Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW adalah al- Qur’an. Al-Qur’an
adalah merupakan wahyu ilahi yang diberikan Allah kepada utusan-Nya Nabi
Muhammad SAW, melalui perantara malaikat jibril. Tak kan pernah ada hentiya
kita sebagai umat Nabi Muhammad untuk selalu membaca dan mengkaji makna
yang terkandung didalamnya, karena Al-Qur’an merupakan pedoman hidup
seluruh manusia agar selamat dunia akhirat. Bahasa yang terkandung didalam Al-
quran begitu indah dan menakjubkan. Sehingga mampu membuat kita merenungi
kata demi kata untuk memahaminya.

Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya ilmu pengeahuan. Ayat al-Qur’an yang


pertama kali turun berisikan perintah untuk membaca. Membaca adalah kunci
ilmu pengetahuan, sehingga sejak awal islam memang mencurahkan perhatian
pada ilmu pengetahuan.

Sudah tak asing lagi terdengar oleh kita semua kata-kata tilawah baik dalam
kehidupan sehari-hari ataupun khususnya didalam al-Qur’an. Kata tilawah
memiliki makna, baik ketika berdiri sendiri ataupun sering disandarkan dengan
kata lain seperti tilawah al-Qur’an. Oleh karena itu , kami tertarik dan mencoba
untuk membahasnya dalam sebuah makalah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tilawah Al-Qur’an?

2. Apa saja macam-macam tilawah?

3. Apa saja macam-macam ahkamut tilawah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tilawah Al-Qur’an

Kata ْ‫ يَ ْتلُو‬dalam kedudukan tashrif menduduki tempat ke-dua yaitu sebagai fi’li
mudhori’ (kata kerja sekarang/akan datang):

َ‫ تِاَل َوة‬- ْ‫تَلى – يَ ْتلُو‬

Maka didapat kata tilawah sebagai masdhar, yang secara tekstual bisa diartikan
pembacaan.

Dijelaskan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsamin rahimahullah


didalam Syarh Al Arba’in an Nawawiyah, bahwa orang yang berkumpul untuk
membaca Al-Qur’an ada 3 keadaan:

1. Mereka membaca al-Qur’an bersama-sama dengan satu mulut dan satu suara.
Jika untuk pengajaran maka ini diperbolehkan ,sebagaimana seorang guru
membaca satu ayat kemudian diikuti oleh murid muridnya dengan satu suara.

2. Mereka berkumpul, kemudian salah seorang membaca,dan yang lain


menyimak, kemudian yang kedua bergantian membaca, kemudian yang ketiga,
kemudian yang keempat dan seterusnya sampai semuanya mendapat giliran
membaca. Kondisi ini ada 2 bentuk:

a. Mengulang-ulang bacaan yang sama.

Misalnya yang pertama membaca satu halaman, kemudian yang kedua membaca
halaman yang sama, kemudian yang ketiga membaca halaman yang sama dan
seterusnya.

b. Membaca bacaan yang berbeda.

Misalnya yang pertama membaca bacaan yang sama, kemudian yang kedua
membaca bacaan yang lain.

2
3. untuk dirinya sendiri, dan yang lain tidak mendengarkan. Dan ini yang terjadi
sekarang, didapati orang-orang di dalam masjid, semuanya membaca untuk
dirinya sendiri dan yang lain tidak mendengarkannya.

B. Macam-Macam Tilawah

1. Tahqiq yaitu membaca al-Qur’an dengan menempatkan hak- hak huruf yang
sesungguhnya yaitu menempatkan hak-hak huruf yang sesungguhnya. Yaitu
menempatkan makhrorijul huruf, sifat-sifat huruf, mad-qoshr dan hukum-hukum
bacaan yang telah ditetepkan oleh ulama Ahlu Qurro’.

2. Tartil yaitu membaca al-Qur’an dengan pelan-pelan dan tanpa tergesa-gesa


dengan memperhatikan makhrorijul huruf, sifat-sifat huruf, mad-qoshr dan
hukum-hukum bacaan, sehingga suara bacaan menjadi jelas.

