Anda di halaman 1dari 31

Nama: Anis Munawwaroh

NIM: 23020130073
Kelas: PBSI K 2023

BAB I
PUISI
A. Rumahku (Chairil Anwar)
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senja kala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu.

Review Puisi: Setelah membaca dan memahami puisi “Rumahku” karya


Chairil Anwar dapat saya simpulkan bahwa Chairil menggambarkan rumahku
adalah suatu rumah yang kontras antara kejelasan dan ketidakjelasan. Rumah
yang dapat terlihat begitu jelas, tapi dia malah tersesat tidak dapat keluar dari
“rumah” itu. Dia mencoba membangun rumah baru, tapi tetap saja tidak terasa
apa-apa dan terbuang sia-sia entah kemana. Menceritakan di rumah itu dia
sudah memiliki istri dan anak. Pada akhirnya, dia sudah merasa bahwa
waktunya sudah tidak lama lagi dan akan segera berjumpa dengan sang Kuasa,
tetapi dia masih berusaha merayu sang Kuasa untuk diberi kesempatan
yang lebih panjang dan percaya bahwa aka nada masa indah di kemudian hari.
Puisi “Rumahku” menggambarkan kebimbangan pribadi dalam menentukan
dan memahami arti hidup dan cara memandang hidup, serta ketidakpastian
kehidupan manusia.

B. Taman Dunia (Amir Hamzah)


Kau masukkan aku kedalam taman-dunia, kekasihku!
Kau pimpin jariku, kautunjukkan bunga tertawa; kuntum
tersenyum. Kau tundukkan haluku tegak, mencium wangi
tersembunyi sepi. Kau gemelaikan di pipiku rindu daun beldu
melunak lemah.

Tercengang aku, takjub, terdiam.


Berbisik engkau:
"Taman swarga, taman swarga mutiara rupa".
Engkau pun lenyap.
Termanggu aku gilakan rupa.

Review Puisi:
Puisi “Taman Dunia” karya Amir Hamzah ini lebih menggambarkan
tentang keindahan alam yang ditunjukkan oleh kekasihnya. Ditunjukkan
keindahan taman dunia oleh sang kekasih dan menikmati keindahan taman
dunia bersama sang kekasih menjadi terasa sangat romantis dan
menyenangkan keadaan taman itu. Metafora “bunga tertawa; kuntum
tersenyum” kegembiraan dan keceriaan yang ada di sekitar mereka. Kemudian
sang kekasih dituliskan membawa kedamaian dan ketenangan pada dirinya,
yang ditunjukkan pada metafora “kau tundukkan haluku tegak, mencium
wangi tersembunyi sepi”.
Pada bait terakhir penulis tercengang, takjub, dan terdiam akan keindahan
taman yang ditunjukkan oleh sang kekasih. Sang kekasih berbisik kepadanya
tentang keindahan dan keistimewaan taman swarga yang di dalamnya penuh
dengan mutiara rupa. Saat sedang asyik-asyiknya terbuai dengan keindahan
taman itu, tiba-tiba sang kekasih menghilang entah kemana, meninggalkan
penulis yang sedang menikmati taman itu.
Suasana dalam puisi ini sangat magis dan memikat bagi semua orang
yang membacanya. Penulis menggambarkan pengalaman masuk ke taman
dunia yang indah bersama sang kekasih. Kata-kata yang digunakan dalam
puisi ini menciptakan citra alam mempesona dan menggugah minat baca para
pembaca.

C. Gadis Enam Puluh Tahun (Joko Pinurbo)


Gadis enam puluh tahun berdiri di ambang jendela,
berbincang-bincang dengan senja.
Senja menggerayangi wajahnya, dan ia merasa
sorot senja sangat menyilaukan matanya.
"Ngapain ngeliatin gue melulu? Ntar gue colong mata lu!"
Senja meredup, kemudian angslup ke pelupuknya.

Demikianlah, setiap berangkat bermain layang-layang


di kuburan, aku melihat gadis buta itu sedang berdiri
di ambang jendela, berpacaran dengan senja,
dan sorot senja memancar dari kelopak matanya.

Review Puisi:
Puisi “Gadis Enam Puluh Tahun” karya Joko Pinurbo ini
menggambarkan seorang wanita yang entah gadis atau berusia enam
puluh tahun yang mempunyai kebiasaan setiap sore selalu berdiri di
ambang jendela sambil menikmati senja sore hari. Dalam puisi itu, Joko
Pinurbo menunjukkan betapa indahnya suasana sore itu ditambah ada
kalimat “sorot senja memancar dari kelopak matanya” yyanng secara
tersirat sangat bisa menggambarkan betapa indahnya mata gadis itu saat
dia memandangi senja di sore hari.
Pada kalimat “Ngapain ngeliatin gue melulu? Ntar gue colong mata
lu!", eggabarkan bahwa penulis selalu melihat dan menyaksikan gadis itu
yang terus berdiri di ambang jendela pada sore hari, dan mungkin karena
saking seringnya dia memandang, gadis itu merasa tidak nyaman dan
melalui kalimat itu gadis berusia enam puluh tahun itu mengungkapkan
ketidaknyamannya saat dipandang terus-terus an oleh sang penulis.
Makna puisi yang dapat saya tangkap yaitu ada seorang pemuda yang
menyukai seorang gadis, sang pemuda itu mencari perhatian gadis itu
dengan setiap sore melewati rumahnya saat akan bermain layang-layang
bersamaan dengan kebiasaan gadis itu memandangi dan menikmati senja
di sore hari.

D. Hai, Kamu! (Karya WS Rendra)


Luka-luka di dalam lembaga,
untaian keangkuhan kekerdilan jiwa,
noda di dalam pergaulan antar manusia
duduk di dalam kemacetan angan-angan.
Aku berontak dengan memandang cakrawala.

Jari-jari waktu menggamitku.


Aku menyimak kepada arus kali.
Lagu margasatwa agak mereda.
Indahnya ketenangan turun ke hatiku.
Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.

Review Puisi:
Puisi “Hai, Kamu!” karya WS Rendra, menggambarkan lika-liku
kehidupan di mana ada ketidakadilan, keserakahan, ketidakpuasan, dan
akhir semua kepahitan itu akan berakhir dengan indah yaitu kedamaian.
Pada puisi ini pengarang menunjukkan betapa rusaknya negeri ini oleh
sang penguasa yang sangat serakah dan tidak mempunyai hati sama
sekali. Keangkuhan dan ketidakpuasan dari para penguasa negeri justru
membuat masyarakat kalangan bawah semakin tertindas dan jauh dari
kata adil makmur.
Sang pengarang juga melakukan pemberontakan seperti pada kalimat
“Aku berontak dengan memandang cakrawala”. Sang pengarang selalu
berharap akan keadilan dan kemakmuran bagi semua masyarakat. Pada
akhir baitnya, sang penyair sudah menemukan kedamaian dalam hidup di
tengah badai masalah kehidupan sambil menikmati sajian alam yang
sangat indah dan menakjubkan.
Menurut saya puisi ini ini sangat menggambarkan betapa kerasnya
kehidupan dan bagaimana kita dituntut untuk bisa bertahan dan bisa
memenangkan perlombaan dalam roda kehidupan ini. Tetap jalani
kehidupan dengan hati yang tenang, sembari kita menikmati keindahan
yang disajikan oleh alam yang begitu indah, insyaallah semua
permasalahan akan lebih mudah dihadapi dan selalu bersyukur.

E. Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono)


Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak


Dari hujan di bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif


Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Review Puisi:
Puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono ini
menggambarkan kerinduan yang begitu besar. Entah itu kerinduan pada
hujan pada bulan Juni atau kerinduan pada seseorang yang telah lama
tidak berjumpa. Kesabaran dan ketabahan seseorang dalam menunggu
sesuatu entah apapun itu sangat memancar dan tersirat secara apik melalui
bait demi bait puisi ini. Penantian itu diiringi dengan untaian doa, sabar,
dan keikhlasan yang luar biasa dan pada akhirnya semua penantian itu
membuahkan hasil yang sangat berarti yaitu persatuan yang manis yang
disatukan oleh semesta. Melalui pengulangan dua kalimat di awal bait
menjadikan puisi itu mempunyai ciri khas tersendiri yang juga
mempunyai daya tarik tersendiri bagi pembaca. Saat saya mencoba
membaca puisi ini sangat bisa merasakan arti dari setiap kata yang
memiliki arti yang dalam. Dicantumkannya gambaran keindahan alam
pada puisi ini menjadi daya tarik tersendiri dan pembaca juga bisa sambil
membayangkan sambil berandai-andai semua keindahan itu sembari
meresapi makna sebuah penantian dan kesabaran yang akan berakhir
kebahagiaan.
BAB II
CERPEN
A. Sungai (Nugroho Notosusanto)
1. Nama Tokoh:
Protagonis: Sersan Kasim, Acep.
Antagonis: Komandan/Pak Letnan, Aminah.
Tritagonis: Pak Lurah, penduduk desa.
2. Latar tempat dan kejadian:
Sungai Serayu, di kaki pegunungan daerah Banjarnegara, di Yogyakarta,
Jawa Barat, dan pinggir desa.
3. Sinopsis:
Perjalanan anggota TNI yang jauh hingga dilakukan penyebrangan di
salah satu sungai besar di Jawa Tengah, Sungai Serayu. Sersan Kasim
bersama Komandan serta para anggota lain hendak kembali ke Garut,
Jawa Barat dari Yogyakarta melakukan penyebrangan sungai pada tengah
malam ditambah rintik hujan dan dinginnya malam. Sersan Kasim turut
menggendong Acep, satu-satunya harta berharga peninggalan istrinya
yang meninggal akibat melahirkan Acep satu hari setelahnya,
menggendong dengan hati-hati supaya Acep tidak menangis yang apabila
menangis tangisan itu akan mengundang para musuh. Di tengah
perjalanan, karena air sungai sudah mencapai dada, dan air sudah
merembes ke gendongan, Acep tiba-tiba menangis dan para TNI seketika
terdiam menahan napas dan sudah pasrah apa yang akan terjadi. Tidak
lama Acep terdiam lagi dan suasana kembali sunyi sepi. Pada pagi harinya
para TNI berhenti di suatu desa bersama Pak Lurah dan warga desa
lainnya membantu memakamkan Acep ke liang kubur, dan tampak Sersan
Kasim dengan sragamnya yang sudah lepek tertunduk layu di samping
makam anaknya. Komandan kompi menghampiri Sersan Kasim
menggenggam tangannya. Dalam angannya Sersan Kasim terbayang
pengorbanan Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, yaitu Nabi
Ismail.
4. Perjuangan:
Perjuangan Sersan Kasim untuk menjaga anak buahnya supaya bisa
selamat dalam penyebrangan, dengan ia berusaha “mendiamkan” bayinya
yang secara tiba-tiba menangis karena kedinginan. Ia menyaksikan hal
terberat dalam hidupnya yaitu menyaksikan pemakaman anak satu-satunya
yang sangat disayang, satu-satunya peninggalan istri tercintanya, satu
satunya harapan dan oleh-oleh yang akan dipersembahkan untuk orang
tuanya di Jawa Barat kelak.
5. Amanat:
Setelah menganalisis cerpen “Sungai” karya Nugroho Notosusanto
tersebut, maka terdapat nilai-nilai kerohanian yang dapat diambil,
contohnya nilai percaya dan takut akan Tuhan dengan meneladani sifat
tokoh utama. Sersan Kasim yang rela berkorban untuk kepentingan orang
lain, memiliki semangat dalam membantu orang lain dengan setulus hati.
Selain itu, Sersan Kasim juga seseorang yang tabah dan tidak mudah
menyerah pada semua keadaan, berani menghadapi setiap keadaan dengan
keyakinan penuh bahwa setiap kejadian yang terjadi pasti atas kehendak
Tuhan dan pasti ada hikmah di balik setiap kejadian yang terjadi, serta
dapat terselesaikan dengan baik.

B. Guru (Putu Wijaya)


1. Penokohan:
a. Taksu (anak): memiliki tekad yang kuat
b. Bapak Taksu: keras
c. Ibu Taksu: mudah marah
2. Latar tempat dan kejadian:
Rumah dan kost.
3. Sinopsis:
Seorang anak bernama Taksu yang mempunyai cita-cita besar menjadi
seorang guru. Akan tetapi, kedua orangtuanya tidak setuju dengan cita-cita
itu karena menganggap guru itu sangat hina, salah satu pekerjaan yang
selalu menjadi pilihan kedua saat orang tidak bisa mencapai pekerjaan
pilihan pertamanya. Orang tuanya juga merasa terhina atas pilihan Taksu
menjadi seorang guru. Orang tuanya mencoba berbagai cara supaya Taksu
berubah pikiran agar tidak menjadi guru, mulai dari membeberkan semua
hal tentang kejelekan dan kesengsaraan menjadi seorang guru, hingga
bapaknya membelikan mobil dari uang depositnya untuk Taksu dengan
syarat dia harus berhenti bercita-cita menjadi guru. Akan tetapi, semua
usaha orang tuanya sia-sia di mata Taksu yang sudah mempunyai tekat
yang sangat kuat menjadi guru. Sampai pada puncaknya, sang bapak
bertengkar hebat dengan membawa-bawa Mina, pacar Taksu yang dituduh
telah mengotori pikiran anaknya sampai tega mengancam akan membunuh
Taksu. Saat bapaknya pulang dan menceritakan kejadian di kost Taksu,
ibunya gentian yang ikut marah besar dan menyuruh bapak untuk kembali
ke kost Taksu. Akan tetapi semuanya sudah terlambat, Taksu sudah pergi
dan hanya meninggalkan secarcik kertas kecil berisi permohonan maaf
Taksu dan perizinan Taksu untuk tetap menjadi guru. Kejadian 10 tahun
yang lalu itu sungguh tidak bisa dilupakan, dan sekarang Taksu sudah
menjadi guru besar dan mendapat gelar doctor honoris dari sebuah
perguruan tinggi bergengsi.
4. Amanat:
Sebagai orang tua hendaknya jangan terlalu memaksa dan mengengkang
cita-cita anak kita. Sebaiknya kita selalu mendukung segala keputusan
anak, asal keputusan itu baik, serta kita sebagai orang tua juga harus
senantiasa mengawasi anak dan menegur anak supaya selalu berada di
jalan yang benar.
C. Pelajaran Mengarang (Seno G Aji Darma)
1. Penokohan:
a. Protagonis: Sandra (Anak malang yang tidak tau siapa orang tuanya)
b. Antagonis: Marti (Ibu Sandra, seorang pelacur)
c. Tritagonis: Ibu Guru Tati
2. Latar tempat dan kejadian:
Di sekolah ketika Sandra membuat cerpen, di rumah ketika Marti
menghardik Sandra, dan di kelab ketika Sandra dititipkan kepada
Mami yang menjadi mucikari Marti.
3. Sinopsis:
Seorang anak benama Sandra berusia 10 tahun yang duduk di bangku
kelas 5 Sekolah Dasar, saat itu mendapatkan tugas pelajaran
mengarang yaitu membuat karangan dengan tiga tema pilihan di
antaranya, Keluarga Kami yang Berbahagia, Liburan ke Rumah Nenek,
dan Ibu. Sandra yang merupakan anak seorang pelacur, yang setiap
hari hanya melihat betapa kotor dan berantakan rumahnya akibat ulah
ibunya yang sering pulang dengan kondisi mabuk, putung rokok
berserakan, botol-botol bir di mana-mana, tentu Sandra dibuat
kebingungan mau menulis apa karena semua tema yang diberikan tidak
ada yang nyata sama sekali. Berbeda dengan teman-temannya yang
sangat lancer dalam mengarang karena memang kejadian betulan,
Sandra justru harus benar-benar mengarang saat pelajaran mengarang
karena setiap judul yang diberikan ibu guru tidak ada yang sesuai
dengan kondisi Sandra. Pada akhirnya, sampai waktu sudah habis pun,
kertas milik Sandra masih juga kosong dan ia pada akhirnya hanya
menulis satu kalimat yaitu “Ibuku seorang pelacur”. Ibu guru Tati
memeriksa tugas mengarang anak-anak di rumah sambil menonton
televisi, dan belum sampai kertas milik Sandra, ibu guru sudah
bersyukur bahwa para muridnya memiliki keluarga yang harmonis. 4.
Amanat:
Kehidupan Sandra yang memprihatinkan memberi pelajaran bahwa
kita harus menerima kehidupan yang kita jalani. Dari ibu Sandra,
Marti, kita bisa mengambil pelajaran untuk bertanggung jawab dengan
anak, tidak ada yang namanya anak haram karena yang salah orang
tuanya, bukan anaknya. Kemudian jangan memaki anak, jangan
melampiaskan emosi kepada anak.

