Anda di halaman 1dari 14

- Karya seni yang ada di dunia sangatlah beragam wujudnya.

Ada yang
berbentuk tulisan, gambar atau lukisan, suara, dan masih banyak lagi. Puisi
menjadi salah satu karya seni dalam wujud tulisan yang kemudian
disampaikan secara lisan. Ada beragam tema puisi yang bisa dibawakan,
salah satunya puisi tentang alam.
Puisi tentang alam berarti segala puisi yang menjelaskan atau menceritakan
alam sekitar. Untuk menyampaikan makna atau pesan puisi tentang alam
dengan benar, ada sejumlah metode penyampaian dan cara menulis yang
perlu diperhatikan. Penasaran apa saja contoh puisi tentang alam beserta
metode penyampaian yang bisa digunakan? Berikut artikelnya!

Pengertian Puisi
Mengutip eprints.uny.ac.id, Schmitt dan Viala menyatakan masyarakat Yunani
memandang puisi sebagai seni pencipta bahasa yang berbeda dari
pemakaian bahasa-sehari-hari. Briolet juga menjelaskan puisi melalui istilah
syair yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti hasil karya atau
benda yang dibangun.

Menggabungkan kedua pengertian, dapat disimpulkan puisi adalah salah satu


karya sastra yang disusun untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan emosi
yang dimiliki penyair menggunakan kata-kata indah, melebihi bahasa yang
digunakan tiap hari.

Struktur Batin Puisi beserta Penjelasannya


Puisi memiliki struktur batin yang perlu diperhatikan. Struktur batin sendiri
diperlukan sebagai dasar dalam menulis puisi serta pengetahuan pertama
terkait karya sastra puisi. Struktur batin puisi meliputi (repository.ump.ac.id):

1. Tema
Struktur batin puisi yang eprtama adalah tema, gagasan pokok yang
diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan
utama penyair dalam puisinya yang kemudian menjadi kerangka
pengembangan sebuah puisi.

2. Perasaan
Dalam membuat puisi. ekspresi perasaan penyair diperlukan agar karya
sastra yang dibuat mampu mewakili perasaan tersebut. Ekspresi yang
digunakan beragam, dapat berupa kerinduan, kegelisahan, hingga
kekhawatiran. Secara singkat, perasaan berarti ekspresi yang ingin
diungkapkan penyair melalui puisi.

3. Nada dan Suasana


Selanjutnya adalah nada dan suasana. Nada puisi adalah sikap penyair
terhadap pembaca, seperti menggurui, menasehati, mengejek, menyindir,
atau bersikap lugas melalui cerita kepada pembaca. Sementara itu, suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membacakan puisinya.

4. Amanat
Struktur batin terakhir dari puisi adalah amanat, pesan tersirat di balik kata-
kata yang tersusun atau tema yang diungkapkan. Penyampaian amanat
dapat disampaikan secara sadar atau tidak sadar dalam karyanya. Umumnya,
amanat menjadi salah satu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan
puisinya.

Berbagai Metode Penyampaian Puisi


Puisi apapun, termasuk puisi tentang alam, dapat disampaikan dengan
berbagai metode. Metode ini dapat disesuaikan dengan tema puisi yang akan
dibawakan. Berbagai metode penyampaian puisi tentang alam menurut buku
Bestie Book Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII, VIII, & X meliputi:

1. Membacakan Puisi
Sesuai namanya, membacakan puisi berarti menyampaikan puisi melalui
ucapan dengan bahasa lisan. Ketika menggunakan metode ini. teks puisi
dapat dibawa ke tempat pementasan.

2. Deklamasi Puisi
Metode penyampaian puisi tentang alam selanjutnya adalah deklamasi puisi.
Penyampaiannya sama-sama lisan seperti membacakan puisi, tetapi
disampaikan dengan penghayatan dan luapan jiwa yang lebih besar daripada
membacakan puisi. Dalam hal ini, teks puisi harus dihafal dan tidak dibawa
saat pementasan.

3. Pertunjukan Puisi
Penyampaian puisi dalam bentuk pertunjukkan dibagi menjadi dua, yaitu
musikalisasi puisi dan dramatisasi puisi. Musikalisasi puisi berarti puisi diubah
menjadi lagu, sedangkan dramatisasi puisi berarti disertai dengan gerakan
atau peran tokoh sesuai peristiwa yang terjadi dalam puisi.

Contoh Puisi Tentang Alam yang Penuh Makna


Setelah mengetahui pengertian dan berbagai metode penyampaiannya,
berikut ini sejumlah contoh puisi tentang alam yang penuh makna untuk
dijadikan referensi:

1. Sajak Matahari
Karya: W.S. Rendra

Matahari terbenam atau sunset di Jembrana, Bali. Foto: Pantai Baluk Rening
menjadi salah satu spot terbaik melihat matahari terbenam atau sunset di
Jembrana, Bali. Pantai ini terletak di Desa Baluk, Kecamatan Negara,
Jembrana. (I Putu Adi Budiastrawan)
Matahari bangkit dari sanubariku
Menyentuh permukaan samudra raya.
Matahari keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala
Wajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin!

Kakimu terbenam di dalam lumpur


Kamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah
menanammu!

Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara, tubuh mereka terbalut
lumpur dan Kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahari
Mata mereka menyala tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar
dunia
Matahari adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang Krishna
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia!

Penjelasan: Puisi karya sastrawan kenamaan Indonesia ini menceritakan


lingkungan dan seisinya yang merupakan rahmat Tuhan. Namun bisa
berubah jadi bencana dan kutukan tanpa upaya menjaga keseimbangan
dengan kepentingan manusia.

2. Pancuran 7 Abadi
Karya: Dede Aditnya Saputra

Desir angin sepoi menghembus perlahan


Bersama nyanyian burung di pucuk dahan
Airmu menari-nari dalam nestapa
Mencairkan luka oleh karena cinta

Tercium bau yang harum menawan


Bau harum airmu memecahkan qalbu buana
Tahukah kau akan qalbu buana itu?
Yaitu qalbu yang dirundung duka dan nestapa

Oh.. nirwana puncak Gunung Slamet


Kaulah tempat kami mengingat sang Kuasa
Melepaskan jiwa yang bermuram durja
Dan merenungkan masa jaya

Selain air terjunmu yang menawan


Terdapat mata air panas yang bersahaja
Membuat kita bersatu dengan malam
Apalagi malam Jumat orang Jawa

Terus lah abadi kau Pancuran ketujuh


Bersama ke enam Pancuran di bawah sana
Pancarkan sinar keemasan dalam air mu!
Untuk melupakan rasa sendu yang menggebu

Penjelasan: Puisi ini menceritakan kebesaran Gunung Slamet dan perasaan


ketika berada di puncaknya. Gunung ini mengajak manusia merenungkan
kembali perjalanan hidupnya, tidak sombong, dan siap menyongsong masa
depan.

3. Pengakuan yang Jujur


Karya: Radius S.K Siburian
Ilustrasi puisi tentang alam Foto: Mokkie/Wikimedia Commons
Di tiap ujung daun menjari tersimpan nada kagum
Di tiap bentangan akar bersembunyi nada taat
Di tiap pucuk pohon pinus bertunas nada syukur
Di tiap ujung paruh burung terselip rasa kagum

Di tiap auman fauna terdengar rasa taat


Di tiap alat gerak animalia terbekas rasa syukur
Di tiap bibir pantai-pantai tercium rasa kagum
Di tiap puncak gunung menjulang tersimpan rasa taat

Di tiap muara sungai terbentang rasa syukur


Di tiap hamparan samudra terbentang nada dan rasa
Kagum, taat, syukur semua menyanyi kitab Kejadian Sempurna

Penjelasan: Penyair dalam karyanya ini menjelaskan kebesaran Tuhan


melalui ciptanNya dan nikmat yang diterima manusia. Sudah sepantasnya
bagi manusia untuk mengucapkan syukur dan taat atas ketentuhan Yang
Maha Esa.

