalu memasak dari bahan sisaan
yang ada.
Pada suatu hari, Bopeng datang dengan membawa Ati. Ati ini baru
saja ditipu oleh suaminya yang membawa kabur harta bendanya dan
meninggalkan Ati begitu saja, nah Bopeng berniat ingin membantu Ati,
tetapi nihil Bopeng tidak dapat membantu menemukan suami Ati.
Tidak lama setelah kejadian itu, Ani sekarang yang pergi. Ani pergi
karena harus menikah dengan Babah Gemuk karena terkena razia polisi di
tempat mereka “plesir”. Kehidupan Ani setelah menikah bisa dikatakan
lebih baik, yaitu dengan Ani yang sudah mempunyai Kartu Tanda
Penduduk yang berarti dia sudah tidak menjadi bagian warga RT Nol RW
Nol lagi. Ina juga kembali mengagetkan Kakek, Pincang, dan Bopeng,
yaitu saat Ina mendapat pinangan dari tukang becak yang memiliki rumah.
Sama seperti Ani, Ina juga sudah mempunyai Kartu Tanda Penduduk dan
sudah tidak lagi menjadi warga RT Nol RW Nol lagi. Bopeng juga lalu
ikut pergi untuk mencari kelase. Sementara Pincang, ikut Ati pulang ke
kampong dan berharap bisa mendapatkan pekerjaan. Kini, di bawah
kolong jembatan itu hanya tersisa kakek yang dia tidak mau pergi, kakek
juga berharap apabila ia mati di sini, mayatnya bisa berguna untuk orang
yang bersekolah dokter untuk bahan pembelajaran.
4. Pesan yang dapat diambil:
Pesan yang dapat diambil dari sosok kakek yaitu sebagai orang yang
bijaksana dan legowo. Seorang kakek yang bisa menjadi sosok yang
dihormati dan bertanggung jawab pada anak-anak muda itu. Pengertian
RT Nol RW Nol sendiri adalah karena mereka tinggal di kolong jembatan
dan mereka tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk, maka dari itu mereka
menamai tempatnya dengan nama RT Nol RW Nol.