Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
Malaikat Jibril. Kitab terakhir ini merupakan sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup
bagi setiap Muslim. Al-Quran bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia
dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( Hablum min
Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami
ajaran Islam secara sempurna (kaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan al-Quran
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Al-Quran merupakan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW. Diturunkan dalam
bahasa Arab, baiklafal maupun uslub-nya. Suatu bahasa yang kaya kosa kata dan sarat makna.
Kendati al-Quran berbahasa Arab, tidak berarti semua orang Arab atau orang yang mahir
dalam bahasa Arab, dapat memahami al-Quran secara rinci. Al-Quran adalah kitab yang
agung, memiliki nilai sastra yang tinggi. Meskipun diturunkan kepada bangsa Arab yang lima
belas abad lalu terkenal dengan jiwa yang kasar. Al-Quran mampu meruntuhkan dominasi
sya’ir-sya’ir Sastrawan Arab, hingga tidak berdaya dihadapan Al-Quran.
Kitab suci al-Quran sebagai pedoman umat Islam harus dipahami dengan benar. Hasbi
Ash-Shidieqi menyatakan untuk dapat memahami al-Quran dengan sempurna, bahkan untuk
menterjemahkannya sekalipun, diperlukan sejumlah ilmu pengetahuan, yang disebut Ulumul
Qur”an.

1.2. Rumusan Masalah


2.1  Apa pengertian dari Ulumul Qur’an ?
2.2  Apa saja Objek dan Ruang lingkupnya?
2.3 Sejarah Pertumbuhan Ulumulquran?

1
BAB II 
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ulumul Qur’an
Berbicara tentang Ulumul Qur’an haruslah ditinjau makna idhafy-nya dan makna
ishthilahy-ny Dari segi idhafatnya adalah segala yang ada hubungannya dengan Al Qur’an.
Maka segala ilmu yang bersandar kepada Al Qur’an  termasuk ke dalam Ulumul Qur’an,
seperti : ilmu Tafsir, ilmu Qira’at, ilmu Rasmil Qur’an, ilmu Ijazil Qur’an, ilmu Asbabun
nuzul, ilmu Nasikh wal Mansukh, ilmu I’rabil Qur’an, Ulumuddin, ilmu lughah dan lain-lain,
Karena ilmu-ilmu itu merupakan sarana untuk memahami al qur’an. Berdasarkan makna
inilah Abu Bakar Ibnul Araby mengatakan bahwa ilmu-ilmu Al Qur’an berjumlah 77450
buah. Ini apabila kita hitung menurut bilangan kosakata Al Qur’an yang dikalikan empat,
karena tiap-tiap kosakata mempunyai dhahir,batin, haq dan mathla’. Dan bila dipandang
kepada urutannya dan hubungan-hubungan yang ada di antara tertib-tertib itu, maka ilmu-
ilmu Al Qur’an tidak dapat dihitung dan dhinggakan.
Perkataan ‘ulumul Qur’an berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata,
yaitu“’uluum” dan “al-Qur’an”. Kata“’uluum” adalah bentuk jama’ dari kata al ‘ilm yang
berarti ilmu , ‘uluum berarti ilmu-ilmu. Adapun kata Al qur’an secara harfiah berasal dari kata
qara’a yang berarti membaca atau mengumppulkan. Kedua makna ini mempunyai maksud
yang sama, membaca berarti juga mengumpulkan karena orang yang membaca bekerja
mengumpulkan ide-ide atau gagasan yang terdapat dalam sesuatu yang ia baca.
Sedangkan menurut istilah al-Qur’an adalah perkataan Allah yang diturunkan kepada
Muhammad shallallau ‘alaihi wasallam sebagai Rasul dan penutup para Nabi, diawali dengan
surah al-faatihah dan diakhiri dengan surah an-naas
Maka secara bahasa‘Uluumul Qur’an berarti ilmu-ilmu al-Qur’an . adapun secara
istilah para ulama telah merumuskan berbagai definisi‘uluumul Qur’an, diantaranya :
1. Al-Zarkani mendefinisikan ‘uluumul Qur’an sebagai berikut: “Beberapa pembahasan
yang berhubungan dengan al-Qur’an al-Karim ,dari segi turunnnya, urut-
urutannya,pengumpulannya, penulisannya,bacaannya, penafsirannya,
kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan
keraguan terhadapya, dan sebagainya. Manna’ al-Qahtthan memberikan definisi
sebagai berikut: “ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan
dengan al-Qur’an, dari segi pengetahuan, tentang sebab-sebab turunnya, al-Qur’an dan
urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat makkiah dan madaniah, dan hal-ha
lain yang ada hubungannya dengan al-Qur’an.
2. Imam Al-Suyuthi dalam kitab itmamu al-dirayah mengatakan, Ulumul Qur’an adalah :
“ ilmu yang membahas tentang keadaan al-qur’an dari segi turunnya, sanadnya,
adabnya, makna – maknanya, baik yang berhubungan dengan lafal-lafalnya maupun
yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya”.
3. Menurut T.M Hasbi As-Shiddiqie, ‘Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan
yang berhubungan dengan Al-Qur’an, dari segi nuzulnya, tertibnya, mengumpulnya,