D. Keroncong Pembunuhan (Seno Gumira Ajidarma)


Terdapat dalam buku kumpulan cerpen Penembak Misterius karya Seno
Gumira Ajidarma.
1. Penokohan:
a. Aku sang pembunuh bayaran
b. Wanita atasan target si “Aku”
c. Pria target pembunuhan
d. Pria atasan si wanita
2. Latar tempat kejadian:
Di hotel mewah tempat pesta.
3. Sinopsis:
Menceritakan tokoh “Aku” yang merupakan seorang pembunuh bayaran
yang saat ini mendapat pekerjaan untuk membunuh target seorang pria
yang disuruh oleh seorang wanita atasannya. Sang wanita sudah memberi
tahu pria mana yang akan menjadi target malam itu di sebuah hotel saat
berlangsungnya pesta, sambil si aku sudah menyiapkan bidik panahannya
sudah sesuai. Sembari menunggu intruksi dari sang wanita, tokoh aku
mendadak ragu akan pria yang menjadi target pertama. Tokoh aku lalu
bertanya alas an mengapa ia harus membunuh si pria itu. Sang wanita
hanya memberi alas an bahwa pria itu sudah menjadi manusia munafik
dan merupakan penghianat bangsa. Dirasa kurang puas atas jawaban dari
si wanita, tokoh aku kembali mendesak dengan berbagai pertanyaan yang
membuat sang wanita semakin terpojokkan. Pada akhirnya sang wanita
berkata jujur kepada sosok aku setelah merasa semakin terpojokkan oleh
pertanyaan-pertanyaan dari si aku. Konflik berakhir setelah si wanita
berkata jujur kepada tokoh aku.
4. Pesan yang dapat diambil:
Cerpen ini sangat menarik untuk dibaca dan sangat membuat pembaca
ikut merasakan ketegangan yang dibuat oleh penulis yang membuat
pembaca ingin terus membacanya. Cerpen ini juga mengandung makna
yang dalam yaitu konflik batin dari tokoh “Aku” yang awalnya akan patuh
saja terhadap perjanjian, tetapi saat sudah waktunya malah hatinya berkata
lain bahwa penjahat yang sebenarnya bukanlah pria itu, dan tokoh aku
akhirnya lebih memilih membidik pria lain yang merupakan orang licik
sesungguhnya. Pesan yang dapat diambil menurut saya adalah apabila kita
menjadi orang baik pasti akan selalu dilindungi oleh Tuhan dan keadilan
pasti akan selalu ada untuk orang yang memang tidak bersalah dan orang
yang menjadi korban fitnah.

E. Senyum Karyamin (Ahmad Tohari)


1. Penokohan:
Tokoh utama: Karyamin, istri Karyamin, Sarji (kawan pengumpul batu),
Saidah (penjual pecel), Pak Pamong.
2. Latar tempat kejadian:
Pegunungan batu, warung pecel.
3. Sinopsis:
Karyamin seorang pekerja pengumpul batu di sebuah desa, sedang bekerja
mengangkat bebatuan ke atas dan ke bawah gunung. Keringat dan peluh
yang terus menetes dari dahi Karyamin, ditambah jalanan yang licin,
membuat Karyamin bolak-balik terpeleset yang mengakibatkan batu yang
dibawanya berserakan jatuh. Kawan-kawannya yang melihat itu tertawa
terbahak-bahak menyaksikan Karyamin yang terjatuh karena mereka
senang mencari hiburan dengan mentertawakan diri mereka sendiri.
Kondisi badan yang semakin lemas dan mata yang sudah berkunang
kunang, Karyamin memutuskan untuk pulang ke rumah menemui istrinya.
Karyamin mampir dulu ke penjual pecel Saidah untuk meminta minum,
saat ditawari makan oleh Saidah Karyamin menolak dengan mengatakan
sayang daganganmu kalau habis hanya karena hutang an kita-kita.
Karyamin memutuskan untuk pulang ke rumah, tetapi di bawah Karyamin
melihat ada Pak Pamong yang menagih iuran untuk orang-orang yang
kurang makan, lalu Karyamin tidak hanya tersenyum tetapi tertawa keras
keras sampai tubuhnya yang sudah sangat lemas dan jatuh terguling
guling ke lembah, Pak Pamong berusaha menahan tetapi semua sudah
terlambat.
4. Pesan yang dapat diambil:
Kegigihan Karyamin dalam mencari rezeki walau hanya menjadi
pengumpul batu, tetapi satu-satunya pekerjaan ya itu untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya dengan sang istri. Perjuangan dan pengorbanan
Karyamin, perut keroncongan, mata sudah berkunang-kunang, sampai
terus terjatuh-jatuh terpeleset di gunung, sangat menginspirasi saya untuk
terus berjuang walau tantangan sebesar apapun itu. Selalu percaya bahwa
akan ada hal besar menanti setelah perjuangan dan pengorbanan yang
besar.
BAB III
NOVEL
A. Mirah Dari Banda (Hanna Rambe)
Novel Mirah Dari Banda karya Hanna Rambe ini menceritakan kisah
penjajahan Jepang pada zaman dahulu. Kita juga ditunjukkan keindahan pulau
Banda dengan bergai keindahan alam yang secara apik dikemas dengan kata
kata luar biasanya. Cerita berawal dari kedatangan Wendy (Rowenna
Higgins), Matthew Morgan (Matt), Diah, Ratna, Muhammad Zakaria (Jack)
ke pulau Banda. Wendy dan Matt adalah sepasang suami istri yang sudah
sekitar dua tahun tinggal di Indonesia yaitu di pulau Sumatra. Begitu juga
dengan Ratna dan Jack juga merupakan sepasang suami istri, di mana Jack
merupakan putra asli tanah Maluku, lebih tepatnya Ambon, tetapi keluarga
dari ibu Jack banyak yang tinggal di pulau Banda. Jack yang selalu
menceritakan keindahan pulau Banda membuat pasangan suami istri Wendy
Matt mempunyai keinginan besar untuk mengunjungi pulau Banda. Mereka
mengendarai pesawat yang disewa dari Perusahaan Adamson dan Co untuk
mencapai pulau Banda. Perbincangan di dalam pesawat diisi oleh penjelasan
Jack mengenai keindahan pulau Banda, dan mereka memutuskan akan
membuat film tentang taman laut nantinya di pulau Banda yang indah.
Rombongan sampai di Banda dengan disambut banyak orang-orang Banda
yang memang sudah mengenal Jack. Mereka mengendarai Boirotang, nama
kapalnya untuk sampai ke Rumah Putih yaitu sebutan untuk rumah Ratna,
yang lokasinya tidak jauh dari tepi pantai Tita Lama, tepatnya di Kampung
Baru. Saatnya jam makan malam tiba, dan saat itu pula untuk pertama kalinya
Wendy bertemu dengan sosok Mirah, seorang juru masak yang memiliki
tubuh sedikit gempal dan sudah tua. Wendy langsung tertarik saat itu juga, ia
kemudian dan ia mengucapkan terima kasih kepada Mirah langsung ke dapur
dan saat itu juga ada getaran aneh yang melanda Wendy.
Mirah diceritakan mempunyai mata khas Italy atau India atau Amerika
Serikat, dan dijawab Ratna Mirah adalah seorang nyai dan perempuan
peliharaan seorang perkeniers.
Pada bagian tiga dan empat, penulis lebih menekankan bagaimana pulau
Banda dan surga pala ini terbentuk. Bermula dari adanya seorang raja di
Banda Besar, bernama Mata Guna. Permaisurinya bernama Delima. Mereka
dikaruniai empat orang putra dan seorang putri. Putri bungsu itu bernama
Ceilo Bintang, seorang gadis cantik jelita. Melalui kecantikan wajahnya,
banyak raja-raja Jawa ingin meminangnya, tetapi naas terjadi saat raja dari
kerajaan Timur membawa bibit pala sebagai syarat, di tengah jalan tewas
terbunuh oleh kerajaan lain yang juga ingin meminang Ceilo Bintang. Bibit
pala itu kemudian tumbuh subur di pulau Banda yang kemudian terdengar
sampai Eropa, yang kembali memanggil Eropa untuk menguasai pala yang
saat itu disebut pohon emas.
Cerita berlanjut dari adanya keberadaan orangkaya, pembunuhan
Verhoven, hingga kembalinya Jan Pieterszoon Coen untuk membalas dendam
atas kematian Gubernur Verhoven. Penguasaan Banda oleh Belanda secara
penuh berawal dari genoshida yang dilakukan Coen. Tidak lupa penulis juga
menceritakan bagaimana cerita tentang perkeniers, sang penjaga kebun pala
yang ditunjuk oleh Belanda, dari masa jawa hingga keruntuhannya.
Bagian selanjutnya, kisah Mirah dijelaskan dengan rinci. Mirah adalah
sosok asli jawa yaitu Semarang. Saat itu Mirah kecil bersama Yu Karsih
diculik oleh dua orang pria dan dibawa menggunakan kapal hingga tiba di
pulau Banda. Sampai sana ia dipekerjakan di kebun pala milik Tuan Besar
Johan Kelus Setin, yang dikelola oleh Tuan Coci. Tuan Besar dan Tuan Coci
sama-sama mencintai Yu Karsih. Akan tetapi, Yu Karsih malah jatuh hati
kepada Lajamu, temannya saat berkebun dan mereka melangsungkan
pernikahan. Mirah dipekerjakan menjadi babu Permaisuri dan putrinya, yang
lambat laun ternyata ketahuan bahwa istri Tuan Besar ternyata menjadi
gundik Belanda lain, yang menyebabkan Tuan Besar marah dan menjadikan
Mirah sebagai gundik sampai Mirah mempunyai dua anak dari Tuan Besar
walau tanpa ikatan pernikahan, dua anak Mirah bernama Lili dan Weli.
Mirah bertemu lagi dengan Lawao cinta sejatinya setelah lama berpisah,
dan mereka kabur dengan kapal, tetapi naas ombak besar kembali menjadi
pemisah mereka berdua. Mirah kembali ke pulau Banda. Bersamaan dengan
turunnya harga pala, Banda dilanda kemiskinan. Datanglah Jepang yang ingin
membawa anak-anak keturunan Belanda. Kedua anak Mirah Lili dan Weli
berhasil ditangkap Jepang walau tanpa kekerasan, tetapi itu merupakan
kesedihan mendalam bagi Mirah karen kembali berpisah dengan orang-orang
tersayangnya. Mirah ingin kembali ke Jawa mencari orang tuanya, tetapi dia
tidak memiliki pengetahuan yang luas dan tidak punya ongkos.
Pada akhir cerita bagian sembilan-sepuluh, diceritakan sosok Lili yang
ternyata menjadi pemuas nafsu lelaki Jepang hingga hanil entah siapa
ayahnya, lalu disuruh untuk menggugurkan oleh Toshiro pria Jepang yang
baik. Setelah itu Lili dan Toshiro menikah dan memiliki seorang anak yang
dibawa kabur karena kekalahan Jepang atas Sekutu ke Australia, dan ia
menitipkan anaknya di panti asuhan dan diadopsi keluarga Higgins. Wendy
yang merupakan anak angkat keluarga Higgins, pernah diceritakan bahwa ia
ayahnya seorang lelaki Jepang baik hati, dan ibunya campuran Indo-Belanda.
Pada akhir kisah ini diceritakan pertemuan Wendy yang merupakan cucu
Mirah yang bahkan tidak terjawab sampai akhir cerita. Sosok Mirah tentu
mempunyai nilai tersendiri untuk Wendy, dan sosok Wendy kembali
mengingatkan Mirah kepada Weli, anak perempuannya yang sudah lama
berpisah dengannya.
Cerita Mirah dari Banda memang rekaan, tetapi tidak semuanya fiksi.
Melalui cerita ini kita dijabarkan suasana saat masa penjajahan, mulai dari
Belanda hingga penjajahan Jepang. Kita juga dijabarkan oleh keindahan pulau
Banda yang ternyata menyimpan banyak keindahan dan cerita di balik itu
semua.
B. Laut Bercerita (Leila S. Chudori)
Cerita Laut bercerita karya Leila S. Chudori merupakan sebuah cerita
yang diangkat dari kejadian kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya presiden
Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun. Cerita ini mengangkat tema
persahabatan, percintaa, kekeluargaan, dan rasa kehilangan. Cerita bermula
saat tokoh Biru Laut yang merupakan mahasiswa Sastra Inggris Universitas
Negeri Yogyakarta yang mempunyai hobi membaca karya sastra, salah
satunya karya Pramoedya Ananta Toer, yang saat itu menjadi bacaan
terlarang. Maka dari itu dia secara diam-diam memfotocopy buku-buku itu di
tempat fotocopy terlarang pada saat itu. Hingga kemudian ia bertemu dengan
Kinan, mahasiswa FISIP yang kemudian menawarkan untuk bergabung ke
organisasi Winatra dan Wirasena.
Setelah bergabung dengan organisasinya, Laut semakin gencar untuk
membuat perlawanan untuk mendoktrin presiden Indonesia yang sudah
berkuasa lebih dari 30 tahun. Di dalam novel ini, diceritakan Laut bersama
teman-temannya sering melakukan aksi pembelaan rakyat atas hak-haknya
yang dirampas pemerintahan, salah satunya aksi “Tanam Jagung Blangguan”.
Namun, aksi itu juga tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Namun,
jauh sebelum aksi itu, dilakukan diskusi Kwangju yang ternyata ada
pengkhianat, para orang menaruh curiga kepada Naratama, tetapi belum ada
kepastian.
Sesudah melancarkan aksi tanam jagung, Laut beserta teman-temannya
kembali ke terminal, dan ada pengintaian yang berhasil menangkap Laut,
Bram, dan Alex, sementara yang lain berhasil melarikan diri. Mereka bertiga
dibawa ke markas TNI untuk diwawancara siapa dalang atas aktivis mereka,
sampai mereka disiksa hingga luka-luka, tetapi akhirnya mereka dibebaskan
dan dikembalikan ke terminal Burungasih. Di terminal Bungurasih, Laut,
Bram, dan Alex dijemput oleh kedua kakak dari AnjaniMereka bertiga
.

dibawa dan ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada
Daniel, Kinan, Anjani, beserta teman-teman yang lain menunggu mereka.
Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal,
tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun
1996 sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi
pemerintah kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang.
Kemudian, lambat laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke
mana. Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang.
Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang sangat
tidak manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab. Pada bagian kedua,
Asamara adik Laut yang menjadi tokohnya, dia bersama teman-temannya
serta para keluarga tahanan yang belum bebas, membuat rencana untuk
menemukan keberadaan Mas Laut. Hingga akhirnya, dirinya mendapatkan
informasi mengenai ditemukannya tulang belulang manusia di Kepulauan
Seribu. Ada sebagian yang dikubur, kemudian sebagian lainnya sedang
dilakukan penelitian oleh dokter forensik. Mereka tidak tahu tulang siapakah
itu? Akan tetapi, Asmara tidak menaruh harap bahwa itu tulang kakaknya
sebab ia yakin Laut tidak akan pulang dan kembali.
Lela S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita merasa terinspirasi
atas kejadian penculikan dan kasus penghilangan paksa yang terjadi di tahun
1998 lalu. Bahkan, sebelum menuliskan novel ini, penulis telah melakukan
riset wawancara dengan salah satu aktivis yang pernah diculik pada tahun
1998. Maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar kisah dalam novel ini
berdasar pada kisah nyata. Leila S. Chudori selaku penulis, telah berhasil
menetapkan tema dalam novel ini. Tema yang diusungnya mengenai
kemanusiaan pada era Orde Baru yang mana sepantasnya novel ini
memperoleh predikat sebagai novel dengan genre historical fiction terbaik.

C. Dilan 1 Dia Adalah Dilanku 1990 (Pidi Baiq)


Sesuai dengan judulnya, novel Dia Adalah Dilanku 1990, mengambil
latar waktu tahun 1990 di kota Bandung, Jawa Barat. Novel Dilan ini sangat
popular hingga memiliki sekuel, yakni Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 dan
Milea: Suara dari Dilan. Bahkan, ketiga sekuel novel ini telah sukses
difilmkan.
Diceritakan Dilan adalah siswa SMA di Bandung yang merupakan
anggota geng motor, menjadi salah satu jagoan sekolah dengan otaknya yang
cerdas. Dilan adalah penikmat karya-karya sastra, koran Tempo dan
pengagum tokoh-tokoh revolusioner. Ia orang yang unik, ia memiliki gaya
romantisnya tersendiri. Bayangkan saja, Dilan Pernah mengirimkan surat
kepada Milea yang berisi undangan untuk hadir kesekolah setiap hari.
Sementara Milea adalah siswa pindahan dari Jakarta. Setiap kali Dilan melihat
Milea, Dilan selalu punya cara tersendiri untuk mendekati Milea. Contohnya
saat hari ulang tahun Milea, Dilan telat memberikan ucapan selamat, namun
kado darinya adalah kado yang sangat diingat oleh Milea yaitu berupa TTS
bercover model China yang semua TTS nya sudah dikerjakan oleh Dilan.
Dalam TTS itu ada tulisan yang menyebutkan “Aku sayang kamu” atau “ Aku
tidak mau kamu pusing untuk mengisinya”.
Cara Dilan untuk mengungkapkan cintanya kepada Milea terkesan aneh
dan nyeleneh, tetapi itu malah yang paling berkesan untuk Milea. Lama
kelamaan perasaan dan usaha Dilan akhirnya terbalas, meski awalnya Milea
ragu karena dia sudah mempunyai pacar di Jakarta bernama Beni, tetapi
kejadian saat Milea pulang ke Jakarta saat itu membuat Milea yakin untuk
menerima Dilan.
Saat itu Milea datang ke Jakarta untuk mendukung temannya yang
mengikuti lomba cerdas cermat, dia mengabari Beni untuk bisa bertemu,
tetapi Beni tidak kunjung datang. Setelah itu Milea makan bersama Nandan
dan Wati. Beni datang marah-marah tidak terima jika Milea makan dengan
lelaki lain. Saat itulah hubungannya dengan Beni berakhir.
Dilan dan Milea menjadi pasangan yang sangat romantis kala itu, mereka
mempunyai perasaan yang sama besarnya, dan mereka juga ingin melanjutkan
hubungannya ke tahap yang lebih serius. Contohnya saja Dilan sering
mengajak Milea ke rumahnya untuk bertemu bundanya, dan sebalikya Milea
juga mengajak Dilan ke rumahnya untuk bertemu keluarganya.
Membaca novel Dilan mengingatkan kita kembali ke zaman SMA, di
mana itu merupakan zaman dengan kenakalan-kenakalan yang tidak terduga,
seperti suasana kantin, kelas, dan lain sebagainya. Kedua kita dibawa terbuai
dalam kisah percintaan Dilan dan Milea yang sangat unik dan membuat
pembaca baper. Terakhir, kita dibuat untuk melihat suasana di era 90’ an yang
mempunyai ciri dan kekhasan tersendiri yang digarap dengan apik oleh
penulis.

D. Laskar Pelangi (Andrea Hirata)


Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata merupakan salah satu novel
terbaik sepanjang masa. Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa
bahasa, dan novel ini juga sudah diangkat menjadi film dengan judul Laskar
Pelangi pada tahun 2008 lalu. Novel ini menceritakan kehidupan anak-anak di
salah satu sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong, provinsi Bangka
Belitung. Cerita bermula ada kegelisahan pada salah satu sekolah
Muhammadiyah yang kekurangan murid, seharusnya dibutuhkan 10 murid,
tetapi sampai saat ini masih terdapat 9 murid baru.
Pak Harvan, kepala sekolah sekolah Muhammadiyah akan segera
melakukan pidato penutupan sekolah itu, tetapi tiba-tiba muncul satu siswa
berkebutuhan khusus bernama Harun yang menjadikan murid baru berjumlah
10 dan tidak jadi ditutup. Para siswa baru tersebut adalah Mahar, Ikal,
Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya
wanita namanya Sahara.
Sekolah pertama di tahun ajaran baru dimulai dengan perkenalan masing
masing siswa. Kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan yang sudah
hamper roboh itu, tidak mematahkan semangat mereka untuk menuntut ilmu.
Ibu Kus yang merupakan wali kelas itu bekerja sebagai penjahit untuk
bertahan hidup, dan Pak Harvan si kepala sekolah bekerja mengelola sebidang
tanah. Para guru juga harus berusaha keras untuk berusaha bertahan hidup dan
tidak jarang mendapat sedikit beras dari orang tua murid yang juga sama
kesusahannya.
Bu Mus dan Pak Hrvan merupakan dua sosok guru tanpa tanda jasa yang
luar biasa. Mereka selalu mengajarkan nilai bekerja keras dan menanamkan
sikap optimis agar selalu mempunyai cita-cita setinggi-tingginya. Ketulusan
dari guru itu berbuah manis yaitu kegigihan para siswa dalam belajar dan
berusaha. Contohnya saja Lintang harus menempuh 80 km dengan mengayuh
sepeda setiap harinya dan tetap semangat untuk menuntut ilmu. Gelar lascar
pelangi diberikan Bu Musk arena mereka selalu gemar melihat pelangi.
Keadaan sekolah Muhammadiyah dan penduduk di Pulau Belitong sangat
terbalik dengan kenyataan di mana pulau ini termasuk pulau yang kaya akan
timah di Indonesia. Bisa dikatakan, kekayaan itu hanya dinikmati oleh
kalangan staf PN dan Sekolah PN. Hingga pada suatu ketika lascar pelangi
dapat mngikuti perlombaan, contohnya Lintang mengikuti lomba cerdas
cermat melawan guru ternama Sekolah PN. Siapa sangka Lintang bisa
menjawab soal dengan jenius dan tidak terkalahkan oleh guru itu. Namun
saying, kejeniusan Lintang harus berhenti karena Lintang harus membiayai
keluarganya setelah kematian ayahnya. Hal itu tentu menyedihkan sekali
untuk Bu Mus dan lascar pelangi juga Sekolah Muhammadiyah sendiri.
Cerita lain dari Flo seorang anak murid sekolah PN yang kaya raya, tetapi
memilih untuk bergabung ke lascar pelangi. Di lascar pelangi ini Flo bertemu
dengan Mahar dan mereka memiliki satu hobi yaitu menelusuri dan
menyelidiki kejadian-kejadian mistis. Perjalanan Flo dan Mahar sampai
bertemu dengan Tuk Bayan Tula seorang yang sakti mandraguna yang
kemudian menemani Flo dan Mahar dalam proses penelusuran. Perjalanan
menemui Tuk Bayan Tula di mulai dan berakhir dengan sebuah kesimpulan.
Untuk bisa mengubah nilai ujian jawabannya hanya, BELAJAR!. Hingga pada
akhir, para laskar pelangi bertemu lagi dengan keadaannya masing masing
yang tentu sudah lebih baik.
Membaca novel Laskar Pelangi dapat memberikan banyak pesan yang
dapat diambil, contohnya adalah kita harus mempunyai sikap optimis dan
jangan ragu untuk memulai sesuatu perubahan. Selain itu, kita juga diberikan
penjelasan bahwa seorang guru mempunyai peran yang sangat besar untuk
kemajuan bangsa dan karakter anak-anak Indonesia khusunya. Ingat ketika
kita berjuang, proses kita pasti tidak akan mudah dan setiap orang mempunyai
prosesnya sendiri-sendiri, semua tantangan itu harus kita jadikan sebagai
pembelajaran dan motivasi untuk selalu maju dan berusaha semaksimal
mungkin untuk mewujudkan impian kita.

E. 5 CM (Donny Dhirgantoro)
Novel 5 CM mengisahkan persahabatan 5 orang yaitu Genta, Arial, Riani,
Zafran, dan Lan. Persahabatan mereka sudah berjalan selama 7 tahun, dan
mereka sudah sering menghabiskan waktu bersama di temoat tongkrongan
favorit mereka. Sifat ke lima orang ini sangat unik yang membuat
persahabatan mereka tidak pernah pudar. Arial merupakan sosok lelaki
tampan dan sporty di antara mereka berlima. Riani merupakan wanita pintar
dan kompetitif karena kesukaannya dalam membaca dan belajar. Tokoh
lainnya ada Zafran seorang yang begitu puitis dan menyukai sastra dan syair.
Tokoh Lan yang merupakan fans fanatic sepak bola. Selanjutnya ada Genta
yang merupakan seorang aktivis kampus dan dianggap sebagai leader bagi
mereka.
Cerita dimulai dari ide Genta yang mengusulkan agar mereka tidak
bertemu dulu selama tiga bulan, yang diharapkan selama tiga bulan itu
digunakan untuk hal pribadi mereka dan supaya mereka lebih produktif dalam
menjalani kehidupan. Pada awalnya, ide itu sangat ditentang oleh Ariani,
tetapi lambat laun Ariani mulai bisa menerima ide itu, dan mereka
melaksanakan itu dengan tidak berjumpa selama tiga bulan.
Tepat pada tanggal 14 Agustus, Genta telah tiba di Stasiun kemudian
disusul Genta dengan membawa tas cariernya yang lumayan besar, kemudian
disusul teman-teman lainnya. Mereka lalu menaiki kereta ekonomi Matarmaja
dengan rute Malang-Jakarta yang sudah kumuh membawa mereka ke tempat
tujuan. Di dalam kereta, mereka mulai menceritakan apa yang terjadi selama
tiga bulan tidak berjumpa.
Setelah melakukan perjalanan yang jauh, mereka akhirnya tiba di stasiun
Malang pada malam hari. Mereka istirahat sejenak di kursi panjang stasiun
sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan utama Mahameru. Perjalanan
menuju puncak Mahameru diisi dengan berbagai tantangan yang tidak biasa
dan dengan kekuatan persahabatan ke 5 orang itu bisa mencapai puncak
dengan tekad dan keyakinan yang kuat.
“Biarkan keyakinan mu, 5 centimeter menggantung mengambang di
depan mu. Dan…setelah itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan
lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih
sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja,
hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu
berdoa…percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu” Kata yang
diucapkan Zafran dengan penuh yakin.
Setelah kita membaca novel ini, pesan yang dapat kita ambil adalah
ketulusan dan perjuangan yang berat pasti akan menghasilkan hasil yang hebat
pula. Selain itu, kita juga diajarkan oleh kesetiaan seorang sahabat di segala
situasi. Sikap kita untuk bisa menerima segala macam sifat dan sikap yang
berbeda-beda, karena memang sejatinya manusia mempunyai karakter yang
berbeda dan kita sebagai manusia harus bisa menerima perbedaan itu menjadi
salah satu jembatan supaya kita terus bisa bersati di atas perbedaan yang ada.
BAB IV
DRAMA
A. RT NOL RW NOL (Iwan Simatupang)
1. Tokoh: Kakek, Ina, Ani, Pincang, Bopeng, Ati, Tukang Becak, Babah
Gemuk.
2. Latar tempat kejadian: Bawah kolong jembatan
3. Sinopsis:
Cerita bermula dari 5 orang berbeda jenis yang terpaksa harus tinggal
di kolong jembatan. Lima orang itu adalah Kakek, Ina, Ani, Bopeng, dan
Pincang. Kakek sebagai seorang yang paling tua dan yang paling bisa
mengayomi orang lain di bawah kolong jembatan itu. Ani dan Ina
diceritakan sebagai pelacur yang setiap mendapatkan uang dari hasil
pelacurnya, uang itu akan digunakan untuk makan ke lima orang itu.
Sementara itu, ada dua pemuda berbeda sifat yaitu Bopeng yang memiliki
semangat juang mencari pekerjaan yang tinggi, sedangkan Pincang
merupakan juru masak mereka, yang selalu memasak dari bahan sisaan
yang ada.
Pada suatu hari, Bopeng datang dengan membawa Ati. Ati ini baru
saja ditipu oleh suaminya yang membawa kabur harta bendanya dan
meninggalkan Ati begitu saja, nah Bopeng berniat ingin membantu Ati,
tetapi nihil Bopeng tidak dapat membantu menemukan suami Ati.
Tidak lama setelah kejadian itu, Ani sekarang yang pergi. Ani pergi
karena harus menikah dengan Babah Gemuk karena terkena razia polisi di
tempat mereka “plesir”. Kehidupan Ani setelah menikah bisa dikatakan
lebih baik, yaitu dengan Ani yang sudah mempunyai Kartu Tanda
Penduduk yang berarti dia sudah tidak menjadi bagian warga RT Nol RW
Nol lagi. Ina juga kembali mengagetkan Kakek, Pincang, dan Bopeng,
yaitu saat Ina mendapat pinangan dari tukang becak yang memiliki rumah.
Sama seperti Ani, Ina juga sudah mempunyai Kartu Tanda Penduduk dan
sudah tidak lagi menjadi warga RT Nol RW Nol lagi. Bopeng juga lalu
ikut pergi untuk mencari kelase. Sementara Pincang, ikut Ati pulang ke
kampong dan berharap bisa mendapatkan pekerjaan. Kini, di bawah
kolong jembatan itu hanya tersisa kakek yang dia tidak mau pergi, kakek
juga berharap apabila ia mati di sini, mayatnya bisa berguna untuk orang
yang bersekolah dokter untuk bahan pembelajaran.
4. Pesan yang dapat diambil:
Pesan yang dapat diambil dari sosok kakek yaitu sebagai orang yang
bijaksana dan legowo. Seorang kakek yang bisa menjadi sosok yang
dihormati dan bertanggung jawab pada anak-anak muda itu. Pengertian
RT Nol RW Nol sendiri adalah karena mereka tinggal di kolong jembatan
dan mereka tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk, maka dari itu mereka
menamai tempatnya dengan nama RT Nol RW Nol.

