Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siti Ma’rifah Adang

NIM : 2123756042
Kelas / Jurusan : ASP 2B / Akuntansi
Dosen : Lisky A. Th. Subu Taopan, S.Pd., M.Hum.

RADHAR PANCA DAHANA,


PENYAIR PEMBERONTAK

Radhar Panca Dahana, demikian sosok pria berdarah jawa yang bersahaja ini di kenal. Namanya

merupakan akronim dari nama kedua orang tuanya, haji Radsomo dan Suharti. Selain dirinya, 6

sodara kandungnya juga memunyai nama depan Radhar.

Kehidupan masa kecilnya sangat keras. Sang ayah pernah di fitnah sebagai antek komunis.

Ayahnya pula yang mendidiknya dengan penuh ke disiplinan bahkan cenderung autoriter. Dalam

publikasinya, Radhar menceritakan bagaimana sejak kecil ia dan sodara-sodaranya sudah di ajari

berhitung angka hingga jutaan, pulang ke rumah harus tepat waktu, dan rajin belajar. Jika

melanggar, hukuman berupa sabetan rotan harus siap-siap mereka terima. “Ini supaya kalian bisa

disiplin, tumbuh jadi orang kuat,” kata Radhar menirukan ayahnya.

Selain itu, seluruh anak lelaki di kuncung dan di gunduli dengan di sisakan sedikit rambut

diujung kepalanya. Namun dari semua sodaranya, hanya Radhar Panca Dahana yang kerap

membangkang dan mendapat hukuman yang sangat keras.

Soal minat dan bakatpun, Radhar merasakan ketidakcocokkan dengan orang tuanya yang

menginginkannya menjadi pelukis, sementara ia amat menyukai teater dan menulis. Sangking

seringnya mendapat hukuman fisik, Radhar jadi nggak betah di rumah. Puncaknya sekitar ahir
tahun 1970, ia sering minggat dari rumahnya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, untuk mencari

tempat yang membuatnya nyaman dan merasa di terima. Kawasan bulungan menjadi pilihan

tempat pelarianya, tempat yang di kemudian hari turut andil membentuk pribadinya seperti saat

ini.

Sifat pemberontaknya tak hanya ia tunjukan di lingkungan keluarga, namun berlanjut juga di

bangku sekolah. Sejak SD (Sekolah Dasar), Radhar di jauhi teman-temannya karena tabiatnya

yang terkesan ingin "menguasai" lebih banyak area publik. Di bangku SMA (Sekolah Menengah

Atas) pun sifat itu terus berlanjut, ia menolak sistim sekolah, bahkan pernah bertengkar dengan

gurunya. “Sekolah,” katanya, “justru membuat saya tertekan,”

Memasuki masa SMP (Sekolah Menengah Pertama), ia makin giat menulis Cerpen, Puisi,

sehingga membuat Ilustrasi. Beberapa karyanya dimuat di majalah Zaman, yang waktu itu

redakturnya adalah Danarto. Radhar menyamarkan jati dirinya dengan nama Reza Morta Vileni

sebagai penata artistik. Nama samaran itu diilhami oleh nama kenalannya, Rezania, MHum, yang

piawai berdeklamasi. Sedangkan nama Radhar dicantumkan sebagai reporter.

Pada periode ini, Radhar amat produktif mengarang cerpen remaja. Terlebih ketika itu di Jakarta

tengah menjamur berbagai majalah kumpulan cerpen, seperti Pesona dan Anita, yang kerap

memuat karya-karya Radhar. Cerpen karya Radhar Panca Dahana kala itu juga mengisi majalah

remaja seperti Gadis, Nona, dan Hai, bahkan majalah dewasa, yakni Keluarga dan Pertiwi.

Karirnya sebagai jurnalis di atas standard pemula sehingga cepat berkembang ketika ia diterima

bekerja di harian Kompas. Valens Doy, seorang wartawan senior berpengaruh, menempatkannya

sebagai pembantu reportert atau reportert lepas. Radhar kemudian diminta menulis berbagai

macam rubrik, mulai dari olah raga, kebudayaan, pendidikan, berita kota tentang kriminalitas,

hingga masalah hukum. Kemampuan itu didapatnya dari kebiasaannya yang sejak kecil sudah

hoby membaca.

Akan tapi, pekerjaannya sebagai jurnalist terhenti saat orang tuanya tak mengijinkan dia untuk
bekerja. Dengan berat hati, tahun 1987 (?) Radhar pun kembali ke bangku sekolah. Untuk

menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA saja, Radhar menghabiskan waktu enam tahun

lantaran ia kerap berpindah-pindah sekolah, yakni di SMA 11, SMA Negeri 46 Jakarta, dan

sebuah SMA di Bogor. Menurutnya, hal itu adalah buah dari kekecewaannya karena tidak

diijinkan bekerja oleh orangtuanya.

