Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktek Qiro’ah
Kelompok 4 :
Muhammad Masruri_2281131859
Asroful Anam_221131888
Sambas_2281131866
Muliasih_2281131873
Leni Sri Widyastuti_2281131861
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT., karena berkat rahmat dan
pertolongonnya kami bisa menyelesaikan penulisan makalah tentang hukum nun mati dan
tanwin ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW., keluarga beserta sahabatnya yang senantiasa berjuang dan mengikuti jejak
langkah beliau dalam menegakkan dan mensyiarkan agama Islam ini.
Kami sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalh ini, teman-teman satu kelompok, teman satu kelas dan terutama kepada
yang terhormat Ibu Husnul Khotimah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Praktek
Qiro`ah ini. Semoga segala bentuk kebaikannya dibalas oleh Allah SWT., dengan balasan yang
sebaik-baiknya.
Kami berharap, makalah ini bisa bermanfaat terkhusus bagi kami juga untuk mahasiswa
yang lain secara umum dalam mempelakari sebagian dari pelajaran tentang ilmu baca Al- Qur
an.
Akhir kata, kami memohon maf apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan yang kami miliki. Kami mengharapkan saran dan
kritik untuk kesempurnaan makalah ini.
Maret 2023,
Penulis
HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN
1. Pendahuluan
Dalam kajian materi Al-Qur’an Hadist dijelaskan bahwa bacalah Alqur’an
dengan baik dan benar, dengan suara yang lantang sehingga baik yang membaca
maupun yang mendengarkannya mendapatkan pahala, sehingga hukum membaca
nun sukun atau tanwin ini adalah bagian dari sistematika dalam membaca Al-
Qur’an agar baik dan benar, serta dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa hukum
mempelajarinya adalah Fardu Kifayah.1 Tujuan ilmu tajwid adalah supaya orang
dapat membaca ayat Al-Qur’an dengan fasih (terang dan jelas) dan cocok dengan
ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW, serta dapat menjaga lisan dari kesalahan
ketika membaca Al-Qur’an.2
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa arti tartil adalah
membaguskan bacaan huruf Al-Qur’an satu persatu dengan terang dan teratur,
mengetahui atau mengenal tempat-tempat wakafnya serta tidak terburu-buru dan
tidak terlalu cepat sehingga yang membaca dan mendengar mendapatkan
hikmahnya.
Nun Sukun menurut bahasa berarti yang tenang, mati dan tidak berharakat
“bergerak”, sedangkan tanwin menurut bahasa berarti pembenaran, pembetulan
atau koreksi. Secara istilah nun yang sukun atau mati baik ketika washal maupun
ketika waqf, baik berada pada fi’il (kata kerja), isim (kata benda) atau huruf (kata
penghubung). Nun sukun pada fi’il dan isim terdapat di tengah dan di akhir kata,
sedangkan nun sukun pada huruf hanya dijumpai di akhir kata saja. Tanwin menurut
istilah berarti ucapan atau bunyi nun sukun yang ditambahkan di akhir isim ketika
washal, karena itu tanwin secara tulisan bukanlah nun sukun dan tanwin ketika waqf
tidak dibaca nun sukun.3
2. Pembahasan
Hukum nun sukun dan tanwin ketika bertemu “jatuh sebelum” huruf
hijaiyyah ada lima yaitu idzhar khalqi, idhgam bighunnah,idhgam bilaghunnah,
ikhfa’ dan iqlab. Seseorang yang mempelajari bacaan nun sukun dan tanwin,
haruslah mengerti dan memahami arti dari bacaan tersebut serta mengenali huruf
1
Soeparjo, Ngadiyanto. Mutiara Akhlak Dalam Pendidikan Agama Islam,(Surakarta,Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2007) Hlm 98.
2
Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis Dan Lengkap. (Jakarta Bintang Terang : 2006) hlm 6.
3
Achmad Thoha Husein Al-Mujahid, Ilmu Tajwid “Pegangan Para Pengajar Al-Qur’an dan Aktifis
Dakwah. (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2014), hal 87.
hijaiyyah yang ada pada hukum bacaan tersebut, memahami bagaimana cara
membacanya dan sebab terjadinya hukum tersebut serta bisa menyimpulkan dan
menyebutkan bacaan yang ada pada bacaan nun sukun dan tanwin. 4
Hukum membaca nun sukun atau tanwin dibedakan menjadi lima macam,
yaitu:
a. Izhar Halqi
Izhar berarti jelas halqi adalah tenggorokan. Adapun yang dimaksud dengan
izhar halqi adalah apabila ada nun sukun ( ) نatau tanwin ( ٍ◌ ٌ◌ ٍ◌ ) bertemu
dengan huruf halqi dalam membaca Al-qur’an maka cara membacanya
adalah dengan terang dan jelas.
Achmad Thoha dalam bukunya ilmu tajwid mengatakan bahwa nun mati
atau tanwin tersebut wajib dibaca idzhar karena ia tidak dapat diidghomkan
pada huruf-huruf halqiyyah dan tidak dapat juga diikhfa’kan ketika bertemu
huruf-huruf halqiyyah sebab keduanya berjauhan makhraj dan jenis
keduanya pun berbeda karena nun sukun sebagaimana tanwin adalah huruf
berdengung, sedangkan huruf-huruf halqiyyah bukan huruf berdengung.
