Anda di halaman 1dari 16

9

1) Hukum Bacaan (Cara-cara membaca)

Adapun hukum bacaan al-Qur’an yang dimaksud disini adalah hukum

bacaan yang meliputi tentang bagaimana cara membaca isti’adzah,

basmallah, dan ayat. Yaitu penyambung bacaan antara isti’adzah,

basmallah, dan ayat al-Qur’an.

Seseorang pembaca Al-qur’an bila ia hendak membaca Al-qur’an, baik

pada awal surat maupun di tengah-tengahnya, maka ia sunnah membaca

ta’awwudz’ (doa minta perlindungan kepada Allah dari godaan

Syaitan).Adapun dasar pengambilannya adalah Firman Allah pada surat

An-Nahl ayat 98 :

ٰ ۡ َ‫﴾فَِإ َذا قَ َر ۡأتَ ۡٱلقُ ۡر َءانَ ف‬


ِ ‫ٱستَ ِعۡ>ذ بِٱهَّلل ِ ِمنَ ٱل َّش ۡيطَ ِن ٱلر‬
﴿٩٨ ‫َّج ِيم‬

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan

kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.1

Demikianlah perintah Allah untuk senatiasa membaca ta’awudz di

setiap kali hendak membaca Al-Qur’an. Adapun untuk lafadz ta’awudz

terdapat beberapa macam, diantaranya adalah sebagai berikut :

‫ﺃﻋﻮﺬ ﺒﺎﷲ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺠﻴﻢ‬

‫ﺃﻋﻮﺬ ﺒﺎﷲ ﺍﻠﻌﻈﻴﻢ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺮﺠﻴﻢ‬

‫ﺃﻋﻮﺬ ﺒﺎﷲ ﺍﻠﺴﻤﻴﻊ ﺍﻠﻌﻠﻴﻢ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺮﺠﻴﻢ‬

1
Baca ayat sempurnannya pada al-Qur’an Surat Al-Nahl [16] : 98
10

Sekian jumlah macam-macam bacaan ta’awudz, namun yang telah

sempurna dibacakan oleh berbagai kalangan sebagaimana tercantum pada

surat An-Nahl ayat 98 di atas.

2) Makharijul huruf (tempat-tempat keluar huruf)

Yaitu tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah pada waktu huruf-huruf itu

dibunyikan atau dilafalkan. Adapun tempat keluarnya huruf hijaiyah ada

lima tempat yaitu : jauf, halq, lisan, syafatain, dan khoisyum. Ketika

membaca al-Qur’an setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhrajnya.

Kesalahan daam pengucapan huruf bisa menyebabkan perbedaan makna

atau kesalahan arti pada apa yang dibaca.2

1. Mengenal Huruf Hijaiyah dan Makharijul (tempat-tempat keluar)

1. Rongga Mulut (‫)اجلوف‬

Huruf yang keluar dari rongga mulut (antara tenggorokan dan

mulut) adalah huruf Mad, yaitu : ‫ا و ي‬

2. Tenggorokan (‫)احللق‬

Tenggorokan terbagi pada 3 bagian, yaitu bagian dalam, tengah

dan ujung. Huruf yang keluar pada masing-masing tempatnya

adalah sebagai berikut :

a. Tenggorokan dalam :‫ءه‬

b. Tenggorokan Tengah :‫ع ح‬

c. Tenggorokan ujung :‫غ خ‬

3. Lisan (‫)اللسان‬

2
Moh Wahydi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya : Halim Jaya, 2008), hlm 27
11

Lisan terbagi pada 5 bagian, yaitu bagian dalam, tengah, samping,

depan dan ujung. Huruf yang keluar pada masing-masing

tempatnya adalah sebagai berikut :

a. Lidah dalam :‫ق ك‬

b. Lidah Tengah :‫ج ش ي‬

c. Lidah samping :‫ض‬

d. Lidah depan :‫لنر‬

e. Lidah ujung :‫تطدثذظسزص‬

4. Dua Bibir(‫)الشفتان‬

Huruf yang keluar dari dua bibir adalah ‫ ف و ب م‬. Adapun huruf

dengan melibatkan gigi atas.

