Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 5

“TEORI PUISI “

OLEH
ARINI
A11120088

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN
2021
TEORI PUISI.

Senin,15 Maret 2021

Pertemuan ke-6

Nama : Arini

Stambuk/kelas : A11120088 / B

Tugas ke-5

Tugas !
II. Buatlah resume hasil dari diskusi kelompok 1mengenai makna denotasi,konotasi dan
kiasan yang ada dalam lima puisi !

Penyelesaiannya :

1. Puisi “Aku Ingin” (Supardi Djoko Damono)

Aku Ingin
Karya:Supardi Djoko Damono 1989

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

 Majas (bahasa kiasan).


Gaya bahasa yang terdapat pada puisi “Aku ingin” adalah majas personifikasi yang ditemukan pada
kalimat “ Dengan kata yang tak sempat diucapkan,kayu kepada api yang menjadikannya abu”
“Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan,awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
 Kata denotasi :
 Kata mencintaimu berasal dari kata cinta yang berarti
menyukai,mengasihi,dan menaru hati kepada seseorang.
 kata sederhana menurut KBBI berarti bersahaja atau tidak berlebih-
lebihan.

 Kata kayu berarti pohon yang batangnya keras atau bagian batang
(cabang, dahan) yang pokonya keras.
 Kata api berarti panas dan cahaya dari sesuatu yang terbakar,
berkobar, serta menggelora.
 Kata abu yaitu material padat setelah pembakaran oleh api.
 Kata Awan berarti massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau
Kristal beku, tergantung di atmosfer di atas permukaan bumiatau
permukaan planet lain.
 kata hujan adalah titik-titik yang berjatuhan dari udara karena proses
pendingin.
 Kata tiada yang berarti hilang, mati, lenyap (tidak ada).

 Kata konotasi:
jika dirunut berdasarkan kata per kata, maka makna konotasi tak akan Nampak. Namun, jika dirunut
berdasarkan penggalang kalimat di beberapa bait, maka akan nampak makna kiasan. Puisi ini
menggunakan majas personifikasi, yaitu semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-
benda mati seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan (pelambangan). Tergambar pada kalimat Dengan
kata yang tak sempat diucapkan Kayu kepada api yang menjadikanya abu yang berarti apabila
kayu telah dilalap api maka yang tertinggal hanya abu atau sia-sia belaka. Dari pernyataan puisi
tersebut, dapat dilihat bahwa bagaimana Sapardi menggunakan bahasa yang begitu sederhana namun
mampu menorehkan arti yang dalam dan sangat berkesan.
berarti apabila kayu telah dibakar api maka yang tersisa hanya sisa-sisa abu atau sia-sia belaka. Dari
pernyataan puisi tersebut, dapat dlihat bahwa pencipta menggunakan bahasa yang begitu
sederhana namun dapat menorehkan hasil yang dalam dan begitu sangat berkesan.

 Relasi Antara Dua Tanda Denotasi dan Konotasi.


Relasi antar dua tanda yang meliputi metafora dalam puisi "Aku Ingin", yaitu:
Kayu kepada api yang menjadikan abudan awan kepada hujan yang menjadikannya
tiadayang berarti sesuatu yang sia-sia. Keduanya merupakan metafora yang mengandalkan
keterlambatan sehingga mengakibatkan penyesalan. Keduanya saling berkaitan dan
memiliki kesamaan arti jika dimaknai dengan benar.
2. Puisa “ Pacar Senja”(Joko Pinurbo).

PACAR SENJA
Karya : Joko Pinurbo

Senja mengajak pacarnya duduk-duduk di pantai.


Pantai sudah sepi dan tak ada yang peduli.

Pacar senja sangat pendiam: ia senyum-senyum saja


mendengarkan gurauan senja.
Bila senja minta peluk, setengah saja, pacar senja tersipu-sipu.
“Nanti saja kalau sudah gelap. Malu dilihat lanskap”.

Cinta seperti penyair berdarah dingin yang pandai menorehkan luka.


Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.

Tak terasa senyap pun tiba: senja tahu-tahu melengos ke cakrawala,


meninggalkan pacar senja yang masih megap-megap oleh ciuman senja.
“Mengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat kurapikan lagi waktu?
Betapa lekas cium menjadi bekas. Betapa curangnya rindu.
Awas, akan kupeluk habis kau esok hari.”

Pantai telah gelap. Ada yang tak bisa lelap.


Pacar senja berangsur lebur, luluh, menggelagak dalam gemuruh ombak.

 bait 1.
Senja mengajak pacarnya duduk-duduk di pantai. Dalam kalimat ini mengandung karakter bahasa
puisi berupa makna kiasan, yaitu lebih tepatnya majas personifikasi, yaitu majas yang
menggambarkan benda mati seakan-akan memiliki sifat seperti manusia.