3. Tadwir yaitu membaca al-qur’an antara bacaan yang cepat dengan bacaan yang
pelan(sedang).

4. Hadr membaca al-qur’an dengan sangat cepat, sehingga seakan-akan tidak jelas
dalam suaranya.

C. Ahkamut Tilawah

1. Pengertian Tajwid

Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada, yujawwidu, tajwidan


yang artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dalam pengertian
lain menurut lughah, tajwid dapat diartikan sebagai:

‫اَِإْل ْتيَانُ بِ ْال َجيِّ ِد‬

Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan.

Sedangkan tajwid menurut istilah adalah mengeluarkan setiap huruf-huruf


dari tempat keluarnya masing-masing sesuai dengan hak dan mustahaq-

3
nya. Jadi, Ilmu tajwid ialah pengatahuan tentang kaedah serta cara-cara
membaca al-qur’an dengan sebaik-baiknya.

Hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardu


kifayah. Ini artinya, mempelajari ilmu tajwid secara mendalam tidak
diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang
saja. Namun, jika dalam suatu kaum tidak ada seorang pun yang
mempelajari ilmu tajwid, berdosalah kaum itu.

Adapun hukum membaca al-Qur’an dengan memakai aturan-aturan tajwid


adalah fardu ‘ain atau merupakan kewajiban pribadi. Membaca al-qur’an
adalah sebuah ibadah haruslah dilaksanakan sesuai ketentuan. Ketentuan
itulah yang terangkum dalam ilmu tajwid. Apabila seseorang membaca al-
Qur’an dengan tidak memakai tajwid, hukumnya berdosa.

Dalam kitab hidayatul mustafid fi ahkamit tajwid dijelaskan:

‫التَّجْ ِو ْي ُد الَ ِخالَفَ فِ ْي َأنَّهُ فَرْ ضُ ِكفَايَ ٍة َو ْال َع َم ُل بِ ِه فَرْ ضُ َع ْي ٍن َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬

َ‫ِمنَ ْال ُم َكلَّفِ ْين‬

Tidak ada perbedaan pendapat bahwasanya mempelajari ilmu tajwid


hukumnya fardu kifayah, sementara mengamalkannya (tatkala membaca
al-qur’an) hukumnya fardu ain bagi setiap muslim dan muslimah yang
telah mukallaf.

2. Macam-macam Ahkamut Tilawah

a. Hukum nun bersukun dan tanwin

Hukum nun bersukun dan tanwin adalah empat hukum yang muncul
tatkala nun sukun atau tanwin bertemu huruf hijaiyyah.

4
Keempat hukum tersebut adalah:

1) Izhar halqi

Menurut bahasa, izhar adalah al-bayan, artinya jelas. Sedangkan halqi


artinya tenggorokan.

Izhar dalam pengertian hukum nun bersukun dan tanwin adalah apabila
nun bersukun atau tanwin menghadapi salah satu dari huruf (halq) yang
enam, maka dinamakan izhar halqi.

Enam huruf halq yang dimaksudkan dalam definisi diatas ialah:

‫ءهعغحغخ‬

Cara membaca izhar halqi pun harus jelas dan terang. Kejelasan
pengucapan tidak boleh tertahan, karena apabila tertahan akan bertukar
dengan suara sengau/dengung (ghunnah).

Contoh: - ‫ َحا ِس ٍد ِإ َذا‬- َ‫َم ْن ا َمن‬

- ‫ قَوْ ٍم هَا ٍد‬- َ‫يَ ْنهَوْ ن‬

2) Idgham

Idgham menurut bahasa ialah:

‫اِ ْدخَا ُل ال َّش ْي ِء فِى ال َّش ْي ِء‬

Memasukkan sesuatu kedalam sesuatu.

Idgham dalam pengertian hukum nun bersukun dan tanwin adalah apabila
nun bersukun atau tanwin menghadapi salah satu dari huruf yang enam
yaitu: ya (‫ )ي‬ra’ ‫))ر‬, mim ‫))م‬, lam ‫))ل‬, wau (‫)و‬, nun ‫))ن‬.

Idgham dalam hukum nun bersukun dan tanwin terbagi atas dua bagian
yaitu:

5
a) Idgham bi Ghunnah

Secara bahasa idgham artinya memasukkan, bighunnah artinya “dengan


sengung/dengung”.

Dalam pengertian hukum nun bersukun dan tanwin, idgham bi ghunnah


ialah apabila nun bersukun dan tanwin bertemu dengan salah satu
huruf( idgham) yang empat, maka dinamakan idgham bi ghunnah.

