Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu: Ar. Rosikh, S.Ag.,M.Fil.I

Disusun oleh kelompok 1:

1. M.Zianurrahman (230602132)
2. Tasya Nita Azhari (230602129)
3. Bil Hairu Asfuji (230602128)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN & STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2024

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan
makalah yang akan membahas lebih jauh mengenai Sejarah Perkembangan Ulumul
Qur’an Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Kami
mengucapkan terimakasih kepada bapak Ar Rosikh, S. Wg., M.Fil.l selaku dosen mata
kuliah Ulumul Qur’an sekaligus pembimbing materi. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Mataram, 26 Februari 2024

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian Ulumul Qur’an 5

B. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an 7

C. Sejarah dan Perkembangan Ulumul Qur’an 8

BAB III PENUTUP 13

A. Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. Al- Qur’an

diturunkan dalam bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah

kapasitas manusia yang sangat terbatas dalam memahami Al- Qur’an. Karena pada

kenyataannya tidak semua yang pandai bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri,mampu

memahami dan menangkap pesan Ilahi yang terkandung di dalam Al-Qur’an secara

sempurna. Terlebih orang ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat nabi, dan tabi’in

yang tergolong lebih dekat kepada masa nabi, masih ada yang keliru menangkap

pesan Al-Qur’an.

Kesulitan-kesulitan itu menyadarkan para sahabat dan ulama generasi berikutnya akan

kelangsungan dalam memahami Al-Qur’an. Mereka merasa perlu membuat rambu-rambu

dalam memahami Al-Qur’an. Terlebih lagi penyebaran Islam semakin meluas, dan kebutuhan

pada pemahaman Al-Qur’an menjadi sangat mendesak. Hasil jerih payah para ulama itu

menghasilkan cabang ilmu Al-Qur’an yang sangat banyak. Adanya permasalahan tersebut

menjadi urgensi dari ilmu-ilmu Al-Qur’an sebagai sarana menggali pesan Tuhan, serta untuk

mendapat pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1.Apa itu Ulumul Qur’an ?

2.Apa saja ruang lingkup Ulumul Qur’an ?

3.Bagaimana Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Ulumu Qur’an

Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang merupakan gabungan dua kata,
yaitu ulum dan Al-Qur’an. Kata ‘ulum secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata
ilmu, yang berasal dari kata ‘alima-ya’lamu-‘ilman. Ilmu merupakan bentuk mashdar
yang artinya pengetahuan dan pemahaman. Maksud dari pengetahuan ini sesuai
dengan makna dasarnya, yaitu “al-fahmu wa al-idrak“ (pemahaman dan pengetahuan).
Kemudian pengertiannya dikembangkan pada berbagai masalah yang beragamdengan standar
ilmiah. Kata ‘ilm juga berarti “idrak al-syai’I bi haqiqatih“ (mengetahui dengan sebenarnya) 1.

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari bahasa Arab ‫ قرأ–يقرأ‬- ‫ قرآن‬yang merupakan isim
mashdar yaitu artinya bacaan. Menurut sebagian ulama berpendapat bahwa walaupun kata
Al-Qur’an adalah mashdar (bacaan), namun Al-Qur’an bermakna maf’ul (yang dibaca). Al-
Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai mukjizat yang didalamnya terkandung bacaan dan isi yang menarik untuk dijadikan
studi sehingga melahirkan berbagai macam pengetahuan diantaranya adalah Ulumul Qur’an.

Gabungan kata ‘Ulum dengan kata Al-Qur’an memperlihatkan adanya penjelasan


tentang jenis-jenis ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Al-Qur’an; ilmu yang
bersangkutan dengan pembelaan tentang keberadaan Al-Qur’an dan permasalahannya;
berkenaan dengan proses hukum yang terkandung di dalamnya; berkenaan dengan
penjelasan bentuk mufradat dan lafal Al-Qur’an.

1
Acep Hermawan, ’(Ulumul Quran 1-2 ), 2013

5
Pengertian Ulumul Qur’an secara istilah memiliki definisi yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan pada fokus masing-masing keilmuan dari para ahli.
Secara istilah para ulama telah merumuskan beberapa definisi Ulumul Qur’an ini.

1. Menurut Az-Zarqani
Pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi
turunnya, urutan-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya,
penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh mansukhnya, dan penolakan
terhadap hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan terhadap Al-Qur’an dan
lain sebagainya.2

2. Menurut Manna’ al-Qaththan


Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan
Al-Qur’an, dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya,
pengumpulan Al-Qur’an dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat-
ayat Makiyah dan Madaniyah, nasikh mansukh, muhkan dan mutasyabih dan
hal-hal lain yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an.

