Anda di halaman 1dari 9

Penulis

PERINTAH MEMBACA DALAM AL-QUR’AN (IQRA’)

Penulis ⃰ Lamhatul Aini ⃰Kholilatur Rohmah ⃰Lilis Maizatur Rahmawati

Tadris Bahasa Indonesia, IAIN Madura

Alamat surel: lamhatulaini040101@gmail.com

Abstrak

Kata Kunci: Tafsir perintah Iqra pada wahyu pertama bukanlah hal baru
dan telah banyak peneliti sebelumnya yang menelitinya
Membaca, al- dengan berbagai macam metode interpretasi, namun pada
Qur’an penulisan ini peneliti ingin melakukan pengembangan dengan
harapan bisa memberikan pengetahuan baru bahwa membaca
dapat membuka wawasan baru. Kata Iqra’ (bacalah)
sebenarnya bukan hanya diartikan dengan membaca sesuatu
yang berbentuk teks tertulis. Namun, mencakup lebih luas
pada memahami sesuatu.

Abstract

Keywords: The interpretation of Iqra's command on the first revelation is


not new and many previous researchers have examined it with
Read,al- various methods of interpretation, but at this writing the
Qur’an researcher wants to develop it in the hope that it can provide
new knowledge that reading can open new insights. The word
Iqra '(read) is actually not only defined by reading something
in the form of written text. However, it covers more broadly
on understanding something.

PENDAHULUAN
Membaca dalam ajaran Islam merupakan perintah Allah swt. Ayat pertama yang diturunkan
Allah swt. kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca. Menurut Muhammad
Abduh, perintah membaca bukan perintah taklifi (ketentuan hukum yang menuntut para
mukallaf atau orang yang dipandang oleh hukum cakap melakukan perbuatan hukum baik dalam
bentuk hak, kewajiban, maupun dalam bentuk larangan) melainkan perintah takwini (hukum atau
ketentuan yang berlaku dialam semesta yang tidak dapat dipengaruhi oleh tindakan manuisa)
yaitu hendaklah engkau menjadi seorang pembaca yang mahir dengan qudrat dan iradat-Ku.
Perintah membaca dan menulis dalam surat Al ’Alaq mempunyai makna bahwa dengan
membaca manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan. Perintah membaca dan menulis dalam

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
surat Al ’Alaq mempunyai maksud agar umat Islam khususnya, dan umat manusia pada
umumnya memiliki pengetahuan atau melek huruf dan melek informasi. Dengan memiliki
pengetahuan dan melek informasi manusia mampu menggenggam dunia.

METODE
Analisis ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Bagdan dan Taylor metodelogi
kualitatif merupakan prosedur analisis yang menghasilkan data deskriptif atau penjelasan berupa
data-data tertulis maupun tertulis dari masyarakat dan perilaku yang dapat dianalisis.
Jenis penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan penelitian yang
menggunakan cara mengumpulkan data-data pustaka yang dimiliki keterikatan dengan topik yang
dibahas, yang berasal dari sumber tertulis.
Analisis ini mengkaji tentang bagaimana sejarah perintah membaca dalam al-Qur’an
dimana masih banyak yang perlu dibahas dan perlu diketahui oleh teman-teman mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi membaca adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), mengeja
atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan, mengetahui, meramalkan, menduga, dan
memperhitungkan.
Menurut Quraish Shihab, kata iqra’ (membaca) memiliki arti menyampaikan,
menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-cirinya, dan sebagainya.
Membaca menurut Ensiklopedia Al-Qur’an adalah perintah membaca yang ditujukan
kepada nabi muhammad dengan disertai menyebut nama Allah atau meminta pertolongan-
Nya
Ensiklopedia Nasional Indonesia membaca memiliki arti mengalihkan data atau
berkas (file) atau peralatan masukan kedalam memori. Berkas biasanya tersimpan didalam
tempat penyimpanan sekunder. Peralatan masukan dapat berupa papan ketik atau alat
lainnya.
Dari dedinisi-definisi diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa membaca adalah
mengeja atau melafalkan apa yang tertulis didalam kertas(buku), Al-Qur’an atau alat
lainnya (mesin ketik, komputer, handphone, laptop) dengan mengetahui makna yang
terkandung dalam tulisan tersebut, serta didalam membaca senantiasa didasarkan kepada
kebesaran Allah SWT, karena sesungguhnya kemampuan manusia terbatas.