Pantai sudah sepi dan tak ada yang peduli. Pada kalimat ini mengandung karakter bahasa puisi
berupa makna denotasi atau makna yang sebenarnya, yaitu menggambarkan suasana pantai yang
sudah sepi dan tak ada siapapun yang peduli.

 bait 2.
Pacar senja sangat pendiam: ia senyum-senyum saja mendengarkan gurauan senja. Pada kalimat
ini mengandung karakter bahasa puisi berupa makna kiasan, yaitu majas personifikasi.

Bila senja minta peluk, setengah saja, pacar senja tersipu-sipu. “Nanti saja kalau sudah gelap.
Malu dilihat lanskap”. Pada kalimat ini mengandung karakter bahasa puisi berupa makna kiasan,
yaitu majas personifikasi.

 bait 3.
Cinta seperti penyair berdarah dingin yang pandai menorehkan luka. Pada kalimat ini kata yang
bergaris bawah mengandung makna konotasi. (berdarah dingin : tidak berperasaan)

Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya. Pada kalimat ini kata bergaris bawah
mengandung makna konotasi (tak ada matinya : selalu merasakan kerinduan)
Tak terasa senyap pun tiba: senja tahu-tahu melengos ke cakrawala, meninggalkan pacar senja
yang masih megap-megap oleh ciuman senja. Kalimat ini mengandung makna kiasan. Berupa
majas personifikasi, majas yang menggambarkan benda mati seakan akan memiliki sifat seperti
manusia.
“Mengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat kurapikan lagi waktu? Betapa lekas cium menjadi
bekas. Betapa curangnya rindu. Awas, akan kupeluk habis kau esok hari.” Kalimat ini
mengandung makna kiasan. Yaitu majas personifikasi.

 bait 4.
Pantai telah gelap. Ada yang tak bisa lelap. Kalimat ini mengandung makna konotasi (pantai
telah gelap : malam hari)
Pacar senja berangsur lebur, luluh, menggelagak dalam gemuruh ombak. Kalimat ini
mengandung makna kiasan berupa majas personifikasi.

3.Puisi “Sajak putih”(Chairil Anwar).


SAJAK PUTIH
Karya : Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi


Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba


Dan Meriak muka air kolam jiwa
dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka


Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur.
 Pada bait I
“Warna pelangi” adalah gambaran hati seorang pemuda yang sedang senang;
“Bertudung sutra senja” yang dimaksud adalah pada sore hari;
“Di hitam matamu kembang mawar dan melati” yang di maksud adalah bola matanya yang
indah.
 Pada bait II
“Sepi menyanyi” yang di maksud adalah memohon (do’a) kepada Allah;
“Muka kolam air jiwa” yang di maksud adalah bersedih hati;
“Dadaku memerdu lagu” yang di maksud adalah berkata dalam hati;
“Menari seluruh aku” menggambarkan rasa kegembiraan.
 Pada bait III
“Hidup dari hidupku, pintu terbuka” menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh
dengan kemungkinan dan ada jalan keluar;
“Selama matamu bagiku menengadah” merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai si
aku, mau memandang wajah si aku;
“Selama kau darah mengalir dari luka” yang di maksud adalah hidup si aku penuh harapan
selama si gadis masih hidup wajar;
“Antara kita Mati datang tidak membelah” menggambarkan sampai kematian tiba pun
keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan.

 bait 1
 warnah palangi konotasi.
 bertudung sutra senja denotasi.
 di hitam matamu denotasi.

 bait 2
 sepi menyanyi konotasi.
 muka kolam air jiwa konotasi.
 dadaku memerdu lagu denotasi.
 menari seluruh aku denotasi.

 bait 3
 hidup dari hidupq konotasi.
 selama matamu bagiku menengadah konotasi.
 selama kau darah mengalir dari luka konotasi.
 antara kita mati datang tidak membelah denotasi.
4. Puisi “Tapi”(Sutardji Calzoum Bachri)

TAPI
Karya:Sutardji Calzoum Bachri.

aku bawakan bunga padamu


tapi kau bilang masih
aku bawakan resah padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!

Analisis Puisi :
A. Unsur Intrinsik
1.Tema
Tema dari puisi “TAPI” Karya Sutardji Calzoum Bachri adalah “hubungan antara seorang hamba
dengan Tuhan-Nya”. Hal ini dapat dilihat pada setiap baris yang terletak pada puisi tersebut. Contoh
saja pada baris pertama puisi, aku bawakan bunga padamu. Kata bunga, merupakan makna konotasi
karena seorang hamba tidak akan membawa hal-hal demikian saat menghadap dengan penciptanya,
sama halnya dengan kata resah, darah, mimpi, arwah, mayat, dan duka yang terletak pada baris
selanjutnya. Sedangkan kata bilangpada puisi merupakan makna konotasi dari firman karena Tuhan
biasanya menggunakan kata “firman”.

2. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan pada puisi tersebut adalah hiperbola yaitu gaya bahasa yang melebih-
lebihkan. Seperti pada baris berikut “aku bawakan mayatku padamu”. Mana mungkin mayat sendiri
bisa dibawa kehadapan Tuhan, hal tersebut tentu sangat berlebihan.
Citraan
Puisi “TAPI”Karya Sutardji Calzoum Bachri tersebut memiliki beberapa citraan, diantaranya adalah :
Citraan gerak dalam kalinmat “aku bawakan bunga padamu”.
Citraan kesedihan yang tergambar pada kalimat “ aku bawakan mayatku padamu”.
Rima
Rima yang terdapat pada puisi TAPI antara lain :
Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada
larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud. Terletak pada seluruh baris pada puisi, dapat dilihat
pada pengulangan kata aku, bawakan, padamu, tapi dan bilang.
Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir terletak
pada baris 13-14 pada kalimat :
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
Diksi
Puisi “TAPI” Karya Sutardji Calzoum Bachri tersebut menggunakan beberapa gambaran kata seperti
gambaran manusia, gambaran kesakitan dan gambaran usaha. Gambaran manusia terdiri atas kata aku,
kau, mayat, dan arwah. Kata aku dankau merupakan kata ganti orang yaitu kata ganti orang pertama
dan kata ganti orang kedua. Namun kau dalam puisi ini bukan merupakan gambaran manusia tetapi
makna sebagai Tuhan. Mayat adalah bentuk jasad dari manusia yang telah meninggal dunia. Dalam
puisi ini si aku adalah manusia jadi mayat ini tentu mayat dari manusia. Sedangkan Arwah adalah roh
atau berupa benda abstrak yang lebih kita kenal sebagai jiwa dari sebuah mahluk yang salah satunya
dimiliki oleh makhluk hidup berupa manusia. Kata “arwah” bisa kita masukan pada gambaran
manusia karena arwah yang tertera dalam puisi adalah arwah yang dibawa oleh siaku.
Gambaran kedua yaitu gambaran kesakitan. Gambaran kesakitan yang terdapat dalam puisi ini
adalah resah dan duka. Kata resah adalah sebuah perasaan galau atau gelisah yang dialami manusia.
Kata resah bisa kita golongkan dalam gambaran kesakitan karena resah itu membuat orang yang
mengalaminya susah melakukan sesuatu karena dibebani oleh perasaan ini. Duka, kata ini merupakan
antonim dari kata “suka”. Duka adalah perasaan kepedihan dan kesengsaraan yang dialami manusia
seperti saat kehilangan. Dan kata ini bisa kita golongkan dalam gambaran kesakitan karena duka ini
akan membuat hati orang yang mengalaminya terasa sakit dan sedih.
Gambaran yang ketiga yang terdapat dalam puisi tersebut adalah gambaran usaha. Kata yang bisa
kita golongkan pada gambaran usaha adalah kata bawakan, bilang, dandatang. Bawakan merupakan
kata kerja yaitu bawa yang berasal dari kata mem-bawayang mendapat imbukan -kan.Kata bilang
adalah kata yang biasanya dilakukan oleh tindak tutur manusia seperti kata berucap atau berbicara.
Kata terakhir yaitu datang hal ini merupakan usaha untuk menuju suatu tempat.
5. Puisi “Karangan Bunga”(Taufik Ismail).

Karangan Bunga
( Karya : Taufik Ismail)

Tiga anak kecil


Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu

“ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi”.

 bait 1
“Tiga anak kecil” yang digunakan untuk mewakili pihak-pihak tak bersalah dan tak tahu-menahu
akan apa yang diketahui mahasiswa-mahasiswa pedemo.Akan tetapi “tiga anak kecil” itu
mengertitragedi apa yang sedang terjadi,yaitu penembakan.

“Dalam langkah malu-malu” yang digunakan pun semakinmenegaskan kenaifan dan kepolosan anak-
anak tersenut.

 bait 2

“Pita hitam pada karangan bunga” mewakili suasana duka yang ada.Yang artinya saat seseorang
meninggal pasti akan banyak karangan bunga duka cita yang diantar ke kediaman orang yang
meninggal tersebut.Warnah “ hitam ”sengaja dipilih untuk mewakili kesedihan yang ada,sebab
warnah hitam merupakan simbol universal yang mewakili kesedihan,kehilangan,dan
kepedihan.Menurut KBBI pita hitam itu adalah pita yang berwarnah hitam.

“Siang tadi” yang mewakili kejadian yang terjadi di siang hari sebelumnya,yaitu insiden penembakan
mahasiswa oleh pasukan Tjakrabirawa di Istana Presiden.Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya,peristiwa ini terjadi karena adanya demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tritura.

Anda mungkin juga menyukai