3. Menurut Ali ash-Shabuni


Pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan kitab yang mulia ini
dari segi turunnya, pengumpulannya, penertibannya, pembukuannya,
mengetahui sebab turunnya. Makiyah dan Madaniyahnya, nasikh
mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya dan lain-lain pembahasan yang
berkaitan dengan Al-Qur’an3.

Dari definisi-definisi tersebut jelaslah bahwa Ulumul Qur’an merupakan gabungan


dari sejumlah pembahasan ilmu-ilmu yang pada mulanya berdiri sendiri. Pembahasan
ilmu-ilmu ini mempunyai hubungan yang erat dengan Al-Qur’an, baik dari segi
keberadaannya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman kandungannya sebagai
pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia.

2
Az-Zarqani dan Abd Al-adhim, Manahil Al-Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’An (Beirut: Dar Al-Fikr, 2013), 23.
3
Manna Al-Qaththan, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’An (Riyad: Mansyurat al-Ashr al-Hadits, 1973), 15-16.

6
B. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an

Berdasarkan pengertian ‘Ulum AL-Qur’an di atas dapat dipahami tentang ruang


lingkup Ulum Al-Qur’an, yaitu semua ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an berupa
ilmu agama dan ilmu ‘Ibrah Al-Qur’an. Bahkan As-Suyuthi sebagaimana dikutip oleh
Ahmad Syadali memperluasnya sehingga memasukkan kedokteran, ilmu ukur,
astronomi dan sebagainya ke dalam pembahasan ‘Ulumul Qur’an4. Namun As-Shiddiqie
sebagaimana yang dikutip oleh Ramli Abdul Wahid mengatakan bahwa segala macam
pembahasan ‘Ulumul Qur’an kembali kepada beberapa pokok persoalan sebagai berikut:

1. Persoalan Nuzul, ayat-ayat Makiyah atau Madaniyah, sebab turun ayat, yang mula-mula
turun dan yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah pisah, dan
yang turun sekaligus

2. Persoalan sanad, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sanad yang muthawatir, yang
ahad, yang Syaz, bentuk-bentuk Qiraat, para periwayat dan penghafal Al-Qur’an dan cara
tahammul ( penerimaan riwayatnya)

3. Persoalan adab Qiraat, masalah waqaf (berhenti), ibtida’ (cara memulai), imalah( cara
memanjangkan) takhfif Hamzah (cara meringankan Hamzah), idgham (memasukkan
bunyi huruf nun mati ke dalam huruf sesudahnya)

4. Persoalan yang menyangkut lafaz Al-Qur’an yaitu Gharib (pelik), Mu’rab (menerima
perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak, muradif (sinonim), isti’arah
(metaphor), tasybih (penyerupaan).

5. Persoalan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang bermakna
umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zhahir, yang mujmal (global),
yang munfashal (yang terinci), yang manthuq (makna yang berdasarkan pengutaraan),
nasikh mansukh, mutlaq (tidak terbatas) dan muqayyad (terbatas) dan lain sebagainya

6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafaz fashl (pisah), washal
(berhubungan), ijaz ( singkat), ithnab ( panjang) musawah (sama) dan Qashr (pendek)
5

C. Sejarah dan Perkembangan Ulumul Qur’an

Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ‘Ulumul Qur’an tidak
4
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11
5
Ramli Abdul Wahid, op.cit., h8

7
lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu cabang disiplin ilmu setelah melalui
proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini tentu banyak Pribadi dan kondisi
yang membuatnya sebagai cabang ilmu yang penting untuk memahami kitab suci Al Qur’an.
Berikut ini kita lihat bagaimana alur lahirnya cabang ilmu ini.

1. Masa Sebelum Penulisan


Di masa Rasulullah dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu
ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang Arab asli yang dapat
merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada
Rasul SAW. Bila mereka menemukan ksulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka
dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW. Sebagai contoh, ketika turun ayat:

Dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman..”


( Q.S Al-An’am: 82)6 Para sahabat bertannya: “ siapa dari kami yang tidak menganiaya
(menzalimi) dirinya?”. Nabi menafsirkan kata zulm di sini dengan syirik berdasarkan ayat:
(sesungguhnya Syirik itu kezaliman yang besar ( Q.S Luqman:13)7

Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan di masa Rasul dan
Sahabat.

1. kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar untuk memahami

Al-Qur'an dan rasul dapat menjelaskan maksudnya.

2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis

3. Adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an.

Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di

masa Nabi maupun di zaman sahabat8.

2. Masa Penulisan Ulumul Qur’an

Di zaman khalifah usman Bin Affan wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi
pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab.
6
Departemen Agama, op.cit, h.138
7
Ibid., h.412
8
Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an,( Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977), h.120

8
Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sahabat akan terjadinya perpecahan di
kalangan muslimin tentang bacaan Al-Qur’an, selama mereka tidak memiliki sebuah Al-
Qur’an yang menjadi standar bagi bacaan mereka. Sehingga disalinlah dari tulisan aslinya
sebuah al-Qur’an yang disebut Mushaf Imam. Dengan terlaksananya penyalinan ini, maka
berarti Usman telah meletakkan suatu dasar Ulumul Qur’an yang disebut Rasm Al-Qur’an
atau Ilmu al- Rasm al- Utsmani9.
Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu Qur’an. Karena melihat
banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab,
dan kesalahan pembacaan Al-Qur’an. Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Duali untuk menyusun
kaidah-kaidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari
pencemaran dan menjaga Al-Qur’an dari keteledoran pembacanya. Tindakan khalifah Ali ini
dianggap perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab Al-Qur’an.
Pada abad ke-2 H ulumul Qu’an memasuki masa pembukuan. Para ulama
memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai Umm al-
‘ulum al-Qur’aniah ( induk ilmu-ilmu Al-Qur’an). Penulis pertama dalam tafsir adalah
Syu’bah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn ‘Uyaynah, dan Wali’ Ibn al-Jarrah.
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari. Dia orang
pertama membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya atas lainnya. Ia juga
mengemukakan I’rab dan istinbath ( penggalian hukum dari al-Qur’an). Di abad ini juga lahir
ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan
Madaniyah. Dan adapun karya ulama pada abad ke-3, yaitu:
1. Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali Ibn Al-Madini
2. Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Qur’an disusun oleh Abu ‘Ubaid al
Qasim Ibn Salam.
3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad Ibn Ayyub alDharis10.
Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Qur’an. Adapun
Ulama ulumul Qur’an pada masa ini adalah:
1. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya ‘Ajaib Ulumul Qur’an.

9
Muhammad Abdul ‘Azim Al-Zarqani, op.cit., h. 30
10
Shubhi al- Shalih, op.cit., h. 121-122

9
2 Isi kitab ini tentang keutamaan Al-Qur’an, turunnya atas tujuh huruf, penulisan mushaf-
mushaf, jumlah surah, ayat dan kata –kata Al-Qur’an.
3 Abu al-Hasan al-‘Asy’ari, kitabnya Al-Mukhtazan fi Ulumul Qur’an
4 Abu Bakar al-Sijistani, kitabnya Gharib al-Qur’an
5 Muhammad Ibn Ali al- Adfawi, kitabnya Al- Istighna fi Ulumul Qur’an.11
Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para tokoh serta karyanya
adalah;
1. Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul Qur’an dan
I’rab Al-Qur’an
2. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab’I dan Al- Muhkam fi al- Nuqath
3. Al- Mawardi, kitabnya tentang amtsal Qur’an12
Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat al-Qur’an. Abu Qasim Abdur Rahman al-

Suahaili mengarang Mubhamat al-Qur’an. Ilmu ini menerangkan lafaz-lafaz Al-Qur’an yang

maksudnya apa dan siapa tidak jelas. Ibn al-Jauzi menulis kitab Funun al- Afnan Fi ‘Aja’ib

al-Qur’an dan kitab Al- Mujtaba fi Ulum Tata’allaq bi al-Qur’an.13

Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al’Izz mengarang

kitab Majaz al-Qur’an. ‘Alam al- Din al- Sakhawi mengarang tentang Qiraat. Ia menulis kitab

Hidayah al- Murtab fi al- Mutasyabih. Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn Ismail al- Maqdisi,

menulis kitab Al- Mursyid al- Wajiz fi ma Yata’allaq bi al- Qur’an al- ‘Aziz.

Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-

Qur’an, seperti berikut ini:


1. Ibn Abi al- Ishba’, kitabnya tentang badai al-Qur’an.Ilmu ini membahas berbagai macam

11
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973. H.14
12
Ibid
13
Nawawi, Rifat Syauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h.

10
keindahan bahasa dalam al-Qur’an.
2. Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Qur’an
3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj al-Qur’an. Isi kitab ini tentang bukti-bukti
yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menetapkan suatu hukum
4. Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amstal al-Qur’an
5. Badruddin al-Zarkasyi, kitabnya Al- Burhan fi Ulum Al-Qur’an14.
Pada abad ke- 9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan
ilmu-ilmu Qur’an, yaitu:
1. Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al- Nujum. Menurut Al-
Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul
Qur’an yang lengkap. Sebab dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an
2. Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawa’id al-Tafsir. Di
dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, al-Qur’an, surat dan ayat. Juga dijelaskan
dalam kitabnya itu tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir(873 H). Kitab ini memuat
102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini dipandang sebagai
kitab Ulumul Qur’an yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa belum puas, beliau
menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Di dalam kitab ini terdapat 80
macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini
merupakan kitab pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah
wafatnya Al-Suyuthi tidak terlihat munculnya penulis yang memiliki kemampuan seperti
kemampuannya. Sehingga terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-Suyuthi sampai
dengan akhir abad ke 13 H15.

Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke -15, perhatian ulama terhadap
penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur’an kembali bangkit. Kebangkitan ini sejalan dengan
kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya. Di antara Ulama yang
menulis tentang Ulumul Qur’an ialah:

14
Ibid., h. 222
15
Ramli Abdul Wahid, op.cit., h.20

11
1. Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al- Mabahits Al-Muta’alliqah bi
Al-Qur’an.
2. Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya, Mahaasin Al-Takwil
3. Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an
4. Musthafa Shadiq Al-Rafi’, kitabnya I’jaz Al-Qur’an
5. Sayyid Quttub, kitabnya Al-Thaswir al-Fanni Fi Al-Qur’an dan Fi Zilal Al-Qur’an
6. Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar
7. Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Qur’an
8. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Qur’an
9. Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar ilmu Tafsir
10. M. Quraish Shihab, kitabnya membumikan Al-Qur’an16.
Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an, terdapat tiga pendapat,
yaitu:
1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al-Qur’an mengatakan bahwa
lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an pertama kali ialah pada abad ke-717,
2. Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian menurutnya, istilah ini
lahir pada permulaan abad ke-1518,
3. Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama kali menggunakan
istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban. Dia berpendapat seperti ini berlandasan
pada penemuannya tentang beberapa kitab yang berbicara tentang kajian Al-Qur’an yang
telah mempergunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an. Yang paling awal menurutnya ialah kitab
Ibn Al-Mirzaban yang berjudul Al-Hawi Fi ‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3
H. Hal ini juga disepakti oleh Hasbi As-shiddieqi.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

16
Ibid., h.21
17
Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, 0p.cit., h.34
18
Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, 0p.cit., h.34

12
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ‘Ulumul Qur’an adalah ilmu yang

membahas segala hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang disandarkan

kepada Al-Qur’an sebagai penunjang untuk memahami Al-Qur’an secara luas dan mendalam.

Perlu kita pelajari agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat

Al-Qur’an yang menjadi acuan dan pedoman hidup dalam rangka meraih kesuksesan di dunia

dan akhirat.

Pertumbuhan dan perkembangan ‘Ulumul Qur’an berlangsung dalam rentang waktu

yang panjang. Walaupun pada masa nabi hidup di siplin ilmu ini belum dibukukan, sebab

sahabat merasa cukup meminta penjelasan dari rasul akan sesuatu yang tidak dipahami.

Namun hal ini berkembang, dimana wilayah Islam telah luas dan banyak orang ‘Ajam (non

Arab) yang masuk Islam, tentunya mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan

memahami Al-Qur’an. Lahirlah inisiatif dari Usman untuk menyalin Al-Qur’an kembali dari

Salinan Al-Qur’an yang pernah ditulis di masa Nabi hidup dan diperbanyak. Tindakan ini

disusul dengan berbagai kegiatan para sahabat dan para tabi’in untuk menggali berbagai ilmu

dalam Al-Qur’an, sehingga lahirlah berbagai kitab. Akhirnya pada abad ke-2 H ‘Ulumul

Qur’an mulai dibukukan. Dengan kitab-kitab yang sudah ditulis tersebut semakin

meramaikan pembahasan para Ulama tentang Al-Qur’an. Imam As-Suyuthi adalah salah satu

Ulama ‘Ulumul Qur’an yang berpengaruh, karena kitabnya menjadi pegangan bagi para

peneliti dan penulis dalam ilmu ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. ’Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013.

Al-Qaththan, Manna. Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’An. Riyad: Mansyurat al-Ashr al-

13
Hadits, 1973.

Az-Zarqani dan Abd Al-adhim. Manahil Al-Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’An. Beirut: Dar Al-

Fikr, 2013.

T.M. Hasbi Ash-Shidieqi, Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1980).

Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an,( Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002).

Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Jakarta: PT. Syamil Cipta Media,

2004).

Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an,( Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977).

Muhammad Abdul ‘Azim, Manahil al- ‘Irfan fi ulum al- Qur’an, ( Beirut: Dar al-Fikr, 1988).

14

Anda mungkin juga menyukai