A. Unsur Intrinsik
Diksi
Diksi merupakan makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh,
seperti:
Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan
ketulusan, kejujuran, dan keihklasan. Jadi, sajak putih berarti suara hati si aku yang
sangat tulus dan jujur.
Pada bait I
1. Warna pelangi adalah gambaran hati seorang pemuda yang sedang senang;
2. Bertudung sutra senja yang dimaksud adalah pada sore hari;
3. Di hitam matamu kembang mawar dan melati yang di maksud adalah bola
matanya yang indah.
Pada bait II
1. Citraan visual (penglihatan) terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu Kau
depanku dan menarik menari.
2. Citraan indera (pencium) terlihat pada bait keempat yaitu Harum rambutmu.
3. Citraan indera (pendengaran) terlihat pada baris kelima yaitu Sepi menyayi.
Kata-kata konkret
Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat
membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata
konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dari penyair maupun
dari pembaca. Kata-kata konkret tersebut bertujuan untuk menggambarkan unsur-
unsur puisi secara tepat agar pembaca dapat merasakan keadaan yang dirasakan
penyair.
1. Pada baris ketiga bait pertama, yaitu Dihitam matamu kembang mawar dan
melati, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu
secara langsung. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang
indah dan menarik, biasanya mawar itu berwarna merah yang menggambarka
cinta dan melati putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam mata si gadis
tampak cinta yang tulus, menarik, dan mengikat.
2. Majas repetisi pada baris kesembilan bait ketiga, yaitu terjadi pengulangan kata,
Hidup dari hidupku, menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh
dengan kemungkinan.
3. Pada baris 1 bait 1 yaitu, Tari warna pelangi merupakan bahasa kiasan
personifikasi yang menggambarkan benda mati dapat digambarkan seolah-olah
hidup. Rambutmu mengalun bergelut senda juga menggunakan bahasa kiasan
personifikasi.
4. Dalam bait kedua baris pertama, Sepi menyanyi adalah personifikasi karena
mereka berdua tidak berkata-kata, suasana begitu khusuk seperti waktu malam
untuk mendoa tiba. Dalam keadaan diam itu, jiwa si akulah yang berteriak
seperti air kolam kena angin.
5. Majas Anatonomasia pada bait kesatu baris kedua yaitu, Kau depanku
bertudung sutra senja yang menggunakan ciri fisik seseorang sebagai
penggantinya.
Rima dan ritma
Puisi Sajak Putih secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan
/u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, dan
12. Misalnya:
Asonansi vokal (a)
Tema
Tema dalam puisi Sajak Putih adalah Percintaan. Dalam puisi Sajak Putih
menceritakan seorang gadis yang sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat
tulus dan memikat terhadap seorang pria yang membuat pria tersebut merasa terharu
dan tertarik terhadapnya. Tetapi kedua insan tersebut belum ada kesiapan untuk saling
menyatakan perasaannya masing-masing, mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata
yang diucapakn, mereka hanya berbicara didalam hatinya masingmasing, tetapi si pria
tersebut mempunyai banyak harapan bahwa gadis tersebut mencintainya. Kedua insan
tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun mereka tak akan terpisahkan.
Perasaan
Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa bahagia karena kedua insan yang
tadinya tidak mempunyai keberanian untuk saling menyatakan perasannya, tetapi pada
akhirnya mereka mempunyai keberanian untuk saling menyatakaan perasaannya.
Karena cinta yang dimiliki oleh kedua insan tersebut sangat tulus dan suci.
Nada
Nada yang ditunjukan dalam puisi Sajak Putih ini adalah kegembiraan dan
kebahagiaan. Nada gembira dan bahagia ini muncul karena, rasa gembira seorang pria
yang memiliki seorang gadis yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan suci
terhadapnya yang terlihat pada kata tali warna pelangi, sutra senja, menarik menari.
Maka munculah benih-benih cinta diantara mereka. Unsur nada dalam puisi ini adalah
optimis, dan kesetiaan.
Unsur nada optimis
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Unsur nada kesetiaan
B. Unsur Ekstrinsik
Sajak putih adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar yang sarat akan nilai-nilai
romantika. Ketulusan, kejujuran dan keikhlasan seorang pujangga dalam romantika
cinta tersirat jelas di sini. Puisi ini menggambarkan ungkapan tulus perasaan penulis
kepada kekasih yang sangat dipujanya pada pandangan pertama.
Seperti puisi-puisinya yang lain, dalam sajak putih Chairil Anwar ini penulis memilih
bersembunyi di balik metafora dan kiasan-kiasan. Dalam puisi ini, Chairil anwar
menggambarkan gelora hati Aku terhadap seorang gadis yang mencuri hatinya
dengan keindahan sore yang berpelangi. Begitu indah, menyenangkan namun juga
mencemaskan karena akan berakhir senja yang sepi dan gelap. Perasaan cinta dalam
sajak putih Chairil Anwar ini juga disembunyikan dalam kiasan indah. Bagaimana
Chairil mengilustrasikan keindahan cinta dengan kembang mawar yang diharapkan
bertemu dengan ketulusan hati si gadis yang diilustrasikan dengan melati, sangat indah
dan menarik mencari dan menafsirkan teka-teki romantika cinta di balik puisi sajak
putih Chairil Anwar ini.
Chairil Anwar selalu menyimpan semangat dan optimisme dalam puisinya, termasuk
dalam sajak putih ini. Meski di bagian tengah puisi digambarkan bahwa romantika cinta
antara Aku dan si gadis hanya sebatas kekaguman saat melihat satu sama lain, tidak
ada pembicaraan cinta dan rayuan yang terucap, tidak ada janji bertemu di berikan,
hanya tatapan mata yang menyiratkan kekaguman yang menjadi pegangan. Namun
Aku tetap optimis bahwa ada masa yang akan mempersatukan mereka dalam kisah
cinta yang suci.
Akan ada harapan, demikian akhir yang dikiaskan oleh Chairil dalam puisi ini. Hal ini
sangat terlihat pada cuplikan kalimat berikut Selama matamu bagiku menengadah.
Begitulah ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar. Selalu melahirkan semangat dan
optimisme untuk menggapai harapan. Chairil seakan berpesan pada pembacanya,
bahwa selalu ada harapan selama usaha dan doa bersanding dalam langkah kaki kita.