B. Ayahku Pulang (Usmar Ismail)


1. Penokohan: Tina, Gunarto, Maimun, Mintarsih, Raden Salih 2.
Latar tempat kejadian: Rumah keluarga Raden Saleh, dan di sungai 3.
Sinopsis:
Cerita dimulai saat ada sebuah keluarga yang sedang menunggu waktu
berbuka di malam takbiran tanpa kehadiran sosok ayah di tengah-tengah
mereka Tiba-tiba Tina sang ibu memulai pembicaraan mengenai ayahnya
yang sudah dua puluh tahun tidak pulang. Gunarto yang mendengar cerita
ibunya menjadi kesal dan langsung mengubah topik pembicaraan ke
Maimun dan Mintarsih sang adiknya. Gunarto kesal kepada sang ayah
karena merasa sudah diterlantarkan begitu saja. Saat Maimun pulang
kerja, dia mendengar kabar-kabar mengenai ayahnya, dan Mintarsih juga
sama saat dia baru pulang mengantarkan jahitannya dia juga mendengar
desas-desus mengenai keberadaan ayahnya yang sudah lama tidak pulang.
Diceritakan ayahnya seorang yang sangat sibuk sampai harus
meninggalkan keluarganya untuk bekerja. Gunarto sendiri sudah tidak
peduli dengan sang ayah, Gunarto selalu beranggapan bahwa sang ayah
sudah tidak ada. Tidak lama setelah mereka membahas tentang ayah, ada
tamu datang dan ternyata tamu itu adalah Raden Saleh ayah mereka. Tina,
Maimun, dan Mintarsih menyambut hangat sang ayah, berbeda dengan
Gunarto yang tampak masih kesal dengan sang ayah. Ternyata ayahnya
sudah jatuh miskin dan usahanya gagal makanya dia pulang ke rumah
keluarganya. Mereka beradu argument setelah itu, Maimun dan Mintarsih
bersikeras bahwa sang ayah harus tinggal bersama kami, tetapi Gunarto
juga tidak kalah keras menyuarakan tidak setuju kalau sang ayah harus
tinggal lagi di rumah ini. Sang ayah juga tersadar akan kesalahnnya dan ia
mengambil keputusan untuk pergi dan katanya tempatnya hanya di bawah
jembatan dan di kolong sungai. Saat sang ayah pergi hujan turun dengan
deras, Maimun pergi mengejar sang ayah dan ia hanya bisa menemukan
pakaian milik sang ayah dan ternyata ayah terjun ke sungai. Gunarto yang
mendengar itu, berteriak sambil berlari seperti orang kesetanan sambil
berkata “Ayahku pulang”, “Ayahku pulang”.
4. Pesan yang dapat diambil:
Sebagai seorang anak kita sebaiknya harus bisa bersikap bijak saat orang
tua kita meninggalkan kita, kita harus mau mendengarkan alasan mereka
dulu kenapa meninggalkan kita, nah apabila alasan yang diberi masuk akal
kita juga wajib untuk memberi kesempatan kedua untuk orang tua kita
supaya bisa berubah lebih baik lagi dan tidak mengulangi perbuatan yang
sama lagi. Kita juga sebaiknya jangan menjadi orang yang egois dan keras
kepala, karena dengan sifat kita yang seperti itu justru yang akan
menyusahkan dan merugikan kita sendiri.

