PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Betapa pun awamnya seorang muslim/muslimat, niscaya is tahu dan memang
memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya
(Islam) ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian didikuti dengan al-Hadsits/al-
Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang
wafatnya, Nabi Muhammad SAW berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh
dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut (al-Qur’an dan al-Sunnah).
Mempelajari buku-buku keagamaan yang lain semisal kalam, fiqih, dan
khususnya hadits juga penting, tetapi betapa pun banyaknya buku-buku keagamaan
dan keislaman yang tumbuh dan berkembang dewasa ini, semangat untuk
mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an janganlah diabaikan. Inilah beberapa pokok pikiran
yang menjadi dasar utama bagi penulis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa
pada umumnya mampu memahami Ulumul quran dan perkembangannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah, Oktober 2005.
2
Artinya : Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhamad
saw. Yang pembacanya merupakan suatu ibadah`.
Untuk mendapatkan penjelasan Arti Quran secara istilah (etimologi), maka
dikemukakan pengertian-pengertian sebagai berikut :[3]
a. Definisi `kalam` (ucapan) merupakan kelompok jenis yang meliputi segala
kalam. Dan dengan menghubungkannya dengan Allah ( kalamullah ) berarti
tidak semua masuk dalam kalam manusia, jin dan malaikat.
b. Batasan dengan kata-kata (almunazzal) `yang diturunkan` maka tidak termasuk
kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya. Sebagaimana disebutkan
dalam Firman Allah :
c. Batasan dengan definisi hanya `kepada Muhammad saw` tidak termasuk yang
diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat, injil dan yang lain.
d. Sedangkan batasan (al-muta'abbad bi tilawatihi) `yang pembacanya merupakan
suatu ibadah` mengecualikan hadis ahad dan hadis-hadis qudsi .
Al-Qur’an sebagai Kalamullah meliputi pengertian kalam Nafsi dan
kalam Lafzhi. Kalam Nafsi adalah kalam dalam pengertian abstrak, ada pada Zat
(Diri) Allah, bersifat qadim dan azali tidak berubah oleh adanya perubahan ruang,
waktu dan tempat, dengan demikian Kalamullah bukanlah makhluk. Sedangkan
kalam Lafzhi dalam pengertian yang sebenarnya (hakikat), dapat ditilis, dibaca dan
disuarakan oleh makhluqNya, yakni berupa al-Qur’an yang biasa dibaca sehari-hari
oleh kaum muslimin, dengan demikian kalam Lafzhi bersifat hadits (baru) dan
termasuk makhluk.
Al-Qur’an merupakan formulasi kalam Nafsi Allah ke dalam kalam Lafzhi dan
menempatkannya di Lauh Mahfuzh, sebagaimana firman Allah yang tertuang dalam
QS al-Buruj (85) ayat 21-22. Artinya :21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah
Al Quran yang mulia, 22. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Setelah itu Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril untuk diturunkan ke
Langit Dunia (Baitul Izzah) dengan penurunan yang sekaligus, setelah itu Jibril
menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. secara berangsur-angsur.2
2
Anwar R, 2007. Ulum Al-qur’an. Pustaka Setia. Bandung
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005.
3
Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat dengan karena kejadiannya luar biasa,
redaksinya indah dan akurat, banyak memberitakan hal ghaib dan memiliki isyarat
keilmuan (ilmiah).
3
Dr. Rosihon Anwar, M.ag, Ulumul Quran. Pustaka Setia, Bandung, 2008
4
terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan inimasih dilihat dari sudut mufrodatnya.
Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya
menjadi tidak terhitung. Firman Allah :’ Katakanlah: Sekiranyalautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu
(pula).(Q.S. Al-Kahfi :109).
Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam
bukunya ‘al-Itqan fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan setiap
cabang masih dapat diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut Dr. M.
Quraish Shihab, materi-materi cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi dalam 4
(empat) komponen :[5]
1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an
2. Kaidah-kaidah tafsir
3. Metode-metode tafsir
4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.