4. Siapakah
Karya : Acep Zamzam Noor

Siapakah yang menyiramkan hijau


Ketika puncuk bukit kembali bersemi

Siapakah yang menumpahkan biru


Ketika ombak berkejaran dengan sunyi

Siapakah yang menggambari langit


Dengan kuas sehalus awan pagi

Siapakah yang mengukir udara


Dengan pahat selentur jemari

Penjelasan: Penyair dalam karyanya menjelaskan rasa kagum atas alam,


yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Begitu sempurnanya
ciptaan Tuhan sehingga semua terlihat indah dan kuat.

5. Hutan Karet
Karya Joko Pinurbo

Ilustrasi hutan karet. Foto: dok. RLU


Daun-daun karet berserakan.
Berserakan di hamparan waktu.

Suara monyet di dahan-dahan.


Suara kalong menghalau petang.
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.
Berloncatan di semak-semak rindu.

Dan sebuah jalan melingkar-lingkar.


Membelit kenangan terjal.

Sesaat sebelum surya berlalu


masih kudengar suara bedug bertalu-talu.

Penjelasan: Sastrawan senior ini menceritakan perasaannya dengan


mengambil latar hutan karet. Suasana hutan yang ramai suara hewan
mengingatkannya pada suatu kenangan tepat di ujung senja menjelang
malam.

6. Pantun Terang Bulan di Midwest


Karya : Taufiq Ismail

Sebuah bulan sempurna


Bersinar agak merah
Lingkarannya di sana
Awan menggaris bawah

Sungai Mississippi
Lebar dan keruh
Bunyi-bunyi sepi
Amat gemuruh

Ladang-ladang jagung
Rawa-rawa dukana
Serangga mendengung
Sampaikah suara

Cuaca musim gugur


Bukit membisu
Asap yang hancur
Biru abu-abu

Danau yang di sana


Seribu burung belibis
Lereng pohon pina
Angin pun gerimis

Penjelasan: Dalam puisinya, sastrawan Taufiq Ismail menceritakan suasana


malam Amerika Serikat di areal sekitar sungai Mississipi. Areal ini
kemungkinan adalah lahan pertanian sepi, yang saat itu tengah gerimis.

7. Pesan Alam
Karya: Haidi S
Ilustrasi puisi tentang alam. Foto: Andhika-detikcom
Bencana ini mengajarkan kita
Bagaimana rasanya terpenjara
Di tempat yang disebut rumah
Yang perlahan membuat

Mungkin kita harus ingat


Saat perilaku kita menjerat
Penghuni laut udara dan darat
Akal dan nurani nyatanya tak saling terikat
Tuhan melalui alam menyampaikan pesan penuh Ilham
Membiarkannya geram sebab dosa tak terpendam

Penjelasan: Dalam puisi ini, penyair berpendapat bencana sesungguhnya


pesan alam pada manusia. Alam diam saja bukan berarti pasrah menerima
kelakuan manusia. Balasan diberikan seizin Tuhan saat manusia tak juga
berhenti eksploitasi.

8. Sabana
Karya : Umbu Landu Paringgi

Sabana
memburu fajar
yang mengusir bayang-bayangku
menghadang senja
yang memanggil petualang
sabana sunyi
di sini hidupku
sebuah gitar tua
seorang lelaki berkuda
sabana tandus mainkan laguku
harum nafas bunda
seorang gembala berpacu
lapar dan dahaga
kemarau yang kurindu dibakar matahari
hela jiwaku risau
karena kumau lebih cinta
hunjam aku ke bibir cakrawala

Penjelasan: Umbu dalam karyanya menceritakan suasana sabana yang


bermandi sinar matahari. Sabana yang luas, panas, dan sepi ternyata bisa
sangat dirindukan serta menjadi sumber kehidupan makhluk Tuhan.

