1
tahun 430 H ) dalam karyanya yang berjudul Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an yang
dicetak tahun 1954 dan disunting oleh Arthur Jeffri, seorang orientalis keamanan.
Syahbah berpendapat bahwa istilah ‘Ulumul Qur’an muncul dalam kitab Al-
Mabani fi Nazhm Al-Ma’ani yang ditulis tahun 425 H. (abad V H.). Syahbah juga
mengkritik analisis yang dikemukakan oleh Az-Zarqani. Pendapat lain
dikemukakan Subhi Ash-Shalih. Ia berpendapat bahwa istilah “Ulumul Qur’an
sudah muncul sejak abad III H., yaitu ketika Ibn Al-Marzuban menulis kitab yang
berjudul Al-Hawi fi ‘Ulum Al-Quran.
Adapun mengenai definisi ‘Ulumul Qur’an berdasarkan istilah, para ulama
memberikan redaksi yang berbeda-beda sebagaimna dijelaskan berikut ini.
1. Menurut Ash-Shabuni bahwa yang dimaksud Ulum Al-qur’an ialah seluruh
pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur'an al-Majid yang abadi, baik
dari segi penyusunanya, pengumpulannya, sistimatikannya, perbedaan antara
surat Makiyah dan Madaniyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh,
pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta
pembahasan-pembahasan lain yang berhubungan dan ada sangkut pautnya
dengan Al-Qur'an'Azim.
2. Menurut Imam Al-Suyuti dalam kitab Itmamu al-Dimyah: Ilmu Al-Qur’an
ialah suatu ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur'an dari segi
turunnya, sanadnya, adabnya, makna-maknanya baik yang berhubungan
dengan lafaz-lafaznya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya
dan sebagainya.
3. Menurut al-Zarqani dalam kitabnya Manahil al-'Irfan fi Ulum Al-Qur'an
menyebutkan bahwa Ulumul Qur'an ialah pembahasan-pembahasan masalah
yang berhungan dengan Al-Qur'an, dari segi terunnya, urut-urutannya,
pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, mu'jizatnya, nasikh dan
mansukhnya, dan bantahan terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan
kebingungan terhadap Al-Qur'an dan sebagainya.
4. Sementara itu Manna al-Qattan dalam kitabnya Mabahits fi Ulum Al-Qur'an
merumuskan bahwa Ulumul Qur'an ialah: ilmu yang membahas tentang Al-
qur’an dari segi asbab al-nuzul, pengumpulan Alquran, tartibnya, mengetahui
2
makkiyah dan madaniyah, nasikh mansukh, muhkam-mutasyabih dan lain-lain
yang berkaitan dengan Alquran. 1
Dari berbagai definisi tersebut maka ruang lingkup pembahasan Ulumul
Qur'an ialah seluruh cakupan ilmu yang lengkap yang ada hubungannya dengan
Al-Qur'an berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir, maupun ilmu-ilmu bahasa
Arab seperti ilmu I’rabil Qur'an. Dia mencakup berbagai cabang ilmu yang
bersangkut dengan al-Qur'an, dengan menitik beratkan pada pembahasan masing-
masing. Sehubungan dengan ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur'an itu luas
dan mendalam, maka mempelajari ilmu ini sangat penring artmya, terutama
apabila seseorang ingm menafsirkan Al-Qur'an. Tanpa mengetahui ilmu ini maka
seseorang dalam menafsirkan Al-Qur'an sangat besar kemungkinan salah bahkan
sesat dan menyesatkan orang lain. Karena dengan ilmu ini, seseorang mempunyai
pengetahuan yang luas tentang Al-Qur'an sehingga kemungkinan kita mampu
memahami Al-Qur'an dengan baik dan sanggup menafsirkan Al-Qur'an serta dapat
menanggapi dan menangkis berbagai komentar negatif terhadap Al-Quran yang
sering dilontarkan non muslim (orientalis dan atheis) dengan maksud menodai
Kitab Suci ini dan untuk menimbulkan keragu-raguan akidah umat Islam terhadap
kesucian dan kebenaran Al-Qur'an yang menjadi way on life bagi umat Islam di
seluruh dunia.
Lebih jelasnya ash-Shabuni menjelaskan tujuan mengetahui ilmu-ilmu
Alquran ini ialah (1) agar dapat memahami Kalam Allah 'Azza Wajalla, sejalan
dengan keterangan dan penjelasan dari Rasulullah saw serta sejalan pula dengan
keterangan yang dikutip oleh para sahabat dan tabi'in tentang interpretasi mereka
perihal Al-Qur'an (2) agar mengetahui cara dan gaya yang dipergunakan oleh para
mufassir dalam menafsirkan Al-Qur'an dengan disertai sekedar penjelasan tentang
tokoh-tokoh ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya (3) agar
mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Qur'an (4) dan ilmu-
ilmu lain yang dibutuhkan untuk itu.
B. Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulumul Qur’an
1
Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an, Mansyurah al-Ashar al-Hadis, Riyad, tt. hal.
15-16.
3
Banyaknya ilmu yang ada kaitannya dengan pembahasan Al-Qur’an,
menyebabkan banyak pula ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an. Bahkan,
menurut Abu Bakar Al-Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an itu mencapai 77.450. Hitungan
ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Qur’an dengan empat makna,
yaitu zhahir, batin, hadd, dan mathla. Jumlah itu semakin bertambah jika melihat
urutan kalimat-kalimat di dalam Al-Qur’an serta hubungan di antara urutan-urutan
itu. Jika sisi itu yang dilihat, ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an tidak
dapat dihitung ( tak terhingga ) lagi.
Berkenaan dengan persoalan ini, M. Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat
bahwa ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an terdiri atas enam hal pokok
berikut ini :
1. Persoalan turunnya Al-Qur’an (nuzul Al-Qur’an)
2. Persoalan sanad (rangkaian para periwayat)
3. Persoalan qira’at (cara pembacaan Al-Qur’an)
4. Persoalan kata-kata Al-Qur’an
5. Persoalan makna-makna Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum
6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berpautan dengan kata-kata Al-
Qur’an
4
Qur’an dan mengimplementasikan dalam kehidupan nyata.
• Membentuk kepribadian muslim yang seimbang.
• Menanamkan iman yang kuat.
• Memberi arahan untuk dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki dan
sumber-sumber kebaikan yang ada di dunia.
• Membentuk masyarakat muslim yang betul-betul Qur’ani.
• Membimbing umat dalam memerangi kejahiliyahan.
2
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur'an, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1993, hal. 5-25. Sebagian besar
dari tulisan ini diambil dari karya ini.
5
Pada masa khalifah Ali, makin bertambah banyak bangsa non Arab
yang masuk Islam dan mereka tidak menguasai bahasa Arab, sehingga bisa
terjadi salah membaca Al-Qur'an, sebab mereka tidak mengerti I'rabnya,
padahal pada waktu tulisan Al-Qur'an belum ada harakatnya, huruf-hurufnya
belum pakai titik dan tanda lainnya. Karena itu khalifah Ali r.a.
memerintahkan Abul Aswad ad-Duali (wafat tahun 69 H) supaya meletakkan
kaidah-kaidah bahasa Arab guna menjadi cocok keasliannya. Dengan
perintahnya itu berarti pula Ali bin Abi Thalib r.a. adalah orang yang
meletakkan dasar lahirya "Ilmu I’rabil Qur'an”.
Pada abad I dan II H selain ustman dan Ali, masih terdapat banyak
ulama yang diakui sebagai perintis lahimya yang kemudian hari dinamai Ilmu
Tafsir, Ilmu Asbab Al-Nuzul, Ilmu Makky wal Madaniy, Ilmu Nasikh wal
Mansukh dan Ilmu Gharibul Qur'an (soal-soal yang memerlukan penta'wilan
dan penggalian maknanya). Para perintis ilmu tepsebut ialah
1. Empat orang khalifah Rasyidun , Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Zaid bin
Tsabit, Ubai bin Ka'ab, Abu Musa Al-Asy-ari dan Abdullah bin Zubair.
Mereka itu adalah kalangan para sahabat Nabi S.A.W
2. Dari kalangan Tabi'in Yaitu Mujahid, 'Atha bin Yassir, `Ikrimah,
Qatadah, Hasan Bashri, dan Zaid bin Aslam. Mereka itu Tabi'in di
Madinah.
3. Malik bin Anas dari kaum Tabi'ut tabi'in (generasi ketiga kaum
muslimin). Ia memperoleh ilmunya dan Zaid bin Aslam.
Pada masa penulisan Alquran, Ilmu Tafsir berada di atas segala
ilmu yang lain, karena ia dipandang sebagai Ummul Ulumul
Qur'aniyah(induk dari ilmu-ilmu Alquran). Diantara ulama yang menekuni
dan menulis buku mengenai ilmu tersebut pada abad 11 H ialah:
1. Syu'bah bin Al-Hajjaj
2. Sufyan bin `Uyaniah
3. Waki' bin AI-Jarrah
6
Kitab-kitab tafsir yang mereka tulis pada umumnya memuat
pendapatpendapat para sahabat dan tabi'in. kemudian menyusul Ibnu Jarir at-
Thabari yang wafat tahun 310 H. Kitabnya merupakan kitab yang paling
bermutu, karena banyak berisi riwayat shaheh ditulis dengan rumusan yang
baik. Kecuali itu juga berisi I'rab (pramasastra), pengkajian dan pendapat-
pendapat yang berharga. Di samping tafsir yang ditulis menurut apa yang
dikatakan oleh orang-orang terdahulu, mulai muncul tafsir-tafsir yang ditulis
orang berdasarkan akal (ra'yu) atau dengan kata lain muncul tafsir bil-
naql dan akal. Ada yang menafsirkan seluruh isi Al-Qur'an, ada yang
menafsirkan sebagian saja yakni satu juz, ada yang menafsirkan sebuah
surat dan ada pula yang menafsiran hanya satu atau beberapa ayat khusus,
seperti ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.
2. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad III H
Pada abad III H selain Tafsir dan Ilmu Tafsir, papa ulama mulai
menyusun pula bebepapa ilmu A1-Qur'an yaitu .
a. `Ali bin al-Madani (w.234 H) menyusun Ilmu Asbab al-Nuzul.
b. Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salah (w.224 H) menyusun ilmu Nasikh
wal Mansukh dan Ilmu Qiraat, dan Fadha'ilul Qur'an
c. Muhammad bin Ayyub adh-Dharris (w.294 H) menyusun ilmu Makkiy wal
Madaniy.
d. Muhammad bin Khalaf bin Murzaban (w.309 H) menulis kitab Al-
Hawi fi `Ulumul Qur'an.
3. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad IV H
Pada abad ini telah disusun Ilmu Gharibul Qur'an dan beberapa kita Ulumul
Qur'an dengan istilah Ulumul Qur'an. Diantaranya:
a. Abubakar bin Qasim al-Anbari (w.328 H) menulis buku `Aja'ibul
'Ulumul Qur'an. Dalam kitab ini menjelaskan tentang keutamaan dan
keistimewaan Al Qur'an, tentang turunnya Al-Qur'an dalam "tujuh
huruf', penulisan mushaf, jumlah surah, ayat dan lafaznya.
b. Abul Hasan al-`Asy'ari menulis kitab al-Mukhtazan fi Ulumil Qur' an.
c. Abubakar as-Sajistani menulis buku Ilmu Gharibul Qur'an. Dan dia
7
wafat pada 330 H.
8
penjelasan maksud kata-kata dalam Alquran yang tidak jelas atau
samar.
b. Ibnul Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Fununul Afnan 11 `Ajaib Alquran dan
AI-Mujtab fi Ulumin Yata'allaqu bil Alquran.
6. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad VII H
Pada abad VII H ini, ilmu-ilum Alquran terus berkembang dengan mulai
tersusunnya Ilmu Majazul Alquran dan tersusun pula Ilmu Qiraat.
Diantaranya:
a. Ibnu Abdus Salam, yang nama lengkapnya Syaikhul Islam Imam Abu
Muhammad Abdul Aziz bin Abdus Salam, terkenal dengan nama Al-`izz (w
660 H) menyusun kitab yang bepjudul Majazul Alquran.
b. 'Alamuddin al-Sakhawi (w. 643 H) yang terkenal dengan nama as -
Sakhawi, yang menyusun kitab Ilmu Qiraat dalam kitabnya Jamalul
Quppa wa Kamalul Iqra'. Kitab ini bersi tentang berbagi ilmu qiraat,
seperti tajwid, waqaf, dan ibtida (letak bacaan dimulai), nasikh dan
mansukh.Abu Syamah (w. 665 H) menulis kitab Al-Mursyidul Wajiz
fi ma Yata'allaqu bil Alquranil 'Aziz.
7. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad VIII H
Pada abad ini muncullah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu
baru tentang al-Alquran, sedang penulisan tentang kitab-kitab Ulumul Quran
masih tetap beplanjut. Yaitu:
a. Badruddin az-Zarkasyi (w. 794 H). ia termasuk ulama ahli tafsir dan
ahli ilmu ushuluddin, lahir 745 H. menyusun kitab dalam empat jilid: al-
Burhan fi Ulumil Alquran. Professor Muhammad Abul Fadhl telah berjasa
dalam usahanya tepsebut.
b. Ibnu Abil Isba menyusun kitab Ilmu Badai'ul Alquran (suatu ilmu
yang membahas macam-macam badi' (keindahan) bahasa dan
kandungan Alquran dalam Alquran.
c. Ibnul Qayyim (w. 752 H) menusun Ilmu Aqsamil Alquran (suatu
ilmu yang membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-
Alquran).
9
d. Najmuddin al-Thufi (w. 716 H) menyusun Ilmu Hujajil Alquran atau Ilmu
Jadadil Alquran.
e. Abul Hasan al-Mawardi menyusun Ilmu Amtsalil
Alquran.
10
9. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad XIV H
Setelah memasuki abad XIV H ini, maka bangkit kembali pephatian
ulama menyusun kitab-kitab yang membahas al-Alquran dari berbagai segi
dan macam Ilmu al-Alquran, di antara mereka itu ialah:
a. Thahir al-Jazairi menyusun kitab Al-Tibyan fi Ulumil Quran yang selesai
tahun 1335 H.
b. Jamaluddin al-Qasimi (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasinut Ta'wil.
c. Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani menyusun kitab Manahilul Irfan fi
Ulumil quran (2 jilid).
d. Muhammad Ali Salamah mengarang kitab Manhajul Furqan fi Ulumil
quran.
e. Thanthawi Jauhari mengarang kitab al-Jawahir fi Tafsir al-Alquran dan
Alquran wal Ulumul Ashriyah.
f. Muhmmad Shadiq al-Rafi'i menyusun I'jazul Quran.
g. Mustafa al-Maraghi menyusun kitab "Boleh Menterjemahkan al-
Alquran", dan risalah ini mendapat tanggapan dari para ulama yang
pada umumnya menyetujuinya tetapi ada juga yang menolaknya seperti
Musthafa Shabri seorang ulama besar dari Turki yang mengarang kitab
Risalah Tarjamatil Alquran.
h. Sayyid Qutub mengarang kitab al-Tashwitul Fanni fil Alquran dan kitab
Fi Dzilalil quran.
11
m. Dr. Shubhi al-Salih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhul Lughah
pada Fakultas Adab Universitas Libanon mengarang kitab Mahabits fi
Ulumil Alquran. Kitab ini selain membahas Ulumul Alquran, juga
menanggapi dan membantah secara ilmiyah pendapat-pendapat opientalis
yang dipandang salah mengenai berbagai masalah yang bephubungan
dengan al-Alquran
n. Muhammad al-Mubarak, Dekan Fakultas Syari'ah Universitas Syria,
mengarang kitab al-Manhalul Khalid.
Lahirnya istilah Ulumul Alquran sebagai salah satu ilmu yang
lengkap dan menyeluruh tentang Alquran, menurut para penulis Sejarah
Ulumul Alquran pada umumnya berpendapat lahir sebagai suatu ilmu abad
VII H. sedang menurut alZarqani istilah itu lahir pada abad V H oleh al-Hufi
dalam kitabnya al-Burhan fi Ulumil Alquran. Kemudian pendapat
tersebut dikoreksi oleh Shubhi al-Shalih, bahwa istilah Ulum Alquran
sebagai suatu ilmu sudah ada pada abad III H oleh Ibnu Marzuban (w. 309
H) dalam kitabnya al-Hawi fi Ulumil Qur'an. Dari berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa istilah Ulumul Alquran sebagai suatu ilmu telah
dirintis oleh Ibnu Marzuban (w. 309 H) pada abad III H. Kemudian diikuti
oleh al-Huff (w. 430 H) pada abad V H. Kemudian dikembangkan oleh Ibnul
Jauzi (w. 597 H) pada abad VI H. Kemudian ditepuskan oleh al-Sakhawi (w.
643 H) pada abad VII H. Kemudian disempurnakan oleh alZarkasyi (w.794
H) pada abad VIII H. Kemudian ditingkatkan lagi oleh al-Bulqini (w.824 H)
dan al-Kafyaji (w.879 H) pada abad IX H. Dan akhirnya
disempumakan lagi oleh al-Suyuti pada akhir abad IX dan awal abad X H.
Pada pepiode tepakhir inilah sebagai puncak karya ilmiyah seopang ulama
dalam bidang Ulum Alquran, sebab setelah al-Suyuti maka berhentilah
kemajuan Ulumul Quran sampai akhir abad XIII H.
Namun pada abad XIV H sampai sekarang ini mulai bangkit
kembali aktifitas para ulama dan sarjana Islam untuk menyusun kitab-kitab
tentang Alquran, baik yang membahas ulumul Quran maupun yang membahas
salah satu cabang dari Ulum Quran.
12
Wallahu A’lam Bishshawab
13
DAFTAR PUSTAKA
Loeis Ma'luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A 'lam, Dap al-Masypiq, Beiput, 1986.
Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu’ jam al-Mufakhrus li al-Fadz al-Qur'an al-
Karim, Dar al-Fikp, Beiput, Lebanon, 1987.
Shobuni al, Muhammad Ali, At-Tibyaan fi Uluum al-Qur'an, Beirut, ttp. 1985.
Suyuthi, ash, Abdurrahman Jalaluddin, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur'an, Juz Idan II, Dap
14
al-Fikp, Beiput, 1951.
Zarkasyi, az Badruddin Muhammad bin Abdullah, Al-Burhan fi Ulum al-Qur'an, Isa
al-Baby al-Halaby, Kairo, 1957.
15