Dalam Ensiklopedia Indonesia, Ilmu didefinisikan sebagai berikut : ilmu Pengetahuan adalah
suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan
pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi
kesatuan; suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan dan memberikan pemjelasan yang sistematis yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi
pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh
dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat
diamati panca indera manusia.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima yalamu yang berarti
tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi
haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan
dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata
science(berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu
tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada
makna yang sama.
sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah
sebagai berikut :
Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan ilmiah
yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu pada ilmu seumumnya.
Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok
soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus
Harsoyo mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses historis dan pendekatannya
yaitu :
Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap
seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang
pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu pengetahuan
ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode berfikir yang jelas, karena
pada dasarnya ilmu yang berkembang dewasa ini merupakan akumulasi dari
pengalaman/pengetahuan manusia yang terus difikirkan, disistimatisasikan, serta diorganisir
sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang mempunyai kekhasan dalam objeknya
2.1.3
Dari penjelasan tentang definisi dari filsafat dan definisi dari Ilmu maka para ahli telah banyak
mengemukakan definisi/pengertian filsafat ilmu dengan sudut pandangnya masing-masing, dan
setiap sudut pandang tersebut amat penting guna pemahaman yang komprehensif tentang makna
filsafat ilmu, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi filsafat ilmu
Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology
yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk pertanyaan, pada dasar filsafat ilmu
merupakan telahaan berkaitan dengan objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana
proses pemerolehan ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu
lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah :
Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup
masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke dua hal
tersebut dengan subjek/manusia.
Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu, bagaimana prosedurnya
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar.
Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu, serta
bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah
objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan adil juga
memiliki objek material dan objek formal.
Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan
ada yang tidak tampak. Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal, dan
rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada.
Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang
dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.
Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek
substantif dan dua obyek instrumentatif, yaitu:
1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal,yaitu :
a. Fakta (Kenyataan)
Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas peneliti. Fakta
itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data yang
sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti. Tetapi subyektifitas di
sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari
pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide ,
moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya dan juga terkait
pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu
sebagai nyata apabila ada korespondensi dan koherensi antara empiri dengan skema rasional.
b. Kebenaran
Yang empirik faktual koheren dengan kebenaran transenden berupa wahyu. Pragamatisme,
mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi.
Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams
ada lima teori yang relevan tentang kebenaran, yaitu:
Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran proposisinya
baik proposisi formal maupun proposisi materialnya.
Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada
adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan fakta
yang lain). Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran
Struktural Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada
upaya mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur ilmu/structure
of science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang kompleks atau sering
Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu
kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan
lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
Kebenaran Performatif, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu
dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.
Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar
apabila mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar
apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.
Metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang
dipadankan dengan ontologi jika demikian, karena sebenarnya metafisika juga mencakup
telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan.
Epistemologi merupakan teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai
pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, maupun pengetahuan filosofis.
Metodologi ilmu adalah telaahan atas metode yang dipergunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat
dari struktur logikanya, maupun dalam hal validitas metodenya.
Masalah logis berkaitan dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berfikir benar, terutama
berkenaan dengan metode deduksi.
Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral dari suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya
untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral
masyarakat.
Sementara itu masalah estetis berkaitan dengan dimensi keindahan atau nilai-nilai keindahan
dari suatu ilmu, terutama bila berkaitan dengan aspek aplikasinya dalam kehidupan masyarakat.