Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ilmu dan pengetahuan adalah dua konsep yang sangat penting dalam pemahaman
manusia tentang dunia di sekitarnya. Sekalipun sering disebut atau dikaitkan, ilmu dan
pengetahuan sendiri memiliki definisi yang berbeda, baik secara etimologi maupun
terminologinya masing – masing.

Filsafat memiliki peran yang penting dalam ilmu pengetahuan. Filsafat berperan
sebagai penjaga etika, metode ilmiah, dan pemahaman konseptual dalam dunia ilmu
pengetahuan. Memperoleh pengetahuan adalah elemen penting dalam memahami
bagaimana manusia dan masyarakat telah berkembang sepanjang sejarah dengan cara
menggali pengetahuan dan memahami dunia di sekitar mereka.

Dalam paper ini akan dijelaskan juga mengenai komponen filsafat yaitu Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi dilihat dari perspektif ilmu kedokteran/kesehatan. Ada pula
perspektif kedokteran-kesehatan sebagai ilmu yang dikaji dari beberapa dimensi.

2. Ruang Lingkup Materi

a) Menjelaskan pengertian kata Ilmu dan Pengetahuan, masing – masing secara


Etimologi maupun Terminologinya

b) Menjelaskan sejauh mana peran filsafat dalam ilmu pengetahuan

c) Menjelaskan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan peranan metode


ilmiah

d) Menjelaskan apa itu kebenaran ilmiah

e) Menjelaskan komponen filsafat yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi


dalam perspektif ilmu kedokteran/kesehatan
f) Menjelaskan perspektif kedokteran – kesehatan sebagai ilmu (dapat dikaji dari
berbagai konsep rentang sehat – sakit) dari dimensi psiko edukatif, social budaya
dan spiritual

3. Tujuan

a) Untuk mengetahui pengertian kata Ilmu dan kata Pengetahuan secara Etimologi
dan Terminologi

b) Untuk mengetahui peran filsafat dalam ilmu pengetahuan

c) Untuk mengetahui cara memperoleh pengetahuan dan peranan metode ilmiah

d) Untuk mengetahui definisi kebenaran ilmiah

e) Untuk mengetahui komponen filsafat dalam perspektif ilmu kedokteran/kesehatan

f) Untuk mengetahui perspektif kedokteran – kesehatan sebagai ilmu dari dimensi


psiko edukatif, sosial budaya dan spiritual
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Ilmu

a) Secara Etimologi

Kata Ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan. Dalam
bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal dari Bahasa
Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”,
“scire” yang artinya pengetahuan.

b) Secara Terminologi

 Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu didefinisikan sebagai aktivitas intelektual


dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku dari dunia
fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan.

 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan


tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan.

 Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang


pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.

 Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang


komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.

 Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang


disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat
diamati oleh pancaindrea manusia.
Ilmu mengandung 3 kategori yaitu : hipotesis, teori dan dalil hukum. Ilmu itu
haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi yang berusaha mencapai generalisasi.
Dalam kajian ilmiah, kalau data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup, ilmuwan
membuat hipotesis. Hipotesis ialah dugaan pikiran berdasarkan sejumlah data. Apabila
data itu sahih/valid/menerima hipotesis, maka hipotesis menjadi tesis atau teori. Jika teori
mencapai generalisasi yang umum maka menjadi dalil, dan bila teori memastikan
hubungan sebab-akibat yang tetap maka akan menjadi hukum.

2. Pengertian Pengetahuan

a) Secara Etimologi

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam Bahasa Inggris yaitu “knowledge”.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief) (Bakhtiar, 2004: 85).

(1) the fact or conditioning of being aware of something (kenyataan atau kondisi
menyadari sesuatu).

(2) the fact or conditioning of knowing something with familiarity gained through
experience or association (kenyataan atau kondisi mengetahui sesuatu yang diperoleh
secara umum melalui pengalaman atau asosiasi).

