Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam,


sebagai panduan hidup umat islam, Al-Qur’an memiliki prinsip-prinsip ajaran
yang sempurna dan universal. Konsekuensi logis dari pengakuan dan keyakinan
tersebut, pesan-pesan yang terkandung di dalamnya berlaku dan relevan sepanjang
zaman.

Al-Qur’an telah membuktikan sebagai sesuatu yang mampu menciptakan


peradaban dan tradisi menulis yang sangat tinggi. Dari Al-Qur’an telah dilahirkan
berbagai karya dan produk. Semua ini muncul karena adanya kebenaran dan
keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah (kalamullah) dan kitab suci
umat Islam. Sejak pewahyuannya hingga kini, Al-Qur’an telah menuangkan
keilmuan yang teramat luas. Perjalanan tafsir dan ilmu tafsir yang diawali sejak
penerimaan pesan ketuhanan “Al-Qur’an oleh Nabi Muhammad SAW., kemudian
penyampaiannya kepada generasi pertama Islam yang telah menghapal dan
merekamnya, hingga stabilisasi teks dan bacaannya yang mencapai kemajuan
signifikan pada abad ke-3 H/9 M dan pada abad ke-4 H/10 M.1

Dalam upaya memahami al-Qur’an baik secara tekstual atau kontekstualnya


diperlukan pemahaman tentang ulumul-Qur’an, apa hakikatnya, bagaimana
memahaminya, serta kapan sejarah penulisan ulumul-Qur’an itu mulai ada.

1
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. v.
2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah, penulis akan mengajukan beberapa


rumusan masalah sebagai berikut.

1.2.1. Apa pengertian dari Ulumul Qur’an?


1.2.2. Bagaimana objek pembahasan Ulumul Qur’an?
1.2.3. Bagaimana sejarah perkembangan Ulumul Qur’an?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini


sebagai berikut.

1.3.1. Mengetahui pengertian dari Ulumul Qur’an.


1.3.2. Memahami objek pembahasan Ulumul Qur’an.
1.3.3. Mengetahui sejarah perkembangan Ulumul Qur’an.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ulumul Qur’an

Ulumul Qur’an terdiri atas dua kata: ulum dan al-Qur’an. Ulum (‫ )علوم‬adalah
jamak dari kata tunggal ilm (‫)علم‬, yang secara harfiah berarti ilmu. Sedangkan al-
Qur’an adalah nama bagi kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.
Dengan demikian, maka secara harfiah kata ‘ulumul qur’an’ dapat diartikan sebagai
ilmu-ilmu al-Qur’an.

2.1.1. Pengertian Ulum


Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “Ulum” dan Al-Qur’an. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan pada Al-Qur’an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-Qur’an
maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.2

2.1.2. Pengertian Al-Qur’an


Secara etimologi kata al-Qur’an merupakan mashdar dari kata qaraa yang
maknanya sama dengan kata qiraah yang berarti bacaan, kemudian diberi makna
sebagai isim maful yaitu maqru yang artinya ‘yang dibaca’. Pemaknaan ini
sebagaimana diisyaratkan dari QS. al-‘Alaq yang merupakan perintah kepada umat
manusia untuk membaca (iqra), penamaannya termasuk katagori ‘tasmiyah al-maful
bil mashdar’ (penamaan isim maful dengan mashdar). Penamaan ini merujuk pada
QS al-Qiyamah (75) ayat 17-18 yang terjemahannya: 17. “Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)

2
Fatmawati, Gusnawati, dkk, ‘Ulumul Qur’an (Gowa: Pusaka Almaida, 2014) h. 1.
4

membacanya”. 18. “Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah


bacaannya itu”
Dari segi terminologinya al-Qur’an di definisikan para pakar ushul fiqih, fiqih
dan bahasa Arab adalah sebagai “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang lapazh-lafazhnya mengandung mukjijat, membacanya
mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada
mushaf, mulai dari surat al-Fatihah (1) sampai akhir surat an-Nas (114)”
Definisi al-Quran yang dikemukakan para ulama yang maknanya mampu
membedakan dengan definisi yang lain adalah :
‫القرآن هو كالم هللا المنزل على محمد عليه السالم المتعبد بتالوته‬
Terjemahannya: “Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada
Muhamad saw. Yang pembacanya merupakan suatu ibadah.”3

2.1.3. Pengertian Ulumul Qur’an


Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. I`lmu berarti al-fahmu wal idrak “paham dan
menguasai”. Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka
ragam yang disusun secara ilmiah. Jadi, yang dimaksud dengan U`luumul Qu`ran
ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran
dari segi asbabun nuzuul "sebab-sebab turunnya Al-Qur`an", pengumpulan dan
penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, An-Nasikh
wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur`an. Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir)
karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh
seorang Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur`an. 4

3
Zidny Fahma, http://Zidny Fahma Makalah-Ulum-al-Qur`an-dan-sejarah-
perkembangannya.html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)
4
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 5.
5

Secara istilah, para ulama telah merumuskan berbagai defenisi Ulumul Qur’an.

