Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nera Kumala Sari

Kelas : Reguler Malam Bimbingan & Konseling

Npm : 2002020001

Mata Kuliah : Pendidikan Al-Qur’an

Dosen Pengampu: Bapak Dr. Suherman Djamaluddin, M.M.Pd.

*TUGAS PENDIDIKAN AL-QUR'AN*

● PENDAHULUAN ●

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an
bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami
ajaran islam secara sempurna diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.

● PENGERTIAN AL-QUR'AN ●

Dalam pembahasan tentang arti al-Qur‟an akan ditinjau dari dua segi, yaitu arti al-Qur‟an
menurut bahasa (etimologi) dan arti al-Qur‟an menurut istilah (terminologi).

 Al-Qur‟an menurut bahasa (etimologi) • Dikemukakan oleh Subhi As Shalih, “Al-


Qur’an berarti ‘’bacaan‟, asal kata qara’a. kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan
arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Sedangkan di dalam Al-Qur‟an sendiri ada
pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam surah Al-
Qiyaamah ayat 17-18 yang berbunyi :

‫إِإَّن َع َلْيَن ا َجْمَع ۥُه َو ُق ْر َء اَن ۥُه‬, Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. ( ayat 17 ).

‫ِاَذ ا َقَر ۡا ٰن ُه َفاَّتِبۡع ُقۡر ٰا َنٗه‬, Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu. (ayat 18).
 Al-Qur’an menurut istilah (terminologi) •

Adapun definisi Al-Qur’an ialah “kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan yang ditulis di mushaf dan
diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah”. Al-Qur’an diturunkan
secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 13 tahun di Mekkah
dan 10 tahun di Madinah. Para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode,
yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.

- Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian RasulullahSAW dan


surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah.

- Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10
tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.Kitab suci Al-
Qur’an diawali surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas yang berjumlah 30
juz, 114 surah dan 6666 ayat yang diturunkan kepada Muhammad saw dan disampaikan
kepada umatnya hingga sekarang ini dengan jalan mutawatir lagi berbahasa Arab, sebagai
pedoman hidup dalam kehidupan manusia, khususnya bagi umat Islam.

PENGERTIAN AL-QUR'AN MENURUT PENDAPAT PARA ULAMA

Banyak Pendapat para ‘Ulama mengenai definisi dari Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut :1.
As Sayuthy dalam kitab Al Itqan : Watas arti kata Al Qur’an ialah, “Kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, yang tidak dapat ditandingi oleh yang menentangnya, walaupun
sekedar sesurat saja dari padanya.” Sebagian Mutaakhirin menambahkan : “Yang kita beribadat
dengan mentilawatkannya.” 2. Asy Syaukani dalam kitab Al Irsyad : Yang lebih utama
dikatakan, “Al Qur’an itu Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang
ditilawatkan dengan lisan, lagi mutawatir penukilannya.”

● PENGERTIAN TAFSIR ●

 Sejarah singkat perkembangan tafsir


Allah swt menurunkan al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat manusia yang sesuai
dengan fitrah-nya. Ia turun membawa hukum-hukum dan syari‟at secara berangsur-angsur
menurut konteks peristiwa dan kejadian dalam kurun waktu lebih dari dua puluh dua tahun.
Namun, hukum-hukum dan syari'at ini tidak dapat dilaksanakan sebelum arti, maksud dan
inti persoalannya betul-betul dimengerti dan dipahami. Maka dari itu, Nabi saw selalu
menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang arti dan kandungan al-Qur’an, di jabarkan
maksudnya yang bersifat global, menjelaskan artinya yang samar-samar, dan memecahkan
berbagai problema yang mereka hadapi, sehingga tidak ada lagi keraguan dan kerancuan di
benak para sahabat.

Ada 2 pengertian Tafsir yaitu secara Etimologi dan Terminologi yaitu :

▪︎Secara Etimologi

Tafsir secara etimologi mengikuti wazan taf’il, berasal dari kata *Fasr* yang berarti : al-idah , al-
sharh, dan al-bayan (penjelasan atau keterangan), Ia juga berarti al-ibanah (menerangkan), al-
kashf (menyingkap) dan izhar al-ma’na al-ma’qul (menampakkan makna yang rasional). Dari
beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa tafsir secara etimologis dapat dipakai untuk
menyingkap sesuatu yang bersifat indrawi dan dapat pula digunakan untuk menyingkap sesuatu
yang bersifat maknawi (makna rasional dari suatu teks).