2
menulisnya, membacanya dan menafsirkannya, I’jaznya, nasikh mansukhnya, menolak
syubhat-syubhat yang dihadapkan kepadanya.
Definisi pertama dan kedua di atas pada dasarnya sama, keduanya menunjukkan bahwa
‘uluumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang pada mulanya merupakan
ilmu-ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak keluar dari ilmu Agama dan bahasa.
Masing-masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan yang dianggapnya penting. Objek
pembahasannya adalah al-Qur’an.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua ilmu yang berkaitan dengan Al Qur’an termasuk
dalam perbincangan ulumul qur’an.
2.2. Objek Dan Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
Berdasarkan pengertian ‘Ulum AL-Qur’an di atas dapat dipahami tentang ruang
lingkup Ulum Al-Qur’an mencakup bahasan  yang begitu luas. Sebab, segala segi
pembahasan yang ada kaitannya dengna al qur’an, maka daplat dimasukkan dalam bidang
kajian ulum al qur’an. Dalam definisi disebutkan bahwa ulum al qur’an meliputi semua ilmu
yang ada kaitannya dengan al qur’an, seperti ilmu tentang ilmu nuzul al qur’an , asbab an
nuzul ,urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya,  qira’atnya , tafsirnya,
kemukjizatannya, ilmu an nasikh wa al mansukh, ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, ayat
muhkamah dan mutsyabihahnya. Apa yang di sebutkan dalam defiisi itu, sebenarnya hanyalah
sebagian dari pembahsan pokok ulum al qur’an. Sebab, masih banyak lagi ilmu-ilmu lain
yang tercakup di dalamnya, sepertiilmu gharib al qur’an, ilmu badi’ al qur’an, illmu tanasub
al ayat al qur’an, ilmu adab tilawah al qur’an, dan sebagainya. Bahkan sebbagian ilmu ini
masih dapat dipecah kepada beberapa cabang dan macam ilmu yang masing-masing
mempunyai objek kajian tersendiri. Setiap objek dari ilmu-ilmu ini menjadi ruang lingkup
pembahasan ulum al qur’an Imam  As-Suyuthi sebagaimana dikutip oleh Ahmad Syadali
memperluasnya sehingga memasukkan kedokteran, ilmu ukur, astronomi dan sebagainya ke
dalam pembahasan ‘Ulumul Qur’an.
Seperti yang dikutip oleh Az-Zarkasyi, Ibnu Arabi ( w. 544 H ) juga menyebutkan ,
ulumul quran mencakup 77.450 ilmu sesuai dengan bilangan kata-katanya.[8]  Hal ini sesuai
dengan pendapat sebagian kaum salaf yang melihat bahwa setiap kata dalam Al Qur’an
mempunyai makna lahir dan batin, selain terdapat pula hubungan-hubungan dan susunan-
susunannya. Dengan demikian, ilmu ini tidak terkira banyaknya dan hanya Allah sajalah yang
mengetahuinya secara pasti.
Dari sekian banyak cakupan ulumul qur’an, yang menjadi induk atau focus utamanya
adalah tauhid, tadzkir ( peringatan ), dan hukum. Secara garis besar ulumul qur’an dapat
dikategorikan menjadi dua macam, yaitu ilmu-ilmu yang di istinbath-kan dari Al qur’an, yang
kemudian dapat di pedomani oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini. Yang termasuk
dalam kategori ini, misalnya ilmu fiqh, usul, tafsir, balaghah, kaidah-kaidah bahasa, akidah,
akhlak, dan sejarah. Dan yang kedua, ilmu-ilmu yang menjadi syarat atau alat untuk
memahami Al qur’an.
Namun As-Shiddiqie sebagaimana yang dikutip oleh Ramli Abdul Wahid mengatakan
bahwa segala macam pembahasan ‘Ulumul Qur’an kembali kepada beberapa pokok persoalan
sebagai berikut:
3
1. Persoalan Nuzul, ayat-ayat Makiyah atau Madaniyah, sebab turun ayat, yang mula-
mula turun dan yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah
pisah, dan yang turun sekaligus
2. Persoalan sanad, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sanad yang muthawatir,
yang ahad, yang Syaz, bentuk-bentuk Qirat, para periwayat dan penghafal Al-Qur’an
dan cara tahammul ( penerimaan riwayatnya)
3. Persoalan adad Qiraat, masalah waqaf (berhenti), ibtida’ (cara memulai), imalah( cara
memanjangkan) takhfif Hazah (cara meringankan Hamzah), idgham (memasukkan
bunyi huruf nun mati ke dalam huruf sesudahny
4. Persoalan yang menyangkut lafal Al-Qur’an yaitu Gharib (pelik), Mu’rab (menerima
perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak, muradif (sinonim), isti’arah
(metaphor), tasybih (penyerupaan).
5. Persoalan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang
bermakna umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zhahir, yang mujmal
(global), yang munfashal (yang terinci), yang manthuq (makna yang berdasarkan
pengutaraan), nasikh mansukh, mutlaq (tidak terbatas) dan muqayyad (terbatas) dan
lain sebagainya
Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafal fashl (pisah), washal
(berhubungan), ijaz ( singkat), ithnab ( panjang) musawah (sama) dan Qashr (pendek).
2.3.    Sejarah Pertumbuhan Ulumul Qur’an