Komponen pertama (Pengenalan terhadap al-Qur’an) mencakup : (a) Sejarah al-
Qur’an, (b) Rasmal-Qur’an, (c) I’jaz al-Qur’an, (d) Munasabah al-Qur’an, (e) qushah
al-Qur’an, (f) jadal al-Qur’an, (g) aqsam al-Qur’an, (h) amtsal al-Qur’an,(i) nasikh
dan mansukh, (j) muhkam dan mutasyabih, (k) al-qiraat, dan sebagainya.
Objek Ulumul-Qur’an
Objek ulumul-Qur’an adalah al-Qur’an itu sendiri dari seluruh segi-segi kitab
tersebut yang meliputi persoalan turunnya, sanad, qiraat penafsirannya dan lain-lain.
Sehubungan dengan hal tersebut Hatta Syamsudin (2008 : 6) mengamukakan bahwa
Objek Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar :[8]
1. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an
Meliputi : sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW, Sahabat,
Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan
karangannya di bidang ulumul quran di setiap zaman dan tempat.
4
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000
5
Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-
adabnya, Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-
Quran, Muhkam & Mutasyabih, Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.
5
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia,
1997.
6
2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul-Quran
mulai berkembang pesat, di antaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah
sebagaimana berikut:
a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg
pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin
Tsabit
b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada
satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam.
Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan
mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada
Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
c. Kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali
meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan
memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai
permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.
7
pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan
apa yang masih global.
8
b. Pembukuan tafsir berdasarkan susunan ayat
Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun
tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal
diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).
Demikianlah tafsir pada awal permulaanya dinukil (dipindahkan) melalui
penerimaan (dari mulut ke mulut) melalui riwatyat, kemudian dibukukan sebagai
salah satu bagian hadits, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka
berlangsunglah proses kelahiran at-Tafsir bil Ma'tsur(berdasarkan riwayat), lalu
diikuti oleh at-Tafsir bir Ra'yi (berdasarkan penalaran ).
9
e) Alamuddin Askhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu qra'at (cara
membaca al-Qur'an ) danaqsamul-Qur'an.
10
2) Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh
Sayyid Qutb
3) Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah satu
pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib,
4) Masalatu tarjamatil qur`an oleh Musthafa Sabri,
5) An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan
6) Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.
b) Kitab yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis, diantaranya
:
1) Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii
u`luumil qur`an.
2) Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil
qur`an yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di
Mesir dengan spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh
muridnya,
3) Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii
u`lumil qur`an.
4) Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang disampaikan kepada
mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.
5) Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.
Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an, dan kata ini
kini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut. Kitab Mabahitsul
Quran yang ditulis Manna'ul Qattanini juga termasuk kitab ulumul quran
kontemporer yang banyak mendapat sambutan di universitas-universitas di Timur
Tengah dan Dunia Islam pada umumnya. Kitab ini juga dijadikan modul untuk
perkuliahan Ulumul Quran semester 1 di Universitas International Afrika, Khartoum
Sudan, sebagai mata kuliah umum untuk semua mahasiswa di berbagai jurusannya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan
menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka
ragam yang disusun secara ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu
dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran
Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam bukunya
‘al-Itqan fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan setiap cabang
masih dapat diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut Dr. M. Quraish
Shihab, materi-materi cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’andapat dibagi dalam 4 (empat)
komponen :
1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an
2. Kaidah-kaidah tafsir
3. Metode-metode tafsir
4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.
Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana
tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga
ulumul-Qquran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara
khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul-Quran.
1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.
2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah
3. Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in
4. Masa Pembukuan (tadwin)
5. Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)
12
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah,
Oktober 2005.
Anwar R, 2007. Ulum Al-qur’an. Pustaka Setia. Bandung
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV.
Diponegoro, 2005.
Dr. Rosihon Anwar, M.ag, Ulumul Quran. Pustaka Setia, Bandung, 2008
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Ahmad Syadali. ‘Ulumul Qur’an I. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Kamaluddin Marzuki, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994
Muhammad ali Ash-Shabuuny, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : CV Pustaka Setia, h.
15
13