4
Ibid, hal 89
5
Sjazily Moesthafa, systematika tajwid menurut riwayat imam hafsiah. (Palembang, pendidikan khusus
Al-Qur’an:2009) hlm 19
ْون = ءRSNْ - CDEFGFةً ا ْوLM @اA
= هG]SFْ ِ – رG ٍف ھXY
= عdefْ – اGbً`a^ِ ً_`Fْ
@ن = حgْ hSْN – dً`DM Gbً`Eْ ^ِ
ْ @ن = غmnSْ`oA – Ga`Ej Gًk Gl`Fْ
= خd`ْ sr ْ ًا – واِ ْنLqِ Gr راGf
b. Idgham Bighunnah
Idgam artinya memasukkan, sedangkan Bigunnah adalah dengung maka
idgam bigunnah adalah apabila ada nun sukun ( ) نatau tanwin bertemu
dengan huruf Idgam Bigunnah dalam membaca Al-qur’an maka cara
membacanya adalah dimasukkan dengan dengung. Menurut pendapat
sjazily, adalah memasukkan atau menjadikan huruf mati (Nun atau Tanwin)
seperti huruf yang berbaris atau berkarakat, yang terletak di
hadapannya,atau menjadikannya seperti huruf yang bertasjid serta dengan
dengung. Hurufnya: ي ن م و
Idhghom bighunnah disebut juga idhghom naqish yakni idhghom yang tidak
sempurna karena nun mati atau tanwin padanya tidak masuk dan melebur
total pada huruf berikutnya melainkan masih menyisakan sifatnya yaitu
ghunnah. Contoh:
d. Iqlab
Secara bahasa berarti pengubahan, perubahan atau penggantian. sedangkan
menurut istilah mengganti nun sukun atau tanwin (ketika bertemu dengan
ba’) dengan mim yang masih tetap adanya suara ghunnah dan ikhfa’. Dapat
disimpulkan bahwa ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seseorang ketika
ia membaca iqlab, yaitu: mengganti nun sukun atau tanwin dengan mim,
membaca ikhfa’(menyamarkan) mim tersebut, membaca mim tersebut
dengan dengung. 6 Ketika iqlab, kedua bibir dirapatkan untuk mengeluarkan
bunyi dengan dibarengi dengung (sengau) yang keluar dari pangkal hidung,
kemudian ditahan sejenak kira-kira dua ketukan sebagai tanda bahwa disana
terdapat hukum iqlab.7
Imam Al-Mar’asyi, Sebagaimana dikutip oleh Achmad Thoha, mengatakan
bahwa arti dari mengifa’kan (menyamarkan) mim bukanlah menghilangkan
bunyi mim secara total, melainkan melemahkannya dan menutupinya
dengan memperkecil sandaran kepada makhrajnya (yakni dua bibir), karena
kuat dan munculnya sebuah huruf adalah disebabkan kuatnya sandaran
kepada makhrajnya.8
Ada tiga alasan yang dikemukakan oleh jumhur ulama’ tentang terjadinya
hukum iqlab, yaitu:
1) Karena huruf nun sukun dan tanwin mengandung ghunnah, sedang
untuk mengucapkan huruf ba’, bibibr harus tertutup, ini akan
mengakibatkan terhalangnya ghunnah apabila dibaca dengan idzhar.
6
Achmad Thoha Husein Al-Mujahid, Ilmu Tajwid “Pegangan Para Pengajar Al-Qur’an dan Aktifis
Dakwah. (Jakarta timur: Darus Sunnah Press, 2014 ). Hal 90.
7
Moh Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus. (Surabaya: Halim Jaya, 2007), hal 100.
8
Dikutip dalam Achmad Thoha Husein Al-Mujahid, Ilmu Tajwid “Pegangan Para Pengajar Al-Qur’an
dan Aktifis Dakwah. (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2014), hal 92
2) Antara huruf nun sukun dan tanwin dengan huruf ba’, berbeda
dengan makhroj dan sifat, karena itu ia tidak memenuhi syarat untuk
dibaca idghom.
3) Apabila dibaca dengan ikhfa’ juga tidak mungkin, karena berarti
masih diantara idzhar.
e. Ikhfa
Ikhfa’ secara bahasa menutupi atau menyembunyikan, sedangkan hakiki
menurut bahasa bersifat hakikat (sejati). Ikhfa’ hakiki menurut istilah
berarti mengucapkan nun sukun atau tanwin dengan tidak idzhar murni juga
tidak idhghom murni melainkan dengan keadaan tengah-tengah antara
idhzar dan idhghom dengan tanpa tasydid serta masih adanya ghunnah
padanya dengan panjang ghunnah kurang lebih dua harakat. Diantaranya
3. Penutup
Ibnu Mas‟ud imeriwayatkan, “Rasulullah SAW. berkata kepadaku
„Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah ilmu
kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Al Quran dan ajarkanlah
kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan
semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan pendapat antara dua orang tentang
suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorangpun yang dapat
menyelesaikannya.
Berawal dari hadits diatas, dapat difahami bahwa memahami Al-Quran
merupakan sebuah keharusan dan ini penting bagi umat Islam. Memahami Al-
Quran harung nmengetahui ilmu ketatabahasaan, bagaimana kalanya ketika harus
dibaca panjang, pendek, bahkan harus berhenti. Salah satunya adalah hukum nun
mati dan tanwin yang sudah kami bahas diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Soenarto, 2006. Pelajaran Tajwid Praktis Dan Lengkap. Jakarta Bintang Terang.
Achmad Thoha Husein Al-Mujahid, 2014. Ilmu Tajwid “Pegangan Para Pengajar Al-Qur’an dan
Aktifis Dakwah. Jakarta Timur: Darus Sunnah Press.
Moh Wahyudi, 2007. Ilmu Tajwid Plus. Surabaya: Halim Jaya.
Soeparjo, Ngadiyanto, 2007. Mutiara Akhlak Dalam Pendidikan Agama Islam, Surakarta,Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Sjazily Moesthafa,2009. systematika tajwid menurut riwayat imam hafsiah. Palembang, pendidikan
khusus Al-Qur’an.