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
Penulis
Dalam arti yang lebih luas membaca menurut ajaran Al-Quran adalah membaca
ayat-ayat Allah SWT baik yang tersirat maupun yang tersurat dengan mengetahui makna
dan artinya serta mampu mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya.
Kata iqra’ terdiri dari huruf alif mahmūzah, qāf, rā’, dan hamzah, merupakan
kata perintah dari kata qara’a-yaqra’u berasal dari huruf qāf, rā’, dan hamzah. Ketiga
huruf ini secara leksikal membentuk kata yang mengandung arti membaca,
mengumpulkan, menjamu tamu, hamba yang zuhud, melahirkan atau hamil untuk
unta, dan haid untuk manusia. Sebelum mempelajari arti kata ini berdasar huruf
penyusunnya, kita harus mengenal karakteristik dan artikulasi masing-masing huruf
tersebut. Huruf qāf merupakan salah satu huruf yang mengalami perubahan artikulasi di
masa sekarang, ada sebagian yang mengucapkannya menyerupai huruf (‫ )ج‬kawasaan
Mesir [g], ada juga yang mengucapkannya menyerupai huruf hamzah. Setelah
melalui berbadai perdebatan, akhirnya linguis menyetujui bahwa huruf ini merupakan
kembaran huruf (‫ )ك‬namun tempat keluarnya lebih dalam mendekati tenggorokan.
Proses artikulasinya adalah seperti berikut: udara dari paru-paru yang mengalir
menuju kerongkongkongan sampai ujung tenggorokan. Di ujung tenggorokan terjadi
pertemuan antara pangkal lidah dengan langit-langit lunak di atasnya. Hasil dari
pertemuan kedua organ bicara ini adalah posisi lidah menjauh dari langit-langit
namun udara tertahan oleh pangkal lidah. Posisi klep pita suara saat mengucapkan huruf
ini terbuka menyerupai sigitiga sama kaki. Berdasarkan proses artikulasinya, dapat
diketahui karakter huruf (‫ )ق‬adalah hams, shiddah, istifāl, infitāḥ, iṣmāt, dan qalqalah.
Huruf ini oleh linguismodern disebut sebagai huruf velar yang berarti langit-langit lunak
atau lahawiyyah menurut linguis klasik. Karakter shiddah yang menandakan tertahannya
udara pada pengucapan huruf ini menunujukkan bahwa ia memiliki arti keras, kuat,
gerakan cepat, pemotongan, ketepatan dan ketetapan. Dari posisi ujung lidah yang tidak
menempel dengan langitlangit ketika mengucapkannya huruf ini juga mengandung arti
lemah, lembut. Berdasarkan rincian di atas, huruf qāf memiliki dominasi arti keras, kuat,
dan gerak. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan membaca, dibutuhkan
adanya gerakan, baik secara fisik seperti gerakan bibir, mata, dan lain sebagainya
ataupun non fisik berupa aktifitas berfikir.
Huruf kedua dalam kata ini adalah huruf rā’ yang mengalami proses artikulasi
sebagai berikut: udara mengalir dari paru-paru dan menggerakkan klep pita suara dan
terus mengalir sampai melewati tenggorokan dan mulut. Ketika sampai pada tempat
keluarnya yaitu ujung lidah yang bertemu dengan ujung langit-langit depan, udara
tertahan sementara kemudian mengalir kembali dengan pengulangan sebanyak dua

