Anda di halaman 1dari 5

LK‐1.3.

Menganalisis Unsur Fisik Puisi

1. Analisislah unsur fisik puisi berjudul “Hujan Bulan Juni”, karya Sapardi Joko
Damono berikut!

Hujan Bulan Juni


Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yang lebih tabah


Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak‐jejak kakinya
Yang ragu‐ragu di jalan itu
Taka ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan

JAWAB:
Unsure fisik dalam puisi yaitu:
a. Diksi adalah pilihan kata
Diksi yang dipakai dalam puisi di atas adalah penyair memilih kata yang mempunyai
makna lebih. Seperti tabah, bijak , dan arif
b. Imajinasi adalah
Imajian (citraan) menggunakan citraan pengucapan dan pendengaran melalui kata
terucap, dan jika orang mengucapkan sesuatu, pasti ada yang di dengar juga, selain
itu, terdapat citraan penglihatan melalui kalimat dihapusnya jejak jejak kakinya.
c. Kata konkret
“Pohon” mewakili manusia yang diam saja tapi indahh. Yang dimakksud dengan
pohon disini adalah sesuatu yang dirindu dan berbunga( indah). Meskipun tidak
bergerak mampu menyerap rindu.
Bunga mewakili perempuan.
“Hujan” mewakili manusia yang terjatuh, karena jatuhnya pada bulan juni berarti
jatuh berkali kali tidak pada tempatnya. Juni biasanya musim kemarau
d. Majas atau bahasa figurative
 Penyair menggunakan majas personifikasi pada kalimat dirahasiakannya
rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, kalimat tersebut menyatakan
bahwa seakan- akan ia rindu pada pohon bunga itu.
 Makna puisi:
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu, kalimat tersebut menyatakan bahwa ia memilih
untuk menutupi rindunya kepada orang yang dituju.

Dihapuskan jejak- jejak kakinya


Yang ragu ragu di jalan itu, kalimat ini menyatakan bahwa dibiarkannya tak
terucapkan hingga akhirnya orang yang di tuju pun mengerti
e. Verifikasi (rima, ritma, dan metrum)
 Rima adalah persamaan bunyi
Rima : penyair menggunakan pengulangan huruf pada beberapa baris, seperti:
Pengulangan bunyi huruf “n” pada baris hujan bulan juni
Pengulangan bunyi huruf “r” pada baris Dirahasiakannya rintik
rindunya, dibiarkannya yang tak terucapkan, diserap akar pohon
bunga itu.

 Ritma adalah alunan yang tercipta oleh kalimat yang berimbang, selingan
bangun kalimat dan panjang pendek sereta kemerduan bunyinya.
 Metrum adalah irama yang tetap
f. Tipografi atau perwajahan adalah tatanan larik atau bait puisi yang dibentuk
sedemikian rupa untuk mendukung isi dari puisi. Tipografi atau perwajahan puisi
merupakan bentuk visual untuk memperindah bentuk puisi. Juga berfungsi sebagai
anasir hiasan bentuk, dan member petunjuk bagaimana seharusnya puisi tersebut
dubaca.
Puisi Hujan Bulan Juni tidak memiliki tipografi khusus. Penulisan puisi ini tidak
memiliki criteria tipografi berbentuk aneh atrau berbeda. Teknik penulisan seperti
pada umumnya menggunakan rata kiri seperti yang tertera di atas.
LK‐1.3. Menganalisis Unsur Fisik Puisi

1. Analisislah unsur fisik puisi berjudul “Nyanyian Gerimis”, karya Soni Farid Maulana berikut!

NYANYIAN GERIMIS
SONI FARID MAULANA

Telah kutulis jejak hujan


Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung‐burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua

Unsure fisik dalam puisi yaitu:

a. Diksi adalah pilihan kata.


Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” ini lebih banyak menggunakan kata bermakna
konotasi
Kuntum, kata ini biasanya digunakan untuk menyebut bunga dalam frase “sekuntum
bunga”, kata kuntum digunakan oleh penulis Nyanyian Gerimis dirangkai dengan
kesepian. Kesepian dianggap memilik kemiripan dengan bunga.
Kesepian adalah sesuatu yang tidak enak, merasa sendiri, tetapi juga memiliki nilai
keindahan, karena berkaitan dengan gairah terpendam/ dialirkan sungai ke muara.
Jadi, meskipun dalam keadaan kesepian tetapi demi cinta membuat kita betah hidup di
bumi.
Gelombang lautan dalam baris puisi adalah gelombang lautan.