5. Rongga Hidung(‫)اخليشوم‬

Rongga hidung adalah tempat keluarnya bunyi dengung. Bunyi

dengung dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :‫( ّم‬Mim

bertasydid),‫( ّن‬nun bertasydid),‫( ْم‬mim sukun),‫( ْن‬nun sukun) danًٍُ

(tanwin).3

3) Shifatul huruf (Sifat-sifat huruf)

Shifatul huruf adalah karakteristik yang melekat pada huruf. Setiap huruf

hijaiyah mempunyai sifat tersendiri yang bisa sama atau berbeda dengan

huruf lain. Sifat ini muncul setelah huruf diucapkan dengan makhraj yang

3
Yusup ASC Nawan Al-Akyas, Metode Syamilah Panduan Komprehensif Tahsin
Tilawah Al-Qur’an (Jl. Mardani Raya Jakarta pusat Cetakan pertama, 2012)
12

tepat belum bisa sempurna sebelum disertai sifat-sifatnya. Shifatul huruf

terbagi menjadi dua bagian besar yaitu lazim dan sifat aridh.4

a. Sifat lazim ( ‫) اَلاَّل ِز ْم‬, sifat-sifat yang tetap dalam masing-masing huruf

hijaiyah. Sifat ini selamanya konstan (tetap), tidak pernah berubah-ubah

selama huruf tersebut digunakan. Untuk sifat lazim ini dibagi menjadi 2

bagian, yaitu :

- Sifat yang mempunyai lawan ( ‫ض َد ِاد‬


ْ َ ‫ات ااْل‬
ُ ‫) َذ َو‬

- Sifat yang tidak mempunyai lawan ( ‫) اَل ِض َّدهَلَا‬

ْ ‫ا ِر‬GG‫) اَلْ َع‬, sifat-sifat yang baru ada ketika huruf-huruf hijaiyah
b. Sifat ‘Aridh ( ‫ض‬

itu bertemu dengan huruf-huruf tertentu. Sifat ini tidak menetap dan selalu

berubah menurut perubahan huruf yang ditemui.

4) Ahkamul huruf (hukum yang tertentu bag tiap-tiap huruf)

Ahkamul huruf yaitu bacaan yang tertentu bagi tiap-tiap huruf yang ada,

yang berjumpa dengan tanwin, dan nun sukun. Begitu juga hukum huruf

mim sukun (mim mati) berjumpa dengan huruf-huruf hijaiyah yang lain,

hukum membaca lam, dan hukum membaca ra’.

1. Hukum nun mati dan tanwin

Hukum nun mati dan tanwin adalah salah satu tajwid yang terdapat

dalam Al-Qur'an. Hukum ini berlaku jika nun mati atau tanwin

bertemu huruf-huruf tertentu. Hukum ini terdiri dari 4 jenis, yaitu:5

1. Idhar (‫)اظهار‬

4
Ibid, hlm 57
5
Imam zarkasyi, Tajwid Qai’dah bagaimana mestinya membaca al-Qur’an untuk pelajaran
permulaan (Trimurti press Gontor Ponorogo : 1955)
13

Idhar artinya jelas atau terang, Apabila ada nun mati atau tanwin

bertemu dengan salah satu huruf halqi hukum bacaanya di sebut idhar.

Huruf halqi ada enam yaitu:‫اح خ ع غ ﻫ‬

2. Idgham (‫)اذغام‬

Idgham artinya memasukan atau melebur, apabila nun mati atau

tanwin bertemu huruf idgham yaitu: ‫ ي ن م و ل ر‬maka wajib di baca

idgham, Idgham terbagi dua: idgham bighunnah dan idgham

bilaghunnah.