Saat duduk di bangku SMA pun, Radhar kerap bertengkar dengan guru lantaran menolak sistim

sekolah. Sikap kerasnya itu boleh jadi akibat pengaruh buku bertema berat yang sering dibaca

kemudian ditelannya bulat-bulat tanpa mencernanya. Seperti pemahaman Ivan Illich tentang

formalisme pendidikan dalam buku berjudul Bebas dari Sekolah serta buku berjudul Pendidikan

Kaum yang Tertindas buah karya Paulo Freire. Ia juga rajin membaca buku-buku Prof. dr.

Koentjaraningrat.

Ketika itu pula, Radhar mulai merambah dunia teater. Sebenarnya, teater bukanlah hal yang baru

bagi Radhar sebab ia telah naik panggung teater ketika berumur 14 tahun. Saat itu ia

memerankan tokoh perempuan bernama Rebecca dalam drama Jack dan Penyerahan. Di

Bogor, Radhar kembali meneruskan hoby lamanya itu dan bergabung dengan bengkel Teater

Rendra.

Namun, keberadaannya di bengkel Teater Rendra tak bertahan lama. Karena berselisih mengenai

manajemen grup dengan si empunya sanggar, Radhar akhirnya memutuskan mengundurkan diri.

Ia bicara dengan Rendra. Pembicaraan itu menyepakati keluarnya Radhar dari bengkel Teater.

Selain kepada Rendra, Radhar saat itu juga dekat dengan Noorca M Masardi dan Anto Baret.

Ketiga orang itulah yang sering memberi nasihat mengenai apa yang patut di perbuatnya. Bahkan

atas anjuran Anto Baretlah, Radhar kemudian memutuskan untuk melanjutkan studi ke

Perguruan Tinggi.

Radhar awalnya amat berharap bisa diterima di program studi Ekonomi Pembangunan,

Universitas Pajajaran (UNPAD). Sayangnya Radhar tidak diterima kuliah di Unpad, namun
diterima di Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia (UI). Meski demikian, Radhar berhasil

menyelesaikan kuliahnya dalam waktu 2,5 tahun. Setelah berhasil menyabet gelar sarjananya,

Radhar kembali menekuni hobinya berteater dan meneruskan karirnya sebagai wartawan.

Kesibukan yang amat menyita waktu membuat Radhar tidak acuh pada tata administrasi di

kampusnya. Masalah itu baru diselesaikanya pada saat ia akan pergi ke Prancis untuk

menyelesaikan kuliah S2-nya di jurusan sosiologi Ecole des Hautes Etudes en Science Sociales

pada tahun 1997 dengan meriset postmodernisme di Indonesia. Di Prancis, Radhar bermukim di

besancon, sebuah kota kecil berjarak 450 km di timur Paris. Tiga bulan kemudian, Evi Apriyanti,

istri Radhar menyusul lantaran merasa hawatir akan kondisi suaminya yang seorang diri dinegara

orang.

Sumber:

www.tokohindonesia.com dengan sejumlah perubahan.


Temukanlah berbagai kesalahan ejaan yang terdapat dalam tulisan di atas ini kemudian perbaiki
sesuai dengan aturan ejaan yang benar !

1. dikenal = di kenal
2. haji Radsomo dan Suharti = Radsomo dan Suharti
3. 6 sodara = enam saudara
4. Memunyai = Mempunyai
5. ke disiplinan = kedisiplinan
6. autoriter = otoriter
7. sodara-sodaranya = saudara-saudara
8. di ajari = diajari
9. di sisakan = disisakan
10. diujung = di ujung
11. sodaranya = saudaranya
12. ahir = akhir
13. di terima = diterima
14. di jauhi = dijauhi
15. sistim = sistem
16. standard = st andar
17. reportert atau reportert = reporter-reporter
18. olah raga = olahraga
19. Hoby = hobi
20. Akan tapi = akan tetepi
21. Jurnalist = jurnalis
22. tak = tidak
23. sistim = sistem
24. ditelannya = menelannya
25. hoby = hobi
26. Norca M Masardi = Norca M. Masardi
27. Diperbuatnya = di perbuatnya
28. Anto Baretlah = Anto Baret
29. Pajajaran = Padjajaran
30. Diselesaikannya = diselesaikan
31. Heatues Etudes en Science Sociales = Heatues Etudes en Science Sociales
32. Meriset = mereset
33. Hawatir = khawatir
34. Dinegaranya = di negara

Anda mungkin juga menyukai