1.      Ilmu-ilmu Al Qur’an pada abad I dan II H


Di masa Rasulullah dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu
ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang Arab asli yang dapat
merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada
Rasul SAW. Rosul  bagi para sahabat adalah sebagai mahaguru dan sumber ilmu. Apabila
timbul sesuatu kemusykilan mereka segera bertanya kepada nabi saw. Seperti yang dilakukan
di waktu turun ayat 82 surat Al-An’am. Di waktu ayat itu desampaikan kepada mereka,
mereka berkata satu sama lain :” siapakah di antara kita yang tidak mendzalimi dirinya?”
maka Nabi saw pun menafsirkannya zhulum dalam ayat itu dengan syirik. Beliau
mendasarkan penafsirannya kepada firman Allah swt, dalam ayat 13 surat Al-Luqman.

Pada masa Nabi, masa pemerintahan Abu Bakar dan masa Umar, ilmu-ilmu al qur’an
belum dibukukan, karena umat islam pada waktu itu terdiri dari kalangan sahabat belum
memerlukannya. Pada umumnya kalangan sahabat nabi, baik dari suku Quraisy maupun suku-
suku lainnya mempunyai kemampuan memahami al qur’an dengan baik, mengingat mereka
adalah murid-murid langsung Rosulullah saw, di samping bahwa bahasa al qur’an adalah
bagasamereka sendiri dan mereka mengetahui sebab-sebab turunnya al qur’an. Ilmu- ilmu al
qur’an di masa Rosulullah dan kedua khalifah sesudah beliau dipelihara dalam bentuk
periwayatan, berjalan dengan musyafahah, yakni dari mulut ke mulut.
Pada masa pemerintahan Utsman, ketika bangsa arab mulai mengadakan kontak
pergaulan rapat dengan bangsa non-arab mulai terlihat ada perselisihan di kalangan umat
islam, terutama mengenai pembacaan al qur’an. Khalifah ustman mengambil tindakan

4
penyeragaman tulisan al qur’an demi menjaga keseragaman al qur’an dan untuk menjaga
persatuan umat islam.
Khalifah utsman pun memerintahkan kepada para sahabat dan umat islam supaya
berpegang pada mushaf al qur’an yang telah diseragamkan itu, lalu mushaf itu digandakan
dan disebarkan ke berbagai kota besar, dan satu mushaf disimpan khalifah sebagai mushaf al-
Imam. Tindakan ustman ini merupakan peletakan batu dinamaiIlmu Rasmil Qur’an atau Ilmu
Rasmil Utsmany.Pada masa pemerintahan Ali, umat islam banyak dari bangsa-bangsa non-
arab. Sudah tentu mereka tidak menguasai bahasa arab, oleh sebab itu banyak terjadi di
kalangan mereka kesalahan membaca al qur’an, karena mereka tidak mengerti soal I’rab,
sedang al qur’an waktu itu belum mempunyai tanda-tanda syakal ( harakat, titik dan tanda-
tanda ) yang memudahkan membaca bagi yang membacanya. Karena itu, sebagaimana
masyhur dalam sejarah, khalifah ali memerintahkan kepada Abul Aswad Ad-Daudy ( wafat
691 H ) untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa arab, guna menjaga keselamatan bahasa arab
yang menjadi bahasa al qur’an, tindakan khalifah ali ini, kemudian dipandang sebagai perintis
bagi lahirnya Ilmu Nahwu dan Ilmu I’rabil Qur’an.
Pada zaman Bani Umayyah, kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-
usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan
dan pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatn. Kegiatan-kegiatan ini
dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya. Orang yang paling  berjasa dalam
usaha periwayatan ini adalah : Dari kalangan sahabat  khalifah yang empat,
1. Ibn Abbas
2. Ibn Mas’ud,
3. Zaid Ibn Tsabit,
4. Abu Musa al-Asy’ari,
5. Abdullh Ibn al-Zubair.
Sedangkan dari kalangan tabi’in ialah :
1. Mujahid, Atha’
2. Ikrimah,
3. Qatadah,
4. Al-Hasan al-Bashri,
5. Sa’id Ibn Jubair,
6. Zaid Ibn Aslam.
Kemudian Malik bin Anas dari generasi tabi’tabi’in. mereka semuanya dianggap sebagai
peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmuasban al-nuzul, ilmu nasikh
danmansukh, ilmu gharib al- Qur’an dan lainnya.
2.      Ilmu Al Qur’an pada abad ke III dan IV H.
Pada abad III H, selain kitab-kitab tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusunpula
beberapa ilmu al qur’an misalnya
- Ali bin al-Madani (wafat 234H), guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbaabun
nuzuul.
- Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (wafat 224H), menyusun kitab ilm al-Nasikh wa