a. Idgham bighunnah

Ketentuan bacaan idgham bighunnah tidak berlaku lagi jika nun mati

berada dalam satu kata. Hukum bacaannya wajib dibaca idhar/jelas

nun matinya. Contoh: ‫ ِصْن َوان‬-‫ بُْنيَا ٌن قِْن َوا ٌن‬-‫ٌ د ْنيَا‬
ُ

b. Idgham bilaghunnah

Apabila nun mati atau tanwin bertemu salah satu huruf idgham

bilaghunnah yaitu: ‫ل ر‬

3. Iqlab

Iqlab artinya membalik atau mengganti. Apabila nun mati atau tanwin

bertemu dengan huruf ‫ ب‬maka hukum bacaannya disebut iqlab. Cara

membacanya adalah bunyi nun mati atau tanwin berubah menjadi

mim. Huruf iqlab hanya satu yaitu ‫ب‬

4. Ikhfa
14

Ikhfa artinya menyamarkan atau menyembunyikan bunyi nun mati

atau tanwin. Maksudnya bunyi nun mati atau tanwin dibaca samar-

samar antara jelas dan dengung, serta cara membacanya ditahan

sejenak. Hukum bacaan dibaca ikhfa apabila nun mati atau tanwin

bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang jumlahnya ada 15 yaitu:

‫ ك‬-‫ ق‬-‫ ف‬-‫ ظ‬-‫ ط‬-‫ ض‬-‫ ص‬-‫ ش‬-‫ س‬-‫ ز‬-‫ ذ‬-‫ د‬-‫ ج‬-‫ ث‬-‫ت‬

5) Mad (ukuran panjang pendeknya suatu bacaan)

Salah satu yang juga penting dipelajari dalam ilmu tajwid adalah mad,

karena pemahaman yang minim mengenai mad akan menyebabkkan

kesalahan baca, mempendekkan huruf yang seharusnya dibaca panjang,

begitu juga sebaliknya memanjangkan huruf yang seharusnya dibaca

pendek. Sebagaimana yang dikatakan oleh Moh wahyudi yang diambil

dari buku Hidayatul Mustafid dan Nihayatul Qoulil Mufid bahwa mad

adalah memanjangkan suara pada salah satu dari huruf mad (asli).

6) Ahkamul auqauf (Hukum-hukum bagi penentuan berhenti atau seterusnya

suatu bacaan)

Waqaf adalah berhenti, dalam hal ini yaitu menghentikan suatu bacaan

baik untuk tidak diteruskan, ataupun untuk mengambilkan nafas agar dapat

meneruskan bacaan selanjutnya. Waqaf sebaiknya yaitu waqaf pada akhir

ayat sempurna, jika nafas mencukupi.6

Dari pengertian tajwid yang meliputi beberapa hukum di atas, secara garis

besar ruang lingkup ilmu tajwid terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

6
Ismail Tekan, Tajwid AlQur’anul…, hlm 127
15

a. Haqqul huruf, yaitu segala sesuatu yang lazim (wajib ada) pada setiap

huruf. Hak huruf tersebut meliputi sifat-sifat huruf dan tempat-tempat

keluarnya huruf.

b. Mustahaqqul huruf, yaitu hukum-hukum baru yang timbul karena

sebab tertentu setelah hak-hak huruf melekat pada setiap huruf, yang

meliputi hukum-hukum seperti izhar, ikhfa, iqlab, idgham, ghunnah,

qolqolah, dan lain sebagainya.7

Disamping ilmu tajwid, dalam membaca al-Qur’an juga terdapat ilmu

qiraat. Qiraat merupakan bentuk pengucapan kata atau kalimat al-

Qur’an yang didalamnya termasuk bentuk pengucapan kata atau

kalimat al-Qur’an yang didalamnya termasuk perbedaan yang

bersumber pada Rasulullah.

Antara tajwid dan qiraat secara lahiriyah terlihat berbeda, akan tetapi

keduanya merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Setiap qiraat yang telah disandarkan kepada seorang iman telah

memiliki kaidah-kaidah tertentu bagaimana cara pengucapan yang baik

secara tajwid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa qiraat

membahas mengenai bentuk-bentuk pengucapan. Sedangkan tajwid

membahas mengenai cara bagaimana mengucapkan bentuk-bentuk

tersebut dengan baik, dan baik.8

c. Kategorisasi Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Membaca adalah salah satu kesenian, membutuhkan kemahiran,

ketangkasan, dan latihan. Bacaan yang baik adalah :

7
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya : Hakim jaya, 2008), hlm 2
8
Ibid, hlm 14
16

1. Baik bacaanya, yaitu mengeluarkan huruf dan makhrajnya.

2. Lancar, tidak mengulang kata-kata, dan tidak pula membatasi kata

antara kata dengan yang lain.