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
sampai tiga kali pertemuan antara ujung lidah dan gusi gigi depan atas bagian dalam dan
sekitarnya. Dari proses ini, diketahui bahwa huruf (‫ )ر‬memiliki karakter jahr.
mutawassiṭ, huruf ini juga memiliki sifat khusus yaitu inḥirāf. karena ketidak
tetapannya menjadi tebal atau tipis dan takrīr, karena untuk menghasilkan bunyi ini perlu
dilakukan pengulangan getaran di ujung lidah.
Menurut linguis klasik, huruf ini termasuk huruf dhalqiyyah yang berarti ujung lidah
dan menurut linguis modern disebut sebagai huruf alveolar yang juga berarti gusi.
Berdasarkan karakternya, sangat terlihat bahwa huruf ini menunjukkan arti gerakan,
guncangan, pengulangan, kembali. Tidak jarang huruf ini juga menunjukkan makna
ketetapan setelah adanya pergerakan, dan adanya pengulangan dalam ketetapan
tersebut. Dari karakternya yang bisa menjadi tarqīq menandakan huruf ini memiliki arti
kelembutan, dan kenikmatan. Jika diterapkan dalam arti membaca, peran huruf rā’ adalah
menunjukkan arti perlunya pengulangan dalam membaca untuk bisa sampai pada
pemahaman yang sempurna. Membaca cepat hanya akan mengantar pembaca pada
pemahaman secara global, dengan mengulang pembacaan si pembaca akan
menemukan satu atau dua kata inti lain yang belum terbaca pada pembacaan
sebelumnya. Huruf terkhir dalam kata ini adalah huruf hamzah. Huruf ini termasuk
dalam penjelasan huruf alif.
Huruf ( ‫ ) ا‬terbagi menjadi dua, mahmuzah (yang berharakat) dan layyinah (yang
berupa mad dan merupakan huruf vokal) Proses artikulasi huruf ini adalah udara dari
paru-paru tertahan oleh pita suara yang tertutup rapat sehingga tidak terdengar bunyi
apapun, ketika katup ini terbuka secara tiba-tiba maka yang muncul adalah bunyi letupan.
Oleh linguis modern huruf ini disebut sebagai huruf glottal yang berarti
kerongkongan, sedangkan menurut linguis klasik digolongkan sebagai huruf aqṣa al-
ḥalaq atau pangkal tenggorokan. Menurut linguis klasik huruf ini memiliki karakter jahr,
namun menurut linguis modern huruf ini bukan jahr juga bukan hams karena tampat
keluarnya adalah katup pita suara itu sendiri. Karakter lain yang dimiliki huruf ini
adalah shiddah, istifāl, infitāḥ, dan iṣmāt. Dari proses artikulasinya, huruf ini memiliki
potensi kuat untuk menunjukkan arti sesuatu yang kuat, dan nyata, kata perintah
dalam bahasa arab kebanyakan menggunakan huruf ini sebagai huruf tambahan, wazan
yang menunjukkan arti lebih dan kekaguman juga didahului dengan huruf ini.
Ada juga makna lembut, lemah, dan rendah, yang dimiliki oleh huruf ini
berdasarkan karakter istifāl dan infitāḥnya. Dari sini dapat difahami bahwa huruf
hamzah dalam kata qara’a menuntut adanya sikap realistis yang kuat. Pembaca

