Anda di halaman 1dari 8

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Nama Mahasiswa : ISKANDAR ZULKARNAIN, S.Pd.I.


B. Judul Modul : QUR’AN HADIS
C. Kegiatan Belajar : AL-QUR’AN DAN METODE MEMAHAMINYA
(KB.1)
D. Refleksi Pribadi :

PETA KONSEP
AL-QUR'AN
Pengertian
Karakteristik
Ayat-ayat al-
Qur'an

TAFSIR
Terjemah
Pengertian
Pengertian
AL-QUR'AN DAN METODE Komponen
Jenis-jenis
MEMAHAMINYA Pendukung
Terjemah
Tafsir
Contoh
Contoh
Terjemah
Penafsiran

Takwil
Pengertian
Ketentuan
Takwil
Contoh Takwil
Al-Qur'an adalah firman Allah yang ditrunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai mukjizat melalui malaikat jibril,
dituliskan dalam berbagai mushaf, disampaikan secara
mutawatir yang akan bernilai ibadah bagi yang
membacanya, diawalai dari surah al-fatihah dan diakhiri
dengan surah an-Naas

dalam fungsinya sebagai petunjuk, ayat-ayat al-Quran


terrbagi kepada dua sifat, yakni muhkamat dan
mutasyabihat

-ayat-ayat al-Quran yang bersifat sebagai muhkamat adalah


ayat al-Qur'an yang jelas maknanya, dapat diketahui
maksud dari ayat-ayat al-Qur'an tersebut tanpa penafsiran
lebih lanjut
AL-QUR'AN

Menurut Manna’ Al-Qaththan, secara terminologi muhkam


adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya,
mengandung satu makna dan dapat diketahui secara
langsung tanpa memerlukan keterangan lain

Menurut Zarkasy ayat mutasayabih adalah ayat yang secara


lahiriah teksnya sama namun memiliki perbedaan makna.
Adapun menurut para mutakalimin ayat mutasyabih adalah
ayat yang tidak bisa dipahami secara tekstual dan harus
ditakwilkan untuk medapatkan maknanya yang benar.

Pengelompokan ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat


mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat dalam
menentukannya. Bisa jadi satu ayat yang tergolong
mutasyabihat oleh ulama yang satu sementara oleh lain
malah digolongkan sebagai ayat yang muhkamat.

Seperti halnya kata Jannah dan Nar dalam al-Qur'an


mayoritas ulama berpendapat bahwa kata-kata tersebut
tergolong sebagai ayat yang muhkamat, sementara agi
ulama yang lain menggolongkan ayat yang mengandung
makna tersebut kedalam ayat-ayat mutasyabihat karena
mereka beranggapan bahwa narasai tentang surag atau
neraka masih bersifat metafora

al-Raghib al-Ashfahani membuat kriteria bagi ayat-ayat


mutasyabihat adalah ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat
maknanya, seperti ayat seputar kiamat; dan ayat-ayat yang
hanya bisa diketahui maknanya dengan bantuan ayat
muhkamat, hadis sahih atau disiplin ilmu lain, seperti ayat
yang lafalnya terlihat aneh dan hukum-hukumnya tertutup.
Sementara ayat-ayat muhkamat menurutnya adalah ayat-
ayat yang tidak termasuk ke dalam kategori mutasyabihat.

perlu diketahui bahwa dalam memahami kandungan Al-


Qur’an dapat menggunakan beberapa cara, yaitu tafsir,
takwil, dan terjemah. Walaupun terjemah bukan
merupakan metode memahami Al-Qur’an karena hanya
sebatas pengalihbahasaan, tetapi terjemah dianggap
sebagai salah satu upaya untuk mengantarkan pemahaman
dasar dari Al-Qur’an bagi orang awam.
Subhi al-Shalih: tafsir adalah sebuah ilmu yang diperuntukkan untuk
menjelaskan makna-makna ayat al-Qur'an, menggali hukum-hukum
dan hikmahnya