5
Mansukh dan Qira’aat, serta ilm Fadhail al qur’an.
- Ibn Qutaibah (wafat 276H), menyusun tentang problematika Qur’an / Musykilatul Qur’an.
- Muhammad bin ayyub al-Dihris ( wafat 294 H ) menyusun kitab dalam ilmu al-makky wa al-
madany.
Pada abadke IV H mulai disusun ilmu gharib al qur’an dan beberapa kitab ulum al qur’an,
yang telah mempergunakan istilah ulum al qur’an. Di antara ulama yang menyusun ilmu
gharib al qur’an dan kitab-kitab ulum al qur’an di abad IV ini, antara lain :
- Muhammad bin Ali al-Adfawi (wafat 388H), menyusun al-Istignaa’fi ‘Uluumil Qur’an.
- Bakar Abu as-Sijistani (wafat 330H), menyusun Ghariibil Qur’an.
- Abu Muhammad bin Qasim al-Anbari (wafat 351H), juga menulis tentang ilmu-ilmu
Qur’an.
- Abu Hasan Al- Asy’ary ( wafat 324 H ) menyusun kitab bernama al-mukhtazan fi ulum al-
qur’an.
- Abu Muhammad al-Qashshab Muhammad bin ali al-kurakhy ( wafat 360 H )menyusun kitab
bernama :Nuqath al qur’an al-Dalatu ‘ala al-Bayan fi Anwa’ al-Ulum wa al-Ahkam al-
Munbiati ‘an ikhilafi al-Anam.

3.      Ilmu-ilmu al-Qur’an pada abad V dan VI H


Pada abad V H telah mulai disusun ilmu I’rab al qur’an dalam suatu kitab. Di samping itu
penulisan kitab-kitab dalam ulum al qur’an oleh para ulama di masa ini terus dilakukan.
Nama-nama ulama yang sangat berjasa dalam pengembangan ulum al qur’an pada abad V,
antara lain :
a. Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul Qur’an dan I’rab Al-
Qur’an
b. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab’I dan Al- Muhkam fi al- Nuqath.
Pada abad VI H, di samping banyak ulama yang melanjutkan pengembangan ulum al qur’an,
juga terdapat ulama yang mulai menyusun ilmu Mubhamat al qur’an, di antaranya :
c. Abul Qasim Abdurrahman al-Suhaily-lebih dikenal dengan al-Suhaily- (wafat 581H)
menyusun kitab entang Mubhamatal-Qur’an ( menjelaskan maksud lafazd-lafazd al qur’an
yang mubham atau tidak jelas apa/siapa yang dimaksudkan).
a. Ibn al-Jauzi ( wafat 597 H )menyusun kitaab yang berjudul funun al-afnan fi ajaib al
qur’an dan kitab al mujtaba fi ulum tata’allaqu bi al qur’an.

4.      Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada abad VII dan VIII H.


Pada abad ini, mulai tersusun ilmu Majaz al qur’an dan ilmu Qira’atal qur’an. Di antara ulama
abad VII yang besar andilnya terhadap ilmu-ilmu al qur’an antara lain:

6
.‘Allamuddin al-Sakhaqy ( wafat 643 H ) menyusun ilmu Qira’at, dalam kitabnya berjudul
Jamal al-Qurra’ wa kama-l al-Iqra’
a) syamah (wafat 655 H )menyusun kitab al-Mursyid al-wajiz fi ma Yata’allaqu bi al-
qur’an.
b) Ibn abd al-salman, terkenal dengan nama al- Izz( wafat 660 H ) mempelopori
penulisan ilmu Majaz al-qur’an dalam satu kitab.
Pada abad VIII H, muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang al qur’an dan
penulisan kitab-kitab ulumul qur’an masih tetap berjalan, di antara mereka ialah :
a. Ibnu Abil Ishba’ menyusun ilmu Badai’ al qur’an, suatu ilmu yang membahas macam-
macam badi’ (keindahan bahasa ) dalam al qur’an.
b. Ibn Al-Qayyim ( wafat 752 H ) menyusun ilmu Aqsam al qur’an, suatu ilmu yang
membahas tentang sumpah-sumpah yang ada dalam al qur’an.
c. Najmuddin al-Thufy ( wafat 716 H ) menyusun ilmu Hujaj al qur’an, suatu ilmu yang
membahas tentang bukti-bukti/ dalil-dalil yang dipergunakan al qur’an dalam menetapkan
suatu hukum.
d.  Abu al-Hasan al-Mawardy , menyusun ilmu Amtsal al qur’an, membahas tentang
perumpamaan-perumpamaan yangada dalam al qur’an.
e. Badr al-din al-zarkasy ( wafat 794 H 0 menyusun kitab al-Burhan fi ulum al qur’an ( 4
jilid )
5.      Ilmu-ilmu al qur’an pada abad IX dan X H.
            Pada abad IX dan permulaan abad X H, makin banyak karangan-karangan yang
disusun oleh ulama-ulama tentang ilmu-ilmu al qur’an, dan pada masa ini perkembangan
ulum al qur’an boleh dikatakan mencapai puncak kesempurnaannya. Di antara ulama yang
menyusun ulum al qur’an pada masa ini adalah :
a) Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al- Nujum. 
Menurut Al-Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama yang mempelopori penyusunan
Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab  dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an
Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawa’id al-Tafsir. Di
dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, al-Qur’an, surat dan ayat. Juga dijelaskan dalam
kitabnya itu tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
b) Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir(873 H).
Kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini
dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa belum puas,
beliau menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Di dalam kitab ini terdapat 80
mcam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini
merupakan kitab pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya
Al-Suyuthi tidak terlihat munculnya penulis yang memiliki kemampuan seperti
kemampuannya. Sehingga terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-Suyuthi sampai
dengan akhir abad ke 13 H.[12] 

