Dosen pengampu :
Hj. Ulfah Mardhiyah, M.H.I
Disusun
Nani Marnila Sari
Alhamdulillah penulis bersyukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah –
Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Penulisan makalah ini
dibuat sebagai media pembelajaran dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Baca Tulis Al-Qur'an
(BTQ). Penulis menyadari dalam menyelesaikan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi dan saran dalam proses pembuatan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat dan
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami khususnya.. Aamiin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian Nun mati................................................................................ 2
2.2. Pembagian Hukum Nun Mati..................................................................... 2.
Daftar Pustaka........................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah manusia. Bagi siapa saja yang
membaca Al-Qur’an sekalipun tidak memahaminya maknanya terhitung sebagai ibadah dan
mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam hadis qudsi yang
artinya: diriwayatkan oleh Abu Said, Rasullullah SAW bersabda “Allah SWT berfirman siapa-siapa
yang disibukan dari memohon kepada-Ku karna membaca Al-Quran, maka Aku akan berikan dia
sebaik-baik ganjaran orang yang bermohon. Kelebihan firman firman Allah dari semua perkataan
adalah seperti kelebihan Allah dari semua mahluk –Nya”.
Hukum membaca Al-Qur'an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardu 'ain. Jadi,
mungkin saja terjadi seorang Qori' bacaannya bagus dan benar, namun sama sekali ia tidak
mengetahui istilah-istilah ilmu tajwid seperti idzhar, mad lin dan sebagainya. Tajwid adalah ilmu yang
sangat mulia. Hal ini karena keterkaitannya secara langsung dengan Al-Qur'an. Bahkan dalam dunia
Ilmu Hadits, seorang alim tidak akan mengajarkan hadits kepada muridnya sehingga ia sudah
menguasai ilmu Al-Qur'an. Tujuan mempelajari tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari
kesalahan dalam membaca Al-Qur'an.
Tajwid secara bahasa adalah membaguskan, sedangkan menurut istilah adalah mengeluarkan
setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya. Yang dimaksud dengan
hah huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya sepertisifat al-jahr, isti'la, istif'al, dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah sifat yang tampak sewaktu-waktu, seperti
tafkhim, tarqiq, ikhfa, iqlab, dan sebagainya.
Para ulama telah menyusun ilmu tajwid, serta menyusun pokok-pokoknya dan menyimpulkan
hukum-hukumnya dari tata cara membaca yang diwaruskan oleh Nabi Muhammad SAW., para
sahabatnya dan para thabi'in. Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah menjaga lisan dari kesalahan
tatkala membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu, hukum atau aturan dalam membaca Al-Qur'an adalah
fardu 'ain bagi setiap mukallaf.
1. Idhar ( ر ْ )
ٌ إظهَا
Idhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati/tanwin ْ
(/ ٌ ٍ ً ن ) bertemu dengan salah
satu huruf halqi hukum bacaannya disebut idhar.
Huruf-huruf halqi itu ada enam yaitu: ا ح خ ع غ ھ
a. Idghom Mutamatsilain
Yaitu apabila ada dua huruf yang sama baik makhroj dan sifatnya seperti ba’ mati bertemu dengan
ba’ atau dal mati bertemu dengan dal, maka harus diidghomkan menurut kesepakatan ulama’ Qurro’,
baik bertemunya dalam satu kalimat atau lain kalimat.
Contoh ُ ي َُوجِّ ْهه, ض ُك ْـمُ ي ْغتَبْ بَ ْع
Yang demikian itu terkecuali huruf mad yaitu ya’ mati bertemu dengan ya’ jatuh setelah kasroh dan
wawu mati jatuh setelah dhommah bertemu dengan wawu, sebagaimana kesepatan ulama qurro’. Hal
ini dikarenakan agar sifat huruf mad itu masih tetap dan tidak hilang.
Contoh : َوهُ ْم قَالُوْ ا,فى ْ ٍْم يَو
b. Idghom Mutajanisain
Apabila ada dua huruf yang sama makhrojnya akan tetapi berbeda sifatnya. Seperti dal bertemu ta’,
ta’ bertemu dal dan sebagainya.
Contoh : ث ْ َذالِكَ ْيله, ّ َت ا
ْ َ َّدع ََوهللا ْثقَل,تَّبَيّنَ قَ ْد
Adapun kalimat ْ َّم َعنَا اِرْ كبmenurut Imam Hafs ‘an ‘Ashim cara membacanya harus
diidghomkan dan disertai dengan dengung, sedangkan lafadh َطت ْ ب َسdibaca dengan Idghom Naqish.
Yaitu sifat huruf tho’ (Isti’la’) masih tetap tampak.
c. Idghom Mutaqoribain
Apabila ada dua huruf yang berdekatan baik makhrojnya maupun sifatnya .
Contoh : نخلُ ْق ُك ْم اَل ْم
ْ , ْرَّبِّ قُل
Keterangan :
1.Semua bacaan idghom sebagaimana tersebut diatas dengan riwayat Hafs ‘an Ashim, huruf yang di
idghomkan harus huruf yang sukun disebut idghom shoghir. Maka apabila huruf yang di idghomkan
adalah huruf yang hidup disebut idghom kabir
Contoh : لَ َربُّكَ فَ َع، هُدًى فِ ْي ِه، َ فَ َع َل َك ْيفdan semua idghom kabir Imam Hafs ‘an Ashim tidak ikut
membacanya.
2. Menurut Imam Hafs ‘an Ashim sebagaimana disebutkan pada kitab Jazariyah, bahwa apabila
semua huruf yang diidghomkan terdiri dari huruf isti’la’ ( )قظ ضغط خصmaka harus dibaca idghom
Naqis. Contoh : َسطْت
َ َ ب، نَخْ لُ ْق ُك ْم
3.Idghom mutajanitsain / mutamatsilain / mutaqoribain, apabila mudghomnya huruf dal, maka hanya
masuk pada huruf dal atau ta’. Contoh : تُ ْم أَبَ ْد، ل لَقَ ْد
ُ ََدخ
3. Iqlab ()قالب ا
Iqlab artinya membalik atau mengganti. Apabila nun mati/tanwin bertemu dengan huruf ب,
maka hukum bacaannya disebut iqlab. Cara membacanya adalah bunyi nun mati/ tanwin berubah
menjadi bunyi mim ( ) ْمHuruf iqlab hanya satu yaitu huruf ب. Jadi, bacaan dikatakan iqlab yaitu
apabila ada nun mati dan pada satu kata atau tanwin (nun yang serupa dengan tanwin) bertemu
dengan ﺐ.Cara membacanya adalah huruf nun dan tanwin dibalik atau ditukar dengan huruf mim
dalam bacaan bukan dalam tulisan dengan suara dengung.
Bentuk bacaan iqlab ada tiga yakni:( a ) membalik nun mati atau tanwin menjadi mim ketika huruf ba’
bertemu dengan dengan nun mati dalam satu kata,contoh : ﻢﻬﺌﺒﻨﺍ.( b ) menyamarkan bacaan mim pada
ba’ apabila dua dalam dua kata , contoh : ( ﺪﻌﺒﻦﻤC ) membaca dengung disertai dengan
menyamarkan( ikhfa’) apa bila terdapat setelah tanwin dan mesti terjadi pada dua kata, contoh :
ﺭﻴﺼﺒﻊﻴﻤﺴ
Adapun sebabnya ada istilah iqlab ini karena bacaan nun mati dan tanwin akan leibih mudah di
ucapkan dengan membalik huruf nun menjadi huruf mim dan menyamarkan ( menyembunyikan)
huruf nun pada huruf ﺐ.Adanya kewajibn untuk membalik nun mati dan tanwin menjadi huruf mim
karena kesamaan huruf nun mati dan mim dalam bacaan dengung dan kesamaannya dalam semua
sifatual huruf dari pada makhroj( tempat keluarnya suara).Membalik (iqlab) pada huruf tersebut lebih
mudah dan lebih baik dari pada dibaca terang (izhar) atau idhgam.
ْ ِي ا
1. Ikhfa Syafawi (خفَاء ّ ) َشفَ ِو
Ikhfa Syafawi adalah menyembunyikan atau menyamarkan huruf mim.Hukum bacaan disebut
ikhfa syafawi apabila mim mati atau mim sukun bertemu dengan huruf ba ( )ب. Adapun cara
membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.
Contoh:
Mim mati bertemu huruf ba’ : بِ َذلِكَ لَهُ ْم َو َما
Mim mati bertemu huruf ba’ : ب تَرْ ِم ْي ِه ْم
ِ ار ٍة
َ ِح َج
2. Idghom Mimi () ِمي ِمي اِ ْدغَا ٌم
Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn mim yang sejenis.
Cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca
dengung. Idgham mimi sering pula disebut idgham mitslain atau idgham mutamatsilain (idgham yang
hurufnya serupa atau sejenis)
Contoh:
Mim mati bertemu huruf mim : هللاِ ِمنَ لَهُ ْم َو َما
Mim mati bertemu huruf mim : ُم ْؤ ِمنِ ْينَ ُك ْنتُ ْم اِ ْن
Apabila ada huruf mim dan nun yang bertasydid maka hukum bacaannya disebut ghunnah.
Adapun tempat keluarnya ghunnah adalah pada jalur hidung, sedangkan lamanya bacaan ghunnah
adalah 1 alif atau 2 harokat membacanya harus dibaca dengan suara dengung.
Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajibal ghunnah ( )ﻪﻨﻐﻟﺍ ﺐﺟﺍﻭyang bermakna bahwa
pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah
didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau
ّ
bertasydid ( ّﻡdan )ن.
ّ , ث ّم,ََﻭﺍﻟﻨﱠﺎﺱ ﺍ ْﻟﺠِﻨﱠﺔ ِﻣﻦ
Contoh : ِإن
Keterangan :
Enam bacaan yang di dalamnya terdapat bacaan ghunnah (dengung) yaitu: idghom bighunnah, iqlab,
ikhfa’ haqiqi, ikhfa’ syafawy, idghom mimy, mim atau nun yang bertasydid.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Nun mati ialah huruf yang tidak berbaris. Tanwin adalah baris ganda baik atas seperti
fathatain, bawah seperti kasrotain, dan dhommah (dhommahtain). Secara umum, nun mati dan tanwin
mempunyai empat hukum bacaan yaitu idzhar, idghom, iqlab, dan ikhfa.
Ghunnah menurut bahasa adalah bunyi yang keluar dari lubang hidung. Sedangkan menurut istilah
tajwid, ghunnah adalah bunyi dengung yang melekat pada huruf nun dan mim yang terdengar secara
indah. Nun dan mim bertasydid wajib dibaca dengan ghunnah (dengung), baik dalam keadaan
bersambung maupun dalam keadaan berhenti (waqaf), dan bila terletak di tengah maupun diakhir
kata.
Tempat keluar bunyi dengung adalah khaisyum yaitu lubang hidung yang bersambung dengan
organ dalam langit-langit atas didalam mulut. Panjang bunyi dengung tersebut ialah 2 harakat yang
ukuran 1 harakat itu adalah selama membuka atau menutup jari tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul A.R 2003. Pedoman Dauroh Al-Qur'an. Kenanga: Markaz Al-Qur'an.
Lembaga Bahasa Dan Budaya Institut Agama Islan Negeri (IAIN) Mataram. 2013. Dirasah Al-Qur'an
(Dasar-Dasar Pengajar Tajwid Al-Qur'an). Mataram: Laboratorium Al-Qur'an.