Anda di halaman 1dari 15

BAB I

ULUMUL QUR’AN DAN PERKEMBANGAN


Oleh: Dr. Sarbini, M.Ag.
A. Pengertian Ulumul Qur’an
Seluruh umat Islam sepakat bahwa al-Qur’an sebagai sumber pertama dan
utama al-Islam. Dalam arti, ia dijadikan sumber dari segala sumber hukum bagi
umat Islam, al-Qur’an mempunyai spesifikasi baik isi menjadi pedoman yang
bersifat abadi (eternal), menyeluruh lingkup isinya (komprehensif), dan untuk
umum keberlakuannya (universal). Keuniversalan al-Qur’an juga mengandung
nilai-nilai serta norma-norma. Nilai berarti inti suatu ajaran yang bersifat
fundamental dan universal, seperti nilai keadilan dan kejujuran. Untuk mencapai
keadilan, perlu norma-norma yang berlaku adil, ancaman, kezaliman dan ketidak
adilan. Statemen-statemen nash yang mengandung norma-norma sangat banyak
dan bervariasi bentuk penuturannya sesuai dengan kebutuhan serta kondisi, baik
kondisi manusia dan kulturnya.
Pengertian ‘Ulumul Qur’an Ungkapan ‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa
arab, yaitu dari kata ‘Ulum dan Al-Qur’an. Kata ‘ulum merupakan bentuk jamak
dari kata ilmu. Ilmu yang dimaksud di sini, sebagaimana di definisikan Abu
Syahbah, adalah sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau
tujuan. Adapun Al-Qur’an, sebagaimana didefinisikan ulama ushul, ulama fiqih,
dan ulama bahasa adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW. Yang lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya
mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf,
mulai dari awal surat Al-fatihah (1) sampai akhir surat An-Nas (114). Dengan
demikian, secara bahasa, ‘Ulumul Qur’an adalah ilmu ( pembahasan ) yang
berkaitan dengan Al-Qur’an.
Mengenai kemunculan istilah ‘Ulumul Qur’an untuk yang pertama kalinya,
para penulis menyatakan bahwa Abu Al-Fajri bin Al-Jauzi-lah yang pertama kali
memunculkan kata tersebut pada abad ke-6 H. Pendapat ini disitir pula oleh As-
Suyuthi dalam pengantar kitab Al-Itqam. Adapun Az-Zarqani menyatakan bahwa
istilah itu muncul pada awal abad V H, yang disampaikan oleh Al-Hufi (wafat

1
tahun 430 H ) dalam karyanya yang berjudul Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an yang
dicetak tahun 1954 dan disunting oleh Arthur Jeffri, seorang orientalis keamanan.
Syahbah berpendapat bahwa istilah ‘Ulumul Qur’an muncul dalam kitab Al-
Mabani fi Nazhm Al-Ma’ani yang ditulis tahun 425 H. (abad V H.). Syahbah juga
mengkritik analisis yang dikemukakan oleh Az-Zarqani. Pendapat lain
dikemukakan Subhi Ash-Shalih. Ia berpendapat bahwa istilah “Ulumul Qur’an
sudah muncul sejak abad III H., yaitu ketika Ibn Al-Marzuban menulis kitab yang
berjudul Al-Hawi fi ‘Ulum Al-Quran.
Adapun mengenai definisi ‘Ulumul Qur’an berdasarkan istilah, para ulama
memberikan redaksi yang berbeda-beda sebagaimna dijelaskan berikut ini.
1. Menurut Ash-Shabuni bahwa yang dimaksud Ulum Al-qur’an ialah seluruh
pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur'an al-Majid yang abadi, baik
dari segi penyusunanya, pengumpulannya, sistimatikannya, perbedaan antara
surat Makiyah dan Madaniyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh,
pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta
pembahasan-pembahasan lain yang berhubungan dan ada sangkut pautnya
dengan Al-Qur'an'Azim.
2. Menurut Imam Al-Suyuti dalam kitab Itmamu al-Dimyah: Ilmu Al-Qur’an
ialah suatu ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur'an dari segi
turunnya, sanadnya, adabnya, makna-maknanya baik yang berhubungan
dengan lafaz-lafaznya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya
dan sebagainya.
3. Menurut al-Zarqani dalam kitabnya Manahil al-'Irfan fi Ulum Al-Qur'an
menyebutkan bahwa Ulumul Qur'an ialah pembahasan-pembahasan masalah
yang berhungan dengan Al-Qur'an, dari segi terunnya, urut-urutannya,
pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, mu'jizatnya, nasikh dan
mansukhnya, dan bantahan terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan
kebingungan terhadap Al-Qur'an dan sebagainya.
4. Sementara itu Manna al-Qattan dalam kitabnya Mabahits fi Ulum Al-Qur'an
merumuskan bahwa Ulumul Qur'an ialah: ilmu yang membahas tentang Al-
qur’an dari segi asbab al-nuzul, pengumpulan Alquran, tartibnya, mengetahui

2
makkiyah dan madaniyah, nasikh mansukh, muhkam-mutasyabih dan lain-lain
yang berkaitan dengan Alquran. 1
Dari berbagai definisi tersebut maka ruang lingkup pembahasan Ulumul
Qur'an ialah seluruh cakupan ilmu yang lengkap yang ada hubungannya dengan
Al-Qur'an berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir, maupun ilmu-ilmu bahasa
Arab seperti ilmu I’rabil Qur'an. Dia mencakup berbagai cabang ilmu yang
bersangkut dengan al-Qur'an, dengan menitik beratkan pada pembahasan masing-
masing. Sehubungan dengan ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur'an itu luas
dan mendalam, maka mempelajari ilmu ini sangat penring artmya, terutama
apabila seseorang ingm menafsirkan Al-Qur'an. Tanpa mengetahui ilmu ini maka
seseorang dalam menafsirkan Al-Qur'an sangat besar kemungkinan salah bahkan
sesat dan menyesatkan orang lain. Karena dengan ilmu ini, seseorang mempunyai
pengetahuan yang luas tentang Al-Qur'an sehingga kemungkinan kita mampu
memahami Al-Qur'an dengan baik dan sanggup menafsirkan Al-Qur'an serta dapat
menanggapi dan menangkis berbagai komentar negatif terhadap Al-Quran yang
sering dilontarkan non muslim (orientalis dan atheis) dengan maksud menodai
Kitab Suci ini dan untuk menimbulkan keragu-raguan akidah umat Islam terhadap
kesucian dan kebenaran Al-Qur'an yang menjadi way on life bagi umat Islam di
seluruh dunia.
Lebih jelasnya ash-Shabuni menjelaskan tujuan mengetahui ilmu-ilmu
Alquran ini ialah (1) agar dapat memahami Kalam Allah 'Azza Wajalla, sejalan
dengan keterangan dan penjelasan dari Rasulullah saw serta sejalan pula dengan
keterangan yang dikutip oleh para sahabat dan tabi'in tentang interpretasi mereka
perihal Al-Qur'an (2) agar mengetahui cara dan gaya yang dipergunakan oleh para
mufassir dalam menafsirkan Al-Qur'an dengan disertai sekedar penjelasan tentang
tokoh-tokoh ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya (3) agar
mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Qur'an (4) dan ilmu-
ilmu lain yang dibutuhkan untuk itu.
B. Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulumul Qur’an
1
Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an, Mansyurah al-Ashar al-Hadis, Riyad, tt. hal.
15-16.

3
Banyaknya ilmu yang ada kaitannya dengan pembahasan Al-Qur’an,
menyebabkan banyak pula ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an. Bahkan,
menurut Abu Bakar Al-Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an itu mencapai 77.450. Hitungan
ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Qur’an dengan empat makna,
yaitu zhahir, batin, hadd, dan mathla. Jumlah itu semakin bertambah jika melihat
urutan kalimat-kalimat di dalam Al-Qur’an serta hubungan di antara urutan-urutan
itu. Jika sisi itu yang dilihat, ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an tidak
dapat dihitung ( tak terhingga ) lagi.
Berkenaan dengan persoalan ini, M. Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat
bahwa ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an terdiri atas enam hal pokok
berikut ini :
1. Persoalan turunnya Al-Qur’an (nuzul Al-Qur’an)
2. Persoalan sanad (rangkaian para periwayat)
3. Persoalan qira’at (cara pembacaan Al-Qur’an)
4. Persoalan kata-kata Al-Qur’an
5. Persoalan makna-makna Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum
6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berpautan dengan kata-kata Al-
Qur’an

D. Manfaat Mempelajari ‘Ulumul Qur’an


• Mampu menguasai berbagai ilmu pendukung dalam rangka memahami
makna yang terkandung dalam Al-Qur’an.
• Membekali diri dengan persenjataan ilmu pengetahuan yang lengkap
dalam rangka membela Al-Qur’an dari berbagai tuduhan dan fitnah yang muncul
dari pihak lain.
• Seorang penafsir (mufassir) akan lebih mudah dalam mengartikan Al-

4
Qur’an dan mengimplementasikan dalam kehidupan nyata.
• Membentuk kepribadian muslim yang seimbang.
• Menanamkan iman yang kuat.
• Memberi arahan untuk dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki dan
sumber-sumber kebaikan yang ada di dunia.
• Membentuk masyarakat muslim yang betul-betul Qur’ani.
• Membimbing umat dalam memerangi kejahiliyahan.

C. Sejarah dan Perkembangan Ilmu-ilmu Alquran2


1. Keadaan Ilmu-ilmu Alquran pada Abad I dan II H
Pada zaman Rasulullah saw maupun pada masa berikunya yakni
zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, ilmu-ilmu al-Qur'an masih
diriwayatkan melalui lisan, belum dibukukan. Karena waktu pada masa Nabi
dan para sahabatnya tidak ada kebutuhan sama sekali untuk menulis atau
mengarang buku-buku tentang ulumul Qur'an. Para sahabat mampu mencema
kesusasteraan bermutu tinggi- Mereka dapat memahami ayat-ayat Alquran
turun kepada Nabi. Jika menghadapi kesukaran dalam memahami sesuatu
mengenai Alquran, mereka menanyakannya langsung kepada beliau.
Disamping bahasa Alquran adalah bahasa mereka sendiri sehingga mereka
sudah memahami ayat-ayat Alquran, juga mereka mengetahui asbab nuzul
Qur'an. Ketika masa khalifah Utsman dimana orang Arab mulai bergaul
dengan orang-orang non Arab, pada saat itu Utsman memerintahkan supaya
kaum muslimin berpegang pada mushaf induk dan membuat reproduksi
menjadi beberapa buah naskah untuk dikirim ke daerah-daerah. Bersamaan
dengan itu ia memerintahkan supaya membakar semua mushaf lainnya yang
ditulis orang menurut caranya masing-masing. Dan tindakan khalifah tersebut
merupakan perintisan bagi lahirya suatu ilmu yang kemudian dinamai "Ilmu
Rasmil Qur'an" atau Ilmu Rasmil Utsmani" (Ilmu tentang penulisan al-
Qur'an).

2
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur'an, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1993, hal. 5-25. Sebagian besar
dari tulisan ini diambil dari karya ini.

5
Pada masa khalifah Ali, makin bertambah banyak bangsa non Arab
yang masuk Islam dan mereka tidak menguasai bahasa Arab, sehingga bisa
terjadi salah membaca Al-Qur'an, sebab mereka tidak mengerti I'rabnya,
padahal pada waktu tulisan Al-Qur'an belum ada harakatnya, huruf-hurufnya
belum pakai titik dan tanda lainnya. Karena itu khalifah Ali r.a.
memerintahkan Abul Aswad ad-Duali (wafat tahun 69 H) supaya meletakkan
kaidah-kaidah bahasa Arab guna menjadi cocok keasliannya. Dengan
perintahnya itu berarti pula Ali bin Abi Thalib r.a. adalah orang yang
meletakkan dasar lahirya "Ilmu I’rabil Qur'an”.
Pada abad I dan II H selain ustman dan Ali, masih terdapat banyak
ulama yang diakui sebagai perintis lahimya yang kemudian hari dinamai Ilmu
Tafsir, Ilmu Asbab Al-Nuzul, Ilmu Makky wal Madaniy, Ilmu Nasikh wal
Mansukh dan Ilmu Gharibul Qur'an (soal-soal yang memerlukan penta'wilan
dan penggalian maknanya). Para perintis ilmu tepsebut ialah
1. Empat orang khalifah Rasyidun , Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Zaid bin
Tsabit, Ubai bin Ka'ab, Abu Musa Al-Asy-ari dan Abdullah bin Zubair.
Mereka itu adalah kalangan para sahabat Nabi S.A.W
2. Dari kalangan Tabi'in Yaitu Mujahid, 'Atha bin Yassir, `Ikrimah,
Qatadah, Hasan Bashri, dan Zaid bin Aslam. Mereka itu Tabi'in di
Madinah.

3. Malik bin Anas dari kaum Tabi'ut tabi'in (generasi ketiga kaum
muslimin). Ia memperoleh ilmunya dan Zaid bin Aslam.
Pada masa penulisan Alquran, Ilmu Tafsir berada di atas segala
ilmu yang lain, karena ia dipandang sebagai Ummul Ulumul
Qur'aniyah(induk dari ilmu-ilmu Alquran). Diantara ulama yang menekuni
dan menulis buku mengenai ilmu tersebut pada abad 11 H ialah:
1. Syu'bah bin Al-Hajjaj
2. Sufyan bin `Uyaniah
3. Waki' bin AI-Jarrah

6
Kitab-kitab tafsir yang mereka tulis pada umumnya memuat
pendapatpendapat para sahabat dan tabi'in. kemudian menyusul Ibnu Jarir at-
Thabari yang wafat tahun 310 H. Kitabnya merupakan kitab yang paling
bermutu, karena banyak berisi riwayat shaheh ditulis dengan rumusan yang
baik. Kecuali itu juga berisi I'rab (pramasastra), pengkajian dan pendapat-
pendapat yang berharga. Di samping tafsir yang ditulis menurut apa yang
dikatakan oleh orang-orang terdahulu, mulai muncul tafsir-tafsir yang ditulis
orang berdasarkan akal (ra'yu) atau dengan kata lain muncul tafsir bil-
naql dan akal. Ada yang menafsirkan seluruh isi Al-Qur'an, ada yang
menafsirkan sebagian saja yakni satu juz, ada yang menafsirkan sebuah
surat dan ada pula yang menafsiran hanya satu atau beberapa ayat khusus,
seperti ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.
2. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad III H
Pada abad III H selain Tafsir dan Ilmu Tafsir, papa ulama mulai
menyusun pula bebepapa ilmu A1-Qur'an yaitu .
a. `Ali bin al-Madani (w.234 H) menyusun Ilmu Asbab al-Nuzul.
b. Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salah (w.224 H) menyusun ilmu Nasikh
wal Mansukh dan Ilmu Qiraat, dan Fadha'ilul Qur'an
c. Muhammad bin Ayyub adh-Dharris (w.294 H) menyusun ilmu Makkiy wal
Madaniy.
d. Muhammad bin Khalaf bin Murzaban (w.309 H) menulis kitab Al-
Hawi fi `Ulumul Qur'an.
3. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad IV H
Pada abad ini telah disusun Ilmu Gharibul Qur'an dan beberapa kita Ulumul
Qur'an dengan istilah Ulumul Qur'an. Diantaranya:
a. Abubakar bin Qasim al-Anbari (w.328 H) menulis buku `Aja'ibul
'Ulumul Qur'an. Dalam kitab ini menjelaskan tentang keutamaan dan
keistimewaan Al Qur'an, tentang turunnya Al-Qur'an dalam "tujuh
huruf', penulisan mushaf, jumlah surah, ayat dan lafaznya.
b. Abul Hasan al-`Asy'ari menulis kitab al-Mukhtazan fi Ulumil Qur' an.
c. Abubakar as-Sajistani menulis buku Ilmu Gharibul Qur'an. Dan dia

7
wafat pada 330 H.

d. Abu Muhammad al-Qashshab Muhammad 'Ali al-Kurkhi (W. sekitap tahun


360 H) menulis kitab yang berjudul Nukatul Qur'an ad-Dallah `Alai Bayan
fi `Anwaa'i1 Ulumi Qal-Ahkam al Munabbi'ah `An Ikhtilafil Anam.
e. Muhammad bin `Ali al-Afdawi (w. 388 H) menulis buku yang berjudul
A1-Istighna fi Ulumil Qur'an.
4. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad V H
Pada V H mulai disusun Ilmu I'rabil Qur'an dalam satu kitab. Di samping
itu penulisan kitab-kitab dalam Ulumil Qur'an masih terus dilanjutkan
oleh para ulama pada masa ini. Di antara ulama yang berjasa dalam
pengembangan Ulumul Quran ialah:
a. Ali bin Ibrahim bin Sa'id al-Hufi (w. 430 H) menulis kitab yang
berjudul Al-Burhan fi Ulumil Alquran dan I'rabul Alquran.
b. b. Abu `Amr ad-Dani (w. 444 H) menulis kitab yang berjudul At-Taisir Fil
Qira'atis Sab'i dan Al-Muhkam fin Nuqath.
Khusus kitab al-Burhan di atas adalah berisi 30 jilid tetapi masih ada
dan tersimpan di Darul Kutub al-Misriyah tinggal 15 jilid dan tidak unit
jilidnya. Kitab ini selain menafsipkan Alquran seluruhnya, juga
menerangkan ilmu-ilmu al-Alquran yang ada hubungannya dengan ayat-
ayat Alquran yang ditafsirkan. Karena itu ilmu-ilmu Alquran tidak tersusun
secara sistematis dalam kitab ini, sebab ilmu-ilmu al-Alquran diuraikan
secara terpencar-pencar, tidak terkumpul dalam bab-bab menurut judulnya.
Namun demikian, kitab ini mepupakan karya ilmiah yang besar.

5. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad VI H


Pada abad ini di samping terdapat ulama yang meneruskan pengembangan
Ulum Alquran, juga terdapat ulama yang mulai menyusun Ilmu Mubhamatil
Alquran. Mepeka antara lain:
a. Abul Qasim Abdurrahman ysng terkenal dengan nama as-Suhaili (w. 581
H) yang menulis kitab Mubhamatul Alquran. Isinya berkisar tentang

8
penjelasan maksud kata-kata dalam Alquran yang tidak jelas atau
samar.
b. Ibnul Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Fununul Afnan 11 `Ajaib Alquran dan
AI-Mujtab fi Ulumin Yata'allaqu bil Alquran.
6. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad VII H
Pada abad VII H ini, ilmu-ilum Alquran terus berkembang dengan mulai
tersusunnya Ilmu Majazul Alquran dan tersusun pula Ilmu Qiraat.
Diantaranya:
a. Ibnu Abdus Salam, yang nama lengkapnya Syaikhul Islam Imam Abu
Muhammad Abdul Aziz bin Abdus Salam, terkenal dengan nama Al-`izz (w
660 H) menyusun kitab yang bepjudul Majazul Alquran.
b. 'Alamuddin al-Sakhawi (w. 643 H) yang terkenal dengan nama as -
Sakhawi, yang menyusun kitab Ilmu Qiraat dalam kitabnya Jamalul
Quppa wa Kamalul Iqra'. Kitab ini bersi tentang berbagi ilmu qiraat,
seperti tajwid, waqaf, dan ibtida (letak bacaan dimulai), nasikh dan
mansukh.Abu Syamah (w. 665 H) menulis kitab Al-Mursyidul Wajiz
fi ma Yata'allaqu bil Alquranil 'Aziz.
7. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad VIII H
Pada abad ini muncullah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu
baru tentang al-Alquran, sedang penulisan tentang kitab-kitab Ulumul Quran
masih tetap beplanjut. Yaitu:
a. Badruddin az-Zarkasyi (w. 794 H). ia termasuk ulama ahli tafsir dan
ahli ilmu ushuluddin, lahir 745 H. menyusun kitab dalam empat jilid: al-
Burhan fi Ulumil Alquran. Professor Muhammad Abul Fadhl telah berjasa
dalam usahanya tepsebut.
b. Ibnu Abil Isba menyusun kitab Ilmu Badai'ul Alquran (suatu ilmu
yang membahas macam-macam badi' (keindahan) bahasa dan
kandungan Alquran dalam Alquran.
c. Ibnul Qayyim (w. 752 H) menusun Ilmu Aqsamil Alquran (suatu
ilmu yang membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-
Alquran).

9
d. Najmuddin al-Thufi (w. 716 H) menyusun Ilmu Hujajil Alquran atau Ilmu
Jadadil Alquran.
e. Abul Hasan al-Mawardi menyusun Ilmu Amtsalil
Alquran.

8. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad IXH


Pada abad ini lebih banyak lagi penulis di antara para ulama sehingga
pada abad ini boleh dikatakan perkembangan Ulumul Quran mencapai
kesempurnaannya. Di antara ulama itu ialah:
a. Jalaluddin al-Bulqaini (w. 824 H). Dia seorang ulama yang cerdas ahli
di bidang ilmu fiqih, ushuluddin, bahasa Arab, tafsir, ma'ani dan bayan. Ia
menulis kitab Mawaqi'ul Ulum min Mawaqi'in Nujum. Menurut al-Suyuti
memandangnya sebagai pelopor menyusun kitab Ulumul quran yang
lengkap. Sebab di dalamnya telah dapat disusun sejumlah 50 macam Ilmu
Alquran.
b. Muahammad bin Sulaiman al-Kafiaji (w. 879 H) menyusun kitab Al-
Taisir fi Qawaidit Tafsir.
c. As-Suyuti (w.911 H) menyusun kitab At-Tahbir fi Ulumit Tafsir.
Penyusunan kitab ini pada tahun 872 H dan merupakan kitab Ulumul
Quran yang paling lengkap karena memuat 102 macam ilmu-ilmu
Alquran. Namun Imam as-Suyuti belum puas atas karya ilmiahnya yang
hebat ini, kemudian menyusun kitab yang berjudul Al-Itqan fi Ulumil
Qur’an (2 juz) yang membahas sejumlah 80 macam ilmu-ilmu
Alquran secara sistematis. Kitab ini belum ada yang menandingi mutunya
dan kitab ini diakui sebagai kitab standar dalam mata pelajaran Ulumul
quran.
Setelah as-Suyuti wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu-ilum al-
Alquran seolah-olah telah mencapai puncaknya dan berhenti dengan
berhentinya kegiatan ulama dalam mengembangkan Ulumul Alquran, dan
keadaan semacam itu berjalan sejak wafatnya Imam as-Sayuti sampai akhir
abad XIII H.

10
9. Keadaan Ilmu-Ilmu Alquran pada Abad XIV H
Setelah memasuki abad XIV H ini, maka bangkit kembali pephatian
ulama menyusun kitab-kitab yang membahas al-Alquran dari berbagai segi
dan macam Ilmu al-Alquran, di antara mereka itu ialah:
a. Thahir al-Jazairi menyusun kitab Al-Tibyan fi Ulumil Quran yang selesai
tahun 1335 H.
b. Jamaluddin al-Qasimi (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasinut Ta'wil.
c. Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani menyusun kitab Manahilul Irfan fi
Ulumil quran (2 jilid).
d. Muhammad Ali Salamah mengarang kitab Manhajul Furqan fi Ulumil
quran.
e. Thanthawi Jauhari mengarang kitab al-Jawahir fi Tafsir al-Alquran dan
Alquran wal Ulumul Ashriyah.
f. Muhmmad Shadiq al-Rafi'i menyusun I'jazul Quran.
g. Mustafa al-Maraghi menyusun kitab "Boleh Menterjemahkan al-
Alquran", dan risalah ini mendapat tanggapan dari para ulama yang
pada umumnya menyetujuinya tetapi ada juga yang menolaknya seperti
Musthafa Shabri seorang ulama besar dari Turki yang mengarang kitab
Risalah Tarjamatil Alquran.
h. Sayyid Qutub mengarang kitab al-Tashwitul Fanni fil Alquran dan kitab
Fi Dzilalil quran.

i. Sayyid Muhammad Rasid Ridha mengarang kitab Tafsir al-Alquranul


Hakim. Kitab ini selain menafsipkan al-Alquran secara ilmiyah, juga
membahas Ulum Alquran.
j. DR. Muhammad Abdullah Darraz, seorang Guru Besar al-Azhar university
yang diperbantukan di Perancis mengarang kitab al-Naba'al `Adzim,
Nadzarratun Jadidah fil Alquran.
k. Malik bin Nabiy mengarang kitab al-Dzahiratul Alquraniyyah. Kitab ini
membicarakan masalah wahyu dengan pembahasan yang sangat berharga.
l. Muhammad al-Ghazali mengarang kitab Nadzaratun fil Alquran.

11
m. Dr. Shubhi al-Salih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhul Lughah
pada Fakultas Adab Universitas Libanon mengarang kitab Mahabits fi
Ulumil Alquran. Kitab ini selain membahas Ulumul Alquran, juga
menanggapi dan membantah secara ilmiyah pendapat-pendapat opientalis
yang dipandang salah mengenai berbagai masalah yang bephubungan
dengan al-Alquran
n. Muhammad al-Mubarak, Dekan Fakultas Syari'ah Universitas Syria,
mengarang kitab al-Manhalul Khalid.
Lahirnya istilah Ulumul Alquran sebagai salah satu ilmu yang
lengkap dan menyeluruh tentang Alquran, menurut para penulis Sejarah
Ulumul Alquran pada umumnya berpendapat lahir sebagai suatu ilmu abad
VII H. sedang menurut alZarqani istilah itu lahir pada abad V H oleh al-Hufi
dalam kitabnya al-Burhan fi Ulumil Alquran. Kemudian pendapat
tersebut dikoreksi oleh Shubhi al-Shalih, bahwa istilah Ulum Alquran
sebagai suatu ilmu sudah ada pada abad III H oleh Ibnu Marzuban (w. 309
H) dalam kitabnya al-Hawi fi Ulumil Qur'an. Dari berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa istilah Ulumul Alquran sebagai suatu ilmu telah
dirintis oleh Ibnu Marzuban (w. 309 H) pada abad III H. Kemudian diikuti
oleh al-Huff (w. 430 H) pada abad V H. Kemudian dikembangkan oleh Ibnul
Jauzi (w. 597 H) pada abad VI H. Kemudian ditepuskan oleh al-Sakhawi (w.
643 H) pada abad VII H. Kemudian disempurnakan oleh alZarkasyi (w.794
H) pada abad VIII H. Kemudian ditingkatkan lagi oleh al-Bulqini (w.824 H)
dan al-Kafyaji (w.879 H) pada abad IX H. Dan akhirnya
disempumakan lagi oleh al-Suyuti pada akhir abad IX dan awal abad X H.
Pada pepiode tepakhir inilah sebagai puncak karya ilmiyah seopang ulama
dalam bidang Ulum Alquran, sebab setelah al-Suyuti maka berhentilah
kemajuan Ulumul Quran sampai akhir abad XIII H.
Namun pada abad XIV H sampai sekarang ini mulai bangkit
kembali aktifitas para ulama dan sarjana Islam untuk menyusun kitab-kitab
tentang Alquran, baik yang membahas ulumul Quran maupun yang membahas
salah satu cabang dari Ulum Quran.

12
Wallahu A’lam Bishshawab

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad al-Syarbasi, Tarikh al-Tafsir al-Qur'an, Pustaka Fipdaus, Jakapta, 1985.

Depaptemen Agama RI, Al-Qur'un dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara


Penterjemah/Penafsir al-Alquran, Jakarta, 1974.

Hasbi ash-Shiddiqy, Ilmu-ilmu al-Qur'an, Media-media Pokok dalam Menafsirkan


al-Qur'an, Bulan Bintang, Jakapta, 1972.

Hasan Muhammad Musa, Qamus Qur'ani, Maktabah Khalil Ibpahim, Iskandariyah,


1966.

Loeis Ma'luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A 'lam, Dap al-Masypiq, Beiput, 1986.

Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an, Mansyupah al-Ashp al-Hadis,


Riyad, tt.

Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur'an, PT Bina Ilmu, Supabaya, 1993.

Muhammad bin Shaleh al-'Utsaimin, Ushul fi al-Tafsir, (terj), Dina Utama,


Semapang, 1989.

Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu’ jam al-Mufakhrus li al-Fadz al-Qur'an al-
Karim, Dar al-Fikp, Beiput, Lebanon, 1987.

Muhammad Ismail Ibrahim, Al-Qur'an wa I ja:uhu al-Ummiyin, Dap al-Fikp, Kaipo,


tt.,.

Shobuni al, Muhammad Ali, At-Tibyaan fi Uluum al-Qur'an, Beirut, ttp. 1985.
Suyuthi, ash, Abdurrahman Jalaluddin, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur'an, Juz Idan II, Dap

14
al-Fikp, Beiput, 1951.
Zarkasyi, az Badruddin Muhammad bin Abdullah, Al-Burhan fi Ulum al-Qur'an, Isa
al-Baby al-Halaby, Kairo, 1957.

15

Anda mungkin juga menyukai