3. Menjaga tinggi rendah suara, menurut tanda Tanya, tanda suruh,

koma, dan sebagainya.

4. Pertengahan antara cepat dan lambat.

5. Memelihara panjang pendek, iqlab, idgham, dan lain sebagainya.

6. Membaca waqaf atau berhenti.

7. Bagus bacaan serta mengerti maksudnya.

8. Pertengahan mengeluarkan suara, jangan terlampau keras dan

jangan pula terlampau lunak.9

d. Tingkat-Tingkat (Tempo) Bacaan al-Qur’an

Dalam seni suara dikenal istilah tempo untuk menunjukan apakah

suatu lagu dibawakan dengan cepat dan semangat. Dalam membaca al-

Qur’an juga tidak terlepas hubungannya dengan masalah tempo. Ada

empat tingkatan yang telah disepakati oleh ahli tajwid, yaitu :

1. At-Tartil

Membaca dengan pelan dan tenang. Huruf di ucapkan satu persatu

dengan jelas dan tepat makrajnya dan sifatnya. Ukuran panjang

pendeknya terpelihara dengan baik serta berusaha mengerti

kandungan maknanya.

2. Al-Hadr

Membaca cepat dengan masih terjaga kaida-kaidah dan hukum-

hukum bacaan. Yang dimaksud cepat dalam hal ini adalah dengan
9
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1983), hlm 45
17

menggunakan ukuran terpendek dalam batas peraturan tajwid, dan

tidak keluar dari peraturan.

3. At-Tadwir

Bacaan at-tadwir yaitu bacaan sedang, tidak terlalu cepat dan tidak

juga terlalu pelan dan lambat, akan tetapi pertengahan dari

keduanya.

4. At-Tahqiq

Bacaan at-tahqiq sama seperti membaca at-tartil akan tetapi lebih

tenang dan lebih perlahan-lahan. Tempo ini hanya digunakan untuk

belajar dan mengajar, tidak boleh digunakan pada waktusholat atau

menjadi iman.10

Adapun kemampuan membaca yang penulis teliti dalam penelitian

ini yaitu kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang baik dan

benar, sesuai dengan kaidah tajwid yang meliputi makharijul huruf,

mad, dan waqaf, dan tempo membaca al-Qur’an dalam penelitian

ini termasuk kedalam jenis tempo at-tadwir yaitu membaca sedang,

tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan.

2. Konsep Maharah Al-Qira’ah

Maharah al-Qira’ah terdiri dari dua kata yaitu maharah dan Qira’ah.

Maharah berasal dari kata Arab ‫ مهارة‬yang berarti keterampilan, dan qira’ah

‫ قراءة‬yang berarti membaca. Seperti yang dikatakan Acep Hermawan dalam

bukunya, bahwa keterampilan membaca adalah kemampuan mengenali

10
Moh. Wahyudi, ilmu Tajwid Plus, (Surabaya : Halim jaya, 2008), hlm 8-9
18

dan memahami isi sesuatu yang tertulis (Lambang-lambang tertulis)

dengan menghafalkan didalam hati.11

Dari definsi keterampilan membaca yang di ungkapkan Acep

tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca meliputi dua

aspek, yaitu pertama mengubah lambang tulis menjadi lambang bunyi

dengan mengucapkan secara lisan, kedua memahami isi sesuatu yang

tertulis dengan lambang tertulis tersebut.

Secara garis besar membaca terbagi kedalam da macam, yaitu

membaca nyaring (qira’ah jahriyyah) dan membaca dalam hati (qira’ah

shamitah).