9. Mentari Pagi
Karya: Ayu Amanda

Matahari Pagi di Bunaken. Foto: Bonauli


Cahaya masuk menyapa hangat
Cerah tapi tak menyengat
Matahari mulai terang cut
Sendu yang tak merapat

Kicauan burung cantik


Menjadi hiasan musik
Pagi ini terasa menarik
Tak inginku terusik

Lembaran baru kan dimulai


Berjalan elok gemulai
Tak berharap terlerai
Ketabahan hati lagi ini terurai

Penjelasan: Penulis mengumpamakan matahari yang terbit tiap pagi laksana


pembuka berbagai kesempatan dan petualangan. Kehidupan hari itu bisa
berjalan baik sesuai rencana, namun ada juga peluang terjadinya ujian dan
hambatan.

10. Pendakian
Karya: Fadhal. M

Sejauh mata memandang


Gunung kokoh abadi terpancang
Diselimuti kerumunan awan
Ingin rasanya duduk dari ketinggian

Lewati hamparan hijau ladang ladang


Hilangkan semua kepenatan dalam kehidupan
kaki yang terus melangkah akan rasa penasaran
Dan mata yang terus memandang ke depan

Penjelasan: Dalam karyanya, penulis Fadhal menceritakan perasaan ketika


mendaki gunung. Rasa lelah seolah terhapus keinginan sampai di puncak,
menikmati pemandangan dari puncak, serta rasa lega yang muncul.

11. Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta


Karya : Sapardi Djoko Damono

Ilustrasi puisi tentang alam. Foto: CFOTO/Getty Images


mencintai angin
harus menjadi siut

mencintai air
harus menjadi ricik

mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat

mencintai cakrawala
harus menebas jarak

mencintai-Mu
harus menjelma aku

Penjelasan: Sastrawan yang terkenal dengan karya Hujan di Bulan Juni ini,
menawarkan cara mencintai dalam tulisannya. Termasuk cara mencintai
seorang hamba pada Tuhan yang membutuhkan kesungguhan.

12. Indahnya Alam Negeri Ini


Karya: Ronny Maharianto

Kicauan burung terdengar merdu


Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan mataku sejenak


Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk, tenang, senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan

Wahai pencipta alam


Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin yang berirama di pegunungan


Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna


Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna

Penjelasan: Penulis menceritakan keindahan alam Indonesia yang


menawarkan berbagai pemandangan. Keindahan bisa disaksikan tiap hari
mulai membuka hingga menutup mata. Penyair juga mengingatkan
pentingnya menjaga keindahan alam.

13. Kicau Burung

Ilustrasi kicau burung dari burung murai. Foto: Uje Hartono/detikcom


Kicau burung yang menyusup lewat
sela daun mangga bersama hangatnya mentari pagi
adalah sebuah misteri
pada siapa rindu kubagi

Kicau burung yang menggetarkan ibaku


daun terbang entah kemana
adalah sebuah duka
yang tertinggal dari kibasan
sayap lukanya

Penjelasan: Karya ini menceritakan dualisme pagi yang membuka peluang


sekaligus kesedihan. Peluang sudah selayaknya dihadapi dengan rasa positif,
namun kesedihan kerap kali membawa muram.

14. Melupakan

Ilustrasi planet Bumi. Foto: NASA


Bertambah panasnya dunia ini
semakin tak terasa sejuknya angin
semakin tak terdengarnya kicauan nyanyian alam
semakin hilang jernihnya air sungai

hanya keringat manusia serakah yang sering menetes


di bumi ini semakin keringnya tanah yang dia pijak
tak ada lagi pohon yang tumbuh
hanya gedung yang sanggup bertahan saat ini

Kemana manusia yang dulu merindukan kesejukan dan kedamaian?


kini hilang, melupakan keheningan dan kesejukan
udara bersih...
tidakkah manusia merindukan itu semua

Sadarlah manusia serakah, masih banyak pekerjaan


yang tidak harus merusak tempat tinggalmu sekarang
bumi ini rumah kita bersama
jaga dan rawatlah rumah kita ini.

Penjelasan: Puisi ini menceritakan perubahan alam akibat kelakuan manusia.


Alam dieksploitasi sedemikian rupa hingga tak lagi jadi rumah bagi seluruh
makhluk hidup. Hanya menunggu waktu, hingga alam murka pada manusia.