Keempat huruf idgham bi ghunnah itu ialah:

‫ينمو‬

Cara membaca idgham bi ghunnah adalah dengan memasukkan suara nun


bersukun atau tanwin kepada huruf idgham bi ghunnah yang ada
dihadapannya sehinnga menjadi satu ucapan, seakan-akan satu huruf. Pada
waktu meng-idgham-kan, suara harus ditasydidkan kepada huruf bi
ghunnah yang ada dihadapan hukum nun bersukun atau tanwin, lalu kira-
kira dua ketukan seraya memakai ghunnah atau sengau ketika
membacanya.

Contoh: - َ‫ لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ن‬- ‫َم ْن يَّ ْع َم َل‬

- ‫ قَوْ ًما نَّ َكثُوْ ا‬- ‫ِم ْن نِّ ْع َم ٍة‬

Pengecualian

Jika nun bersukun atau tanwin berada dalam satu kata dengan huruf-huruf
idgham bi ghunnah, maka yang terjadi bukan idgham tetapi izhar mutlak.
Alasannya ialah takut tertukar dengan kalimat mudla’af (penggandaan
huruf).

ٌ ‫ص ْن َو‬
Contoh: - ‫ان‬ ِ - ‫ال ُّد ْنيَا‬

b) Idgham bi La Ghunnah

Bi la ghunnah artinya tidak memakai ghunnah (sengau/dengung), idgham


bi la ghunnah dalam pengertian hukum nun bersukun dan tanwin ialah

6
apabila nun bersukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf dari
lam (‫ )ل‬dan ra’ ‫))ر‬.

Cara membaca idgham bi la ghunnah ialah dengan memasukkan suara nun


sukun atau tanwin sepenuhnya kepada huruf lam dan ra’ tanpa memakai
sengau/dengung. Pada waktu meng-idgham-kan, suara harus ditasydidkan
kepada huruf lam dan ra’ seraya menahannya sejenak.

َ َّ‫ َخ ْي ٌرل‬- ‫ك‬


Contoh: - ‫ك‬ َ ‫ِم ْن لَّ ُد ْن‬

ِ ‫ َغفُوْ ٌر ر‬- ‫ِم ْن َّربَ ُك ْم‬


- ‫َّح ْي ٌم‬

3) Iqlab

Iqlab menurut bahasa ialah memidahkan sesuatu dari bentuk asalnya


(kepada bentuk lain). Dari sudut istilah ilmu tajwid, iqlab adalah
menukarkan bunyi nun sukun dan tanwin kepada bunyi huruf mim lalu di-
ikhfa'-kan (di sembunyikan) ke dalam huruf ba' yang berbaris serta
dikekalkan sifat dengung. Dinamakan Iqlab ialah apabila nun sukun atau
tanwin bertukar menjadi mim yang tersembunyi.

Contoh: - ‫ َسيَِّئةٌ بِ َما‬- ‫ِم ْن بَ ْع ِد‬

4) Ikhfa (‫)اَِإْل ْخفَا ُء‬

Dari segi bahasa ikhfa artinya tersembunyi. Sedangkan, dari segi istilah
ilmu tajwid ikhfa adalah membaca huruf yang sifatnya antara Izhar dan
Idgham tanpa saddu serta mengekalkan sifat dengung pada huruf yang
pertama.

Huruf Ikhfa' terdiri dari lima belas huruf yang terdapat dalam bait syair
dibawah ini:

( ‫ض ْع ظَالِ ًما‬ َ ‫ف َذا ثَنَا َك ْم َجا َد َش ْخصٌ قَ ْد َس َما ُد ْم‬


َ ‫طیِّبًا ِز ْد فِي تُقَى‬ ْ ‫)ص‬
ِ

ُ ‫ يَ ْن ِط‬- َ‫ِم ْن قَ ْبلِك‬


Contoh: - ‫ق‬

7
b. Hukum mim bersukun

Hukum mim bersukun ialah tiga hukum yang muncul tatkala mim
bersukun menghadapi huruf hijaiyyah. Tiga hukum tersebut adalah:

1) Ikhfa syafawi

Apabila ada mim bersukun (‫ ) ْم‬bertemu dengan huruf baa (‫)ب‬. Cara
membacanya ialah dengan suara yang samar antara mim dan ba’ pada bibir
dan didengungkan.