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
Penulis
diminta untuk bisa memilah dan memilih mana informasi yang realistis dan mana
yang tidak, dengan melakukan validitas data dan tidak mudah termakan oleh
informasi palsu.
Jika digabungkan, ketiga huruf yang menyusun kata ingin menjelsakan inti dari
aktifitas membaca adalah adanya gerakan, pengulangan, dan sikap realistis.
Maksudnya, ketika membaca seseorang harus melakukan gerakan dan usaha untuk
memahami apa yang dibaca, usahanya bisa dilakukan dengan melakukan
pengulangan dan perenungan yang lebih dalam. Selain memahami isi bacaan,
pembaca juga dituntut untuk melakukan konfirmasi validitas data, dan tidak menjadi
pembaca pasif yang hanya menerima tanpa ada usaha pembuktian. Kata perintah untuk
membaca pada wahyu pertama disini diawali dengan huruf alif mahmuzah yang seperti
telah dijelaskan di atas memiliki arti kuat dan nyata. Maksudnya, agar perintah ini
benar-benar dilaksanakan dan sangat dianjurkan. Alasan lain penggunaan alif
mahmuzah untuk memulai kata perintah adalah agar yang diperintah merasakan
tekanan ketika orang yang memerintah mengucapkan perintah dimulai dengan huruf
yang menyerupai bunyi gertakan.
Perintah pertama yang diberikan kepada Nabi adalah membaca padahal kondisi saat
itu tidak bisa membaca dan menulis. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan diri beliau
akan kedatangan wahyu-wahyu berikutnya.. Kalimat berikutnya memerintahkan agar
membaca diiringi dengan menyebut nama Tuhan yang telah memberikan nikmat
paling agung bagi manusia berupa penciptaan manusia dari segumpal darah.
Maksudnya adalah agar manusia bersyukur karena telah diciptakan dengan sebaik-baik
keadaan padahal mulanya ia hanya segumpal darah. Dan membaca atas nama Allah
merupakan salah satu bentuk syukur manusia kepada Penciptanya. Ayat selanjutnya
menyebutkan bahwa Allah adalah Dzat Maha Mulia yang telah mengajarkan pada
manusia segala yang tidak mereka ketahui dengan pena atau perantara lain. Secara tidak
langsung ayat ini ingin menjelaskan bahwa ilmu itu mulia dan memuliakan. Jika
dianalogikan, Allah adalah Dzat Maha Mulia, segala yang dimilikinya, yang
dilakukan bahkan kehendak-Nya tentu hal-hal yang mulia. Allah mengajarkan ilmu
menandakan bahwa Allah memiliki ilmu. Maka segala hal yang berkaitan dengan ilmu
termasuk hal-hal yang mulia baik berupa pencarian ilmu, pengajaran ilmu, juga ilmu itu
sendiri. Perintah membaca pada wahyu pertama tidak diiringi dengan penyebutan objek
bacaannya namun langsung disandingkan dengan kalimat yang menunjukkan
kekuasaan Allah dalam proses penciptaan, juga tanpa menyebutkan secara spesifikasi
kepada siapa perintah ini diberikan. Dari sini dapat difahami bahwa, kegiatan

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
membaca adalah sebuah kegiatan yang harus dilakukan oleh siapa saja dan pada
objek apa saja tanpa membedakan bidang keahlian, kegemaran, atau unsur yang lain.
Objek ini bahkan juga berlaku pada tanda-tanda alam, dan kehidupan manusia yang
merupakan bukti-bukti keagungan dan kekuasaan Allah sebagaimana yang tersirat
dalam wahyu pertama ini. Sesuai dengan kandungan wahyu pertama yang menjelaskan
perlunya iman untuk mendampingi ilmu, ayat di surat lain juga disebutkan bahwa
Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu.
B. Anjuran Membaca

Perintah membaca bersumber dari firman Allah Swt. Yang disampaikan


kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril di goa hira yang menjadi
perintah pertama dalam al-Qur’an yang mengandung perintah membaca. Allah Swt.
Berfirman dalam al-Qur’an : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manus ia apa yang tidak diketahui nya”, (RI, 1989a).
Ayat ini menjelaskan tentang perintah membaca dan dalam hadis Rasulullah Saw. Yang
diriwayatkan oleh Aisya yang mengandung Asbab Nuzul, asbabun Nuzul adalah
berita tentang adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari al -Qur’an kepada nabi
Muhammad Saw., baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat atau satu surah. Konsep ini
muncul karena dalam kenyataan eperti dituangkan dalam karya para ahli Biografi nabi,
sejarah al -Qur’an maupun sejarah Islam, diketahui dengan cukup pasti adanya situasi atau
konteks tertentu diwahyukannya s uatu firman. Asbab an-Nuzul adalah rangkaian dua
kata dari bahasa Arab. Asbaab secara harfiyah berasal dari lafaz ( assababu ) yang
jamaknya adalah ( sabaabun) yang berarti suatu hal yang selalu bersambung atau ada
hubungannya dengan yang lain. Al-nuzul (an-nuzulu) adalah jamak dari kata nazala (
nazala )yang berarti sesuatu yang turun dari hal yang lebih tinggi kepada hal yang
lebih rendah. Secara etimologi berarti sebab, alasan, illat, perantaraan, wasilah,
pendorong, tali kehidupan, persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber
dan jalan. Iqra’ (kata perintah) berarti bacalah! berasal dari kata qara’a yang mengandung
pengertian membaca, mempelajari, menela’ah, meneliti dan mengumpulkan, (Asrori,
2012).
Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti memghimpun.
Apabila anda merangkai huruf atau kata kemudian anda mengucapkan rangkai tersaebut,
anda telah menghimpunnya, yakni membacanya. Dengan demikian, realisasi perintah