b. Imajinasi
 Citraan pendengaran
Terdapat dalam baris ‘inikah musim semi yang sarat nyanyian’
(bait ketiga baris kedua)
Nyanyian berkaitan dengan suara, maka nyanyian merupakan tanda bahwa baris
tersebut menggunakan citraan pendengaran.
Sarat letupan, lalu desah nafasmu
Sesaat kita larut dalam keheningan
Letupan dan desah nafas (suara nafas) dapat diketahui melalui indra pendengaran.
Begitu juga dengan heheningan. Keheningan berarti kondisi tidak ada suara, kondisi
sepi tersebut dapat diketahui dengan indra pendengaran.
 Citraan penglihatan
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Tarian burung burung
Adanya ekor cahaya yang berpantulan dapat diketahui melalui indra
penglihatan, begitu juga dengan lengkung pelangi. Bentuk lengkung, dapat
diketahui melalui pengglihatan begitu juga dengan pelangi, yang identik
dengan warna warni.
 Citraan peraba yaitu kata kata yang dalam puisi yang seolah- olah dapat
dirasakan melalui indra peraba.
Yang terdapat dalam baris ke empat bait pertama. Dalam baris tersebut ada
kata hangat.
Hangat adalah kondisi yang dapat diketahui oleh manusia menggunakan
indra peraba yang terdapat di seluruh jaringan kulitnya.
c. Kata konkret adalah kata yang mewakili suatu keadaan. Kata konkret yang terdapat
dalm puisi nyanyian gerimis adalah:
Pelangi yang melambangkan’keindahan penuh warna’
Musim semi melambangkan ‘fase baru yang lebih indah’

d. Majas atau bahas figuratif


Majas atau gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Nyanyian Gerimis di atas
antara lain adalah personifikasi, metafora, sinekkdok pars prototo, dan sinestisia.
o Majas personifikasi
“Nyanyian Gerimis"
“Tarian burung- burung”
Yang dapat bernyanyi adalah manusia. Jika gerimis dapat bernyanyi maka
seolah- olah gerimis bertindak seperti manusia.
o Majas metafora
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Dipetikn adalah pekerjaan yang dikenakan untuk buah dan bunga. Pada kata
dipetik diperuntukkan pada kondisi ‘kesepian’
o Majas sinekdok pars prototo
Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Yang disebutkan dalam baris puisi tersebut ‘hanya’ rambut dan kulit, padahal
kedua kata tersebut (rambut dan kulit)adalah seluruh tubuh. Maksudnya
seluruh tubuh basah kehujanan
o Sinestisia dalah majas yang secara sederhana dapat diartikan sebagai
pertukaran kata yang digunakan berdasarkan indra tertentu
Dipetik hangat percakapan…
Baris di atas menggunakan kata hangat untuk percakapan. Hangat seharusnya
digunakan untuk sesuatu yang dapat diketahui menggunakan indra peraba,
misalnya udara hangat. Percakapan yang merdu, misalnya sama- sama
menggunakan indra pendengar. Maka penggunaan hangat dalam frasa hangat
percakapan merupakan majas sinestesia
e. Verifikasi (rima, ritma, dan metrum)
 Rima dan irama dalam puisi di atas tidak begitu kuat, sehingga tidak ada yang
begitu khas dari segi rima dan irama, tetapi penggunaan bunyi akhir sengau(
akhir huruf m, u dan n)menunjukkan bahwa puisi tersebut menunjukkan
kesedihan.
f. Tipografi
Tipografi yang dipakai pada puisi “Nyanyian Gerimis”, sangat terlihat
menonjol, tepi kanan kiri, pengaturan barisnya, hingga puisi yang hanya memakai
satu tanda tanda tanya. Menggunakan baris- baris yang tak sejajar satu sama lain dan
menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna dalam.Tipografi pada
puisi ini menggunakan huruf besar diawal baris dan tanda titik pada baris kedua.
Tanda titik pada baris kedua puisi “Nyanyian Gerimis” yang dilanjutkan kata
kuntum yang diawali dengtan huruf besar seolah menonjolkan kata kuntum yang
bermakana seorang yang kesepian yang semakinmerindu. Kemudian setelah bait
pert5ama bentuk baris yang tidak rata sepereti melengkung.
Dari bait yang tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat dalam
baris itu sendiri, penyair yang menggambarkan sorot mata yang begitu indah seperti
lengkungan pelangi, membuat puisi lebih hidup jika baris- baris dibuat melengkung
tak beraturan. Selain itu ketidak beraturan dapat melambangkan sebuah maksud yang
disesuaikan pada kata- kata puisi pada baris tersebut yaitu kata tarian burung,,
gelombang lautan sehingga tepografinya juga bergelombang dan tidak beraturan.
Selanjtnya pada baris terakhir terdapat tanda titik setelah kata hatiku dan baris
itu menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi cara membaca dan maksud penyair
yang ingin menekan dan memulai lagi dari kata itu. Kemidian sampai baris terakhir
sengaja dibuat baris yang tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan penyelesaian
yang selaras antara kita berdua.

Anda mungkin juga menyukai