Maka dari itu, supaya membaca Al-Quran bisa dengan baik dan benar harus
mempelajari ilmu tajwid. Dengan membaca Al-Quran secara perlahan, akan
membantu untuk memahami dan merenungkan makna dari bacaan Al-Quran. Di
bawah ini akan lebih dijelaskan mengenai hukum-hukum ilmu tajwid, beserta
contohnya.
Daftar Isi
Pengertian Tajwid
Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum-Hukum Tajwid dan Contohnya
o 1. Sukun dan Tanwin
a. Idzhar
b. Idgham Bigunnah
c. Idgham Bilagunnah
d. Iqlab
e. Ikhfa Haqiqi
o 2. Mim Sukun
a. Ikhfa Syafawi
b. Idgham Mimi
c. Idzhar Syafawi
o 3. Mim tasydid dan Nun Tasydid:
o 4. Lam ta’rief:
a. Idzhar Qamariyah
b. Idgham Syamsiyah
o 5. Qalqalah
Pengertian Tajwid
Tajwid adalah istilah dari bahasa Arab yang secara harfiah memiliki makna
‘melakukan sesuatu dengan indah atau bagus’. Tajwid berasal dari kata ‘Jawadda’.
Tajwid juga berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat
yang ada pada setiap huruf. Secara garis besar, ilmu tajwid adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf yang ada di dalam
kitab suci Al-Quran.
Sejarah bacaan Al-Qur’an berkaitan dengan sejarah qira’at, karena setiap qari
memiliki seperangkat aturan tajwid mereka sendiri, dengan banyak tumpang tindih di
antara mereka.
Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (774 – 838 M) adalah orang pertama yang
mengembangkan ilmu tajwid. Ia memberikan aturan nama tajwid dan menuliskannya
dalam bukunya yang berjudul al-Qiraat. Dia menulis sekitar 25 qari, termasuk 7 qari
mutawatir.
Abu Bakar Ibn Mujahid (859 – 936 M) menulis sebuah buku berjudul Kitab al-Sab’
fil-qirā’āt “Tujuh Bacaan”. Dia adalah orang pertama yang membatasi jumlah bacaan
hingga tujuh yang diketahui.
Imam Al-Shatibi (1320 – 1388 M) menulis sebuah puisi yang menguraikan dua cara
paling terkenal yang diturunkan dari masing-masing dari tujuh imam yang kuat, yang
dikenal sebagai Ash-Shatibiyyah. Di dalamnya, ia mendokumentasikan aturan bacaan
Naafi’, Ibn Katsir, Abu ‘Amr, Ibn ‘Aamir, ‘Aasim, al-Kisaa’i, dan Hamzah.
Ibn al-Jazari (1350 – 1429 M) menulis dua puisi besar tentang Qira’at dan tajwid.
Salah satunya adalah Durrat Al-Maa’nia, dalam bacaan tiga qari utama, ditambahkan
ke tujuh di Shatibiyyah, menjadikannya sepuluh. Yang lainnya adalah Tayyibat An-
Nashr, yaitu 1014 baris pada sepuluh qari utama dengan sangat rinci.
Ada perbedaan pendapat tentang hukum mempelajari ilmu tajwid bagi setiap individu.
Shadee el-Masry menyatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah kewajiban
individu atau Fardhu Ain. Syekh Zakariyya al-Ansari menyatakan bahwa membaca
dengan cara mengubah makna atau mengubah tata bahasa adalah dosa. Jika tidak
mengubah kedua hal ini, maka tidak berdosa.
Adapun dalil mempelajari ilmu tajwid, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-
Muzzamil ayat 4, yang berbunyi:
“atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.”
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad untuk
mebaca Al-Quran dengan tartil, dengan memperindah ucapan pada setiap huruf-
hurufnya.
c. Idgham Bilagunnah
Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf idgham bilagunnah maka
dibacanya dengan dimasukkan namun tidak berdengung. Idgham artinya
memasukkan, dan bilagunnah artinya tidak mendengung. Jadi cara membacanya
dengan ditasydidkan ke dalam salah satu huruf idham dengan suara yang tidak
mendengung.