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
Penulis
tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tdak pula
harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.
Ayat ini mengandung perintah untuk membaca, menulis dan menuntut ilmu,
sebab ketiganya merupakan syiar agama Islam. Maknanya, bacalah al-Qur’an hai
Muhammad dimulai dengan nama tuhanmu yang menciptakan segala mahluk dan seluruh
alam semesta . Tema utama surah ini adalah perlunya membaca apa yang tertulis da n apa
yang terhampar di alam raya ini, dan bahwa Allah Swt. adalah sumber ilmu yang
menganugrahkannya kepada manusia secara langsung maupun tidak langsung. Jika ini
mengharuskan manusia untuk bersyukur dan mengabdi kepada Allah Swt., karena
kalau tidak, maka yang menggabungkan terancam siksanya. Muhammad Abduh
memahami perintah membaca disini bukan sebagai beban tugas yang harus dilaksanakan
sehingga membutuhkan objek, tetapi ia adalah amr takwini yang mewujudkan
kemampuan membaca secara actual pada diri pribadi nabi Muhammad Saw.
Pendapat ini dihadang oleh kenyataan bahwa setelah turunnya perintah ini pun nabi
Muhammad Saw. Masih tetap di namai al-Qur’an sebagai seorang Ummy (tidak pandai
membaca dan menulis), disis lain jawaban nabi kepada jibril ketika itu tidak mendukung
pemahaman tersebut. Dalam penafsiran lain mengatakan bahwa: “Bacalah wahai
Muhammad dengan mengingat Tuhanmu yang menciptakan kemudian menjelaskanlah
yang menciptakan”. Makna ayat, ”Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang
menciptakan,” adalah bacalah dengan memohon pertolongan dengan menyebut nama
Allah Swt. yang menciptakan segala sesuatu. Ini adalah surat yang pertama kali
diturunkan kepada Rasulullah Saw. pada masa awal kenabian, ketika beliau belum
mengetahui apa itu Al-Kitab dan apa itu iman. Huruf (‫ )ب‬ba’ pada kata bismi ada
yang memahaminya sebagai fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan
demikian ayat tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara
ulama memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah
menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu
pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan. Kata khalaqa memiliki sekian
banyak arti antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh
terlebih dahulu), mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek
khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana iqra’ bersifat
umum dengan demikian, allah adalah pencipta semua makhluk.
Membaca telah ditegaskan dalam kitab suci Al-Qur’an. Perintah membaca didalam
Al-Quran disebutkan tiga kali dalam bentuk fi’il Amar yaitu dua kali dalam surah Al-Alaq
ayat 1 dan 3. Pengulanagan kata Iqra’ didalam surah ini menunjukkan abhawa perintah

