Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mustika Wahyaning Hamestuti

NIM : 211211102
Kelas : KPI 1C
Matakuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Faruk, M.HI
Buatlah soal dan materi sesuai mata kuliah.
Topik yang akan dibahas yaitu Model Kajian Islam dan Kajian Integratif- Interkonektif.
Soal.
1. Suatu model kajian islam yang bertujuan untuk menganalisis suatu teks, meneliti
kemampuan alamiyah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa dasar teks wahyu
suci, dan sebuah kebenaran dapat digapai dengan metode tertentu yang diteliti untuk
hal-hal di luar dunia fisik, metafisik atau supernatural. Apa pernyataan dari definisi
diatas dan bagaimana keterkaitannya dengan kajian integratif-interkonektif?

Jawaban.
Model Kajian disebut juga dengan epistemologi. Epistemologi berasal dari kata episteme,
yang berarti pengetahuan, dan logos berarti teori atau ilmu tentang pengetahuan. Menurut
pemakaian umum, epistemologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari asal usul,
atau sumber atau struktur, metode, dan validitas (sahnya) pengetahuan.
Menjawab pertanyaan diatas yaitu sebagai definisi :
1. Epistemologi Bayani, yaitu pendekatan dengan cara menganalisis teks. Maka sumber
epistemology bayani adalah teks, bahasa. Sumber teks dalam studi islam dapat
dikelompokkan secara umum menjadi dua yakni :
a. teks nash (Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW)
b. teks non-nash berupa karya para ulama, hasil ijtihad, hasil pemahaman
terhadap Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Objek kajian yang umum dengan pendekatan bayani adalah :


a. gramatika dan sastra , bahasa (nahwu dan balagah)
b. hukum dan teori hukum (fikih dan ushul fikih)
c. fiologi, ilmu manuskrip
d. teologi, ilmu ketuhanan
e. dalam beberapa kasusu di bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadist

Adapun corak berpikir yang diterapkan dalam ilmu ini yaitu cenderung
deduktif dari umum ke khusus atau dari teori ke praktik (praktis), aplikasi teori
di lapangan, mencari (apa) isi dari teks (analysis content).
Diantara kritik yang muncul terhadap epitemologi bayani, adalah munculnya
sikap :
a. dogmatic
b. defensif
c. apologetic
d. polemis
Artinya menempatkan teks yang dikaji sebagai satu ajaran mutlak (dogma)
yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak boleh diperdebatkan, tidak
boleh dipertanyakan, apalagi ditolak.
2. Epistemologi Burhani, yaitu untuk mengukur benar atau tidaknya sesuatu adalah
dengan beradasarkan komponen kemampuan alamiyah manusia berupa pengalaman
dan akal tanpa dasar teks wahyu suci. Maka sumber pengetahuan dengan nalar
burhani adalah realitas dan empiris; alam, sosial, dan humanities. Artinya, ilmu
diperoleh sebagai hasil penelitian, hasil percobaan, hasil eksperimen, baik
laboratorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat sosial maupun alam. Corak
berpikir yang digunakan adalah induktif, yakni generalisasi dari hasil-hasil penelitian
empiris.
3. Epistemologi Irfani, yaitu pendekatan yang ersumber pada inuitif (irrasional), bahwa
kebenaran dapat digapai dengan alat dan metode (cara) tertentu, sebab objek yang
diteliti adalah hal-hal di luar dunia fisik, metafisik atau supernatural (hal-hal ghoib).
Objek kajian jenis ini dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, objek kajian yang
dapat dilakuakan dengan menggunkan indra keenam. Kedua, objek kajian yang
mungkin diketahui hanya lewat dalil naql, nash Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW.

Dalam keterkaitan dengan kajian integratif-interkonektif yaitu terlebih dahulu yang


disebut dengan definisi integrative dan interkonektif belum menemukan konsep yang
baku, melainkan masih dalam proses pembentukan konsep ke arah yang lebih
sempurna. Keterkaitannya yaitu ilmu yang hendak diintegrasikan atau di
interkonektifkan muncul beberapa bentuk, dan diantaranya adalah (1) antara
normative (agama) dan saintifik, (2) antara burhani, bayani, dan irfani, (3) antara ‘ilm,
nash, filsafah, (4) antara ilmu agama, sosial sain, natural sain, humainora, (5) antara
intelektual, emosional, spiritual, (6) antara ‘alim dan arif , (7) antara normatif dan
empiris.

Anda mungkin juga menyukai