(3) the sum of is known; the body of truth, information, and principles acquired by
mankind (sejumlah pengetahuan, susunan kebenaran informasi, dan prinsip-prinsip yang
diperoleh manusia)

(4) the fact or condition of having information or of being learned (kenyataan atau
kondisi memiliki informasi yang sedang dipelajari) (Suhartono, 1997: 95).

b) Terminologi

 Drs. Sidi Gazalba (dalam Bakhtiar, 2004: 85) pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal,
sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
 Plato, filsuf Yunani kuno, menganggap pengetahuan sebagai keyakinan yang
benar, rasional, dan dapat dijelaskan secara logis. Baginya, pengetahuan
berhubungan erat dengan kebijaksanaan dan penalaran.

 Aristoteles, murid Plato, melihat pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan dan
analisis. Baginya, pengetahuan adalah pemahaman yang diperoleh melalui
pengalaman dan refleksi.

 Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman, memisahkan pengetahuan menjadi dua


kategori: "a priori" (pengetahuan yang ada sebelum pengalaman) dan "a
posteriori" (pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman). Baginya,
pengetahuan adalah hasil sintesis antara pengalaman dan struktur pengetahuan a
priori.

3. Peran Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dan filsafat selalu saling belajar satu sama lain. Karl Popper
adalah seorang filsuf ilmu terkenal yang menekankan pentingnya filsafat dalam
mengevaluasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut Popper, salah satu peran
utama filsafat adalah mengembangkan metode ilmiah yang lebih baik, khususnya dalam
konteks pengujian hipotesis. Filsafat dapat membantu ilmuwan dalam merumuskan
pertanyaan-pertanyaan kritis dan mengidentifikasi metode yang benar-benar dapat
menguji validitas teori - teori ilmiah.

a) Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu atau Teori

Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran teori ilmiah. Prinsip kritis
terhadap kegiatan ilmiah, dapat menjadikan seorang peneliti memiliki sikap kritis
terhadap bidang ilmunya sendiri. Filsafat ilmu mampu menguji, merefleksi,
mengkritik asumsi dan metode keilmuan dalam sebuah penelitian ilmiah. Sehingga
sikap seperti ini mampu melahirkan sebuah teori keilmuan yang baru dan membuka
kemungkinan - kemungkinan hal baru dalam Penelitian ilmiah.
b) Filsafat Ilmu Memberikan Pendasaran Logis terhadap Metodologi Penelitian

Sebuah metode penelitian ilmiah, harus dapat dipertanggungjawabkan secara


logis-rasional. Oleh sebab itu, kontribusi filsafat ilmu dalam metode penenelitian
mampu memberikan landasan logis dan sistematis

4. Cara memperoleh pengetahuan dan peranan metode ilmiah

a) Rasionalisme : menurut penganut rasionalisme bahwa dalam setiap benda terdapat ide-
ide terpendam (innate ideas) dan proposisi-proposisi umum yang kemudian disebut
sebagai proposisi keniscayaan (necessary atau a priori) yang dapat dibuktikan sebagai
kebenaran dalam kesempurnaan atau keberadaan verifikasi empiris. Kelompok
rasionalis ini mendasarkan diri pada cara kerja deduktif dalam menyusun
pengetahuannya.

b) Empirisme adalah sebuah paham yang menganggap bahwa pengetahuan manusia


didapatkan lewat pengalaman yang kongkrit, bukan penalaran rasional yang abstrak.
Paham ini beranggapan bahwa seluruh ide yang datang dari pengalaman (experience)
dan tidak ada proporsi tentang suatu benda dalam kenyataan yang dapat diketahui
sebagai kebenaran yang independen dari pengalaman. Gejala alamiah menurut
empirisme bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera
manusia.

c) Intuisi dan Wahyu. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara intuisi tidak melalui
proses penalaran atau pengalaman tertentu. Ia secara tiba-tiba menemukan jawaban
dari permasalahan yang dihadapinya. Lain halnya dengan wahyu, hal ini merupakan
pengetahuan yang diperoleh manusia melalui pemberian Tuhan secara langsung
kepada hamba pilihan-Nya. Agamalah yang menjadi kata kunci dalam wahyu.

Kontribusi Filsafat ilmu dalam metodologi penelitian juga dapat bersifat mengisi
dan memperluas cakrawala kognitif (akal) tentang apa yang disebut ilmu, yang
diharapkan akan menimbulkan pengertian untuk disiplin dalam berkarya ilmiah,
sekaligus meningkatkan motivasi seorang peneliti untuk melaksanakan tugas secara
sungguh-sunguh. Peran filsafat ilmu menurut Beerling (1988) adalah penyelidikan
tentang ciri - ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh
pengetahuan. Diterangkan bahwa pengertian metode ilmiah atau proses ilmiah (scientific
method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti nyata.