2.1.3.1. Al-Zarqani merumuskan pengertian Ulumul Qur’an sebagai: beberapa

pembahasan yang berhubungan dengan AL-Qur’an al-Karim, dari segi turunnya,

urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya,

kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan

keraguan terhadapnya, dan sebagainya.5

2.1.3.2. Manna’ al- Qathan memberikan defenisi bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu
yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, dari

segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan Al- Qur’an dan urut-

urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, hal –hal lain

yang ada hubungannya dengan al-Qur’an.6

2.1.3.3. Menurut T.M Hasbi As-Shiddiqie:

‘Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-

Qur’an, dari segi nuzulnya, tertibnya, mengumpulnya, menulisnya, membacanya dan

menafsirkannya, I’jaznya, nasikh mansukhnya, menolak syubhat-syubhat yang

dihadapkan kepadanya.7

Jadi, dari definisi-definisi Ulumul Qur’an tersebut di atas, kita dapat megambil
kesimpulan bahwa Ulumul Qur’an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup

semua ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an baik berupa ilmu-ilmu agama,

seperti tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu I’rab al-Qur’an.

5
Japar Sadiq Assaqaf,
http://www.academia.edu/4084746/ulumul_quran_dan_perkembangannya (diakses pada 20 maret
2017
6
Ibid, (diakses pada 20 maret 2017
7
Ibid, (diakses pada 20 maret 2017
6

2.2. Objek Pembahasan Ulumul Qur’an

Hasby al-Shiddieqi berpendapat dari segala macam pembahasan Ulumul


Qur’an itu kembali ke beberapa pokok pembahasan saja seperti:

2.2.1. Persoalan Nuzul, ayat-ayat Makiyah atau Madaniyah, sebab turun ayat, yang

mula-mula turun dan yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang

turun terpisah pisah, dan yang turun sekaligus.

2.2.2. Persoalan sanad, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sanad yang

muthawatir, yang ahad, yang Syaz, bentuk-bentuk Qirat, para periwayat dan

penghafal Al-Qur’an dan cara tahammul ( penerimaan riwayatnya).

2.2.3. Persoalan adad Qiraat, masalah waqaf (berhenti), ibtida’ (cara memulai),

imalah( cara memanjangkan) takhfif Hazah (cara meringankan Hamzah),

idgham (memasukkan bunyi huruf nun mati ke dalam huruf sesudahnya).

2.2.4. Persoalan yang menyangkut lafal Al-Qur’an yaitu Gharib (pelik), Mu’rab

(menerima perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak, muradif

(sinonim), isti’arah (metaphor), tasybih (penyerupaan).

2.2.5. Persoalan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang
bermakna umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zhahir, yang

mujmal (global), yang munfashal (yang terinci), yang manthuq (makna yang

berdasarkan pengutaraan), nasikh mansukh, mutlaq (tidak terbatas) dan

muqayyad (terbatas) dan lain sebagainya.

2.2.6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafal fashl (pisah),

washal (berhubungan), ijaz (singkat), ithnab (panjang) musawah (sama) dan

qashr (pendek).8

8
Fatmawati, Gusnawati, dkk, ‘Ulumul Qur’an (Gowa: Pusaka Almaida, 2014) h. 6-7.
7

2.3. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an

Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ‘Ulumul Qur’an
tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu cabang disiplin ilmu
setelah melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana
tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga
ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus
pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan Ulumul quran.

2.3.1. Ulumul Qur’an pada masa Rasulullah SAW


Ulumul qur’an itu sendiri bermula dari Rasulullah SAW., sebagai penafsir
utama dan pertama Al-Qur’an. Allah menurunkan Al-Qur’an kepadanya dan
mengajarkan segala sesuatu yang belum diketahuinya. Penulisan tentang tafsir dan
ilmu Al-Qur’an belum dibutuhkan selama Rasululllah dan para sahabat utamanya
masih ada. Ada beberapa alasan kenapa para sahabat ketika Nabi masih ada dan
beberapa saat sepeninggal beliau tidak menulis apa yang mereka terima dari Nabi
Muhammad SAW., yang berkenaan dengan Ulumul Qur’an. Sebagai upaya menjaga
kemurnian AlQuran.
Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari
aku; barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan
apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta
atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka." (HR Muslim)9

2.3.2. Ulumul Qur’an pada masa Khilafah


Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul quran
mulai berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah
sebagaimana berikut:

9
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 5-6.
8

2.3.2.1.Khalifah Abu Bakar : Dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran


yg pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid
bin Tsabit.
2.3.2.2.Kekhalifahan Usman Ra : Dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin
pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf
Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi.
Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan
kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
2.3.2.3.Kekalifahan Ali Ra : Dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-
Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan
baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai
permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.10

2.3.3. Ulumul Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in

2.3.3.1.Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya.


Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan
makna-makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka,
sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena
adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW , hal
demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah:
1.Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ).
2.Ibnu Masud.
3.Ibnu Abbas.
4.Ubai bin Kaab.
5. Zaid bin sabit.

10
Rahman Wangsyah, http://www.rwblog.id/2015/05/makalah-ulumul-quran-dan-sejarah-
html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)
9

6. Abu Musa al-Asy'ari dan.


7. Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka
tidak berarti merupakan sudah tafsir Quran yang sempurna. Tetapi terbatas hanya
pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan
apa yang masih global.

2.3.3.2.Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya


Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang
mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh
atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka ,
masing-masing sebagai berikut :
1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair, Mujahid,
'iKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata'
bin abu Rabah.
2. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan Muhammad
bin Ka'b al Qurazi.
3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad
bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as Sadusi.
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil
Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan imu Nasikh dan Mansukh,
tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.11

2.3.4. Periode masa pembukuan (tadwin)


Perkembangan selanjutnya dalam ulumul-Quran adalah masa pembukuan
ulumul- Quran, pembukuan ini melewati beberapa perkembangan sebagai berikut :

11
Rahman Wangsyah, http://www.rwblog.id/2015/05/makalah-ulumul-quran-dan-sejarah-
html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)
10

2.3.4.1.Pembukuan tafsir Al-Quran menurut riwayat dari hadits, Sahabat dan tabi'in
Pada abad kedua hijriah tiba masa pembukuan ( tadwin ) yang dumulai
dengan pembukuan hadist denga segala babnya yang bermacam-macam, dan itu juga
menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan
tafsir al-Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari
para tabi'in.
Diantara mereka yang terkenal adalah Yazid bin Harun as Sulami, ( wafat 117
H ), Syu'bah bin Hajjaj ( wafat 160 H ), Waqi' bin Jarrah ( wafat 197 H ), Sufyan bin
'uyainah ( wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112 H ).
Mereka semua adalah para ahli hadits, sedangkan tafsir yang mereka susun
merupakan salah satu bagiannya, namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang
sampai ketangan kita.
2.3.4.2.Pembukuan tafsir berdasarkan susunan ayat
Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun tafsir
Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara
mereka ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).
Demikianlah tafsir pada awal permulaanya dinukil (dipindahkan) melalui
penerimaan (dari mulut ke mulut) melalui riwatyat, kemudian dibukukan sebagai
salah satu bagian hadits, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka
berlangsunglah proses kelahiran at-Tafsir bil Ma'tsur (berdasarkan riwayat), lalu
diikuti oleh at-Tafsir bir Ra'yi (berdasarkan penalaran ).12

2.3.4.3. Munculnya pembahasan cabang-cabang ulumul-Quran selain tafsir


Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai
pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan al-Quran, dan hal ini
sangat diperlukan oleh seorang mufasir, di antaranya :

12
Zidny Fahma, http://Zidny Fahma Makalah-Ulum-al-Qur`an-dan-sejarah-
perkembangannya.html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)
11

2.3.4.3.1. Ulama abad ke-3 Hijri


a). Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai
asbabun nuzul
b). Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang Nasikh Mansukh
dan qira'at.
c). Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika al-Quran (musykilatul
quran).
2.3.4.3.2. Ulama Abad Ke-4 Hijri
a). Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat 309 H) menyusun al- Hawi fa
'Ulumil Qur'an.
b). Abu muhammad bin Qasim al Anbari (wafat 751 H) juga menulis tentang ilmu-
ilmu al-Qur'an.
c). Abu Bakar As Sijistani (wafat 330 H) menyusun Garibul Qur'an.
d). Muhammad bin Ali bin al-Adfawi (wafat 388 H) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil
Qur'an.
2.3.4.3.3. Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya
a). Abu Bakar al Baqalani (wafat 403 H) menyusun i'jazul-Qur'an,
b). Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi (wafat 430 H) menulis mengenai i'rabul-Qur'an.
c). Al Mawardi (wafat 450 H) menegenai tamsil-tamsil dalam al-Qur'an (amsalul-
Qur'an).
d). Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang majaz dalam al-Qur'an.
e). Alamuddin Askhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu qra'at (cara membaca
al-Qur'an ) dan aqsamul-Qur'an.

2.3.4.3.4. Mulai pembukuan secara khusus ulumul-Quran dengan mengumpulkan


cabang-cabangnya.
Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-Quran dengan berbagai pembahasannya
di tulis secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul kitab tersendiri,
kemudian, mulailah masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam
12

pembahasan khusus yang lengkap, yang dikenal kemudian dengan ulumul-Qur'an. Di


antara ulama-ulama yang menyusun secara khusus ulumul-Quran adalah sebagai
berikut :
a). Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang
pertama yang membukukan ulumul-Qur'an.
b). Ibnul Jauzi (wafat 597 H) mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul
fununul Afnan fi 'Aja'ibi 'ulumil Qur'an.
c). Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul
Al-Burhan fii ulumilQur`an .
d). Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas Al-
Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi`ul u`luum min mawaaqi`innujuum.
e). Jalaluddin As-Suyuti (wafat 911 H) juga kemudian menyusun sebuah kitab yang
terkenal al-itqaan fii u`luumil qur`an.
Kitab Al-Burhan (Zarkasyi) dan Al-Itqon (As-Suyuti) hingga hari ini masih
dikenal sebagai referensi induk / terlengkap dalam masalah ulumul-Qur'an. Tidak ada
peneliti tentang ulumul-Quran, kecuali pasti akan banyak menyandarkan tulisannya
pada kedua kitab tersebut.13

2.3.5. Ulumul Qur’an pada masa modern/kontemporer


Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul quran pada masa
kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-
Quran secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali membali
menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul quran dalam kitab tersendiri
dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik
terdahulu.
2.3.5.1. Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran atau
pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya :

13
Zidny Fahma, http://Zidny Fahma Makalah-Ulum-al-Qur`an-dan-sejarah-
perkembangannya.html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)
13

a. Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,


b. Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh
Sayyid Qutb.
c. Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah
satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib
d. Masalatu tarjamatil qur`an Musthafa Sabri,
e. An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan
f. Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.

2.3.5.2. Kitab yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis,
diantaranya: :
a. Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii
u`luumil qur`an.
b. Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil qur`an
yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir
dengan spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,
c. Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii
u`lumil qur`an.
d. Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang disampaikan kepada
mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.
e. Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.
Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an, dan kata ini
kini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.14

14
Rahman Wangsyah, http://www.rwblog.id/2015/05/makalah-ulumul-quran-dan-sejarah-
html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)
14

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Ulumul Qur’an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua ilmu

yang ada hubungannya dengan al-Qur’an baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti tafsir,

maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu I’rab al-Qur’an.

Hasby al-Shiddieqi berpendapat dari segala macam pembahasan Ulumul


Qur’an itu kembali ke beberapa pokok pembahasan saja seperti: Persoalan Nuzul,

Persoalan sanad, Persoalan adad Qiraat, Persoalan yang menyangkut lafal Al-Qur’an,

dan Persoalan makna al-Qur’an.

Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana

tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga

ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus

pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan Ulumul quran: Ulumul Qur’an

pada masa Rasulullah SAW, Ulumul Qur’an pada masa Khilafah, Ulumul Qur’an

pada masa sahabat dan tabi’in, Periode masa pembukuan (tadwin), dan Ulumul

Qur’an pada masa modern/kontemporer.

3.2. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khusus pada

penulis. Dan bagi pemakalah selanjutnya agar menambahkan referensi dari penulis

yang kurang dalam hal referensi. Sekian penutup dari penulis semoga dapat diterima

di hati dan penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.


15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mawardi. 2014. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fatmawati, Gusnawati, dkk. 2014. ‘Ulumul Qur’an. Gowa: Pusaka Almaida

Zidny Fahma, http://Zidny Fahma Makalah-Ulum-al-Qur`an-dan-sejarah-

perkembangannya.html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)


Japar Sadiq Assaqaf,
http://www.academia.edu/4084746/ulumul_quran_dan_perkembangannya
(diakses pada 20 maret 2017
Rahman Wangsyah, http://www.rwblog.id/2015/05/makalah-ulumul-quran-dan-

sejarah-html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)

Zidny Fahma, http://Zidny Fahma Makalah-Ulum-al-Qur`an-dan-sejarah-

perkembangannya.html?m=1 (diakses pada 20 maret 2017)

Anda mungkin juga menyukai