Pengertain tafsir menurut para ahli:


1.‘Ali al-Shabuni bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang
Al-Qur’an dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai
dengan kemampuan manusia.
2. al-Kilabi bahwa tafsir adalah menjelaskan Al-Qur’an,
menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki
dengan nasnya atau dengan isyaratnya atau tujuannya
3. Syekh al-Jazairi, tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafaz
yang sukar dipahami oleh pembaca dengan mengemukakan lafaz
sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan
mengemukakan salah satu makna semantic (dilalah) lafaz tersebut.
TAFSIR

Dalam menafsirkan al-Qur'an dari sisi teksnya ada beberapa disiplin


ilmu yang harus dikuasai oleg mufassir: bahasa Arab, sejarah, imu
hadistm dan ulumul Qur'an. sedangkan untuk memahami ayat al-
Qur'an jika ditinjau dari segi konteksnya seorang mufassir harus
mengeathui asbabun nuzul, pemaham lain yang diutuhkan lain
adalah mengetahui tempat turunnya ayat tersebut, apakah tergolong
makkiya atau madaniah.

selain itu, pemahaman lain yang diperlukan oleh seorang mufassir


adalah menguasai ilmu qiraat.krena perbedaan cara membaca pada
kata atau ayat al-Qur'an akan mempengaruhi makna yang
ditimbulkannya. sebab dengan pengetahuan qiroah yang baik maka
mufassir akan dapat mengetahui makna hukum yang terkandung di
dalam ayat atau kata yang ditafsirkan tersebut
secara sederhana takwil dapat dipahami sebagai salah satu cara
untuk menjelaskan makna yang tidak jelas pada al-Qur'an

Takwil berbeda dengan tafsir sekalipun keduanya menjelaskan


maksud dari sebuah pernyataan dalam Al-Qur’an. Tafsir pada
praktiknya menjelaskan makna ekspilisit tekstual dan terikat
dengan pemahaman bahasa sementara takwil mengungkap makna
secara implisit dinamis, dan terikat dengan konteks yang beragam.
Takwil

Dengan demikian dapat dipahami bahwa takwil adalah metode tafsir


yang diperluas dengan upaya untuk mengkontekstualisasikan
pemahaman tersebut dengan dinamika kehidupan umat manusia.
Tafsir dan ta’wil, keduanya adalah metode penting yang perlu
dilakukan dalam memahami makna Al-Qur’an.

perbedaan cakupan antara tafsir dan takwil, Al-Raghib al-Ashfahani


dalam kitab Mufradat Alfadzi al-Qur’an mengemukakan bahwa tafsir
lebih umum daripada takwil. Tafsir lebih banyak digunakan dalam
kata dan kosakatanya. Sedang takwil banyak digunakan dalam
makna dan susunan kalimatnya. Takwil lebih banyak digunakan
dalam Al-Qur’an, sedang tafsir tidak saja digunakan dalam Al-Qur’an
tetapi juga dalam kitab-kitab lainnya

Takwil yang hanya berdasarkan akal saja tanpa mempertimbangkan


aspek kebahasaan hukumnya terlarang, karena memungkinkan
maksud yang digagas keluar dari makna dasarnya. Takwil yang
diakui adalah yang bertolak dari pemahaman teks, pemahaman
konteks historis, dan pemahaman realitas kekinian. Namun
demikian, tidak bisa setiap mufasir mengklaim bahwa tafsir atau
takwilnya yang benar, karena menyadari relativitas pemahaman
mereka selalu menutup tafsir mereka dengan ungkapan wallahu
a’lam bi muradi bih (Allah lebih tahu maksudnya).
Terjemah menurut bahasa juga berarti salinan dari satu bahasa ke
bahasa lain, atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari
suatu bahasa ke bahasa lain. Selain itu, berarti pula memindahkan
lafal dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain.

Mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain


dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan tersebut.
Terjemah

Al-Shabuni mendefinisikan terjemah Al-Qur’an adalah


memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa
Arab kemudian mencetak terjemah ini ke beberapa naskah agar
dapat dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab agar orang
yang tidak benar-benar memahami bahasa arab dapat memahami
pesan atau makna dasar dari ayat al-Qur'an itu.

Penerjemahan ayat al-Qur'an dapat dibedakan menjadi dua , yakni


terjemah harfiyyah dan tafsiriyyah.

Sementara itu menurut Muhammad Husayn al-Dzahabi


membedakan terjemah harfiyyah ke dalam dua metode, yakni
terjemah harfiah bi al-mitsil dan terjemah harfiyyah bi ghayr al-
mitsil. Metode pertama adalah terjemahan yang dilakukan apa
adanya yang terikat oleh susunan dan struktur bahasa asal yang
diterjemahkan. Sementara metode kedua merupakan terjemahan
yang lebih longgar keterikatannya dengan susunan dan struktur
bahasa asa yang diterjemahkan

Adapun terjemah tafsiriyyah atau terjemah ma’nawiyyah, yaitu


menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat
dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan
kalimatnya. Dalam bahasa sederhana, terjemah ini dikenal dengan
istilah terjemah bebas. Sementara terjemah harfiyyah disebut
dengan terjemah leterlek.
beberapa tokoh bahasa yang menegaskan
bahwa dalam terjemahan selalu ada
simplifiksi dan distorsi makna.

Terkait pembacaan Al-Qur’an, simplifikasi


dan distorsi terjemahan secara umum dapat
Lanjutan: Terjemah

disebabkan beberapa hal, di antaranya:

a. Tidak semua kata dalam suatu bahasa dapat


diterjemahkan secara tepat atau utuh ke dalam bahasa lain,
termasuk Al-Qur’an. Ini dikarenakan setiap bahasa
memiliki batas-batas makna masing-masing. Contoh
kata;anta dan anti (mudzakkar dan muannats) dengan
terjemah kamu, anda atau engkau tidak dapat mewakili
secara utuh makna dari teks. Demikian juga misalnya kata
insanun dan basyarun tidak dapat secara utuh diwakili
oleh terjemah kata manusia
Keterbatasan seorang penerjemah dalam melakukan
pilihan kata yang tepat dan dalam penguasaan struktur
bahasa yang digunakan.
c. Latar belakang budaya yang berbeda pada setiap bangsa
akan membentuk karakteristik bahasa yang berbeda.

Kebenaran Al-Qur’an bersifat mutlak, sementara


kebenaran tafsir, takwil dan terjemah bersifat relatif
karena berdasarkan pikiran manusia. Jika demikian,
maka begitupun dengan Pendidikan Agama Islam harus
mengajarkan keterbukaan pada beragam perbedaan
pemahaman. Pendidikan Agama Islam harus dapat
menyajikan doktrin dan dogma yang bersifat teologis
dengan menggunakan pendekatan antroposentris,
sehingga doktrin tersebut dapat disikapi secara dinamis
dalam ruang sejarah manusia. Seperti halnya al-Qur’an
yang dibaca sebagai insiprasi peradaban, maka PAI
harus dapat menginspirasi siswa untuk membangun
peradaban yang damai, maju, bermartabat, dan
sejahtera”.
Jika melihat uarain di atas dapat ditarik kesimpulan:

1. Al-Qur’an dalam fungsinya sebagai petunjuk yang di dalamnya terdapat dua


sifat ayat-ayat al-Qur’an yakni bersifat muhkamat dan mutsyabihat
2. Dalam memhami ayat-ayat al-qur’an secara lebih jelas maka ayat-ayat al-Qur’an
perlu ditafsirkan lebih dahulu agar diketahui apa hukum, hikmah yang
terkandung dalamnya.
3. Selain itu, upaya lain yang dilakukan oleh mufassir adalah dengan cara takwil,
dan juga melakukan penerjemahan terhadap ayat-ayat al-qur’an terseut.

Anda mungkin juga menyukai