6.      Ilmu-ilmu al qur’an XIV H.


7
Setelah memasuki abad XIV H, perhatian para ulam ulumul qur’an untuk menyusun kitab-
kitab yang membahas al qur’an dari berbagai segi dan aspeknya, bangkit kembali setelah agak
lama terhenti. Di antara ulama al qur’an pada abad ini, misalnya :
1) Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al- Mabahits Al-Muta’alliqah
bi Al-Qur’an. Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya, Mahaasin Al-
Takwi
2)   Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-
Qur’an.
3) Musthafa Shadiq Al-Rafi’, kitabnya I’jaz Al-Qur’an
4) Sayyid Quttub, kitabnyaAl-Thaswir al-Fanni Fi Al-Qur’an dan Fi Zilal Al-Qur’an
5) Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar
6) Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Qur’an
7) T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Qur’an
8) Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnyaPengantar ilmu Tafsir
9) M. Quraish Shihab, kitabnya membumikan Al-Qur’an.
           

8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ‘Ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas
segala hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang disandarkan kepada Al-
Qur’an sebagai penunjang untuk memahami Al-Qur’an secara luas dan mendalam. Perlu kita
pelajari agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang menjadi acuan dan pedoman hidup dalam rangka meraih kesuksesan di dunia dan akhirat

9
DAFTAR PUSTAKA

Al Buthi, Muhammad Said Ramadhan. Min Raw-a’I Al Qur’an; Ta’ammulat ‘ilmiyyah wa


Adabiyyah fi kitab Allah ‘Azza wa jalla. Beirut: Mu’assasah Ar-Risalah, 1999.
Al-Qhaththan, Manna’. Mabaahits fi ‘uluum al-Qur’an. Beirut: al-Syarikah al-muttahidah li
al-Tauzii’, 1973.
Al-Zarqani, Muhammad Abd al-‘Azim.Manaahil al-irfan fi ‘uluum al-Qur’an. Beirut: Daar
Alfikr, jilid 1, 1988.
Ash-Shidieqi, T.M. Hasbi. Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir.Jakarta: Bulan
Bintang, 1980.
As-Shiddiqie, T.M. Hasbi. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Az-Zarkasyi, Badaruddin Muhammad. Al- Burhan fi ‘Ulum Al Qur’an, Jilid I. Beirut : Dar
Al- Jayl, 1998.
Ichwan, Mohammad nor. Studi Ilmu-ilmu Al Qur’an. RaSAIL Media Group,2008.
Muhammad,Al-‘Allamah. Ushul fi attafsir, Dammam: Dar Ibnu al-Jauzi, 1426.
Syadali,Ahmad. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qur’an.  Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002.
Yusuf, Kadar M. Studi Al Qur’an. Jakarta : Amzah, 2012.

10

Anda mungkin juga menyukai