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
membaca merupakan hal yang begitu penting bagi kehidupan manusia. Muhammad
Quraish Shihab memberikan penjelasan bahwa membaca berarti seseorang melakukan
aktifitas menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan
menghimpun ilmu pengetahuan dan informasi yang diperoleh oleh seseorang. Aktivitas
membaca, menelaah, meneliti, mendalami, menghimpun, memungkinkan seseorang untuk
mendapatkan pengetahuan dan informasi. Pengetahuan yang diperoleh dari membaca
dapat berupa berbagai ilmu pengetahuan baik pengetahuan ilmua agama. Hal ini
menunjukkan bahwa obyek dari sebuah bacaan adalah mencakup segala yang dapat
terjangkau, baik ia merupakan bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun bukan,
baik ia menyangkut Ayat-ayat yang tertulis maupun tidak tertulis.
Dalam ayat ini iqra’ bismi Rabbik, tidak hanya sekedar memerintahkan untuk
membaca, akan tetapi membaca adalah ;lambang dari segala apa yang dilakukan oleh
manusia, baik yang sifarnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan
semangatnya ingin menyatakan “bacalah” demi tuhanmu, bergeraklah demi tuhanmu dan
bekerjalah demi tuhanmu. Dalam wahyu pertama yang difirmankan oleh Allah swt kepada
nabi Muhammad Saw ditegaskan bahwa perintah Allah pertama kali kepada manusia
adalah membaca. Perintah tersebut memberikan pengertian bahwa membaca adalah kunci
untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini. Membaca merupakan
kewajiban individu, karena dengan membaca dapat terhindar dari kesalahan, dengan
membaca senantiasa terbimbing untuk berbuat yang benar, berarti membaca dapat
diartikan sebagai suatu langkah untuk menganalisa sesuatu yang lebih jauh kedepan.
Membaca adalah metode yang tepat untuk menghindar dari kesalahan, sebab dengan
membaca terlebih dahulu maka akan memahami sesuatu mengebnai apa, kapan, mengapa,
di mana, dan bagaimana sesuatu. Pengajaran atau pembelajaran yang diterima oleh Nabi
Muhammad Saw. Hendaknya dijadikan teladan bagi umatnya agar memiliki keterampilan
membaca sehingga manusia (umat islam) akan mendapatkan ilmu pengetahuan dak
teknologi sereta membawa perubahan dan peradaban umat Islam.
Keterampilan dan kemampuan membaca harus diupayakan melalui pendidikan, baik
formal maupun pendidikan non formal. Menurut Broughtan dalam Tarigan keterampilan
membaca mencakup tiga komponen yaitu: pertama, pengenalan terhadap aksara dan
tanda-tanda baca, kedua, korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur
linguistik formal, dan ketiga, membaca pada hakekatnya merupakan keterampilan
intelektual.

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021
Penulis

KESIMPULAN
Dalam kamus besar bahasa indonesia definisi membaca adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanhya dalam hati),
mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan, mengetahui, meramalkan,
menduga, dan memperhitungkan. Menurut Quraish Shihab, kata iqra’(membaca)
memiliki arti menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-
cirinya, dan sebagainya. Membaca menurut Ensiklopedia Al-Qur’an adalah perintah
membaca yang ditujukan kepada nabi muhammad dengan disertai menyebut nama Allah
atau meminta pertolonganNya. Perintah membaca bersumber dari firman Allah Swt.
Yang disampaikan kepada nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril di goa
hira yang menjadi perintah pertama dalam al-Qur’an yang mengandung perintah
membaca. Allah Swt. Berfirman dalam al-Qur’an : “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manus ia apa yang tidak diketahui nya”,
DAFTAR RUJUKAN
Dirwan, dkk. Perintah Membaca dalam Al-Qur’an Perspektif Pendidikan (Surah Al-Alaq).
Alfikr: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 4, No. 2, Desember 2018, h. 34~47. ISSN
2088-690X.
Mustolehudin. Tradisi Baca Tulis Dalam Islam Kajian Terhadap Teks Al-Qur’an Surah Al
‘Alaq Ayat 1 – 5. Jurnal “Analisa” Vol. 18, No. 01, Januari - Juni 2011.
Siti Rohmatul Ummah. Relevansi Perintah Iqra’ Pada Wahyu Pertama Bagi Masyarakat
Modern. Pancawahana: Jurnal Studi Islam. Vol.12, No.1, April 2017. ISSN: 2579-
7131.

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.2, 2021

Anda mungkin juga menyukai