Anda di halaman 1dari 25

BAB I

‫املقدمة‬
PENGANTAR ILMU TAJWID

Definisi Tajwid dan Ilmu Tajwid


Secara bahasa makna tajwid adalah tahsin (perbaikan) dan itqon (penyempurnaan). Adapun secara
istilah, ilmu tajwid adalah ilmu yang menerangkan hukum serta kaidah yang harus diilzami (diterapkan)
saat membaca Al-Qur‟an sesuai dengan apa yang diwarisi oleh umat Islam dari Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wasallam, dengan memberi hak bagi setiap huruf, baik makhraj, sifat, harakat, tanpa
unsur takalluf (memberat-beratkan diri) dan ta‟assuf (memaksa). Ringkasnya, ilmu tajwid adalah ilmu
tentang tata cara membaca Al-Qur‟an dengan benar.

Yang dipelajari
Yang dipelajari adalah kalimat-kalimat dalam Al-Qur‟anulKarim. Huruf-hurufnya, makhraj dan
sifatnya, hukum-hukum, panjang pendeknya, bagaimana memulai dan menghentikan bacaan dsb.

Manfaat
Diantara faidah ilmu tajwid adalah menjaga lisan dari kesalahan saat membaca kalamullah, meraih
keutamaan yang dijanjikan dalam ayat dan hadits, serta mendapatkan keridhaan dari Allah Ta‟aala.
Ilmu tajwid merupakan ilmu syar‟i yang mulia dan utama.

Dari sisi amaliyah, tentu peletaknya adalah Rasulullah shallahu‟alaihi wasallam, Beliaulah yang
menyampaikan Al Qur‟an ini dari Allah Azza wa Jalla. Dari beliaulah para sahabat mendapat pengajaran
Al Qur‟an kemudian diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya hingga akhir zaman.

Dari sisi „ilmiyah, sebagai sebuah bidang ilmu khusus, dengan kaidah dan istilah-istilahnya, maka ilmu
tajwid diletakkan oleh Al Khalil bin Ahmad (wafat 160H) dan ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
yang meletakkan pertama kali adalah Abul Aswad Ad-Dualiy (wafat 69H) atau Al Qaasim bin sallam
(wafat 224H).
Adapun kaidah dan istilah istilah tajwid disusun dalam mandhumah oleh Abu Muzahim Al-Khaqani (wafat
325H)

Sumber
Sumber ilmu ini adalah qira‟ah Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam yang diriwayatkan kepada umat
Islam dengan sanad yang mutawatir.

Cara Memperoleh dan Menguasainya


1. Mendengar bacaan dari Syaikh yang mutqin
2. Memperdengarkan bacaannya di hadapan seorang yang mutqin dan meluruskannya.
Dan ilmu ini tidaklah cukup diperoleh hanya dengan membaca lembaran buku atau mendengarnya dari
kaset, melainkan harus merujuk secara talaqqi atau musyafahah langung duduk berhadapan dan mengambil
langsung dari guru yang mutqin dan ahli di bidang tajwid.

Syaikh Abdul „Aziz bin „Abdillah bin Baaz rahimahullah memberikan nasihat : “Maka hendaknya kita
berusaha keras mempelajari, memperbaiki kekurangan dalam tajwid dan terus menambah hafalan, dengan
selalu menjaga keikhlasan, serta bersabar dan yakin dengan pertolongan Allah Azza wa Jalla”.
(Kitabud Da‟wah juz 1 hal 56)
BAB I

TEMPAT KELUARNYA HURUF DAN SIFATNYA

Untuk membantu agar lebih cepat dan tepat dalam mempelajari makhraj huruf, ulama‟ qira‟ah menuangkan
pengucapan setiap huruf dalam bentuk tulisan. Dengan mengetahui makhraj huruf dan ditopang dengan
latihan secara terus menerus dalam mengucapkannya maka akan dapat memperlancar lidah dalam
mengucapkan huruf dengan baik dan benar.
 MAKHROJ ( ) atau Makharij ( ) secara bahasa adalah: “Tempat keluar” ( )
Dan secara istilah adalah :

“Tempat keluarnya huruf dan pembeda antara satu huruf dengan huruf yang lainnya.”

Secara global makhraj huruf ada lima tempat :


‫اجلوف – احللق – اللسان – الشفتان – اخليشم‬
1. Rongga mulut ‫اجلوف‬
2. Tenggorokan ‫احللق‬
3. Lidah ‫اللسان‬
4. Dua bibir ‫الشفتان‬
5. Rongga hidung ‫اخليشم‬

Sedangkan secara terperinci berjumlah tujuh belas.

A. : Rongga mulut
Yang keluar dari rongga mulut adalah huruf huruf mad. ( ‫( ا – ي – و‬
Contoh :

B. : Tenggorokan
Yang keluar dari tenggorokan adalah huruf huruf
(‫(ء–ه–ع–ح–خ–غ‬
1) Aqshal halqiy (pangkal tenggorokan),
yaitu huruf hamzah ( ‫)ء‬dan ha’ ( ‫) ه‬
2) Wasthul halqiy (pertengahan tenggorokan),
yaitu huruf ha’ ( ‫ )ح‬dan ’ain ( ‫)ع‬
3) Adnal halqiy (ujung tenggorokan),
yaitu huruf ghoin ( ‫ )غ‬dan kho’ ( ‫)خ‬

C. : Lidah
Yang keluar dari lidah adalah huruf huruf :
1) Qof (‫)ق‬. Maksudnya bunyi huruf qof ini keluar dari pangkal lidah dekat dengan kerongkongan
dengan mengangkatnya ke atas langit-langit.

2) Kaf (‫)ك‬. Maksudnya bunyi huruf kaf ini keluar dari pangkal lidah di depan makhraj huruf qof,
kalau dalam huruf latin seperti posisi lidah saat mengucapkan huruf G.

3) Jim ( ‫)ج‬, Syin ( ‫ )ش‬dan Ya’ ( ‫)ي‬. Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari tengah-
tengah lidah bertemu dengan langit-langit.

4) Dlod ( ‫)ض‬.

Maksudnya bunyi huruf Dlod ( ‫ )ض‬keluar dari tepi lidah (boleh tepi lidah kanan atau kiri)
hingga bertemu dengan gigi graham.
5) Lam (‫)ل‬.

Maksudnya bunyi huruf Lam (‫ )ل‬keluar dengan cara menggerakkan semua lidah dan bertemu
dengan ujung langit langit.

6) Nun (‫)ن‬.

Maksudnya bunyi huruf Nun (‫ )ن‬keluar dari ujung lidah (setelah makhrojnya Lam (‫)ل‬,

7) Ro’ (‫)ر‬.

Maksudnya bunyi huruf Ro’ (‫ )ر‬keluar dari ujung lidah hampir sama dengan makhrojnya Nun
dengan memasukkan punggung lidah.

8). Dal (‫)د‬, Ta’ (‫ )ت‬dan Tho’ (‫)ط‬.

Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari ujung lidah, yang bertemu dengan gusi bagian
atas.

9) Shod (‫)ص‬, Sin (‫ )س‬dan Za’ (‫)ز‬.

Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari ujung lidah, dan hampir bertemu dengan gigi
depan bagian bawah.

10) Dho’ (‫)ظ‬, Tsa’ (‫ )ث‬dan Dzal (‫)ذ‬.

Ujung lidah keluar sedikit bertemu dengan ujung gigi depan bagian atas.
D. : Dua bibir

Yang keluar dari bibir.


( ‫(ف–و–ب–م‬

D. : Rongga hidung
Yang keluar dari rongga hidung hanya satu yaitu ghunnah (dengung)
 SIFAT-SIFAT HURUF

Tujuan mempelajari sifat-sifat huruf adalah agar huruf yang keluar dari mulut kita semakin sesuai dengan
keaslian huruf huruf Al Qur‟an itu sendiri. Setelah mempelajari Makharijul huruf, belumlah cukup jika
tidak dilanjutkan dengan mempelajari sifat-sifat huruf. Karena sangat mungkin, seseorang dapat
mengucapkan huruf (ba‟) pada lafad dengan tepat sebagaimana makhrajnya, namun bacaan
tersebut belum bisa dikatakan benar dan sempurna, sehingga harus di ucapkan sesuai dengan salah satu
sifatnya, yaitu qalqalah.

Sifat-sifat huruf terbagi menjadi dua bagian:

1. Sifat Yang Memiliki Lawan

 Al Hams x Al Jahr
 Asy Siddyah x Ar Rakhwah
 Al Isti‟la‟ x Al Istifal
 Al Ithbaq x Al Infitah
 Al Idzlaq x Al Ishmat

2. Sifat Yang Tidak Memiliki Lawan

 Ash Shafir
 Al Qalqalah
 Al Lien
 Al Inhiraf
 At Takrir
 At Tafasyi
 Al Istithalah

Sifat Yang Memiliki Lawan Kata

1. Segi Nafas:

a. (Al Hams), artinya keluarnya nafas ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Al Hams.
Hurufnya ada sepuluh (10) yaitu:
atau terangkum dalam kalimat

Kebalikan dari Al Hams adalah Al Jahr

b. (Al Jahr) yaitu menahan nafas ketika membaca huruf-huruf yang bersifat Al Jahr. Huruf-hurufnya
ada delapan belas (18), atau selain hurufnya Al Hams. Yaitu :
atau terangkum dalam
kalimat

2. Segi Suara:

a. (Asy Syiddah), artinya tertahannya suara ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Asy
Syiddah. Hurufnya ada delapan (8), yaitu;
Atau dalam kalimat;

Kebalikan dari Asy Syiddah adalah Ar Rakhwah


b. (Ar Rakhwah) yaitu terlepas atau keluarnya suara ketika membaca huruf-hurufnya. Hurufnya ada
lima belas (15), atau selain hurufnya Asy Syiddah. Yaitu:
atau dalam
kalimat

Keterangan :
Antara sifat Asy Syiddah dengan Ar Rakhwah adalah At Tawassuth, yaitu mengucapkan huruf-hurufnya
dengan tidak terlalu ditahan atau terlepaskan (pertengahan antara keduanya).

Hurufnya adalah: atau kalimat yang berbunyi:

3. Segi Pangkal Lidah

a. (Al Isti‟la‟) adalah terangkatnya lidah ke rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya.
hurufnya ada delapan (8), yaitu :
atau dalam kalimat

Kebalikan dari sifat Al Isti‟la‟ adalah Al Istifal

b. (Al Istifal), yaitui posisi lidah menurun. Huruf-hurufnya ada dua puluh (20):
- - atau dalam
kalimat

4. Lidah dengan Rongga Mulut


a. (Al Ithbaq) adalah menempelnya lidah dengan rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya.
Huruf yang mempunyai sifat Al Ithbaq ada empat (4), yaitu;
Kebalikan dari sifat Al Ithbaq adalah Al Infitah

b. (Al Infitah) adalah terlepasnya lidah dari rongga atas, serta terbukanya kedua bibir. Hurufnya
adalah selain huruf-huruf Al Ithbaq, yaitu dua puluh lima (25) huruf :
– –
atau

5. Dari Segi Mudah atau Tidaknya Mengeluarkan Huruf

a. (Al Idzlaq), adalah mengucapkan huruf dengan mudah, karena posisi makhrajnya berada di ujung
lidah atau bibir. Semua huruf yang mempunyai sifat Al Idzlaq ada enam (6);
atau terangkum dalam kalimat
Lawan dari sifat Al Idzlaq adalah Al Ishmat

b. (Al Ishmat) yaitu mengeluarkan huruf Hija‟iyyah dengan agak susah atau tertahan. Huruf-
hurufnya ada dua puluh dua (22), yaitu:
– – atau dalam kalimat ٍ‫خظ‬ ِ ‫سَا‬
َ‫ضُل‬
ّ ُ‫عظَهُ يَح‬
َ َ‫صَدَثَقَةً إِ ْذو‬

Sifat Yang Tidak Memiliki Lawan Kata

1. Safir ( )
Menurut bahasa adalah: Suara yang menyerupai suara unggas/burung.
Menurut istilah adalah: Suara tambahan yang keluar dengan kuat diantara ujung lidah dan gigi seri.
Hurufnya ada 3, yaitu : shād ( ), zāy ( ), dan sīn ( ). Bunyi desiran yang berlaku pada huruf sād paling
kuat dibanding zāy dan berikutnya.

Perbedaan sifat Safir dengan Hams adalah desiran nafas yang lebih kuat dibanding dengan Hams yang
sekadar membunyikan hurufnya dengan hembusan nafas yang lebih ringan.

2. Qalqalah ( ) - memantul.
Menurut bahasa adalah: Bergetar
Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf sukun (mati) yang disertai getaran (pantulan) suara pada
makhrojnya sehingga terdengar suara yang kuat. Huruf qalqalah ada lima yaitu; dikelompokkan dalam
lafaz qutubujaddin: , ,

Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:

 Qalqalah kecil (shugra) yaitu: apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris
matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh:

 b. Qalqalah besar(kubra) yaitu: apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena
waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh:
Huruf pantulannya mendekati suara „O‟, sedangkan untuk huruf lainnya terdengar mendekati
lafazh „E‟.

3. Lin ( ) - lembut
Menurut bahasa adalah: Lembut dan Mudah.
Menurut istilah: Mengeluarkan huruf dari mulut tanpa memberatkan lisan.
Hurufnya ada 2, yaitu waw dan yā„
Pembunyian dengan sifat lin hanya berlaku apabila huruf itu mati, dan sebelumnya ada huruf berbaris atas.
Contohnya; dan

4. Inhiraf ( ) - miring
Menurut bahasa: Condong atau miring.
Menurut istilah adalah huruf yang pengucapannya miring setelah keluar dari ujung lidah.
Hurufnya ada 2, lam ( ) dan ra„ ( )
Ra„ ( ) miring bagian punggung lidah dan Lam ( ) miring bagian permukaan lidah

5. Takrir ( ) - berulang
Menurut bahasa adalah: Mengulangi
Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf yang disertai bergetar secara berulang pada ujung lidah
Hurufnya 1 sahaja, yaitu ro„ ( ).
Walau bagaimanapun, getaran yang dibenarkan adalah sekali saja, lebih-lebih lagi pada keadaan tasydid.

6. Tafasysyi ( ) - menyebar
Menurut bahasa adalah :Menyebar dan meluas.
Menurut istilah adalah Pengucapan huruf disertai menyebarnya angin di dalam mulut
Hurufnya 1 saja, yaitu syin ( )

7. Istithollah ( ) - memanjang
Menurut bahasa adalah: Memanjang
Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf yang disertai memanjangnya suara dari awal sisi lidah sampai
ujungnya, di sebelah kiri atau kanan lidah.
Hurufnya 1 saja, yaitu ḍhad ( ).

√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √
√ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √

√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √

√ √ √ √ √
√ √ √ √ √

√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √

√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
HUKUM NUN MATI DAN TANWIN

Izhar (Izhar Halqy)

Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati/tanwin (/ ) bertemu dengan salah satu huruf halqi
hukum bacaannya disebut Izhar.

Huruf-huruf halqi itu ada enam yaitu: ‫ھ‬

Contoh bacaan Izhar:

No Huruf Nun mati ( ) Tanwin (ً )

6 ‫ھ‬

Idgham

Idgham artinya memasukkan atau melebur. Apabila nun mati atau tanwin bertemu salah satu huruf dari
huruf maka wajib dibaca idgham, cara membacanya seolah mentasydidkan nun mati/tanwin
( / ) ke dalam huruf hidup sesudahnya. Sehingga bunyi nun mati atau tawin tidak terdengar sama sekali.
Idgham terbagi menjadi dua macam, yaitu: idgham bighunnah dan idgham bila ghunnah.

a. Idgham bighunnah ( )

Idgham bighunnah artinya memasukkan atau melebur dengan dengung (ghunnah) yaitu bila nun mati atau
tanwin bertemu salah satu huruf idgham bighunnah yang empat yaitu:

Hukum bacaannya wajib dibaca berdengung (bighunnah) dengan meleburkan suara nun mati/tanwin ke
dalam huruf yang ada di depannya.
Contoh bacaan idgham bighunnah:

No Huruf Nun mati ( ) Tanwin ( )

Ketentuan bacaan idgham bighunnah tidak berlaku lagi jika nun mati berada dalam satu kata. Hukum
bacannya wajib dibaca idhar atau bunyi nun mati/tanwin dibaca jelas.

Contoh :

b. Idgham bilaghunnah ( )

Idgham bilaghunnah artinya memasukkan atau melebur tanpa berdengung. Apabila nun mati atau tnwin
bertemu dengan salah atu huruf idgham bilaghunnah yaitu

Hukum bacaannya tidak boleh berdengung tetapi wajib melebur nun mati/tanwin ke dalam huruf
sesudahnya.

Contoh bacaan idgham bilaghunnah:

No Huruf Nun mati ( ) Tanwin ( )

IQLAB

Iqlab artinya membalik atau mengganti. Apabila nun mati/tanwin bertemu dengan huruf , maka hukum
bacaannya disebut iqlab. Cara membacanya adalah bunyi nun mati/ tanwin berubah menjadi bunyi mim ( )
Huruf iqlab hanya satu yaitu huruf
Contoh bacaan iqlab:

No Huruf Nun mati ( ) Tanwin (ً )

1
IKHFA‘ (IKHFA‘ HAQIQY),

Ikhfa artinya menyamarkan/menyembunyikan bunyi nun mati atau tanwin. Maksudnya bunyi nun mati/
tanwin dibaca samar-samar antara jelas dan dengung, serta cara membacanya ditahan sejenak. Hukum
bacaan disebut ikhfa apabila nun mati/tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang jumlahnya ada
15 yaitu:

Contoh bacaan ikhfa:

No Huruf Nun mati ( ) Tanwin (ً )

10

11

12

13

14

15
Hukum Mim Mati

Hukum mim mati merupakan salah satu dari ilmu tajwid sebagaimana halnya hukum nun mati.

Mim mati atau mim sukun ( ) apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah maka memiliki tiga hukum
bacaan, yaitu ikhfa syafawi, idghom mimi dan idhar syafawi.

1. Ikhfa Syafawi ( )

Ikhfa Syafawi adalah menyembunyikan atau menyamarkan huruf mim.Hukum bacaan disebut ikhfa
syafawi apabila mim mati atau mim sukun bertemu dengan huruf ba ( ). Adapun cara membacanya harus
dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.

Contoh:

Mim mati bertemu huruf ba‟ :

Mim mati bertemu huruf ba‟ :

2. Idghom Mimi ( )

Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn mim yang sejenis. Cara
membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca dengung.
Idgham mimi sering pula disebut idgham mitslain atau idgham mutamatsilain (idgham yang hurufnya
serupa atau sejenis)

Contoh:

Mim mati bertemu huruf mim :

Mim mati bertemu huruf mim :

3. Idhar Syafawi ( )

Idhar syafawi artinya apabila mim mati bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim dan
ba‟, maka hukum bacaannya disebut idhar syafawi. Cara membacanya bunyi mim disuarakan dengan
terang dan jelas tanpa berdengung di bibir dengan mulut tertutup.

Huruf-huruf idhar syafawi jumlahnya ad 26 huruf, yaitu:

‫ھ‬
No huruf kalimat No Huruf Kalimat

1 14

2 15

3 16

4 17

5 18

6 19

7 20

8 21

9 22

10 23

11 24

12 25 ‫ھ‬

13 26

HUKUM MIM DAN NUN BERTASYDID

Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajibal ghunnah ( ) yang bermakna bahwa
pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah
didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau
bertasydid ( dan ).

Contoh:

Hukum Alif Lam

Alif lam ma„rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal/awal dari kata yang bermakna nama atau
isim .Terdapat dua jenis alif lam ma„rifah yaitu qamariah dan syamsiah.

Alif lam qamariah


ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah,
seperti: alif/hamzah ( ), ba„ ( ), jim ( ), ha„ ( ), kha„ ( ), „ain ( ), ghain ( ), fa„ ( ), qaf ( ), kaf ( ), mim
( ), wau ( ), ha„ (‫ )ھ‬dan ya„ ( ).
Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar ( ) yang artinya adalah bulan. Maka
dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.

Alif lam syamsiah


ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah
seperti: ta„ ( ), tha„ ( ), dal ( ), dzal ( ), ra„ ( ), zai ( ), sin ( ), syin ( ), sod ( ), dhod ( ), tho ( ), zho
( ), lam ( ) dan nun ( ).

Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab ( ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara
membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.

HUKUM MAD

Menurut bahasa mad artinya “panjang” . Sedangkan menurut istilah ilmu tajwid ialah memanjangkan
bacaan menurut aturan-aturan yang tertentu dalam Al-Qur‟an.

Huruf mad ada 3 (tiga), yaitu :

o Alif dan huruf sebelumnya berbaris fathah.

o Wawu mati dan huruf sebelumnya berbaris dhommah.

o Ya mati dan huruf sebelumnya berbaris kasrah.

Hukum Mad dibagi dua:

1. Mad Asli

2. Mad Far’i

Mad Asli

(mad asli), panjang bacaannya satu alif ( 2 harkat)

1. · (mad Tab‟i)
yaitu mad yang tidak dipengaruhi hamzah atau sukun, tetapi di dalamnya ada salah satu huruf mad.

contoh:

2. · ( mad Badal)
artinya mad penggant, maksudnya apabila terdapat hamzah yang bertemu dengan mad.

Contoh :

3. · (mad „iwad)
yaitu berhenti pada huruf yang bertanwin Fat-hah.

Contoh :
4. · (mad Tamkin)
yaitu apabila terdapat ya‟ bertasydid bertemu dengan ya‟ sukun.

Contoh : –

5. · (mad Shilah Qashirah)

yaitu apabila terdapat ha‟ dhamir (bunyi hu atau hi ) bertemu dengan selain hamzah .

Contoh : –

MAD FAR‘I

( mad Far‟i), bacaan panjang pada mad far`i ini ada karena bertemu dengan hamzah, bertemu dengan
sukun atau tasydid,bertemu dengan waqaf.

Pembagian mad far‟i :

1). Mad Far’i yang bertemu dengan Hamzah ada 3:

1. ( mad wajib Muttashil)


Yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat,panjang harokat ketika
washal harokat, sedangkan dalam keadaan wakaf boleh di baca 4,5 dan 6 harokat.

Contoh : –

2. (mad Jaiz Munfasil)


Yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kalimat terpisah panjangnya 4,5 harkat.

Contoh: –

3. (mad shilah Thawilah)


Yaitu apabila terdapat ha`Dhamir bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah, panjangnya
4-5 harokat.

Contoh : –

2). Mad Far`i yang bertemu dengan sukun dan tasydid ada 5 macam:

1. (mad farqi)
Yaitu mad badal sesudahnya berupa huruf yang bertasydid, panjangnya 6 harokat . Mad ini hanya
terdapat pada 2 kalimat dan terdapat di dalam 3 surat yakni:

o surat al-an`am ayat 143-144


o yunus ayat 59
o an – naml ayat 59

lafaznya adalah: –

2. m(mad lazim kilmi Mutsaqal)


Yaitu apabila huruf atau bacaan mad sesudahnya berupa huruf yang bertasydid,panjangnya 6
harokat.
Contoh: - -

3. ( mad lazim kilmi mukhffaf)


Yaitu Mad Badal sesudahnya terdapat huruf sukun, panjangnya 6 harokat dan mad ini hanya
terdapat pada surat Yunus ayat 51 dan 91.

Contoh :

4. ( mad lazim harfi mutsaqal)


Mad yang terjadi pada huruf Muqoth-tho`ah yang terdapat disebahagiaan dibeberapa awal surat (
Fawatihussuwar ),hurufnya adalah
- ) Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama hurufnya
, dibaca panjang 6 harokat dan didghamkan.

Contoh : – :

5. ( mad lazim harfi Mukhaffaf)


Mad yang terjadi pada huruf Muqoth-tho`ah yang terdapat disebahagiaan dibeberapa awal surat (
Fawatihussuwar ),hurufnya adalah
- )
Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan hurufnya ,dibaca panjang 6 haokat , tetapi tanpa di
Idghamkan.

Contoh : - – –

Selain huruf-huruf di atas seperti atau dirangkai dengan kata dibaca mad tabi‟i
sepanjang dua haroka.

contoh : – – –

3). Mad Far’i karena wakaf ada 2 macam :

1. ( mad „aridh lissukun)


Yaitu apabila mad tabi‟i jatuh sebelum huruf yang diwaqafkan. Panjangnya boleh 2,4,6 harokat.

contoh :

2. ( Mad laian)
Yaitu apabila berhenti pada suatu huruf sebelumnya berupa wau sukun ,ya‟ sukun yang didahului
oleh huruf berharkat fathah. Panjangnya boleh 2,4-6 harokat.

Contoh :

TAFKHIM DAN TARQIQ

Tafkhim ( ) merupakan masdar dari fakhkhama ( ) yang berarti menebalkan. Sedang yang
dimaksud dengan bacaan tafkhim adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan
tebal.

Pada pengertian itu dapat disimpulkan, bahwa bacaan-bacaan tafkhim itu menebalkan huruf tertentu
dengan cara mengucapkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf di bibir (mulut) dengan
menjorokkan ke depan (bahasa Jawa mecucu), bacaan tafkhim kadang-kadang disebut sebagai isim
maf‟ul mufakhkhamah ( ).

Tarqiq ( ) merupakan bentuk masdar dari roqqoqo ( ) yang berarti menipiskan. Sedang yang
dimaksud dengan bacaan tarqiq adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan
tipis.

Pada pengertian itu tampak, bahwa tarqiq menghendaki adanya bacaan yang tipis dengan cara
mengucapkan hurur di bibir (mulut) agak mundur sedikit dan tmpak agak meringis. Bacaan tarqiq
kadang-kadang disebut sebagai isim maf‟ulnya, yakni muraqqoqoh ( ).

Bacaan Tafkhim

Huruf hijaiyah yang wajib dibaca tafkhim terdapat tujuh huruf, yaitu huruf isti‟la yang berkumpul pada
kalimat: , kesemuanya harus dibaca tebal.

Contoh:

Selain ketujuh huruf tersebut harus dibaca tarqiq, kecuali huruf lam dan ra, yang mempunyai ketentuan
sendiri.

HURUF RO‘

Hukum Ro‟ ada dua:

1. Ro’ yang dibaca Tafkhim

Ciri-ciri:

1. Ro‟ fathah, Ro‟ fathah tanwin.


2. Ro‟ dhummah, Ro‟ dhummah tanwin.
3. Ro‟ sukun didahului fathah atau dhummah.
4. Ro‟ sukun didahului kasrah ada hamzah washal.
5. Ro‟ sukun didahului kasrah bertemu huruf isti‟la‟.

Contoh:



 _َ _ْ
 _ِ
 _ِ

2. Ro’ yang dibaca Tarqiq

Ciri-ciri:

1. Ro‟ kasrah, Ro‟ kasrah tanwin.


2. Ro‟ sukun didahului kasrah.
3. Ro‟ hidup didahului Ya‟ dibaca waqaf.
Contoh:


 _ِ
 _َِ

Lafaz Jalalah

Lam Jalalah adalah Huruf Lam yang ada dalam lafal ALLAH [ ]

Cara membaca lam jalalah ada dua macam:

Tafkhim ( )

 Cara membaca bacaan tafkhim adalah dengan bibir sedikit kemuka dan daun lidah.
 Di tempelkan pada langit-langit atas. bacaan tafkhim terjadi manakala lafal jalalah.
 Terletak sesudah harokat fathah atau dommah. Lam jalalah dalam contoh ini harus
 Di baca tafkhim.

Contoh :

Tarqiq ( )

 Cara membaca tarqiq yaitu dengan menarik bibir sedikit mundur sehingga
 Menjadi agak meringis.Bacaan tarqiq manakala lafal jalalah terletak sesudah harakat kasrah. Tetapi
Huruf lam yang bukan pada lafal jalalah, baik didahului huruf yang bertanda
 Baca kasrah, fathah maupun dommah, tetap harus di baca tarqiq atau di baca tipis

Contoh:

1. Bukan pada lafal jalalah

Khusus pada lafal jalalah


WAQAF DAN PEMBAGIANNYA

Waqaf artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Al-Qur„an, baik di akhir ayat maupun ditengah
ayat yang disertai nafas. Sedangkan berhenti dengan tanpa nafas disebut saktah.

Berhenti ketika melakukan tilawah Al-Qur„an memerlukan pengetahuan yang khusus, agar tilawah
terdengar bagus. Ali bin Abu Thalib ra. menafsirkan kata-kata At-Tartil dalam surat Al Muzzammil
ayat 4 dengan :

"Membaguskannya dan mengetahui tempat-tempat perberhentian yang tepat."

Untuk mengetahui tempat-tempat berhenti yang tepat diperlukan pemahaman terhadap ayat-ayat yang
dibaca, sehingga setiap pemberhentian memberi kesan arti yang sempurna. Oleh karena itu, bagi
mereka yang sudah memahami Al-Qur„an dengan baik, maka dirinya dapat menentukan pemberhentian
yang tepat walaupun tanpa terikat dengan tanda-tanda waqaf.

Oleh karena itu, mengikuri tanda-tanda waqaf yang ada dalam Al-Quran, kedudukannya tidak
dihukumi wajib atau haram syar„i bagi yang melanggarnya, kecuali yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengaburkan makna, Sebagaimana perkataan Imam Jazari:
"Didalam Al-Qur„an tidak ada waqaf yang berhukum wajib syar„i, kecuali karena suatu sebab."
Misal waqaf yang dapat merubah arti :

ۘ
(QS. Ali Imran: 181)
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah
miskin dan kami kaya".

Berhenti pada kata berarti sebuah pernyataan yang salah. Maka haram hukumnya bila dilakukan
dengan sengaja. Seharusnya berhenti pada kata yang berarti "....dan kami kaya" yaitu :

Pembagian Waqaf

Secara umum waqaf dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

I. Waqaf Ikhtibari
Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan oleh seorang Ustadz dalam proses
menguji muridnya, hal ini hukumnya boleh.

II.Waqaf Intizhari
Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan khusus dalam proses belajar mengajar
Al-Qur„an, hal ini dilakukan dalam rangka untuk menguasai cara membacanya dan hukumnya boleh.

III. Waqaf Idhthrari


Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan dalam keadaan darurat atau terpaksa
atau tidak sengaja karena kehabisan nafas, lupa, bersin, batuk, menguap, menjawab salam, dan
sebagainya.Hal ini hukumnya boleh.

IV. Waqaf Ikhtiyari


Waqaf Ikhtiyari disebut juga dengan waqag Ijtihadi, yaitu berhenti sesuai dengan pilihan sendiri. Hal
ini hanya dapat dikuasai oleh orang yang memahami kaedah bahasa arab.

Karena memilih sendiri tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat berhenti, maka waqaf Ikhtiyari
bisa menjadi empat kemungkinan :
1. Waqaf At-Taamm

Waqaf At-Taam yaitu Waqaf pada ayat yang sudah sempurna artinya dan tidak ada
hubungannya dengan ayat sesudahnya, baik secara lafadz atau arti. Oleh karena itu, sebaiknya
seorang pembaca setelah berhenti langsung memulai dengan ayat berikutnya.

Hal ini sering terjadi ketika waqaf ini berada di ujung ayat atau waqaf pada akhir sebuah cerita, Seperti
waqaf pada ayat:

O
Ayat yang pertama merupakan pemujaan terhadap ALLOH.
Dan ayat yang kedua merupakan ungkapan komunikasi dengan ALLOH.
Contoh lain :

O O ۖ
Ujung ayat yang pertama penetapan bahwa orang-orang yang bertawaqallah yang mendapat hidayah
dan beruntung. Ayat yang kedua menjelaskan keadaan orang-orang kafir.

Boleh jadi waqaf ini terjadi sebelum akhir ayat.

ۖ
"Dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina;\dan demikian pulalah yang akan mereka
perbuat."
Berhenti pada kata sudah menunjukkan susunan kata yang sempurna.

ۗ
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku.
Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.
Berhenti pada kata sudah menunjukkan ungkapan yang sempurna dan ayat berikutnya adalah
ungkapan lain.

2. Waqaf Al-Kaafii

Waqaf Al-Kaafi yaitu waqaf pada ayat yang sudah sempurna artinya, namun ayat selanjutnya
masih ada hubungan lafadz. Oleh karena itu sangat dianjurkan langsung memulai dengan ayat
selanjutnya.
Contoh ;

Berhenti pada kata sebuah ungkapan yang sempurna. Perkataan selanjutnya secara arti masih
terkait dengan sebelumnya, namun dari segi lafazh merupakan susunan kata yang baru.

3. Waqaf Al-Hasan

Waqaf Al-Hasan yaitu waqaf pada ayat yang sempurna artinya. Namun secara arti dan lafazh
masih terdapat hubungan. Oleh karena itu sangat dianjurkan memulai dari ayat sebelumnya,
kecuali berhenti di akhir ayat.
Contoh Al-Baqorah ayat 3;

"... (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
Berhenti pada kata sebuah ungkapan yang sempurna, namun dianjurkan memulai dari ,
karena ayat selanjutnya masih ada hubungan arti dan lafadz. Dalam bahasa arab diidtilahkan ma„tuf.
4. Waqaf Al-Qabiih

Waqaf Al-Qabiihu yaitu waqaf pada ayat yang belum sempurna artinya, karena adanya
keterkaitan dengan kata berikutnya, baik secara lafadz maupun arti, sehingga menimbulkan
kesan arti yang tidak bagus atau yang merusak.
Contoh ;

Waqaf seperti di atas tercela hukumnya, apabila dilakukan dengan sengaja,kecuali karena darurat, yang
disebabkan nafas yang tidak kuat, bersin, menguap atau hal lainnya.
Contoh lainnya :

~ Dan Tidak ada Ilah kecuali ALLOH


Berhenti pada kata menunjukkan kesan yang bertentangan dengan aqidah.

Tanda-tanda waqaf

1. Tanda mim( )
Tanda mim disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf
Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan
tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya.
Contoh ; Al-An'am: 36

ۘ
" Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati
(hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya-lah mereka dikembalikan".

2. Tanda Laa ( ) bermaksud "Jangan berhenti!".


Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di
pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat,
pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak.
Contoh : An-Nahl: 32

ۙ
"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "Salaamun´alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan".

3. Tanda sad-lam-ya‘ ( ‫) ﮯ‬
Tanda sad-lam-ya‘ merupakan singkatan dari "Al-wasl Awlaa" yang bermakna "wasal atau
meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya
adalah lebih baik.
Contoh:An-Naml: 17

ۖ
"Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya
melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-
tiap sesuatu."
4. Tanda jim ( )
Tanda jim adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga
untuk tidak berhenti.
Contoh: Al-Anfal: 13

ۚ
"(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan
barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya."

5. Tanda Waqaf Aula ( )


Tanda waqaf Aula yaitu anda waqaf yang menunjukkan lebih bagus berhenti walaupun nafas masih
kuat.
Contoh : Fussilat : 45

ۚ ۗ
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau
tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan.
Dan Sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan."

6. tanda bertitik tiga (.‘. .‘.~Mu‘anaqah)


Tanda bertitik tiga yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta‘anuq (Terikat). Waqaf
ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti
di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada
tanda kedua dan sebaliknya.
Contoh Al-Baqorah: 2

ۛ ۛ

Sebagian tanda waqaf memakai istilah yang lain, seperti:

1. Tanda tho ( )adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.

2. Tanda Waqaf Mustahab( ), berhenti lebih baik, tidak salah kalau terus.

3. Tanda Waqaf Mujawwaz ( ), tanda boleh berhenti, namun meneruskan bacaan adalah lebih utama.

4. Tanda sad ( )disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak
berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum
tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad.

5. Tanda qaf ( )merupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh
berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh
diwaqafkan.

6. Tanda sin ( ) atau tanda Saktah ( )menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas.
Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan
bacaan.
GHORIB

1. Imalah
Bacaan imalah ini terdapat dalam Surah Huud, QS. 11 ayat 41:

Yang dimaksud bacaan imalah pada ayat diatas ialah pada bacaan . Jadi sewaktu membaca kalimat ini
ialah dengan merubah a pada ro menjadi e. Yakni Majreeha, dan bukan majrooha.

2. Isymam
Bacaan isymam ini terdapat dalam Surah Yusuf, QS.12 ayat 11

Isymam ini terdapat dalam kata . Saat membaca kata ini, maka kedua bibir diayunkan (dimajukan) tanpa
merubah suara.

3. Tashil
Bacaan tashil terdapat dalam surah Fussilat, QS.41 ayat 44

Tashil ini ialah pada kata . Dalam kata ini terdapat dua alif berfathah. Cara membacanya yaitu
dengan menyederhanakan atau menyeret satu alifnya. Jadi dibaca aa„jamiyyuwwa„arbiy [terkesan panjang
2 harakat], dan bukan a a„jamiyyuwwa„arbiy.

4. Naql
Yakni terdapat dalam surah Al-Hujurat, QS.49 ayat 11
ۖ

Dalam beberapa cetakan Al-Qur„an ada yang masih menyebutkan sebagai hukum bacaan naql, ada yang
tidak. Yang dimaksud naql ini adalah terdapat dalam kata . Cara membacanya ialah langsung
bi„salismu, dan bukan bi„sal ismu [tidak diputus].

5. Nun Wiqoyah

Keharusan membaca bunyi nun kasroh (Ni), ketika ada tanwin (fat-hah-tain, kasroh-tain, dommah-tain)
bertemu hamzah washol. Hal ini dipermudah pada mush-haf cetakan indonesia dengan memberi tanda
huruf nun kecil, di bawah ayatnya. namun tidak pada rosm Utsmani, karenanya hal ini harus diperhatikan.

Yakni terdapat dalam surah Al-Baqoroh, QS.2 ayat 180


...

Kata "khoiron" (ro bertanda dhommah-tain) bertemu dengan hamzah washol pada kata "al-Washiyyah",
nah. ini bukan dibaca "Khoirol-Washiyyah", tapi menyelipkan bacaan "ni" diantara nya, jadi dibaca
"Khoironil washiyyah".

(UNTUK KALANGAN SENDIRI, DILARANG MENGGANDAKANNYA TANPA SEIJIN PENYUSUN)

Anda mungkin juga menyukai