Dosen Pengampu :
Dr. H. Ahmad Syukron, MA.
Disusun Oleh :
Saiful Hidayat (220411016)
1
PENDAHULUAN
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat-Nya. Shalawat serta
salam kita haturkan ke junjungan Nabi Besar Muhammad saw, semoga kita semua
termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafaat dari beliau saw, aamiin.
Pada kesempatan kali ini, alhamdulillah penulis diberi amanat untuk
menyampaikan makalah pada mata kuliah ‘Ulum al-Qur’an dengan materi “’Ulum
al-Qur’an” yang akan membahas mengenai Pengertian, Urgensi, Sejarah dan
Karangan-karangan para Ulama yang berkaitan dengan ‘Ulum al-Qur’an.
Semoga apa yang akan disampaikan bermanfaat untuk semua, terkhusus untuk
penulis sendiri, aamiin.
1
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 966
2
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ilmu
3
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 1102
4
Muhammad Abdul ‘Adzim az-Zarqani, Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an, h. 21
2
Setelah mengetahui masing-masing makna dari kedua kata tersebut, bisa
kita definisikan secara bahasa, apa yang dimaksud dengan ‘Ulum al-Qur’an,
yaitu pengetahuan yang disusun secara sistematis untuk mengetahuai hal-hal
yang berkaitan dengan al-Qur’an al-Karim. Lebih spesifik lagi oleh az-Zarqani
menambahkan bahwa ‘Ulum al-Qur’an ialah sejumlah pembahasan yang
berkaitan dengan al-Qur’an al-Karim dari segi turunnya, urutannya,
pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, tafsirnya, kemukjizatannya,
nasikh-mansukhnya, dan penolakan hal-hal yang meragukannya.5 Manna al-
Qatthan juga menambahkan dalam hal asbabun nuzul, Makky dan Madany,
muhkam dan mutasyabih.6
Adapun ruang lingkup pembahasan Ulum al-Qur’an ini sangatlah luas,
karena mencakup segala disiplin ilmu yang berkaitan tentang al-Qur’an. As-
Suyuthi bahkan mengungkapkan ada sekitar 80 cabang ilmu-ilmu al-Qur’an.7
Bahkan ada yang mengatakan bahwa ilmu-ilmu al-Qur’an itu ada 77.450
cabang, seperti yang disebutkan oleh ibnu ‘Araby.8
Beliau berargumen bahwa setiap kata dalam al-Qur’an itu mengandung makna
dzahir,bathin, terbatas dan tidak terbatas. Jadi, banyak sekali aspek yang terkait
mengenai ilmu-ilmu al-Qur’an terlebih dalam aspek kebahasaan.
Dari sini bisa kita kemukakan bahwa pokok bahasan ‘Ulum al-Qur’an itu
terdiri dari riwayat dan dirayat. Dari segi riwayat seperti mengenai qira’at,
Makkiyah dan Madaniyah, dan sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an.
Sedangkan dirayat seperti dalam memahami makna-makna yang asing atau
mengenai sebuah hukum.
5
Muhammad Abdul ‘Adzim az-Zarqani, Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an, h. 27
6
Manna’ al-Qththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, h. 15
7
As-Suyuthi, al-Itqon fi Ulum al-Qur’an, h. 9
8
Muhammad Abdul ‘Adzim az-Zarqani, Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an, h. 24
3
B. Urgensi Mempelajari ‘Ulum al-Qur’an
Tentu sangat banyak manfaat dalam mempelajari ‘Ulum al-Qur’an, di
antarnya:
1. Pengayaan akan khazanah keilmuan yang tinggi yang berkaitan erat dengan
al-Qur’an9, baik dari segi isi al-Qur’an itu sendiri maupun di luarnya, seperti
yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang melatar belakangi turunnya
sebuah ayat dan lain-lain.
2. Akan sangat membantu dalam memahami isi kandungan al-Qur’an
3. Meminimalisir kesalahan dalam mengambil sebuah istimbhat hukum yang
terdapat dalam al-Qur’an.
4. Menjawab tuduhan-tuduhan yang menyesatkan mengenai isi kandungan al-
Qur’an.