Menurut Jhon Dewey, pola metode ilmiah mengikuti proses sebagai berikut:

1. Identifikasi dan pembatasan masalah

2. Perumusan hipotesis

3. Pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data

4. Perumusan kesimpulan-kesimpulan

5. Verifikasi, apakah hipotesis ditolak, diterima, atau dimodifikasi.

Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang didasarkan pada logika deduktif dan
induktif (Mumuh Mulyana Mubarak, SE). Suatu pengetahuan ilmiah disebut sahih ketika
kita melakukan penyimpulan yang benar. Kegiatan penyimpulan inilah yang disebut
logika. Logika diperoleh dengan metode deduksi dan induksi. Metode induksi adalah
suatu cara penganalisis ilmiah yang bergerak dari hal – hal yang bersifat khusus
(individu) menuju pada hal yang bersifat umum (universal). Sedangkan metode deduksi
adalah kebalikan dari metode induksi yaitu bergerak dari hal-hal yang bersifat umum
(universal) kemudian ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus.

5. Definisi kebenaran ilmiah

Kebenaran Ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti
kebenarannya menurut norma - norma keilmuan. Kebenaran Ilmiah cenderung bersifat
objektif, di dalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang
berbeda - beda, tetapi saling bersesuaian. Ada beberapa rumusan tentang kebenaran yang
dikemukakan Michael Williams, menurutnya ada lima teori kebenaran, yaitu:

a) Kebenaran Korespondensi

b) Kebenaran Koherensi
c) Kebenaran Pragmatis

d) Kebenaran Performatif

e) Kebenaran Proposisi

6. Komponen filsafat

a) Ontologi : Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yakni on (ontos) yang mempunyai
arti ada dan logos yang mempunyai arti ilmu sehingga Ontologi merupakan ilmu yang
mengenai yang ada. Ontologi dalam definisi Aristoteles merupakan pembahasan
mengenai hal ada sebagai hal ada (hal ada sebagai demikian) mengalami perubahan
yang dalam, sehubungan dengan objeknya (Gie 1997). Ontologi menurut
Suriasumantri (1990) membahas mengenai apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh
kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.

Ilmu kedokteran adalah kumpulan pengetahuan yang terstruktur secara sistematik,


konsisten & rasional dengan menggunakan Metode Ilmiah. Dengan demikian, ada 2
hal esensial dalam Ontologi ilmu Kedokteran: a. Jenis ilmu : eksakta (fenomena alam),
non eksata (fenomena sosial), b.Ruang lingkup: manusia sehat & sakit (hakekat
manusia), c. Humaniora kedokteran, serta d.Upaya penyembuhan.

Ontologi dalam ilmu Kedokteran/Kesehatan berfokus pada pemahaman tentang


apa yang dianggap sebagai realitas dalam konteks kesehatan dan penyakit. Ini
mencakup pertanyaan tentang apa yang dianggap sebagai entitas biologis (seperti
organ tubuh), apa yang dianggap sebagai proses penyakit dan bagaimana hubungan
antara fisik, psikologis, dan sosial.Misalnya, Ontologi dalam ilmu Kedokteran dapat
mencakup pertanyaan tentang apakah kesehatan dan penyakit sepenuhnya
berhubungan dengan factor - faktor biologis atau juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis dan sosial.

b) Epistemologi : Epistemologi dari bahasa Yunani, episteme, yang berarti


“pengetahuan” dan “logi” adalah cabang filsafat yang terkait dengan teori
pengetahuan. Epistemologi adalah studi tentang sifat pengetahuan, pembenaran dan
rasionalitas keyakinan. Epistemologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari
mana sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Aliran – aliran dalam
Epistemologi : rasionalisme, empirisme, realisme, kritisisme, positivisme, skeptisisme,
pragmatisme.