1. Membaca nyaring (Qira’ah Jahriyyah) : adalah membaca dengan

menghafakan atau menyuarakan simbol-simbol tertulis berupa kata-

kata atau kalimat yang dibaca. Latihan ini lebih cocok dberikan kepada

pelajar tingkat pemula.12

2. Membaca dalam hati (Qira’ah Shamitah) : adalah membaca dengan

tidak menghafalkan simbol-simbol yang tertulis berupa kata-kata atau

kalimat dibaca, melainkan hanya mengandalkan kecermatan eksplorasi

visul, yang bertujuan untuk menguasai isi bacaan dalam waktu yang

cepat.13

11
AcepHermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2011), hlm 143
12
Ibid, hlm 144
13
Ibid, hlm 148
19

Bila dilihat dari segi bentuknya membaca terbagi kedalam dua macam,

yaitu membaca intensif (Qira’ah mukatstsafah) dan membaca ekstensif

(Qira’ah muwassa’ah).

1. Membaca intensif yang mempunyai karakteristik sebagai

berikut :

a. Dilakukan dikelas bersama pengajar

b. Bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, utamanya

dalam membaca dan memperkaya penbendaharaan kata

serta menguasai tata bahasa yang dibutuhkan dalam

membaca.

c. Pengajar mengawasi dam membimbing kegiatan itu serta

memantau kemajuan peserta didik.14

2. Membaca ekstensi (Qira’ah muwassa’ah) yang mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

a. Kegiatan membaca dilakukan di luar kelas

b. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan

c. Sebelum kehiatan dilakukan pengajar mengarahkan,

menentukan materi bacaan dan mendiskusikannya.15

Berikut ini ada tujuan maharah al-Qira’ah, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus. Tujuan umum dari pembelajaran maharah al-

Qira’ah, yaitu :

14
Muhammad Ali Al-Khuli, Tadris al-lughah al-arabiyah. (Riyadh : al – Arabiyyah al –
Su’udiyyah, 1982)
15
Abd. Wahad, Memahami konsep dasar pembelajaran bahasa Arab, (Malang : UIN Maliki press,
2012), hlm 95
20

1. Mengenali naskah tulisan suatu bahasa

2. Memaknai dan menggunakan kosakata asing

3. Memahami informasi yang dinyatakan secara elsplisit dan

implisit

4. Memahami makna konseptual

5. Mamahami nilai komunikatif dari satu kalimat

6. Memahami hubungan dalam kalimat, antar kalimat, antar

paragraph

7. Menginterprstasi bacaan

8. Mengidentifikasi informasi penting dalam wacana

9. Membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang

10. Menentukan hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman.16

Adapun tujuan khusus dari pembelajaran maharah al-Qira’ah

adalah :

1. Tingkat pemula

a. Mengenali lambang-lambang (simbo-simbol) bahasa

b. Mengenali kata dan kalimat

c. Menemukan ide pokok dan kata-kata kunci

d. Menceritakan kembali isi bacaan pendek

2. Tingkat menengah

a. Menemukan ide pokok dan ide penunjang

b. Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan

3. Tingkat lanjut
16
Ibid, hlm 163
21

a. Menemukan ide pokok dan ide penunjang

b. Menafsirkan isi bacaan

c. Membuat inti bacaan

d. Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan

Ditinjau dari segi tujuan umum, maharah al-Qira’ah, penelitian ini

lebih difokuskan pada tujuan mengenali naskah tulisan suatu bahasa,

memaknai dan menggunakan kosakata asing, dan dari segi tujuan khusus

maka penelitian ini di fokuskan pada tujuan mengenali lambang-lambang

(symbol-simbol) bahasa, serta mengenali kata dan kalimat. Begitu juga

dalam penelitian ini maharah al-Qira’ah lebih di tekankan pada

keterampilan membaca siswa pada aspek mengubah lambang tulis menjadi

lambang bunyi dengan cara membaca keras, yang akan ditekankan pada

keterampilan membaca dengan :

1. Menjaga ketetapan bunyi bahasa arab dari segi makhraj

2. Lancar, tidak terulang-ulang

3. Memperhatikan tanda baca atau tanda grafis.

B. Tinjauan pustaka

Setelah melakukan pengamatan dan penelusuran terhadap berbagai

literatur hasil penelitian yang relevan, berikut beberapa hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini :

Pertama, skripsi karya Eka Tresnasih mahasiswa jurusan PBA

fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga, tahun 2015
22

yang berjudul Efektifitas Pembelajaran Amtsilati dalam Meningkatkan

Maharah Qira’ah Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri Cijantung

Ciamis. Skripsi ini meneliti tentang proses pembelajaran Amtsilati

terhadap maharah al-Qira’ah siswa kelas XI di MAN Cijantung Ciamis,

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pembelajaran amtsilati sangat

efektif dalam meningkatkan maharah al-Qira’ah siswa, hal ini dibuktikan

dengan hasil post-test 82.67.17

Kedua, Skripsi Karya Lili Suryani Mahasiswa jurusan PBA

fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, tahun 2009 yang berjudul

Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an Sebagai Media Untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Teks Arab Siswa Kelas X MAN Godean Sleman

Yogyakarta.