5. Dan sudah barang tentu menjadi sebuah standar yang harus dipenuhi oleh
seorang mufassir ketika ingin menafsirkan al-Qur’an, karena ilmu-ilmu al-
Qur’an sangat erat kaitannya dengan ilmu tafsir.
Begitu banyak manfaat dan faidah yang dimiliki ilmu ini, sehingga banyak
sekali buku yang disusun membahas tentang ‘Ulum al-Qur’an yang nanti
akan disebutkan beberapa contohnya di sub bab akhir makalah ini. Bahkan
banyak diantara mufassir yang memulai tafsirnya dengan menyertakan
“ulum al-Quran dalam pendahuluannya.10
9
Muhammad Abdul ‘Adzim az-Zarqani, Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an, h. 28
10
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumil Qur’an al-Karim, h. 8
11
Muhammad Abdul ‘Adzim az-Zarqani, Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an, h. 29
4
diturunkan kepada Rasulullah saw. Apabila mereka menemukan kesulitan
dalam memahami ayat-ayat tertentu, maka mereka langsung
menanyakannya kepada Rasulullah Saw.
Adapun faktor mengapa ‘Ulum al-Qur’an belum dikodifikasikan pada
masa Nabi saw dan Sahabat ra, antara lain:
a. Pada umumnya para sahabat adalah ummi (tidak dapat menulis dan
membaca), bahkan kurang mengenal adanya bacaan dan tulisan.
b. Terbatasnya alat-alat tulis di kalangan mereka kala itu sehingga
mereka menuangkannya pada pelepah kurma, tulang belulang, kulit
binatang, dan lain sebagainya.
c. Mereka dilarang menulis sesuatu hal selain daripada al-Qur’an karena
dikhawatirkan tulisan tersebut akan tercampur aduk dengannya.
d. Sahabat adalah orang Arab asli sehingga mereka dapat menikmati al-
Qur’an secara langsung dan menyampaikannya dengan cepat.
5
al-Aswad ad-Du'ali untuk membuat kaidah bahasa Arab. Karena peristiwa
ini, sebagian ahli kemudian menyebut Ali bin Abi Thalib sebagai pencetus
ilmu Nahwu atau ilmu I'rab al-Qur’an. Dari uraian di atas, secara garis
besar dapat dikatakan bahwa, perhatian para pembesar Shahabat dan
Tabi'in waktu itu adalah menyebarkan Ulumul Qur’an secara riwayat dan
talqin (dari lisan ke lisan), bukan dengan tulisan atau kodifikasi.
Walau demikian, apa yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai
permulaan proses penulisan dan kodifikasi Ulum al-Qur’an. Para Shahabat
yang mempunyai andil besar dalam proses periwayatan Ulumul Qur’an
secara lisan ke lisan adalah empat Khalifah Rasyidin, Ibnu Abbas, Ibnu
Mas'ud, Abu Musa al-Asy'ari, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Zubair.
Sedangkan dari kalangan tabi'in adalah Mujahid, 'Atha' ‘Ikrimah, Qatadah,
Sa'id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, dan Zaid bin Aslam. Mereka semua
adalah para tokoh peletak batu pertama Ilmu Tafsir, Ilmu Asbabun Nuzul,
Ilmu Nasikh Mansukh, Ilmu Gharib al-Qur’an, dan sebagainya yang
bagian dari ilmu Ulum al-Qur’an.
3. Fase Kodifikasi
Di masa ini, berbagai kitab tentang Ulamul Qur'an ditulis dan
dikodifikasikan. Namun yang menjadi prioritas utama para ‘Ulama dimasa
itu adalah Ilmu Tafsir, karena ilmu ini dianggap memiliki fungsi yang
sangat besar dalam proses pemahaman dan penjelasan isi al-Qur’an.
Adapun para penulis pertama dalam bidang tafsir adalah Syu'bah bin
al-Hajjaj (160 H), Wali bin al-Jarrah (197 H) dan Sufyan bin Uyainah (198
H). Tafsir-tafsir mereka berisi tentang pandangan dan pendapat para
Shahabat dan Tabi'in. Hal ini menunjukkan betapa besarnya perhatian dan
semngat para ulama untuk memahami dan menggali makna-makna yang
terkandung dalam al-Qur’an.