Epistemologi dalam ilmu Kedokteran/kesehatan berkaitan dengan bagaimana


pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan dan penyakit diperoleh dan dinilai. Ini
termasuk pertimbangan tentang metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian
medis, validitas data klinis, dan pertimbangan etika dalam praktik klinis. Misalnya,
Epistemologi dalam ilmu Kedokteran mempertimbangkan bagaimana bukti medis
dikumpulkan dan dinilai untuk mendukung diagnosis dan pengobatan yang efektif.

c) Aksiologi : pengertian Aksiologi menurut bahasa Yunani, Aksiologi berasal dari kata
axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu jadi Aksiologi adalah teori tentang
nilai. Menurut Suria Sumantri Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia kajian tentang nilai - nilai khusunya etika. Menurut Bramel
Aksiologi terbagi tiga bagian:

1. Moral conduct yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.

2. Estetic expression yaitu ekspresi keindahan bidang ini melahirkan keindahan.

3. Socio political life yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat
sosial politik.

Aksiologi dalam ilmu Kedokteran/Kesehatan berkaitan dengan nilai - nilai dan


etika yang membimbing praktik medis. Ini mencakup pertanyaan tentang hak pasien,
prinsip - prinsip etika medis seperti otonomi, keadilan, dan beneficence, serta
pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan medis. Aksiologi membantu
menentukan bagaimana Dokter dan tenaga medis lainnya harus berperilaku dalam
merawat pasien, menghormati privasi dan keputusan pasien, serta menjalankan
prinsip-prinsip etika medis yang telah disepakati.
7. Perspektif Kedokteran – Kesehatan sebagai Ilmu (dapat dikaji dari berbagai konsep
rentang sehat – sakit) dari dimensi Psiko edukatif, Sosial Budaya dan Spiritual.

Salah satu definisi Ilmu menurut Harsojo, Guru Besar Antropologi, Universitas
Padjajaran adalah ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang telah
disistematisasikan. Sebagai ilmu, Kedokteran juga telah memenuhi sifat-sifat
keilmuannya seperti:

- Berdiri secara satu kesatuan

- Tersusun secara sistematis

- Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapatdipertanggung jawabkan


disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data)

- Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.

- Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat


dimengerti dan dipahami maknanya.

- Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana
saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.

- Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan


penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan
pemikiranpemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.

Menurut WHO (1948) sehat adalah a state of complete physical, mental,and


social well being and not merely the absence of illness or indemnity (suatu keadaan yang
sempurna baik fisik mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan).
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan arti sehat
mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu; organobiologik, psikologis, sosial budaya dan
spiritual.

a. Psiko - edukatif adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu)
termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak
terhadap orang tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko - edukatif
ini berhenti hingga usia 18 tahun.

b. Sosial - budaya, kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari
lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.

c. Spiritual yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang menjadi
kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai - nilai moral, etika
dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral
dan beretika, seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion
without moral, no moral without law).

Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat


kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi
sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian
yang menandakan habisnya energi total”.

Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus
menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan
internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual,
sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan Sakit merupakan proses
dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan
atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya
BAB III

PEMBAHASAN

Filsafat ilmu dapat berupa pertanyaan - pertanyaan mendasar tentang sifat pengetahuan
dan bagaimana kita dapat memahami dunia dengan lebih baik melalui metode ilmiah. Hal ini
dapat menciptakan landasan teoritis yang mendalam untuk refleksi tentang sains dan ilmu
pengetahuan serta membantu kita memahami batasan dan potensi dari pemahaman kita tentang
dunia di sekitar kita.

Menurut The Liang Gie, ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas, atau metode merupakan
satu kesatuan yang saling berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan
dengan metode tertentu, yang akhirnya aktivitas metodis itu menghasilkan pengetahuan ilmiah.

Adapun pengertian pengetahuan itu sendiri seperti yang dikemukakan Surajiyo adalah
hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek
yang dihadapinya. Namun manusia tidak dapat menuntut bahwa memperoleh sesuatu itu berarti
sudah jelas kebenarannya karena boleh jadi hanya kebetulan benar saja.