Contoh: - ‫ َدخَ ْلتُ ْم بِ ِه َّن‬- ِ‫ص ْم بِاهلل‬


ِ َ‫ِإ ْعت‬

2) Idgham mimi

Idgham mimi disebut juga idgham mutamatsilain karena huruf yang


berhadapan sama, baik makhraj maupun sifatnya. Idgham mimi terjadi
apabila ada mim sukun (‫ ) ْم‬bertemu dengan huruf mim (‫)م‬. Cara
membacanya ialah dengan memasukkan mim yang bersukun kepada mim
berharakat yang ada di depannnya.

Contoh: - ‫ لَ ُك ْم َّمافِى اَأْلرْ ض‬- ‫لَهُ ْم َّمثَاًل‬

3) Izhar syafawi

Apabila ada mim sukun (‫ ) ْم‬bertemu dengan semua huruf hijaiyyah selain
baa (‫ )ب‬dan mim ‫))م‬. Cara membacanya ialah dengan terang dan jelas,
yakni pada saat mengucapkan huruf mim dengan cara merapatkan bibir.

Contoh: - ْ‫ اَلَ ْم نَ ْش َرح‬- َ‫َعلَ ْي ِه ْم َحافِ ِظ ْين‬

c. Hukum idgham

Hukum idgham ialah tiga hukum yang muncul tatkala dua huruf yang
sama, sejenis, atau berdekatan makhraj atau sifat-sifatnya saling
berhadapan. Tiga hukum tersebut adalah:

8
1) Idgham Mutamatsilain

Idgham Mutamatsilain terjadi apabila apabila ada dua huruf yang sama,
baik makhraj maupun sifatnya bertemu. Umpamanya, huruf baa (‫)ب‬
bertemu dengan huruf baa (‫)ب‬. Cara membacanya ialah dengan
memasukkan huruf yang pertama kepada huruf yang kedua sehingga
menjadi satu dalam pengucapan, bukan dalam penulisan.

Contoh: - ‫ قَ ْد َّد َخلُوْ ا‬- ‫ك‬ َ ‫اِضْ ِربْ بِّ َع‬


َ ‫صا‬

Pengecualian

Hukum Idgham Mutamatsilain tidak berlaku ketika huruf wau bertemu


dengan wau dan huruf ya’ bertemu dengan ya’.

َ ‫اِصْ بِرُوْ ا َو‬


Contoh: - ‫ فِ ْي يَوْ ٍم‬- ‫صابِرُوْ ا‬

2) Idgham Mutajanisain

Idgham mutajanisain adalah bertemunya dua huruf yang makhraj nya


sama tetapi sifatnya berlainan.

Adapun hurufnya ada pada 3 kelompok makhraj huruf yang berbeda yaitu:

a) Huruf ba’ dan mim berasal dari makhraj as-syafatain (dua bibir).

Contoh: - ‫اِرْ كَبْ َّم َعنَا‬

b) Huruf ta’, tha’, dan dal berasal dari makhraj al-lisan, tepatnya pada
ujung lidah yang bertemu dengan pangkal gigi seri atas.

ْ َ‫ اُ ِج ْيب‬- ‫َواِ ْن ُع ْدتُّ ْم‬


Contoh: - ‫ت َّد ْع َوتُ ُك َما‬

- ٌ‫ت طَاِئفَة‬
ْ َ‫ قَال‬- ‫ت‬ ْ ‫لَِئ ْن بَ َس‬
َّ ‫ط‬

c) Huruf dzal, zha’, dan tsa’ berasal dari makhraj al-lisan, tepatnya pada
ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri atas.

ْ َ‫ يَ ْله‬- ‫اِ ْذ ظَّلَ ُموْ ا‬


َ ِ‫ث َّذل‬
Contoh: - ‫ك‬

3) Idgham Mutaqaribain

9
Idgham Mutaqaribain adalah bertemunya dua huruf yang berdekatan
makhraj-nya tetapi sifatnya berlainan.

Contoh: - ِّ‫ قُلْ رَّب‬- ‫اَلَ ْم ن َْخلُ ْق ُّك ْم‬

ْ َ‫ َك َّذب‬- ‫اِتَّخ َْذتُ ْم‬


- ‫ت ثَ ُموْ َد‬

Pada contoh diatas dua huruf yang saling berhadapan memiliki makhraj
yang berdekatan tetapi berlainan sifatnya, seperti pada contoh yang
pertama, huruf qaf makhraj-nya pada pangkal lidah sebelah atas,
sedangkan huruf kaf makhraj-nya berada pangkal lidah sebelah bawah.

d. Qalqalah

Qalqalah menurut bahasa artinya:

ُ ُّ‫اَلتَّ َحر‬.
ُ‫ق َواِإْل ضْ ِط َراب‬

bergerak dan gemetar.

Sedangkan menurut istilah qalqalah ialah suara tambahan (pantulan) yang


kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan
pada makhraj huruf tersebut.

Huruf-huruf qalqalah ada 5, yaitu: qaf (‫)ق‬, tha’ (‫)ط‬, ba’(‫)ب‬, jim(‫)ج‬, dan
dal(‫)د‬.

Dalam ilmu tajwid, qalqalah terbagi menjadi dua, yaitu qalqalah shughra
dan qalqalah kubra.

1) Qalqalah shughra

Apabila huruf qalqalah tersebut bersukun ditengah kalimat maka


dinamakan qalqalah shughra.

ْ َ‫َز ْقنَاهُ ْم َر – ي‬
Contoh: - َ‫ط َمعُوْ ن‬

10
2) Qalqalah kubra

Apabila huruf qalqalah tersebut bersukun karena di-waqaf-kan atau berada


diakhir kalimat maka dinamakan qalqalah kubra.

Contoh: - ٌ‫ ُم ِحيْط‬- ‫ق‬


َ َ‫َما خَ ل‬

e. Hukum mad

1) Pengertian mad

Mad menurut bahasa ialah memanjangkan dan menambah. Sedangkan


menurut istilah adalah memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari
huruf-hurud mad.

Huruf Mad terdiri dari tiga huruf yaitu alif ( ‫) ا‬, wau ( ‫ ) و‬dan ya' ((‫ي‬.

Mad terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Mad ashli

b) Mad far’i

Kedua mad ini menjadi tema sentral dalam setiap pembahasan tentang
hukum mad, karena pembagian inilah yang lazim dalam ilmu tajwid.
Nama-nama lain yang sering kita dengar dan berkaitan dengan hukum mad
seperti mad lin, mad badal, atau mad lazim, yang merupakan cabang dari
mad far’i.

a) Mad ashli

Mad ashli dikenal pula dengan istilah mad thabi’i. Huruf-huruf mad ashli
ada tiga yaitu:

(1) Alif yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah.

(2) Wau yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat dhammah.

(3) Ya’ yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah.

11
Cara membacanya harus sepanjang dua harakat atau satu alif.

Contoh: - ‫ ِج ْي‬- ْ‫ تُو‬- ‫بَا‬

b) Mad far’i

Mad far’i adalah mad tambahan dari hukum asalnya yaitu mad ashli, yang
terkena sebab-sebab tertentu sehingga menjadi mad far’i.

Macam-macam mad far’i:

(1) Mad wajib muttashil

Apabila huruf mad ashli dan hamzah bertemu dalam satu kata. Cara
membacanya wajib dipanjangkan lima harakat atau dua setengah alif.

Contoh : - ‫ فِى ال َّسرَّآء‬- ‫َجآ َء‬

(2) Mad jaiz munfashil

Apabila huruf mad ashli pada satu kata bertemu dengan hamzah di kata
yang lainnya. Cara membacanya boleh dipanjangkan dua harakat, empat
harakat, atau lima harakat.

Contoh: - ‫ اِنَّآ اَ ْن َز ْلنَا‬- ‫آَل اَ ْعبُ ُد‬

(3) Mad lazim

Apabila setelah huruf mad terdapat huruf bersukun lazim (sukun yang
tetap ashli) atau huruf bertasydid, baik dalam keadaan washal atau waqaf,
didalam kata kalimat atau ejaan huruf.

Mad lazim terbagi menjadi empat, yaitu:

)a) Mad lazim harfi musyba’

Mad yang terjadi pada huruf yang terletak pada permulaan surah didalam
al-Qur’an. Cara membacanya ialah wajib dipanjangkan sebanyak enam
harakat (tiga alif).

12
Adapun huruf-huruf yang termasuk kedalam mad lazim harfi musyba’
ialah:

‫نقصعسلكم‬

Mad lazim harfi musyba’ terbagi menjadi dua, yaitu:

- Mad lazim harfi musyba’ mutsaqqal

Apabila huruf setelah mad di-idgham-kan, maka ia dinamakan Mad lazim


harfi musyba’ mutsaqqal.

Contoh: - ‫ال ّم‬

- Mad lazim harfi musyba’ mukhaffaf

Apabila huruf setelah mad tidak di-idgham-kan, maka ia dinamakan Mad


lazim harfi musyba’mukhaffaf.

Contoh: - ‫كهيعص‬

(b) Mad lazim harfi mukhaffaf

Apabila huruf-huruf dipermulaan surat terdiri dari dua ejaan hurufnya.

Huruf-huruf Mad lazim harfi mukhaffaf ada lima huruf:

‫حيطهر‬

Cara membacanya dipanjangkan dua harakat.

Contoh: - ‫طه‬

(c) Mad lazim kalimi mutsaqqal

Apabila setelah huruf mad terdapat huruf yang bertasydid dalam satu kata
(kalimat). Cara membaca Mad lazim kalimi mutsaqqal ialah dengan
memanjangkan terlebih dahulu huruf mad sebanyak enam harakat (tiga
alif), lalu diberatkan (mutsaqqal) atau dimasukkan (idgham) kepada huruf
yang bertasydid dihadapannya.

13
Contoh: - َ‫َواَل الضَّالِّين‬

(d) Mad lazim kalimi mukhaffaf

Apabila setelah huruf mad terdapat huruf yang bersukun dan tidak ada
idham. Cara membaca Mad lazim kalimi mukhaffaf ialah dengan
dipanjangkan enam harakat (tiga alif).

Contoh: - ‫آآلن‬

(4) Mad badal

Mad Badal ialah huruf hamzah berada sebelum huruf mad di dalam satu
kalimah dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf mad.
Cara membaca mad badal ialah dipanjangkan dua harakat (satu alif).

Contoh: - ‫اَ َمنُوْ ا‬

(5) Mad ‘arid lis sukun

Mad ‘arid lis sukun adalah pemberhentian (waqaf) bacaan pada akhir kata
(kalimat), sedangkan huruf sebelum huruf yang di-waqaf-kan itu
merupakan salah satu dari huruf mad ashli. Cara membacanya boleh
dipanjangkan dua harakat, empat harakat, dan enam harakat.

ِ ‫َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬


Contoh: - ‫ب‬

(6) Mad ‘iwadl

Mad ‘iwadl ialah berhentinya (bacaan) pada tanwin fathah pada akhir
kalimat. Cara membacanya dipanjangkan dua harakat (satu alif).

Contoh: - ‫ اَ َحدًا‬- ‫َكبِ ْيرًا‬

(7) Mad lin

Apabila huruf wau dan ya’ dalam keadan bersukun dengan huruf
sebelumnya berharakat fathah dan setelahnya ada huruf hidup. Kemudian
bacaan diwaqafkan atau tidak dibaca washal. Cara membacanya
dipanjangkan dua, empat, atau enam harakat.

14
Contoh: - ‫ اِلَى الَّي ِْل‬- ‫ف‬
ٍ ْ‫ِم ْن خَ و‬

(8) Mad shilah

Mad shilah adalah mad tambahan yang disebabkan oleh ha’ dlamir.

Mad shilah dibagi menjadi dua, yaitu:

(a) Mad shilah qashirah

Apabila sebelum ha’(dlamir) ada huruf yang berharakat dan disyaratkan


tidak disambungkan dengan huruf berikutnya dan tidak pula bertemu
dengan hamzah yang berharakat. Cara membacanya ialah dipanjangkan
dua harakat (satu alif).

Contoh: - ‫لِ َربِّه لَ َكنُوْ ٌد‬

(b) Mad shilah thawilah

Apabila setelah ha’(dlamir) terdapat hamzah qath’i. Cara membacanya


ialah dipanjangkan lima harakat atau dua setengah alif.

Contoh: - ‫بِ ِه اَ ْز َواجًا‬

(9) Mad tamkin

Mad thamkin terjadi apabila bertemunya dua huruf ya’(dalam satu kata),
ya’ yang pertama berharakat kasrah dan bertasydid, sedangkan ya’ yang
kedua berharakat sukun. Cara membaca Madd Tamkin ialah dengan
menetapkan (memantapkan) bunyi tasydid pada huruf ya’ yang pertama.
Selanjutnya bacaan dipanjangkan saat menghadapi huruf mad-nya,yaitu
huruf yaa’ kedua yang bertanda sukun. Panjangnya dua harakat atau satu
alif. Namun apabila setalah huruf yaa terdapat satu huruf hidup tersabut,
maka membacanya boleh dua, empat atau enam harakat.

Contoh: - ‫حُ يِّ ْيتُ ْم‬

(10) Mad farq

15
Mad farq ialah bacaan panjang yang berfungsi membedakan kalimat
istifham (pertanyaan) dan khabar (keterangan). Cara membacanya ialah
dipanjangkan enam harakat atau tiga alif.

Contoh: - ‫قُلْ َءال َّذ َك َر ْي ِن‬

3. Pentingnya mempelajari ilmu tajwid

Allah swt. Berfirman didalam al-Qur’an:

...)4:‫ (الم ّز ّمل‬. ‫َو َرتِّ ِل ْالقُرْ آنَ تَرْ تِياًل‬

…dan bacalah al-Qur’an dengan tartil.

(Q.S.73 al-muzammil:4)

Maksud ayat diatas adalah agar kita membaca al-Qur’an dengan perlahan-
lahan sehingga membantu pemahaman dan perenungan terhadap al-
Qur’an. Demikianlah cara nabi membaca al-Qur’an . Sebagaimana yang
dijelaskan ‘Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. membaca al-qur’an dengan
tartil sehingga bacaan yang seharusnya dibaca panjang memang dibaca
panjang.

Ayat-ayat lain yang senada dengan maksud ayat diatas adalah:

ِ َّ‫َوقُرْ آنًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرَأهُ َعلَى الن‬


ٍ ‫اس َعلَى ُم ْك‬
) 106: ‫ (اإلسراء‬...‫ث‬

Dan al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar


kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia…

(Q.S. 17 al-Isra’: 106)

Menurut Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang dimaksudkan dengan tartil
adalah tajwid. Saat beliau ditanyakan “wahai Ali apa maksudnya membaca
Al-Quran dengan tartil?”

Beliau menjawab :

ِ ْ‫ْرفَةُ ْال ُوقُو‬


‫ف‬ ِ ْ‫هُ َو تَجْ ِو ْي ُد ْال ُحرُو‬
ِ ‫ف َو َمع‬

16
Tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan megetahui tempat-tempat
waqaf

Surah al-Muzammil ayat 4 secara langsung memerintahkan kaum


muslimin untuk membaca al-Qur’an dengan tartil. Itu artinya, secara tidak
langsung kita dituntut untuk mempelajari ilmu tentang tata cara
mempelajari al-Qur’an dengan tartil. Ilmu yang dimaksud tidak lain adalah
tajwid.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Definisi tilawah

Kata ْ‫ يَ ْتلُو‬dalam kedudukan tashrif menduduki tempat ke-dua yaitu sebagai fi’li
mudhori’ (kata kerja sekarang/akan datang):

َ‫ تِاَل َوة‬- ْ‫تَلى – يَ ْتلُو‬

Maka didapat kata tilawah sebagai masdhar, yang secara tekstual bisa diartikan
pembacaan.

2. Macam-macam tilawah yaitu tahqiq, tartil, tadwir, dan hard.

3. Macam-macam Ahkamut tilawah

a. hukum nun bersukun dan tanwin

b. hukum mim bersukun

c. idgham

d. qalqalah

e. mad

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada siapa saja yang membaca makalah ini agar kiranya dapat
memberikan saran-saran yang sifatnya membangun kepada makalah kami ini,
agar dapat memperbaikinya di pembuatan akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Acep. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV Penerbit


Diponegoro, 2003.

Al-Husni , Alawi Al-Maliki. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka


Setia Bandung,1999.

Mustofa, Aqib. Buku Pelajaran Membaca, Menulis dan Metode Memahami Al-
Qur’an. Banjarmasin Utara: Penerbit QIC, 2009.

Qardhawi, Yusuf. Kaifa Nata’amalu Ma’a Al-Qur’ani Al-Adzim, diterjemahkan


oleh Abdul Hayyie al-Kattani: Berinteraksi dengan Al-Qur’an. Jakarta: Gema
Insani Press, 1999.

19

Anda mungkin juga menyukai