Contoh:
Huruf iqlab: ب
Contoh:
Contoh:
Contoh:
َو َك ْم ِمنْ قَ ْريَ ٍة Mim mati bertemu dengan م
ضا َء لَ ُه ْم َمش َْوا فِي ِه َ ُكلَّ َما َأ Mim mati bertemu dengan م
ِإلَ ْي ُك ْم ِمنْ َربِّ ُك ْم Mim mati bertemu dengan م
c. Idzhar Syafawi
Apabila mim mati bertemu dengan huruf-huruf idzhar syafawi, maka tetap harus
dibaca jelas meski mulut tertutup. Huruf idzhar syafawi ada banyak, kecuali mim dan
ba, karena kedua huruf tersebut merupakan milik ikhfa syafawi dan idgham mimi.
Contoh:
4. Lam ta’rief:
Adalah alif dan lam yang dihubungkan dengan kata atau nama-nama benda.
a. Idzhar Qamariyah
Apabila ada lam ta’rief bertemu dengan huruf-huruf idzhar qamariyah, maka cara
membacanya harus jelas. Qamar dalam bahasa arab memiliki arti bulan. Sedangkan
lam ta’rief diumpamakan dengan bintang. Hal ini karena bintang tetap terlihat
meskipun bertemu dengan bulan.
Contoh;
Contoh:
َ َوَأ ْنزَ َل الت َّْو َراة Alif lam bertemu dengan ت
ت ِ ِمنَ الثَّ َم َرا Alif lam bertemu dengan ث
ِّين
ِ يَ ْو ِم الد Alif lam bertemu dengan د
َالذا ِك ِرين َّ و Alif
َ lam bertemu dengan ذ
ال َّر ْح َم ِن Alif lam bertemu dengan ر
َوال َّز ْيت ُْو ِن Alif lam bertemu dengan ز
سفَ َها ُء ُّ ُه ُم ال Alif lam bertemu dengan س
َ َه ِذ ِه الش ََّج َرة Alif lam bertemu dengan ش
َصاَل ة َّ وَأقِي ُموا ال Alif َ lam bertemu dengan ص
َضالِّين َّ ال اَلو Alif
َ lam bertemu dengan ض
ور ُّ َ َ
َ ف ْوق ُك ُم الط Alif lam bertemu dengan ط
َ ِمنَ الظَّالِ ِمين Alif lam bertemu dengan ظ
َويَ ْل َعنُ ُه ُم الاَّل ِعنُون Alifَ lam bertemu dengan ل
اس َ ََّأتَْأ ُمرُونَ الن Alif lam bertemu dengan ن
Qalqalah sughra dibaca lebih tipis, seperti arti sughra sendiri yang artinya kecil.
Sedangkan qalqalah kubro, cara membacanya dipantulkan lebih jelas dan lebih keras,
seperti arti kubro yang artinya besar.
Contoh:
ثُ َّم لِيَ ْقطَ ْع فَ ْليَ ْنظُ ْر Ada huruf Qaf mati di tengah kata
ثَانِ َي ِع ْطفِ ِه Ada huruf Tho mati di tengah kata
َوقَ ْو ُم ِإ ْب َرا ِهي َم Ada huruf Ba mati di tengah kata
فَ َعلَ َّي ِإ ْج َرا ِمي Ada huruf Ja mati di tengah kata
ِ ُون هَّللا
ِ يَ ْدعُو ِمنْ د Ada huruf Da mati di tengah kata
ب ِ ب َوالتَّ َراِئ ِ الص ْل
ُّ بَ ْي ِن Ada huruf Ba di akhir kalimat
وج
ِ ر
ُ ُ ب ْ
ل ا ت
ِ ا َ
ذ ء ِ س َما
َّ وال Ada
َ huruf Ja di akhir kalimat
َوا ْليَ ْو ِم ا ْل َم ْوعُو ِد Ada huruf Da di akhir kalimat
س ِط ْ ِقَاِئ ًما بِا ْلق Ada huruf Tho di akhir kalimat
قِ س َما ِء َوالطَّا ِر َّ َوال Ada huruf Qaf di akhir kalimat