15. Puisi Alam


Karya : Revo

Hutan bambu. Foto: Getty Images


Lihatlah hutan kita ini
Sedikit habis oleh orang-orang
Yang tidak memikirkan masa depan
Dia mementingkan pribadi tanpa peduli
Lewat puisi alam ini aku bertanya
Lewat curahan kata aku bicara

Indahnya tanahku di atas negeri


Ribuan pulau menyapa senyum bijaksana
Indonesia tercinta tetumbuhan menghijau
Aku lahir di sini

Di tempat surgawi
Tanahku subur penjajah suka buahku

Mereka berkelana dari kejauhan


Mereka datang berbondong

Akhirnya mereka pergi dengan semangat alam


Penjajah pergi, penjajah lenyap
Sekarang diri menjarah diri
Hutan kita habis berkeping

Sisa akar-akar yang suram


Satukan jemari, beri yang lain pencerahan
Cukup tanam satu tunas sehati
Atau lindungi yang sudah merambah

Tanpa kau ketahui kau melestarikan


Janin di masa mendatang
Sengaja gambar ini terpampang
Sengaja gambar ini tersimpan
Agar kita mengerti takkan ada lagi yang asri
Kalau kita tak peduli

Penjelasan: Penyair dalam karyanya mengungkapkan rasa sedih akibat hutan


yang terus habis. Lebih sedih karena penjarah hutan adalah bangsanya
sendiri yang tidak peduli pada kelestarian dan keseimbangan alam.

16. Bara Hati


Api membara karena dikipas
Panas menyengat hewan melata
Tambang dicari hutan dilibas
Hasilnya dibagi tidak merata

Kalau ingin melanglang buana


Jangan memandang fatamorgana
Lingkungan rusak dimana-mana
Kesadaran manusia hanya wacana

Kapal berlayar tanpa muatan


Diiringi music orkes simponi
Bumi merana kehabisan hutan
Tanam pohon hanya seremoni

Pasang tenda memakai pasak


Tenda dibangun untuk pajangan
Pemerintah sadari lingkungan rusak
Tanam pohon buru penghargaan

Hobinya bikin mainan sawah


Buat ngusir hama tanaman
Mobilnya sih mahal dan mewah,
Buang sampahnya kok Buang sampahnya kok sembarangan

Penjelasan: Dalam puisi ini, penyair prihatin pada kelakuan manusia terhadap
alam. Manusia buang sampah sembarangan, menbang pohon, serta
mengutamakan kepentingan pribadi padahal tahu risiko dari kelakuannya.

17. Sejuk Tenang

Sejuk tenang di pegunungan. Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho


Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan mataku sejenak


Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk, tenang, senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan

Wahai pencipta alam


Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin yang berirama di pegunungan


Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna


Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna

Penjelasan: Rasa syukur seolah membersamai penyair saat menulis karya


ini. Keindahan alam masih terbayang meski penulis memejamkan matanya.
Tentunya keindahan bisa dinikmati bila ada upaya penjagaan dari manusia.
18. Bumi
Karya: Erista Laili V.A

Bumiku...
Dulu kau begitu hijau menawan
Pohon pohon sangat rindang
Burung burung terbang melintasi awan

Namun apa daya


Dulu kau yang hijau menawan
Sekarang kau penuh dengan sampah
Sungguh tak enak dipandang oh bumiku

Seandainya kau masih seperti dahulu


Hijau sejuk sejauh mata memandang
Pasti akan ku jaga bumiku
Supaya anak cucuku bisa menikmati keindahanmu

Penjelasan: Dalam karyanya penulis mengungkapkan rasa sesal pada


perubahan buruk bumi. Saat ini bumi menjadi penuh sampah, tidak sejuk, dan
tak enak dipandang. Penulis juga menegaskan tekah menjaga keindahan
bumi.

19. Senja
Karya: Arinal Khusna

Sunset di kaki Gunung Ranai Foto: detik


Senja yang kau kirimkan sudah kuterima
Ku kira sudah lengkap
Lengkap dengan bau laut dan desir angin
Juga suara ombak yang memecah pantai

Aku pun tahu


Senja yang paling indah pun akan berakhir dengan menyedihkan
Ketika segalanya menjadi siluet
Lantas menyatu dalam kegelapan

Kita pun sama sama tahu


Kepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejam
Menjadi kehitaman yang membentang sepanjang pantai
Hitam, sunyi dan kelam

Penjelasan: Senja dalam puisi dilukiskan sebagai awalan malam yang sunyi
dan gelap. Penulis mengidentikkan malam yang hitam dengan kesedihan dan
kepastian layaknya penghujung hari.

20. Lukisan tentang Langit


Karya: Rahmannisa Mufarrah
Langit yang kelabu itu membawa kamu datang
Hujan yang deras membawamu pergi
Hadirmu hanya sebuah kias
Anehnya aku baru menemukan kilas yang justru memberi bekas

Namun hitammu masih pekat


Seperti tak ada warna yang cukup pantas
Tak terkecuali warna yang ku punya
Anganku menyerah

Aku baru menyadari


Bahwa langit adalah kelam
Ia berlari tanpa tujuan
Hingga menyerah dalam permainan semesta

Takdir terus berjalan


Hingga sosok lain pun datang
Sosok yang menghangatkan

Sekali lagi sang kelam menyerah


Memberikan takdir memainkannya

Penjelasan: Puisi ini seolah menceritakan rasa pasrah penulis. Kepasrahan


muncul setelah sibuk berlari tanpa tujuan, hingga akhirnya menyerah.
Perasaan ini dianalogikan dengan malam yang gelap dan hujan.

21. Laut dan Keindahannya


Karya: Siska Ayu Novianti

Keindahan laut Pantai Balanan, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa


Timur. Foto: ANTARA FOTO/BUDI CANDRA SETYA
Lautan yang jernih dan tenang
Diperindah dengan deburan ombak
Di balik terumbu karang yang cantik
Ikan-ikan bergurau riang

Tanaman bergerak mengikuti arus


Ikan berenang dengan ceria
Burung berkicau melewati lautan biru bercahaya

Kilauan cahaya matahari terbenam


Membuat mata terpana
Udara yang sejuk menambah suasana
Manusia yang melihat sangat terpesona
Betapa eloknya laut kita

Penjelasan: Pesona laut yang mengundang decak kagum diceritakan penulis


dalam karya ini. Makhluk yang hidup di dalam maupun sekitar laut menjadsi
sumber keindahan laut dengan airnya yang biru.
Cara Menulis Puisi tentang Alam
Ada setidaknya empat langkah atau cara yang perlu diperhatikan dalam
menulis puisi tentang alam. Berikut caranya dikutip dari situs
staffnew.uny.ac.id:

1. Persiapan
Cara atau langkah pertama dalam menulis puisi tentang alam adalah
persiapan. Dalam hal ini, penyair harus mencari bahan-bahan atau sumber
tulisan yang dapat digunakan. Persiapan dapat dilakukan dengan pengayaan
materi, mencari momen puitik yang menyentuh perasaan, dan lainnya.

2. Inkubasi
Setelah bahan-bahan terkumpul, ada tahapan inkubasi atau pengendapan
materi. Tahap ini dilakukan sambil melakukan proses penyusunan puisi.

3. Iluminasi
Ketika semua bahan yang dikumpulkan telah siap untuk dibuat ke dalam
tulisan, cara selanjutnya yang perlu dilakukan adalah iluminasi atau
perwujudan. Pada tahap ini, semua ide yang telah diorganisasi dituangkan ke
dalam bentuk tulisan.

4. Verifikasi
Tahap terakhir dalam menulis puisi tentang alam adalah verifikasi, tahap yang
menilai apakah suatu karya layak dipublikasikan atau tidak. Untuk
menentukan kelayakan ini, penulis perlu melakukan tahapan revisi atau
perbaikan-perbaikan tertentu dengan cara peer-review atau meminta
masukan dari teman.

Itulah 21 puisi tentang alam beserta contohnya. Semoga artikel ini


memberikan Anda gambaran lebih jelas terkait puisi tentang alam, ya!

Baca artikel detikbali, "21 Puisi Tentang Alam beserta Contohnya"


selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6416211/21-puisi-tentang-
alam-beserta-contohnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai