Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Analisis Bahan Ajar)

A. Judul Modul : Konsep Dasar Ulum al-Qur’an


B. Judul Materi Kegiatan Belajar : Ulum Al-Qur`an dan Sejarhnya (KB.1)
C. Judul Bahan Ajar (Video/Artikel) : Video
D. Analisis Pemb. Kegiatan Belajar : Sejarah Perkembangan Al-Qur’an

NO BUTIR ANALIS RESPON/JAWABAN


Ulumul Qur’an ialah seluruh cakupan ilmu yang lengkap
yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an berupa ilmu-ilmu
agama, seperti ilmu tafsir, maupun ilmu-ilmu bahasa Arab
1 Deskripsi Umum seperti ilmu I’rabil Qur’an. Dia mencakup berbagai cabang
ilmu yang bersangkut dengan al-Qur’an, dengan menitik
beratkan pada pembahasan masing-masing. Sehubungan
dengan ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an itu luas
dan mendalam, maka memepelajari ilmu ini sangat penring
artmya, terutama apabila seseorang ingm menafsirkan Al-
Qur’an. Tanpa mengetahui ilmu mi maka seseorang dalam
menafsirkan Al-Qur’an sangat besar kemunhkinan akan
salah bahkan sesat dan menyesatkan orang lain. Karena
dengan ilmu ini, kita mempunyai pengetahuan yang luas
tentang Al-Qur’an sehingga kemungkinan kita mampu
memahami Al-Qur’an dengan baik dan sanggup
menafsirkan Al-Qur’an serta dapat menanggapi dan
menangkis berbagai komentar negatif terhadap Al-Quran
yang sering dilontarkan non muslim (orientalis dan atheis)
dengan maksud menodai Kitab Suci ini dan untuk
menimbulkan keragu-raguan aqidah umat Islam terhadap
kesucian dan kebenaran Al-Qur’an yang menjadi way on
life bagi umat Islam di seluruh dunia.

Lebih jelasnya ash-Shabuni menjelaskan tujuan


mengetahui ilmu-ilmu Alquran ini ialah (1) Agar dapat
memahami Kalam Allah ‘Azza Wajalla, sejalan dengan
keterangan dan penjelasan dari Rasulullah saw serta
sejalan pula dengan keterangan yang dikutip oleh para
sahabat dan tabi’in tentang interpretasi mereka perihal Al-
Qur’an. (2). Agar mengetahui cara dan gaya yang
dipergunakan oleh para mufassir dalam menafsirkan Al-
Qur’an dengan disertai sekedar penjelasan tentang tokoh-
tokoh ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-
kelebihannya. (3). Agar mengetahui persyaratan-
persyaratan dalam menafsirkan Al-Qur’an. (4). Dan ilmu-
ilmu lain yang dibutuhkan untuk itu.
Pada zaman Rasulullah saw maupun pada masa
berikunya yakni zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Umar,
ilmu-ilmu al-Qur’an masih diriwayatkan melalui lisan, belum
dibukukan. Karena waktu pada masa Nabi dan para
sahabatnya tidak ada kebutuhan sama sekali untuk
menulis atau mengarang buku-buku tentang ulumul
Qur’an. Para sahabat mampu mencema kesusasteraan
bermutu tinggi- Mereka dapat memahami ayat-ayat al-
Qur’an turun kepada Nabi. Jika menghadapi kesukaran
dalam memahami sesuatu mengenai al-Qur’an, mereka
menanyakannya langsung kepada beliau. Disamping
bahasa Qur’an adalah bahasa mereka sendiri sehingga
mereka sudah memahami ayat-ayat Qur’an, juga mereka
mengetahui asbab nuzul Qur’an. Ketika masa khalifah
Utsman dimana orang Arab mulai bergaul dengan orang-
orang non Arab, pada saat itu Utsman memerintahkan
supaya kaum muslimin berpegang pada mushaf induk dan
membuat reproduksi menjadi beberapa buah naskah untuk
dikirim ke daerah-daerah. Bersamaan dengan itu ia
memerintahkan supaya membakar semua mushaf lainnya
yang ditulis orang menurut caranya masing-masing. Dan
tindakan khalifah tersebut merupakan perintisan bagi
lahirya suatu ilmu yang kemudian dinamai “Ilmu Rasmil
Qur’an” atau Ilmu Rasmil Utsmani” (Ilmu tentang penulisan
al-Qur’an).

1. ’Ulumul Qur’an pada masa Rasulullah SAW

Tulislah 5 konsep dan Embrio awal ‘Ulumul Qur’an pada masa ini
2 deskripsinya yang berupa penafsiran ayat Al-Qur’an langsung dari
Anda temukan di Rasulullah SAW kepada para sahabat,begitu pula
dalam Bahan Ajar
dengan antusias para sahabat dalam bertanya
tentang makna suatu ayat,menghafalkan dan
mempelajari hukum-hukumnya.

a.Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa


ayat.

Dari Uqbah bin Amir ia berkata:”aku pernah


mendengar Rasulullah SAW berkata di atas mimbar,”Dan
siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu
sanggupi(Anfal:60),ingatlah bahwa kekuatan di sini adalah
memanah”(HR Muslim).

b.Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari


Al-Qur’an.

Diriwayatkan dari Abu ‘Abdurrahman as-Sulami,ia


mengatakan:”Mereka yang membacakan Al-Qur’an
kepada kami,seperti Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdullah bin
Mas’ud serta yang lain menceritakan,bahwa mereka bila
belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak
melanjutkannya,sebelum mengamalkan ilmu dan amal
yang ada di dalamnya,mereka berkata ‘kami
mempelajari Al-Qur’an berikut ilmu dan amalnya
sekaligus.”

c.Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain Al-


Qur’an,sebagai upaya menjaga kemurnian Al-Qur’an.

Dari Abu Sa’ad al-Khudri,bahwa Rasulullah SAW


bersabda:”Janganlah kamu tulis dari aku;barang siapa
menuliskan tentang aku selain Al-Qur’an,hendaklah
dihapus.Dan ceritakan apa yang dariku,dan itu tiada
halangan baginya,dan barang siapa sengaja berdusta
atas namaku,ia akan menempati tempatnya di api
neraka.”(HR Muslim).
2. ’Ulumul Qur’an pada masa Khalifah

Pada masa khalifah,tahapan perkembangan


awal(embrio)’Ulumul qur’an mulai berkembang
pesat,diantaranya dengan kebijakan-kebijakan para
khalifah sebagaimana berikut:

a.Khalifah Abu Bakar:dengan kebijakan


pengumpulan(penulisan Al-Qur’an yang pertama yang
diprakarsai oleh ‘Umar bin Khottob dan dipegang oleh
Zaid bin Tsabit.

b.Kekhalifahan Utsman Ra;dengan kebijakan


menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf,dan
hal itupun terlaksana.Mushaf itu disebut mushaf
Imam.Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke
beberapa provinsi.Penulisan mushaf tersebut
dinamakan ar-Rosmul ‘Usmani yaitu dinisbahkan
kepada Usman,dan ini dianggap sebagai permulaan
dari ilmu Rasmil Qur’an.

c.Kekhalifahan Ali Ra:dengan kebijakan perintahnya


kepada Abu ‘Aswad Ad-Du’ali meletakkan kaidah-
kaidah nahwu,cara pengucapan yang tepat dan baku
dan memberikan ketentuan harakat pada qur’an.ini
juga disebut sebagai permulaan Ilmu I’rabil Qur’an.

3. ’Ulumul Qur’an Masa Sahabat dan Tabi’in

a.Peranan Sahabat dalam penafsiran Al-Qur’an dan


Tokoh-tokohnya

Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha


mereka dalam menyampaikan makna-makna Al-Qur’an
dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka,
sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda
dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama
dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW,hal
demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para
tabi’in.

Kelebihan Sejarah Perkembangan Al-Qur`an :


Evaluasi dan refleksi 1. Sejarah berfungsi sebagai  peneguh hati
atas pemaparan materi
3 pada Bahan Ajar
Dalam surat al-Kahfi, Allah SWT mengisahkan
(Kelebihan dan
kekurangan terkait ada sekelompok pemuda yang mengasingkan diri ke
dengan penjelasan dalam goa dalam rangka menghindari pemimpin dhalim
materi pada Bahan Ajar) yang memimpin negeri mereka. Dalam upaya
menyelamatkan imannya itu, atas izin Allah SWT,
mereka tertidur dalam goa tersebut selama 309 tahun.
Ketika terbangun, mereka sudah menemukan hewan
yang dibawanya hanya tersisa tulang dan ketika mereka
menuju ke sebuah pasar untuk membeli makanan, uang
yang dipakai untuk membayar sudah tidak laku lagi.
Pemimpin dhalim yang mengancam iman merekapun
ternyata telah meninggal. Hikmah yang bisa diambil dari
kisah pemuda kahfi bahwa keimanan atas Allah SWT
perlu diperjuangkan penuh pengorbanan. Teladan dari
ashabul kahfi itu seharusnya bisa meneguhkan hari kita
agar selalu beriman kepada Allah SWT.

2. Sejarah berfungsi  sebagai pengajaran

Dalam surat al-‘Araf 73-74, Allah SWT


mengisahkan bagaimana Allah SWT memberi
peringatan kepada Kaum Tsamud, kaumnya Nabi
Shaleh AS yang ingkar kepada Nabi dan Tuhan mereka.
Mereka justru memahat gunung-gunung menjadi rumah-
rumah yang megah dan mewah serta melupakan
nikmat-nikmat yang telah diberikan. Mereka beramai-
ramai juga membunuh unta Nabi Shaleh yang
merupakan mukjizat yang diberikan Allah SWT. Maka
Allah SWT kemudian mengirimkan petir yang
menggelegar dan meluluh lantakkan kaum Tsamud.
Namun menariknya, Allah SWT masih menyisakan
bangunan-bangunan tersebut sebagai pengajaran
kepada manusia yang hidup setelahnya bahwa dahulu,
sebelum masehi, perkembangan arsitektur manusia
sudah berkembang pesat. Sebuah simbol peradaban
manusia pada zaman lampau yang dicatat oleh al-
Qur’an sebagai pengajaran bagi manusia hari ini.

3. Sejarah berfungsi sebagai peringatan

Banyak kisah masa lalu dalam al-Qur’an yang


bisa diambil pelajaran. Kisah Fir’aun yang menentang
Nabi Musa AS hingga akhirnya ditenggelamkan ke
dalam Laut Merah salah satunya. Keangkuhan Fir’aun
tidak hanya dalam penentangannya atas Nabi Musa AS.
Lebih dari itu, dia mengaku menjadi Tuhan yang bisa
menghidupkan dan mematikan manusia. Hingga hari ini,
jasad Fir’aun atau Pharaoh yang menjadi raja Mesir
ketika itu masih bisa disaksikan disemayamkan di
bawah Piramid di daerah Giza, Mesir. Melalui sejarah
tentang Fir’aun yang termaktub dalam al-Qur’an, Allah
SWT ingin memberi peringatan kepada manusia agar
tidak sombong dan ingkar kepada peringatan Allah SWT
yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul. Terlebih lagi
mengaku dirinya lebih hebat ataupun setara dengan
Allah SWT, ataupun menuhankan Tuhan lain selain
Allah SWT. Na’udzubillahimindzalik.

4. Sejarah sebagai sumber kebenaran

Jaminan kebenaran al-Qur’an telah termaktub


tegas dalam surat al-Baqarah ayat 2, “Kitab ini tidak ada
keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa.” Jadi, kisah-kisah sejarah yang termaktub
dalam kitab ini mutlak kebenaran dan keabsahannya.
Sejarah yang ditulis al-Qur’an bukanlah sejarah yang
penuh rekayasa dan sarat kepentingan seperti halnya
sejarah-sejarah yang ada sekarang. Fakta-fakta sejarah
dalam al-Qur’an sangat bisa dijadikan sumber sejarah.
Historiografi dalam al-Qur’an bisa dijadikan contoh
bagaimana seharusnya sejarah ditulis. Allah SWT
sangat expert memberi contoh bagaimana menulis
sejarah.

5. Sejarah untuk Masa Depan

Dengan sejarah yang tertulis dan dikisahkan oleh


al-Qur’an, umat Islam dituntut untuk bisa berfikir (Al-
A’raaf : 176). Maksudnya, manusia seharusnya
menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan peringatan
untuk menentukan langkah berikutnya dari suatu
kesinambungan risalah dalam menggapai tujuan li ‘ila
kalimatillah. Apa yang terjadi pada masa lampau
seharusnya dijadikan pelajaran berharga dalam
menjalankan tugas-tugas kekhalifahan manusia hari ini.

Penggabungan kata ‘Ulum dengan kata Al-Qur’an


menunjukkan arti yang luas meliputi semua unsur yang
Kaitkan isi Bahan ada dalam Al-Qur’an itu sendiri yang meliputi ilmu-ilmu
4 Ajar dengan nilai diniyah dan ilmu-ilmu kauniyah ,inilah yang dinamakan
moderasi beragama
makna idhafi.Hal ini memiliki potensi ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan Al-Qur’an,ilmu yang
bersangkutan dengan pembelaan tentang keberadaan
Al-Qur’an dan permasalahannya,berkenaan dengan
proses hukum yang terkandung di dalamnya,berkenaan
dengan penjelasan bentuk mufradat lafal Al-Qur’an,Al-
Qur’an sebagai pandangan hidup dalam menjalani
dinamika kehidupan,hukum-hukum dan sebagainya.

Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut


semua bersumber pada Al-Quran dan sebagai salah satu
metode untuk mengetahui kemukjizatan Al-Qur’an,seperti
ilmu-ilmu tafsir,tajwid,nasikh-
mansukh,fiqh,tauhid,fara’id,tata Bahasa dan lain-lain.

Cirebon, 03 Agustus 2022

Dida Setiawan

Anda mungkin juga menyukai