Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

AL-QUR’AN TAJWID Ahyar Rasyidi, M.Pd.I

MERESUME MAKALAH

“Tugas ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Al-Qur’an Tajwid”

STAI AL JAMI BANJARMASIN

Disusun oleh :

Ahdi Wardana : 219116119

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL JAMI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN

2021
SIFAT HURUF LAZIMAH YANG KUAT DAN YANG LEMAH

Sifatul huruf menurut bahasa adalah suatu keadaan yang menetap pada suatu yang lain.
Sedangkan menurut istilah berarti keadaan yang baru datang yang berlaku bagi suatu huruf yang
dibaca tepat keluar makhrojnya.

Lazimah mempunyai macam-macam huruf lazimah yang jumlahnya ada 17 sifat yaitu :

ُ ‫ ) اَ ْا َه ْم‬ialah hisul khafi yang artinya perasaan yang halus.


1. Sifat Hams ( ‫س‬
2. Sifat Jahr ( ‫ ) اَ ْل َج ْه ُر‬ialah al-ilan wal izhhar yang artinya berkumandang dengan jelas.
3. Sifat Syiddah ( ‫سدة‬
ّ ‫ ) ال‬ialah aladah al-quwwah yang artinya kuat.
4. Sifat Rakhawah ( ‫ ) الرجاوة‬ialah al-lin yang artinya lunak atau lemah lembut.
5. Sifat Isti’la ( ‫ستعاَل ُء‬
ْ ‫ ) اَاِل‬ialah al-irtifa yang artinya terangkat.
6. Sifat Istifal ( ‫ ) االنحفاض‬ialah al-inhifadl yang artinya merendah.
7. Sifat Ithbaq ( ‫ )ا ْل ْطبَاق‬ialah al-ishaq yang artinya menempel.
ُ ‫ ) اَاْل ِ ْنفِت‬ialah al-iftiraq yang artinya terpisah atau terbuka.
8. Sifat Infitah ( ‫َاح‬
Yُ ‫ ) اَاْل ِ ْذاَل‬yang artinya batas lidah atau ujung lancipnya.
9. Sifat Idzlaq ( ‫ق‬
ْ ِ ‫ ) اَاْل‬ialah al-man’u yang artinya tercegah atau tertahan.
10. Sifat Ishmat ( ُ‫ص َمات‬
11. Sifat Shafir ( ‫ ) الصفير‬yang artinya suara yang menyerupai suitan burung.
12. Sifat Qalqalah ( ‫ ) اَ ْلقَ ْلقَلَة‬yang artinya bergerak dan gemetar.
13. Sifat lin ( ُ‫ ) اَلِلّيْن‬yang artinya lawan keras atau sukar.
14. Sifat Inhiraf yang artinya condong atau miring.
15. Sifat Takrir yang artinya mengulangi yakni mengulangi sesuatu lebih dari sekali.
16. Sifat Tafasy-syi yang artinya menyebar dan meluas.
17. Sifat Istithalah ialah al-imtidad yang artinya memanjang.

Yang dimaksud dengan sifat huruf lazimah adalah sifat bacaan yang tetap ada pada satu
persatuannya huruf, baik huruf-huruf tersebut masih berdiri sendiri atau telah dirangkaikan
dengan huruf-huruf lain.
MAKHRAJ DAN SIFAT (KARAKTERISTIK) HURUF HIDAIYAH

Makhraj (‫ ) َم ْخر ٌج‬adalah tempat keluarnya huruf, yakni terdengarnya huruf dengan jelas yang
ditentukan oleh bunyi pengucapannya. Perbedaan makhraj menjadi pembeda bunyi huruf yang
satu dengan yang lainnya. Secara umum makhraj huruf Hijaiyah terdapat pada lima tempat, yaitu:
rongga mulut dan rongga tenggoroka(‫)الجوف‬, tenggorokan (‫)الحلق‬, lidah (‫ )السان‬, dua bibir (‫ )الشفتين‬,
dan hidung (‫ )الخيشوم‬. Kelima tempat tersebut dinamakan al-makhrij al-‘ammah.
Sifat huruf menurut bahasa adalah karakteristik dari sesuatu (watak) seperti putih, hitam,
merah dan sebagainya. Sifat huruf dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sifat Lazimah yaitu sifat-sifat yang tetap dalam masing-masing huruf hijaiyah, sifat ini
selamanya konstan, tidak pernah berubah selama huruf tersebut digunakan. Sifat lazimah
dibagi menjadi dua bagian: Sifat yang mempunyai lawan, dan sifat yang tidak mempunyai
lawan.
2. Sifat Ar-ridhah adalah sifat bacaan yang baru timbul dan terjadi dari sifat al-lazimah (pada
huruf) setlah huruf-huruf itu dirangkaikan dengan huruf-huruf lain, seperti tafkhimul
musta’al, tarqiqul mustafil yakni tebalnya huruf-huruf isti’la’ dan tipisnya huruf-huruf istifal
dan juga tafkkim dan tarqiqnya lam ra’ dan juga semua bacaan yang sudah tersusun sebab
bertemu dengan huruf yang lain, baik dalam bacaan ikhfa’, iqlab atau idgham (asal tidak pada
bacaan idzhar).

PENGARUH DIALEK KEDAERAHAN DI DALAM PENGUCAPAN HURUF


HIJAIYYAH
Menurut Chaer (1995-65) dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Karena dialek ini
didasarkan pada area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek
regional atau dialek geografi.

Macam-macam Qira’ah Dalam Bacaan Al-Qur’an :

Menurut Imam Abu Al-Fadl Al-Razi mengatakan bahwa keberagaman lafadz atau kalimat
yang terdapat dalam Al-Qur’an itu tidak lepas dari tujuh hal berikut:

1. Keberagamaan yang berkenaan dengan (‫ )االسم‬atau kata benda.


2. Keberagamaan yang berkenaan dengan fi’il atau kata kerja.
3. Keberagamaan bentuk ibdal yaitu penggantian suatu huruf atau lafadz tertentu dengan huruf
atau lafadz lain yang maknanya sama.
4. Keberagamaan dalam bentuk taqdim dan ta’khir, mendahulukan dan mengemudiankan
lafadz-lafadz tertentu.
5. Keberagamaan dalam segi i’rab yaitu kedudukan atau status suatu lafadz dalam suatu kalimat.
6. Keberagamaan dalam bentuk penambahan (‫ )الزيادة‬atau pengurangan (‫)النقصر‬
7. Keberagamaan yang berkenaan dengaan lahjah(‫) الهجه‬.
Pengaruh dialek bedaerahan penyebabnya adalah karena faktor geografis, minimnya fasilitas-
fasilitas yang tersedia, kurangnya wawasan untuk memahami pengucapan Al-Qur’an yang
sesuai tajwid, dan minimnya orang-orang yang menguasai pelafalan Al-Qur’an dengan benar.

HUKUM BACAAN IDBILABIKH FASYAMIGHUN


Idgham artinya melebur bunyi satu huruf ke dalam huruf yang lain. Dalam hukum Nun
Sakinah atau tanwin.
Idgham bigunnah ialah melakukan idgham dengan mendengungkan suara hurufnya. Jik nun
sukun apabila bertemu dengan huruf ‫ و‬atau ‫ ى‬di dalam satu kalimat, maka tidak diidghamkan dan
tidak didengungkan.
Iqlab yaitu membalikkan atau menukarkan bunyi NUN sukun atau tanwin menjadi bunyi
MIM, yang ringan dengan berdengung.
Ikhfa yaitu menyembunyikan atau menyamarkan bunyi NUN SUKUN atau TANWIN antara
izhar dan idgham dengan berdengung.
Ikhfa syafawi yaitu menyembunyikan MIM sukun samar-samar dibibir dan dedengungkan.
Idgham Mimi Sukun ‫ م‬bertemu dengan Mim ‫م‬maka cara pengucapannya adalah dengan
menahan bunyi Mim disertai dengan (gunnah)
HUKUM MAD
Mad menurut bahasa artinya panjang. Sedangkan menurut ilmu tajwid mad adalah
memanjangkan bunyi huruf hijaiyah karena adanya sebab-sebab tertentu. Mad terbagi dua yaitu
mad asli (memanjangkan bacaan karena ada huruf mad dan tidak ada sebab yang mengubah
keasliannya) dan mad far’i (mad yang panjangnya lebih dari mad tabi’i dengan adanya beberapa
sebab).
Mad far’i terbagi beberapa macam yaitu : Mad Iwadh, Mad layin atau mad liin, Mad
Muttashil, Mad Jaiz Munfashil, Mad ‘Aridh Lissukun, Mad shilah qashirah, Mad shilah thawilah,
Mad ladzim harfi musyabba, Mad badal, Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi, Mad ladzhim mukhaffaf
kilmi, mad ladzhim mukhaffaf harfi, Mad Tamkim, Mad Farq.

IDGHAM SAGHIR
Idghom Shogir terjadi apabila huruf pertama mati, dan sedangkan huruf yang kedua dalam
keadaan berharokat. Kemudian dalam nazam Kitab Ar-Ra’id Fil Tajwidil Qur’an dijelaskan
kemudian jika huruf tersebut, huruf yang pertama mati, maka ia dinamakan dengan Idghom
Shogir. Contoh Idghom Shogir: ‫ = ادذهب‬Id-Dzahaba, dalam contoh tersebut terdapat dalam
hukum Idghom Mutamasilain Shogir, yakni bertemunya huruf ‫د‬dengan huruf ‫ذ‬.

SAKTAH
Saktah merupakan bahasa arab yang berasal daripada kata dasar (diam). Dari segi bahasa ia
bermaksud diam dan tidak berbicara. Manakala dari segi istilah Ilmu Tajwid pula, ia bermaksud
memutuskan suara seketika tanpa bernapas selama satu Alif atau dua ketukan tanpa mengambil
nafas dengan maksud (niat) tetap ingin meneruskan bacaan al-qur’an tersebut.
Contoh-contoh bacaan saktah: Di dalam Al-Qur‟an menurut riwayat Imam Hafsh, saktah
hanya terdapat empat tempat, yaitu: Surat Al Kahfi (18) ayat 1-2, juz 15, Surat Yasin (36) ayat
52, juz 23, Surat Al Qiyamah (75) ayat 27, juz 29, Surat Al Muthoffifin (83) ayat 14, juz 30.

TAFKHIM DAN TARQIQ


Tafkhim (‫ )تَ ْف ِخ ْي ُم‬merupakan masdar dari Fakhama (‫ )فَ َّخ َم‬yang berarti menebalkan. Sedang yang
disebut dengan bacaan Tafhkim adalah menyembunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau
bacaan tebal. Tarqiq merupakan bentuk Masdar dari raqqaqa (َ‫)رقَّق‬yang
َ berarti menipiskan.
Sedang yang dimaksud bacaan Tarqiq adalah menyembunyikan huruf-huruf tertentu dengan
suara atau bacaan tipis.
Hukum Bacaam Lam:
Tafhkim: Didahului oleh huruf yang berbaris Fathah atau Dhammah ( ُ‫) قُلْ هُ َواللَّه‬

Tarqiq: Didahulu oleh huruf yang berbaris Kasrah ( ِ ‫) بِس ِْم هَّللا‬
WAQAF DAN IBTIDA’

Menurut bahasa waqaf, artinya berhenti/menahan, Menurut istilah ilmu tajwid, pengertian
waqaf adalah memutuskan suara diakhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan
bacaan selanjutnya. Kata Ibtida` dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari fi`il madhi,
ibtada`a. Kata dasarnya adalah Bada`a, artinya memulai suatu pekerjaan. Dapat disimpulkan
bahwa Ibtida` ialah memulai untuk membaca Al-Qur`an baik setelah qat` maupun setelah Waqaf.

Macam-macam Waqof Dilihat dari sebabnya, secara umum Waqaf terbagi terbagi menjadi
empat bagian, yaitu: Waqaf Idl-thirari, Waqaf Intizhari, Waqaf Ikhtibari, Waqaf Ikhtiyari

MUSYKILATUL KALIMAT

Musykilat adalah bacaan-bacaan yang antara tulisan dengan cara membacanya berbeda. Hal
ini bertujuan agar kita dalam membacanya lebih berhati-hati dan terhindar dari kesalahan
membaca.

Adapun Sebab-sebab terjadinya perbedaan : 1. Ada huruf yang tertulis tapi dibaca dengan
suara atau bunyi lain 2. Ada huruf dalam kata tertulis tapi tidak dibaca. 3. Ada tandan shifir
(bulatan kecil di atas alif) ada 2 yaitu : Shifir Mustadhir, Shifir Mustahil .

Jenis-jenis bacaan musykilat

1. Perubahan suara, yaitu suara huruf ‫ ص‬di ganti dengan suara huruf ‫ س‬.
2. Huruf Ro’ dibaca tebal biasanya jika ada Ro’sukun di dahului dengan harakat kasrah,
maka Ro’ tersebut dibaca tipis, tetapi pada kata-kata tertentu justru harus dibaca tebal.
3. Huruf wawu tidak dibaca Yaitu terdapat huruf wawu dalam sebuah kata, tapi tidak dibaca.
Misal: kata ‫ صلوه‬،‫ كوه َز‬dan lainnya.
4. “‫“ وا‬dibaca pendek Yaitu terdapat ‫ وا‬dalam sebuah kata, tapi dibaca pendek, misal: kata ً‫وا‬
‫ انب‬.
5. Harakat “‫ “ىه‬Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata yang membacanya tidak sesuai
dengan kaidah penulisannya. Misal: ‫ فيه‬، ‫ عليه‬dan lainnya.
6. Nun washol/nun iwadl Nun washol/nun iwadl adalah jika ada tanwin yang bertemu
dengan hamzah washol, maka cara membacanya suara tanwin harus di ganti dengan nun
kasrah. Misal: ‫خيرن الوصيه‬
7. Hamzah sukun saat waqaf dan washol Dalam Al-Qur’an terdapat hamzah sukun yang jika
dibaca setelah waqaf (ibtida’), maka suara hamzah sukun menjadi suara Ya’ sukun
(panjang), namun jika dibaca washol , maka hamzah sukun tidak berubah. Misal: ‫ايتونى‬
menjadi ‫ ونيًات‬saat washol tidak berubah/tetap ‫ايتوني‬.
8. “‫“ ئ‬dibaca pendek Yaitu terdapatnya ‫ ئ‬dalam sebuah kata, tapi dibaca pendek. Misal:
kata .sebagainya dan ‫ ورائ‬،‫تلقائ‬
9. “‫“ أو‬dibaca pendek Yaitu terdapatnya dalam sebuah kata , tapi dibaca pendek. Misal: kata
،‫ أولوا أولئك‬dan sebagainya.
10. Huruf alif tidak baca Yaitu terdapatnya huruf alif dalam sebuah kata, tetapi tidak baca.
Misal: . ‫ تايئسوا‬،‫جايء‬
11. “...‫“ ا‬...dibaca pendek Terdapatnya “...‫“ ا‬...dalam sebuah jata, tapi dibaca pendek. Misal:
kata .sebagainya dan ‫ افائن‬،‫مالئه‬
12. “...‫ ا‬dibaca pendek Terdapatnya ...‫ ا‬dalam sebuah kata. Tapi dibaca pendek. Misal: kata ،
‫ ندعوا ثمودا‬dan sebagainya.
13. “...‫ ا‬saat waqof Terdapatnya ...‫ ا‬dalam sebuah kata, saat waqof dibaca panjang. Misal:
.sebagainya dan 5‫ الرسوال‬،‫السبيال‬
14. “...‫ ا‬saat washal Terdapatnya ...‫ ا‬dalam sebuah kata, saat washal dibaca pendek. Misal:
‫ السبيال‬،‫ للرسوال‬dan sebagainya.

LAHN DALAM RUANG LINGKUP MEMBACA ALQUR’AN

Dalam ilmu tajwid, kesalahan dalam membaca al Quran atau yang sering disebut dengan lahn
ada dua jenis, yaitu yang disebut dengan ‘Lahn Jaliyy’ dan ‘Lahn Khafiyy’. Lahn Jaliyy adalah
kesalahan yang besar sedangkan kesalahan Khafiyy adalah kesalahan yang ringan seperti tidak
menyempurnakan kaidah panjang sebagaimana yang diminta atau tidak menahan dengungan
‘ghunnah’ kaidahnya. Faktor utama penyebab munculnya lahn bagi masyarakat non, Arab
(Indonesia) adalah konstrastif sistem fonetik antara bahasa setempat dengan bahasa Arab.
Macam-macam Lahn terbagi menjadi dua yaitu, Lahn Jaliy (kesalahan yang jelas) dan Lahn
Khafiy (kesalahan yang tersembunyi). Solusi Untuk Menghindari Terjadinya Lahn Selain dengan
belajar ilmu tajwid kita juga bisa menghindari diri dari kesalahan membaca al-Qur’an yaitu
dengan membaca al-Qur’an secara tartil. Sebagai seorang muslim yang cinta al-Qur’an maka
mempelajari hal yang berkaitan denganya pula adalah suatu kewajiban. Mengapa setiap waktu
kita harus memperbaiki bacaan alQur’an? Karena kita tahu bahwa hukum membaca al-Qur’an
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardhu a’in, arti dari fardhu a’in yaitu adalah wajib
terpenuhi untuk dirinya sendiri.

CONTOH PERBEDAAN PENULISAN AL-QUR’AN TERBITAN INDONESIA DAN


MUSHAF AL-MADINAH AN NABAWIYYAH

Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indonesia merupakan salah satu dari ketiga jenis
Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indonesia yang ditashih di bawah lembaga Lajnah
Pentashihan Mushaf al-Qur’an atau yang disingkat LPMA. Metode penulisan al-Qur’an standar
Indonesia secara umum terdapat prinsip-prinsip yang harus diikuti: Penulisan rasm, penulisan
harakat, penulisan alif Qata’ dan Alif Wasl, penulisan Hamzah, nun silah (nun wasl), Sifr
(bulatan), tanda-tanda waqaf. Al-Qur’an standar Usmani Indonesia memiliki keistimewaan dan
ciri-ciri yang berbeda sebagaimana mushaf Usmani yang dijadikan standar bacaan Internasional,
terutama mushaf Induk mushaf rasm Usmani standarisasi Khalifah Usman bin ‘Affan. Secara
umum, terdapat ciri-ciri mushaf Usmani versi Indonesia, antara lain:

1) Bersumber pada al-Qur’an Usmani menurut bacaan Imam Hafs dan rasmnya sesuai dengan
rasm al-Qur’an yang terkenal dengan nama Bahriyah cetakan Istanbul.
2) Pembakuan dalam tanda-tanda baca.
3) Pengunaan Harakat.
4) Letak Nisf al-Qur’an (wal Yatalattaf) berada di tengah halaman sebelah kiri.
5) Bentuk Khat dalam penulisan mushaf lebih memilih bentuk khat naskhi.
6) Tidak Menggunakan Nun Kecil untuk Tanda Idzhar.
7) Harakat atau Tanda Baca ditempatkan pada tempat yang tepat.
8) Tidak Menulis Kata-kata yang Bertumpuk-tumpuk atau Berhimpitan.
9) Pembenahan Potongan Kalimat (kata) yang tidak tepat.
10) Konsistensi antara Waqaf dengan Harakat atau Tanda Baca.

Mushaf Madinah merupakan mushaf standar Usmani yang menjadi standar bacaan wilayah
Madinah dan sekitarnya. Mushaf ini mengadopsi kaidah-kaidah sebagaimana rasm Usmani
standarisasi bacaan khalifah Usman. Adapun mushaf Madinah yang menjadi sorotan utama pada
penelitian ini adalah mushaf Madinah terbitan Mujamma’ al-Malik Fahd Litiba’ati al Mushaf al-
Syarif bi al-Madinah al-Munawwarah, tahun 1427 H. Secara umum, metode penulisan al-Qur’an
mushaf Madinah dapat terbagi dalam dua bagian, antara lain: Sumber penyalinan, aspek Riwayat.

Mushaf Madinah dikatakan dalam pengantar penerbit Mujamma’ Malik Falid sebagai mushaf
berasm Usmani sebagaimana rentetan jalur sanad hingga sampai kepada perawi akhir. Maka
dapat dikatakan ini sebagai mushaf berstandar Usmani yang didaulat di wilayah Madinah. Secara
umum, ciri-ciri mushaf Madinah antara lain (ciri fisik mushaf) :

1) Mushaf Madinah bervolume 30 Juz, 114 surah dan 6.234 ayat.


2) Tebal mushaf yakni 604 halaman atau setara dengan 303 halaman.
3) 1 Juz berisi 10 lembar atau setara dengan 20 halaman bolak-balik, kecuali juz 1 yang
berjumlah 21 halaman dan pada juz 30 yang berjumlah 23 halaman.
4) Al-Qur’an Madinah ini merupakan al-Qur’an pojok (sama dengan MASU Indonesia terbitan
Toha Putra Semarang).
5) Bentuk huruf yang digunakan jelas dan mudah dibaca.
6) Menggunakan kertas cetak yang halus dan lembut, khat yang digunakan di dalam penulisan
mushaf Madinah cantik dan menarik, tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis.

Anda mungkin juga menyukai