▪︎Secara Terminologi

Sedangkan tafsir secara terminologi, ada beberapa definisi yang berkembang dalam rumusan
para pakar Ulum al-Qur’an. Al-Zarkashi mendefinisikan tafsir dengan: Ilmu untuk memahami
kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., menerangkan makna-maknanya,
mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya. Sementara itu, Mustafa Muslim,
memberikan definisi tafsir dengan “ilmu untuk menyingkap makna ayat-ayat al-Qur’an dan
menjelaskan maksud firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia”. Dari beberapa definisi
yang dikemukakan di atas, perlu digarisbawahi bahwa tafsir adalah upaya untuk menjelaskan
tentang arti atau maksud dari firman-firman Allah SWT sesuai dengan kemampuan manusia
(mufassir),” dan sebagai konsekuensi dari perbedaan latar belakang keilmuan dan kemampuan
yang terdapat pada masing-masing mufassir, maka keanekaragaman penafsiran tidak dapat
terelakkan. Dalam hal ini, para sahabat Nabi SAW sekalipun, yang secara umum menyaksikan
turunnya wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan
arti kosakatanya, tidak jarang berbeda pendapat dalam pemahaman mereka tentang maksud
firman-firman Allah SWT yang mereka dengar atau yang mereka baca itu. Dengan demikian
pernyataan yang menegaskan bahwa “yang paling paham dan mengerti tentang maksud dari
suatu perkataan adalah orangnya sendiri”, nampaknya juga berlaku bagi al-Qur’an. Sedangkan
yang bisa dilakukan oleh orang yang mengkaji dan menelaahnya adalah sebatas berupaya
dengan sungguh-sungguh serta mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk
memahami maksud-maksud yang terkandung dalam ayat-ayatnya. Kemudian apakah
pemahaman yang telah dihasilkan dari upaya maksimal tersebut benar atau salah, hal itu berada
di luar kemampuan manusia.

● PENGERTIAN TA'WIL ●

▪︎Ta'wil menurut bahasa▪︎ berasal dari kata *al awwala yang berarti al ruju yang berarti kembali*
Oleh karena itu, ia juga dapat berarti mengembalikan ayat kepada makna yang dikandungnya. Di
dalam kamus kata ta'wil berarti ungkapan atau penjelasan suatu pandangan. Dikatakan pula
bahwa ia diambil dari kata aul yang kembali dan berpaling. Ada juga yang dirasa diambil dari
kata ail yang berarti memalingkan, yaitu memalingkan dari makna yang zhahir kepada sesuatu
makna yang dapat diterima olehnya.
Menurut pendapat yang masyhur, kata ta'wil dari segi bahasa adalah sama dengan pengertian
tafsir, yaitu menjelaskan dan menerangkan. Dengan demikian, ta'wil bisa mempunyai arti
sebagai berikut:

a. Kembali atau mengembalikan, mengembalikan makna pada yang sebenarnya.

b. Memalingkan, yakni memalingkan suatu lafadz tertentu yang mempunyai sifat khusus dari
makna zhahir ke makna bathin, hal ini karena ada ketetapan dan keserasian dengan maksud yang
dituju.

c. Mensiasati, yakni dalam lafadz-lafadz tertentu atau kalimah-kalimah yang mempunyai sifat
khusus memerlukan siasat yang jitu untuk menemukan makna yang setepat-tepatnya.

Dari beberapa pengertian mengenai ta'wil diatas dapat dikatakan bahwa pengertian bahwa
ta'wil adalah mengembalikan suatu lafadz kepada makna ghayah yang dimaksud oleh
kandungannya. Sedangkan pengertian ta'wil menurut istilah beberapa pandangan, diantaranya▪︎:

a.As Said al-Jurjany mengatakan: Ta'wil ialah memalingkan lafadz dari makna yang zhahir
kepada makna yang muhtamil, sajian makna yang muhtamil itu tidak berlawanan dengan Al
Quran dan As Sunnah.

b. Pendapat para ulama: Ta'wil berarti mengembalikan sesuatu pada ghayahnya, yakni
menerangkan apa yang ada di sana.

Dari beberapa pandangan tersebut di atas, dapat disangkal bahwa ta'wil secara istilah
menafsirkan kalimat dan menjyelaskan maksudnya, baik yang sesuai zhahirnya ayat maupun
tidak.
● PERBEDAAN TAFSIR DENGAN TA'WIL ●

Para ulama yang berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua kata tersebut. Berdasarkan
pembahasan diatas tentang makna tafsir dan ta'wil, diantaranya:

a. Ar-raghif al-ashfhani berpendapat: Tafsir itu lebih umum dari pada ta'wil. Artinya tafsir itu
lebih baik digunakan pada lafazh-lafazhnya sedangkan ta'wil digunakan untuk menerangkan
makna-maknanya, dan susunan kalimat.

b. Al Maturidi mengatakan: Tafsir adalah definisi (memutuskan) bahwa yang dikehendaki oleh
suatu lafazh is begini atau begitu, dan bersaksi dengan nama Allah, bahwa yang dimaksud
dengan lafazh tersebut. Maka jika terdapat dalil yang telah kokoh kebenarannya, maka teori yang
benar., Dan jika demikian maka suatu tafsir yang berdasarkan pikiran yang tidak
dibenarkan. Sedangkan ta'wil adalah mencari yang lebih kuat dari salah satu makna yang
mungkin diterima ayat, tanpa bersaksi dengan nama Allah.