Skripsi ini meneliti tentang ada tidaknya peningkatkan kemampuan

membaca teks bahasa arab siswa dengan menggunakan bahasa arab dalam

al-Qur’an sebagai media pembelajaran. Hasil penelitiannya menunjukan

terdapat peningkatan aktivitas belajar, dan media bahasa arab dalam Al-

Qur’an mempermudah siswa dalam membaca teks arab.18

Ketiga, Skripsi karya Ratna Maftuhatun mahasiswa jurusan PAI

Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijagatahn 2013 yang berjudul Pengaruh

Kegiatan Qira’ati terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Peserta

17
Skripsi Eka Tresnasih, Efektifitas Pembelajaran Amstsilati dalam Meningkatkan
Maharah Al-Qira’ah siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri Cijantung Ciamis, (Yogyakarta :
Perpustakaan UIN Sunan kalijaga, 2015), hlm viii
18
Skripsi Lili Suryani, Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an sebagai Media Untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Teks Arab Siswa Kelas X MAN Godean Sleman
Yogyakarta, (Yogyakarta : Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm viii
23

Didik Di SMK Ma’arif wates. Skripsi ini meliputi tentang pelaksanaan

program kegiatan qiroati dan seberapa besar pengaruhnya terhadap

kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik. Hasil penelitiannya

menunjukan adanya pengaruh positif kegiatan qiroati terhadap

kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik.19

Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh penulis

mempunyai perbedaan dengan penelitian yang diatas, baik dari segi lokasi

yaitu di SMA Muhammadiyah 5 Rancakek Bandung, dari segi subjek

penelitian yaitu kelas X SMA Muhammadiyah 5 Rancaekek, dan dari segi

objek penelitian yaitu kemampuan membaca al-Qur’an dan maharah al-

Qira’ah dengan materi buku paket siswa semester genap.

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu kemampuan

membaca al-Qur’an sebagai variabel bebas dan Maharah al-Qira’ah

sebagai variabel terikatnya. Dalam hal ini penelitian akan menjelaskan

hubungan antara dua variabel tersebut.

Berdasarkan landasan teori yang telah di proses di atas, maka

kerangka berpikir dapat dirumuskan bahwa kemampuan membaca Al-

Qur’an dapat memperbaiki proses belajar siswa. Maka dari itu kerangka

berpikir dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :

Kegiatan Belajar
19 Mengajar
Skripsi Ratna Maftuhatun Pengaruh Kegiatan Qiroati Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Peserta Didik di SMK Ma’arif Wates, (Yogakarta : Perpustakaan UIN Sunan
Kalijaga,2013), hlm x
24

Siswa/Siswi Siswa/Siswi
Muhammadiyah 5 Muhammadiyah 5
Rancaekek Rancaekek

Tes kemampuan Hasil Tes kemampuan


membaca al-Qur’an membaca al-Qur’an

Tes Pengetahuan Tes Pengetahuan


Tajwid Membaca

D. Hipotesis

1. Hipotesis nol (H0)

Tidak ada pengaruh yang disignifikasikan antara kemampuan

membaca al-Qur’an siswa dengan maharah al-Qira’ah siswa kelas X

Mia dan X Iis SMA Muhammadiyah 5 Rancaekek Bandung.

2. Hipotesis alternatif (Ha)

Ada pengaruh yang signifikasikan antara kemampuan membaca al-

Qur’an siswa dengan Maharah al-Qira’ah siswa kelas X Mia dan X Iis

SMA Muhammadiyah 5 Rancaekek Bandung.

Anda mungkin juga menyukai