C. Dhemit (Heru Kesawa Murti)


1. Penokohan: Rajegwesi, Suli, Sesepuh desa, Asisten sesepuh desa,
Genderuwo, Milwo, Kuntilanak, Jin Pohon Preh, Sawan.
2. Latar tempat kejadian: Pohon preh, lahan gusuran, dan rumah sesepuh
kampong
3. Sinopsis:
Cerita berawal dari pembangunan kawasan elit di daerah dhemit.
Rajegwesi sang ketua pembangunan, memerintahkan agar semua pohon
harus ditebang termasuk juga pohon preh yang sudah terkenal membuat
sakit tukang yang akan menebangnya. Suli sudah mengatakan dan
mengingatkan Rajegwesi untuk tidak menenbang pohon preh itu, karena
masih bisa dengan jalan alternatif lainnya tanpa menenbang pohon preh.
Rajegwesi tetap kokoh pada pendiriannya dan ia memang sudah
mempunyai niat untuk berkorupsi kepada dana dari pembanguanan ini.
Suli tiba-tiba diculik. Kawanan Dhemit, Genderuwo, Kuntilanak, dan
Milwo datang ke rumah Jin pohon preh, mereka berbelit-belit mengatakan
ingin menumpang. Para kawanan dhemit yang sudah bersemangat untuk
melawan manusia, ditentang oleh Jin pohon preh yang mengatakan hal
yang membuat Genderuwo sakit hati. Makhluk-makhluk itu akhirnya
tercerai-berai dan tidak ada satu pun yang berada di kubu Jin pohon preh.
Jin pohon preh akhirnya sendirian melawan manusia dan berhasil
menyelesaikan permasalahan itu serta bisa menyatukan kembali para
kawanan dhemit itu.
Rajegwesi menuduh sesepuh desa yang bukan-bukan, akhirnya
bersama sesepuh desa ikut menghadap pohon preh dan berhasil
bernegosiasi agar Suli kembali. Suli dan Rajegwesi tetap berbeda
pandangan dan Suli akhirnya mengundurkan diri dan Rajegwesi tetap
menebang pohon preh. Pohon preh berhasil ditebang dan setelah itu terjadi
longsor yang juga mengubur Rajegwesi bersama longsoran itu.
4. Pesan yang dapat diambil:
Pesan yang dapat saya ambil dari cerita ini adalah tentang keserakahan
dan kemarukan manusia untuk mendapatkan kekayaan. Hasil keserakahan
semata itu justru akan berbuah pada kesengsaraan yang abadi. Kita juga
diajarkan bahwa kita harus bisa menghargai walau itu dengan makhluk
yang berbeda alam, karena memang sejatinya kita hidup berdampingan
dengan mereka.

D. Aduh (Putu Wijaya)


1. Penokohan: Si sakit, Sekelompok orang
2. Latar tempat kejadian: Pinggir jalan, sebuah makam
3. Sinopsis:
Cerita berawal dari sekelompok orang yang bergerombol mengerubungi si
sakit yang baru turun dari mobil. Si sakit hanya bisa mengadu dan
merintih kesakitan saat orang-orang masih dalam praduganya sendiri
sendiri. Sekelompok orang itu ada yang menganggap itu pura-pura, ada
yang menganggap benera, da nada pula yang menganggap itu sama seperti
orang yang waktu itu menipu mereka. Si sakit hanya bisa mengadu
kesakitan sampai berlumuran darah karena berguling ke sana kemari tanpa
menjawab pertanyaan dari para orang itu. Si sakit akhirnya sudah mati dan
orang-orang itu masih pada pendiriannya yang masih tidak percaya pada si
sakit. Tubuh si sakit yang mulai dihinggapi lalat, mengeluarkan bau busuk,
hingga muncul kepompong, tetapi tetap orang-orang itu juga belum
mempercayai si sakit yang sudah meninggal. Selain itu bahkan ada yang
sampai kesurupan dan melihat penampakan, da nada juga yang mencuri
cincin si sakit. Sekelompok orang itu kembali berusaha menggotong si
sakit dan ketika berhasil digotong lalu dibawa ke sumur setelah berhasil
melewati anjing yang menggonggong. Mayat si sakit langsung di lempar
ke sumur itu, saat setelah dilemparkan mayat itu, ada satu orang yang
merasa kakinya sakit hingga terjatuh ke sumur itu, kawan lainnya yang
melihat itu ingin menolongnya tapi malah ikut terjatuh dan sama-sama
terjatuh ke sumur. Mereka akhirnya bisa tenang mayat itu bisa terkubur,
tetapi baunya masih sangat kuat karena mereka memegang mayat yang
sudah membusuk itu. Namun demikian, di akhir babak ketiga mereka
menjerit “Aduh, aduh, aduh” dan mereka sakit tertatih-tatih. Mereka
kembali kesurupan dan membuat keadaan semakin brisik dan akhirnya
kembali lagi percakapan itu ke dialog awal.
4. Pesan yang dapat diambil:
Saya jujur masih bingung dengan jalan cerita ini mulai dari si sakit, hingga
ke sekelompok orang yang tampaknya sudah sangat kecewa dengan si
sakit dan sampai-sampai sampai si sakit sudah mati mereka juga sudah
tidak percaya. Pelajaran yang dapat saya ambil secar tersirat adalah semua
perlakuan kita apapun itu baik yang baik atau buruk pasti akan dikenang
oleh orang lain. Apalagi perbuatan buruk kita akan terus dikenang orang
lain sampai kita mati. Maka dari itu, sebagai manusia hendaknya kita
selalu berbuat baik kepada orang lain supaya yang dikenang dari diri kita
untuk orang lain adalah perbuatan yang baik-baik saja.

E. Sumur Tanpa Dasar (Arifin C. Noer)


1. Penokohan: Jumena Martawangsa, Euis, Ibu Jumena, Siti
2. Latar tempat kejadian: Sebuah ruangan, rumah
3. Sinopsis:
Cerita ini berawal dari konflik batin tokoh utama Jumena Martawangsa
yaitu seorang pengusaha pabrik yang sangat takut akan kematian dan
kemiskinan, ia telah berhasil menimbun hartanya di akhir kehidupannya.
Jumena diceritakan sebagai tokoh yang sudah tua dan hanya menunggu
ajalnya tiba saja. Meskipun secara duniawi, ia sukses dalam segi materi,
mempunyai istri cantik yaitu Euis, tetapi Jumena tetap merasakan
kehampaan dan kekhawatiran dalam hidupnya. Semula ia dan Euis adalah
pasangan serasi, perbedaan umur yang cukup jauh tidak membuat Euis
berhenti mencintai Jumena, bahkan Euis juga sedang mengandung anak
Jumena. Namun, ada rasa tidak percaya kepada Euis bahwa anak yang
dikandung bukanlah anak Jumena melainkan anak Marjuki (adik tingkat
Jumena).Ia merasa ragu terhadap kesetiaan istrinya ditambah ia juga
merasa ragu dengan keberadaan Tuhannya.
Drama ini banyak sekali menampilkan pergulatan tokoh utama yaitu
Jumena dengan Tuhannya. Pada akhirnya, ketika Jumena sedang sayang
sayangnya kepada istrinya, Euis malah tidak lagi mencintai Jumena.
Drama ini juga banyak menceritakan konflik antara pengusaha pabrik dan
pekerja pabrik, yaitu saat pekerja pabrik meminta kenaikan gaji tetapi
ditolak mentah-mentah oleh Jumena dan malah menyalahkan pekerja
pabrik yang tidak bisa mengelola keuangan dengan baik. Drama ini juga
menggambarkan keserakahan orang kaya dan penderitaan yang dirasakan
orang miskin. Tokoh Jumena juga sangat gampang menaruh curiga kepada
siapa saja termasuk istrinya yang dicurigai akan sangat senang apabila
Jumena mati, lalu dapat menikah dengan Marjuki, akan mengambil semua
harta Jumena dan lain-lain. Pada intinya Jumena hanya hidup dengan
angan-angan ketakutannya saja.
4. Pesan yang dapat diambil:
Pesan yang dapat saya ambil dari cerita ini adalah sebagai manusia
hendaknya kita jangan terlalu bersikap serakah. Terlalu berambisi untuk
mendapatkan kekayaan dunia yang tidak tetap, sama saja akan sia-sia dan
tidak menghasilkan apa-apa. Pada intinya, sebagai manusia harus bisa
bersikap biasa saja dan selalu bersyukur atas apa yang kita terima.

Anda mungkin juga menyukai