c. Imam abu Thalib ats Tsa'labiy berpendapat: Tafsir adalah menjelaskan atau menerangkan
mengenai pemakaian makna lafazhbaik makna secara kamus atau kiasan, seperti misalnya: ash-
shirath tafsirnya adalah ath-thariq (jalan), dan ash shayyib, tafsirnya adalah al-mathar
(hujan). Sedangkan ta'wil adalah tafsiran atas isi atua kandungan lafazh. Sebagaimana telah di
depan, lafazh ta'wil diambil dari kata al aula yaitu kembali atau ar ruju kepada kesudahan suatu
perkara. Maka ta'wil disini adalah pemberitahuan tentang hakikat dari apa yang duamaksudkan,
dan tafsir pemberitahuan tentang informasi tentang apa yang ada. Karena sebenarnya lafazh itu
dapat mengungkap apa yang dimaksud.

d. Imam Al-Baghawy berpendapat: Ta'wil adalah mengalihkan makna kandungan ayat yang
sesuai ayat sebelum dan sesudahnya, serta tidak menyalahi Alkitab (Al quran) dan As Sunnah
dari cara menurunkan hukum. Sedang tafsir adalah pembahasan dalam masalah asbab nuzul,
perkembangan, dan kisah-kisahnya.

Ulama lain berpendapat:

a. Tafsir adalah sesuatu yang berpaut dengan riwayat, sedangkan ta'wil adalah sesuatu yang
berpaut dengan dirayah.
b. Hal ini mengingat, bahwa tafsir dilakukan dengan apa yang dinukil dari shahabat, sedang
ta'wil adalah difahamkan dari ayat dengan mempergunakan tata bahasa arab.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, tafsir secara garis besar menyingkap
dan menjelaskan maksud firman Allah SWT, berdasarkan keterangan dari ayat-ayat Nya, hadist
nabi-Nya serta keterangan dari sahabat yang menyaksikan proses turunnya wahyu dan melihat
sebab turunnya. Sedangkan pengertian ta'wil secara garis besar adalah menjelaskan salah satu
maksud firman Allah dari kemungkinan pengertian yang dikandung oleh suatu lafazh
berdasarkan ijtihad, yang tentuny adalam ijtihad harus didukung oleh seperangkat ilmu
pungetahuan yang tidak bertentangan dengan hukum syarat '.
Dengan demikian, perbedaan antara tafsir dan ta'wil adalah bahwa tafsir itu menerangkan
maksud yang ada pada lafazh, sedang ta'wil itu menerangkan maksud yang ada pada maknanya.

● SYARAT-SYARAT MENTAFSIRKAN AL-QUR'AN ●

Syarat- Syarat Menafsirkan al-Qur`an Karena al-Quran merupakan kalamullah, kitab suci bagi
umat Islam yang diturunkan dengan bahasa yang sangat sempurna, maka sudah tentu untuk
menjaga keutentikan penafsiran ayat-ayat al-Quran dibutuhkan aturan main tersendiri. Dibawah
ini ada beberapa syarat dan etika bagi seseoarang yang ingin menjadikan dirinya sebagai seorang
ahli tafsir, diantara syarat tersebut adalah :

1. Aqidanya benar.

2. Ihlas, tidak mengikuti hawa nafsunya.

3. Memulai menafsirkan sebuah ayat dengan merujuk ke al-Quran, kemudian as-Sunnah. Apabial
tidak ditemui, melihat pendapat shahabat, kemudian tabi`in selama periwayatannya dapat
dipertanggung jawabkan.

4. Menguasai ilmu bahasa arab dan cabang-cabangnya.

5. Mengetahui ilmu-ilmu al-Quran.

6. Pemahaman yang cermat serta berhati-hati.


7. Berkelakuan baik.

8. Mengamalkan ilmunya.

9. Tawadhu` dan tidak sombong.

10. Mencari kebenaran dan tidak mengedepankan suatu pendapat yang lemah.

Walaupun akal diberi kebebasan dalam usahanya menginterprestasikan al-Quran, namun perlu
diakui bahwa secanggih apapun otak kita, tentu ada batasnya. Oleh karena itu kita harus hati-hati
dalam memahami ayat-ayat al-Quran, dengan mengetahui mana daerah yang diperbolehkan atau
tidak diperbolehkan adanya sebuah penafsiran. Wallahu a`lam bishowab.

Demikian Tugas Pendidikan Al-qur’an ulun pak salah khilaf mohon maaf dan apabila ada
kekeliruan mohon ijin minta koreksi kan ya bapak. Terimakasih .

Anda mungkin juga menyukai