Kemudian pada abad ke-3 Hijriyah muncul tokoh tafsir pertama yang
meluaskan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya. Ia adalah Ibnu
Jarir at-Thabari (310 H) dengan kitabnya, Jami' al-Bayan fi Tafsir Ayi al-
Qur'an. Kemudian proses penulisan tafsir ini terus berlangsung hingga
6
saat sekarang dengan model dan karakter yang berbeda-beda antara satu
masa dengan masa yang lainnya.
12
Muhammad Abdul ‘Adzim az-Zarqani, Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an, h. 31
7
2. Al-Mufrodat fi Gharib al-Qur’an oleh ar-Roghib al-Ashfahani, wafat
502 H
3. Al-Iqna’ fi Qira’at as-Sab’i oleh Ibnu al-Badzisyi, wafat 540 H
4. Mubham al-Qur’an oleh as-Suhaili, wafat 581 H
f. Di abad ke-7 Hijriyah:
1. Kitab tentang Qira’at oleh Alam ad-Din as-Sakhowi
2. Majaz al-Qur’an oleh al-‘Iz bin Abdussalam, wafat 660 H
3. Bada’il Qur’an oleh Ibnu Abi al-Ashba, wafat 654 H
4. As’ilat al-Qur’an wa Ajwibatuha oleh Muhammad bin Abu Bakar ar-
Razi, wafat 660 H
g. Di abad ke-8 Hijriyah:
1. At-Tibyan fi Aqsam al-Qur’an oleh Ibnu al-Qoyyim, wafat 751 H
2. Maurid al-Zam’an fi Rasm Ahruf al-Qur’an oleh al-Kharrazz, wafat
711 H
3. Al-Iksir fi ‘Ilmit Tafsir oleh At-Thufi, wafat 706 H
4. Lughot al-Qur’an oleh Abu Hayyan an-Nahawi, wafat 745 H
5. Fadhail al-Qur’an oleh Ibnu Katsir, wafat 774 H
6. Al-Burhan fi ‘Uluum al-Qur’an oleh Badruddin az-Zarkasyi, wafat
794 H
h. Di abad ke-9 Hijriyah:
1. Asbab an-Nuzul oleh Ibnu Hajar, wafat 852 H
2. At-Tafsir fi Qawaid ‘Ilmi at-Tafsir oleh al-Kaffaji, wafat 879 H
3. Mufhimat al-Aqran fi Mubhamat al-Qur’an, Lubab an-Nuqurl fi
Asbab an-Nuzul, at-Tahbir fi ‘Ulum at-Tafsir, al-Itqan fi ‘Ulum al-
Qur’an oleh as-Suyuthi, wafat 911 H
i. Di abad ke-10 Hijriyah:
1. Lathaif al-Isyarot fi ‘Ilmil Qira’at oleh al-Qasthalani, wafat 923 H
2. Fath ar-Rahim fi Kasyfi ma Yaltabisu fil Qur’an oleh Abu Yahya
Zakariya al-Anshari, wafat 926 H
3. Ghorib al-Qur’an oleh Ibnu as-Sahnah, wafat 921 H
8
j. Di abad ke-11 Hijriyah:
1. Ittihaf Fudhala’i al-Basyar fi Qira’at Arba’ ‘Asyar oleh Albanna,
wafat 1117 H
2. Qala’id al-Marjan fi an-Nasikh wal Mansukh minal Qur’an oleh as-
Syekh Mar’i al-Karami, wafat 1033 H
3. I’rab al-Qur’an oleh Ahmad bin Muhammad al-Maqqari, wafat 1041
H
k. Di abad ke-12 Hijriyah:
1. Kifayat al-Mustafid fi ‘Ilmit Tajwid oleh Abdul Ghina an-Nablisi, wafat
1143 H
2. Tuhfat al-Athfal wa al-Ghilman fi Tajwid al-Qur’an oleh al-Jamzuri,
wafat 1197 H
3. Fadha’il al-Qur’an oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, wafat 1206 H
l. Di abad ke-13 Hijriyah:
1. Risalat fi Mabadi’i at-Tafsir oleh Ad-Dimyati, wafat 1287 H
2. Al-Jauhar al-Farid fi Rasm al-Qur’an al-Majid oleh al-Harrani hidup
sekitaran tahun1286 H
3. An-Nasikh wal Mansukh oleh Ibnu Hamid al-Amiri, wafat 1295 H
m. Di abad ke-14 Hijriyah:
1. I’jaz al-Qur’an wal Balaghah an-Nabawiyah oleh Musthafa Shadiq ar-
Rafi’i, wafat 1356 H
2. An-Naba’ al-‘Adzim oleh Dr. Muhammad Abdullah Darraz, wafat 1377
H
3. At-Tashwir al-Fanni fi al-Qur’an dan Masyahid al-Qiyamah fi al-
Qur’an oleh Sayyid Quthub, wafat 1387 H
4. At-Tafsir wal Mufassirun oleh Muhammad Husain adz-Dzahabi, wafat
1397 H
n. Era Modern
1. Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an oleh Syekh Muhammad Abdul
Adzim az-Zarqani
2. Al-Madkhal fi Dirasat al-Qur’an al-Karim oleh Dr. Muhammad Abu
Syuhbah
9
3. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an oleh Dr. Subhi al-Shalih
4. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur'an oleh Syaikh Manna' al-Qaththan
5. Madkhal fi ‘Ulum al-Qur’an wa at-Tafsir oleh Dr. Faruq Humadah
6. Lamhat fi 'Ulum al-Qur’an oleh Syaikh Muhammad as-Shibagh
7. 'Ulum Al-Qur’an oleh Dr. Adnan Zirzur
8. At-Tibyan li Ba'dhi al-Mabahits al-Muta'alliqah bi al-Qur’an ‘Ala
Tharigat al-Itqan oleh Syaikh Thahir al-Jazari
9. Al-Manar fi ‘Ulum al-Qur’an oleh Dr. Muhammad Ali al-Hasan
10. Min ‘Ulum al-Qur’an oleh Dr. Fuad Ali Ridha
11. ‘Ulum al-Qur’an wa al-Hadits oleh Syaikh Ahmad Muhammad Ali Daud
12. Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an oleh Dr. Amir Abdul Aziz
13. At-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an oleh Dr. Al-Qushaibi Mahmud Zalat
14. Manhajul Furqan fi ‘Ulumil Qur’an, oleh Muhammad Ali Salamah13
13
Muhammad Abdul ‘Adzim az-Zarqani, Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an, h. 35
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ulumul Qur’an adalah disiplin Ilmu yang membahas tenyang hal-ahwal keal-
Qur’anan.
2. Pokok bahasan ‘Ulumul Qur'an terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama, ilmu yang
berhubungan dengan riwayat sematamata, seperti ilmu yang mempelajari
tentang jenis-jenis bacaan (qira'at), tempat dan waktu turun ayat-ayat atau
surah al-Qur’an (makkiah dan madaniah), dan sebab-sebab turunnya al-Qur’an
(asbab an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni
ilmu yang diperoleh dengan jalan penelitian secara mendalam, misalnya
pemahaman terhadap lafazh yang gharib (asing) atau mengetahui makna ayat-
ayat yang berkaitan dengan hukum.
3. Tujuan atau Faidah utama mempelajari ‘Ulum al-Qur’an adalah untuk
membantu memahami dengan baik al-Qur’an, penjelasan ayat-ayatnya dan
keterangan makna-maknanya yang samar dan menyibak hukum-hukumnya.
4. Sejarah ‘Ulum al-Qur’an secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase,
yaitu fase sebelum kodifikasi, awal permulaan kodifikasi dan fase kodifikasi
yang melahirkan banyak ulama dan karya mereka tentang Ulumul Qur’an.
B. Saran
Sekian makalah yang mampu penulis sampaikan, jika banyak kesalahan dan
kekeliruan yang terdapat di dalamnya, mohon kiranya untuk dikritik, sehingga
menjadi bacaan dan sumber ilmu yang lebih baik. Terima kasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
12