-Majas Metafora
Larik: Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Makna pada larik tersebut ialah kata 'dipetik' yang dibandingkan
sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk buah dan bunga.
Kemudian kata 'dipetik' diperuntukkan pada kondisi 'kesepian'
yang dimaksudkan oleh penulis.
Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Melintas-lintas di atas air kotor, tapi begitu yang
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu kau hafal
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bias membagi dukaku
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Hidup dari kehidupan angan-angan yang Bulan diatas itu, tak ada yang punya
gemerlapan Dan kotaku, ah kotaku
Gembira dari kemayaan riang Hidupnya tak punya lagi tanda
"Gadis kecil berkaleng kecil"
Kalimat yang memperkonkret kata peminta-minta.
"Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok"
Kalimat yang memperkonkret keadaan gadis peminta-minta (memiliki tempat
tinggal yang cukup untuk dirinya sendiri).
"Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan"
Kalimat yang memperkonkret bahwa gadis peminta-minta tersebut memiliki
kebahagiaan semu.
"Kalimat Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral"
Kalimat ini menunjukkan tingginya martabat gadis peminta-minta yang sama
dengan manusia yang lainnya (sebagai kalimat yang menunjukkan bahwa penyair
berempati terhadap gadis peminta-minta tersebut).
Kalimat “Setiap kali kita bertemu, gadis kecil
berkaleng kecil” terdapat kata bertemu
melambangkan imaji visual pada puisi
tersebut.