PENDIDIKAN AL - QUR’AN
Dosen Pengampu : Drs. Abdul Hadi, M.Pd
Tajwid berasal dari kata jawwada (و ّدـج-و ّدـيـج- )تــــجويداdalam bahasa Arab. Dalam
ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang dimilikinya.
Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-
Qur'an maupun bukan.
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah
menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan
sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat Al-
Qur'an. Para ulama menyatakan bahwa
hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah
fardu kifayah tetapi mengamalkan tajwid
ketika membaca Al-Qur'an adalah fardu ain
atau wajib kepada lelaki dan perempuan
yang mukalaf atau dewasa.
Masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah :
1. makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf),
2. shifatul huruf (cara pengucapan huruf),
3. ahkamul huruf (hubungan antar huruf),
4. ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan),
5. ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan
bacaan), dan
6. al-Khat al-Utsmani.
DALIL TENTANG TAJWID
Dalil yang pertama diambil dari Al-Qur'an. Allah swt
berfirman yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu
dengan perlahan/tartil (bertajwid)” [QS:Al-
Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa
Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk
membaca Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya
dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap
huruf-hurufnya (bertajwid).
Yang kedua dalil as-sunah (hadis). Dalam hadis yang
diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. (istri Nabi S.A.W.),
ketika dia ditanya tentang bagaimana bacaan dan salat
Rasulullah S.A.W., maka dia menjawab “Ketahuilah bahwa
Baginda S.A.W. salat kemudian tidur yang lamanya sama
seperti ketika dia salat tadi, kemudian Baginda kembali salat
yang lamanya sama seperti ketika dia tidur tadi, kemudian
tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika dia salat tadi
hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan
Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang
menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadis
2847 Jamik At-Tirmizi).
HUKUM TAAWUZ DAN BASMALLAH
Nun mati / sukun ialah huruf nun yang tidak memiliki tanda
baris/harakat ( ن, ْ) dan Tanwin adalah bunyi nun sukun yang
mengikuti bacaan, biasa ditandai dengan adanya baris dua ()ٌـًـٍــ. Nun
sukun atau tanwin apabila bertemu dengan huruf hijaiyah, hukum
bacaannya terbagi menjadi 4 bagian yaitu: izhar, idgam, iqlab, dan
ikhfa.
IZHAR
Izhar Menurut bahasa, izhar artinya jelas atau tegas. Sementara itu, menurut istilah
ialah apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi maka
hukum bacaannya adalah jelas atau tegas.
Cara membaca Izhar Halqi adalah wajib terang/jelas, dan tidak boleh dengan
berdengung. Contoh Izhar Halqi dalam Al Qur’an Untuk Huruf Alif “ و ِمنَشــرwaqoba
idzaa ghoosiqin syarri waminng”.
IDGAM
Ikhfa Sugra atau ikhfa Ab’ad adalah nun sukun atau tanwin bertemu huruf ikhfa yang lebih
jauh pengeluaran huruf hijaiyah-nya dari huruf nun. Huruf-huruf ikhfa sugra, yaitu: ( ق,ك.)
Ikhfa Wusta atau Ikhfa Ausat adalah apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf
ikhfa yang tidak jauh dan tidak dekat dengan makhrajnya huruf nun. Bacaan ikhfa wusta atau
ikhfa ausat mengarah ke “n – ng”, sedangkan huruf fa mengarah ke bunyi “m-f”. ( , س, ذ, ج, ث
ف, ظ, ز, ض, ص, )ش
IQLAB
Iqlab secara bahasa adalah pindahnya sesuatu
dari asalnya. Sementara itu, menurut istilah ialah
mengubah atau menggantikan huruf nun sukun
dan tanwin menjadi suara mim sukun, lalu
disembunyikan ke dalam huruf “ba” yang
berbaris disertai dengan dengung. Huruf iqlab
hanya ada satu huruf, yaitu ba ()ب.
HUKUM MIM MATI
Izhar Syafawi yaitu bagian dari ilmu tajwid yang terjadi ketika huruf
hijaiyah Mim Sukun ( ) ْمketemu dengan seluruh huruf hijaiyah, selain
huruf hijaiyah Mim dan huruf hijaiyah Ba. Izhar berarti terang [jelas]
atau tak berdengung. Syafawi berarti bibir, sebab huruf hijaiyah Mim
makhrajul huruf nya yaitu bertemu nya bibir di bagian bawah dan
bibir di bagian atas. Dalam Izhar Syafawi bisa terjadi dalam satu
kalimat [kata], ataupun di luar kalimat [kata] yang terpisah. Contoh
Izhar “naaaaaimuuna hum“
IKHFA SYAFAWI
Ikhfa Syafawi yaitu, suatu hukum tajwid yang terjadi ketika ada huruf hijaiyah Mim
Sukun ( )ْ مketemu dengan huruf hijaiyah Ba ()ب. Ikhfa’ berarti menyembunyikan
atau menyamarkan, Syafawi berarti bibir. Cara membaca dari hukum Ikhfa Syafawi
yaitu dengan membaca lebih dulu huruf hijaiyah sebelum mim sukun, setelah itu
masuk ke dalam huruf Mim Sukun dengan cara mengeluarkan irama dengungnya
hukum dari ikhfa Syafawi yaitu dengan cara menahan huruf hijaiyah mim secara
samar-samar. “immng.. / ummmng.. / ammmng..” sehingga ketika akan ketemu
dengan huruf hijaiyah “ ”بmaka bibir atas dan bibir bawah dalam posisi yang
tertutup. Contoh “bidzaalika innahummng” dan “bihijaarotin iihimmmng”
Idgham Mitslain atau Idgham Mimi
Mad dibagi menjadi dua, yaitu Mad Thabi’i atau Mad asli dan mad far’i. Mad asli disebut juga
mad thabi’I dengan panjang dua harakat, sedangkan Mad far’i terbagi dalam 14 turunan yang
panjangnya mulai dari 2 harakat sampai enam harakat.
1. Mad Thabi'i atau Mad Asli
Mad Thabi’i yaitu merupakan satu dari bagian dari Hukum Mad.. Dibaca dengan panjang 2
harakat atau 1 alif. Hukum Mad Thobi’i ini berlaku ketika:
Huruf hijaiyah dengan harakat Fathah ( ) ـــَـــketemu dengan huruf hijaiyah Alif ( ) ا
huruf hijaiyah dengan harakat Kasrah ( ) ــــِــــketemu huruf hijaiyah Ya Sukun ()ي
ْ
dan huruf hijaiyah dengan harakat Dhammah ( ) ــــــُـــــــketemu dengan huruf Waw sukun ( ) ْو
maka huruf-huruf itu dibaca dengan panjang 1 alif atau 2 harakat.
Contoh Mad Thabi’i atau Mad Ashli Huruf Alif []ا
اميَ ٌةِ “ = َحhaamiyatun”, ٌ“ = َسالِمsaalimun”
Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf Waw Sukun [ ] ْو
“ = َشك ُْو ٌرsyakuurun”, غفُ ْو ٌر
َ = “ghofuurun”
Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf Ya Sukun []ي ْ
“ = ِب ِصيْ ٌرbashiirun”, خ ِبيْ ٌرَ = “khobiirun”
2. Mad Far'i
Mad Far'i secara bahasa artinya adalah cabang. Sedangkan menurut istilah Mad Far'i adalah mad
yang merupakan hukum tambahan dari mad asli , yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.
3. Mad jaiz munfashil
Secara etimologi Jaiz Munfashil adalah Jaiz berarti boleh dan Munfashil berarti terpisah atau di
luar kata. Mad Jaiz Munfashil ini terjadi ketika ada huruf Mad Thabi’i yaitu ( ; ـــــَـــــــ ا ; ْي ـــــــِــــــ
) ْو ـــــــُـــــــketemu dengan huruf hijaiyah Alif ( )اyang mempunyai harakat Fathah, harakat Kasrah,
ataupun harakat Dhammah ( ُ ) ا َ – اِ – ا
Contohnya : َوﻻ َأنـْتُ ْم ِبــــ َما ُأن ْ ِ َزل
َخ ٌ ْوف
8. Mad 'Aridh Lissukun
Mad ‘Arid Lissukun dibaca jika terdapat waqaf atau tempat pemberhentian membaca, sedangkan sebelum waqaf
tersebut terdapat Mad Thobi’i atau Mad Layin.
Contohnya: خالِ ُد ْوـ َنوـاــلن َِّاس َس ـ ِميْ ٌعـ
َ َبــــ ِص ْي ٌر
9. Mad Badal
Hukum bacaan Mad Badal dalam Ilmu Tajwid yakni dibaca panjang satu alif atau dua harakat. Secara bahasa, mad
artinya panjang dan badal maknanya ganti. Pengertian mad badal secara istilah yakni apabila ada huruf mad (alif, wau,
atau ya) dan hamzah terkumpul dalam satu kalimat sedangkan huruf hamzah mendahului huruf mad. Mad Badal
merupakan bagian dari Mad Far'i atau cabang.
Contoh dalam Surat Ad Dhuha ayat 4:“ َوـلـَلْاـٰ ِخ َر ُة َخيْ ٌر َّلـــ َك ِم َنالْا ُ ْولـ ٰۗىWa lal aakhirotu khoirul laka minal uulaa”
Sifat huruf adalah salah satu dari hal tajwid dalam bacaan Al-Qur'an.
Sifat huruf adalah sifat yang menjelaskan perihal suatu huruf. Melalui
sifatnya, seseorang itu akan mampu membedakan suatu huruf itu dengan
kondisi sebutannya seperti tertahan, berdesing, melantun dan sebagainya.
Kelebihan memahami sifat huruf ini adalah sebagai pelengkap kepada
makhraj. Dengan mengetahui sifatnya, kita dapat membedakan lafal
sebutan untuk huruf yang makhrajnya sama. Adisi pula, kita akan dapat
mengidentifikasi huruf yang kuat dan lemah atau huruf yang dilafazkan
secara tebal dan tipis karena sifat yang ada pada hurufnya.
SIFAT HURUF
Sifat huruf adalah salah satu dari hal tajwid dalam bacaan Al-Qur'an. Sifat huruf adalah sifat
yang menjelaskan perihal suatu huruf. Kelebihan memahami sifat huruf ini adalah sebagai
pelengkap kepada makhraj.
Sifat huruf terbagi menjadi dua: Sifat Wajib/lazimah ( )الزمـهـsifat tetap yang pasti ada untuk
setiap sebutan huruf dalam semua kondisi, tidak terpisah dari suatu huruf itu sama ada pada
kondisi berbaris maupun mati. Sifat ini juga dikenali sebagai "sifat yang berlawanan".Ada
sepuluh sifat yang tergolong dalam kategori ni:
- Hams lawannya jahr
- Syiddah lawannya rakhawah (pertengahan untuk kedua-dua sifat ini dinamakan tawasut)
- Isti'la' lawannya istifal
- Itbaq lawannya infitah
- Idzlaq lawannya ismat
SIFAT HURUF
Sifat ‘aridhah; ( )عارضهـadalah sifat mendatang yang berubah-ubah untuk suatu huruf yang
adakalanya terpisah dari huruf dan menyertainya pula pada kondisi yang lain seperti tarqiq
(tipis), tafkhim (tebal), ghunnah, idgham, atau ikhfa', panjang atau pendek dan
seumpamanya. Sifat ini juga dikenali sebagai "sifat yang tidak berlawanan". Ada tujuh sifat
yang tergolong dalam kategori ini: Shafir ( ) ص ـفـرSuara dari ujung mulut seakan-akan
bersimpul Qalqalah ( )قــلقلهـmelantun atau memantul Lin ن ( )لـــيlembut Inhiraf ـاف
( )إنـحر
berbelok Takrir ( )تــــكريرberulang Tafasysyi ى
( )تــــفشbertebaran Istitolah ( )إستطاــلهـpanjang
Tiap-tiap huruf itu termasuk dalam lima sifat suara yang memiliki lawanan. Suara-suara
tidak berlawanan pula terkadang-kadang termasuk datu atau dua sifat daripadanya,
terkadang-kadang tidak termasuk suatupun. Selebihnya terkumpul pada satu huruf itu tujuh
sifat suara yaitu sepet, berulang-ulang dan lima sifat yang berlawanan.
WAKAF
Wakaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah
menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat
ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis wakaf yaitu: wakaf sempurna (yaitu
mewakafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan (taamm) م ّتـــآyang dibaca secara sempurna, tidak
memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak memengaruhi arti dan makna dari bacaan
karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya),
wakaf memadai (yaitu mewakafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan (kaaf) كـافsecara
sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, tetapi ayat tersebut masih berkaitan
makna dan arti dari ayat sesudahnya), wakaf baik (yaitu mewakafkan bacaan atau ayat tanpa
memengaruhi makna atau (Hasan) حسنarti, tetapi bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan
sesudahnya), wakaf buruk (yaitu mewakafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak (Qabiih) قــبيح
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena, bacaan
yang diwakafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.
TERIMAKASIH
ASSALAMU’ALAIKUM