Secara khusus Suparlan Suhartono mengemukakan tentang perbedaan makna antara ilmu
dan pengetahuan. Dengan mengambil rujukan dari Weber’s Dictionary, Suparlan menjelaskan
bahwa pengetahuan (knowledge)adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya sesuatu hal
yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran,
informasi, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) didalamnya terkandung adanya
pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis, ilmiah, dan mencakup kebenaran
umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis (natural).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengetahuan mempunyai cakupan lebih luas dan
umum daripada ilmu. Oleh karena itu. Keberadaan ilmu dan pengetahuan hendaknya tidak boleh
dipisahkan, sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan. Dengan demikian ilmu dan pengetahuan
memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Dimana ilmu adalah hasil dari pengetahuan dan
pengetahuan adalah hasil tahu (ilmu) manusia terhadap sesuatu objek yang dihadapinya.

Dalam perspektif Kedokteran dan Kesehatan, tiga unsur utama dalam filsafat yaitu
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, memainkan peran penting dalam membentuk landasan
berpikir dan tindakan praktisi medis serta peneliti dalam bidang ini. Ketiganya membantu
mengarahkan praktik medis, pengembangan pengetahuan medis, dan pemahaman etika dalam
perawatan kesehatan. Pemahaman yang baik tentang ketiga aspek ini adalah kunci untuk
memberikan perawatan kesehatan yang efektif, etis, dan sesuai dengan nilai - nilai yang
dipegang oleh masyarakat dan praktisi medis.
BAB IV

KESIMPULAN

Dengan memahami pengertian kata Ilmu dan Pengetahuan dari segi etimologi dan
terminologi, dapat memberikan fondasi pemahaman bagi kita tentang makna dan konsep dasar
ini. Kita juga melihat peran penting filsafat dalam ilmu pengetahuan yang membantu kita
menelaah aspek - aspek dasar dalam ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, kita memahami cara memperoleh pengetahuan dan peran metode ilmiah
dalam mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia. Metode ilmiah adalah alat
yang kuat untuk menguji hipotesis dan memvalidasi pengetahuan. Adapula definisi kebenaran
ilmiah, yang menyoroti pentingnya bukti dan metode dalam menentukan validitas suatu
pernyataan dalam ilmu pengetahuan.

Dalam konteks Kedokteran dan Kesehatan, kita melihat komponen filsafat seperti
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi yang membantu membentuk landasan berpikir dan etika
dalam praktek medis.

Akhirnya, kita memperoleh pemahaman tentang perspektif Kedokteran - Kesehatan


sebagai ilmu yang mencakup dimensi psikologis, edukatif, sosial-budaya, dan spiritual. Ini
menggambarkan pentingnya pendekatan secara menyeluruh dalam merawat individu.

Pemahaman atas berbagai aspek ini adalah landasan penting untuk memperkaya
pemahaman kita tentang dunia, etika, dan peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA

A Rudnick. An introductory course in philosophy of medicine. Med. Humanit. 2004;30;54-56


Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers
David Greaves and Martyn Evans. Concept of Medical Humanity. J Med Ethics: Medical
Humanities 2000;26:65-64
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus besar Bahasa Indonesia.Edisi 3. Jakarta: Balai
Pustaka.
Hadi, Amrul dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Irma Nur Hayati,2021. Jurnal Kebenaran Ilmiah Dalam Hukum. HAKAM; Jurnal Kajian
Hukum Islam. Volume 5 nomor 2, Desember 2021
Imam Subekti , Ahmad Syukri, Badarussyamsi, Ahmad Fadhil Rizki, 2021. Kontribusi Filsafat
Ilmu dalam Penelitian Ilmiah dan Kehidupan Sosial. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 4 No 3 Tahun
2021.
Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud, 2015. Ilmu Pengetahuan Dari John Locke Ke Al-
Attas. Jurnal Pencerahan Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Liliweri, Alo (2022). Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana
Lorens Bagus. (2002). Kamus Filsafat.Ed. I.Cet.III. Jakar-ta: Gramedia.
Made Wardhana, 2016. Filsafat Kedokteran. Jakarta : Vaikuntha International Publication
Noerhadi. T. H. (1998). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Pascasarjana Universitas Indonesia.
Poedja Wijatna. (2004). Tahu dan Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta
Suaedi, 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press
Suhartono suparlan.(2005). Filsafat Ilmu Pengetahuan.Yog-yakarta: Ar-Ruzz Media.
Susanto, 2011. Filsafat Ilmu. Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai